Anda di halaman 1dari 71

PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1. Setiap bangunan harus diwujudkan dan dilengkapi dengan peningkatan mutu dan
kualitas, sehingga mampu memenuhi secara optimal fungsi, dan dapat menjadi
teladan bagi lingkungannya, serta dapat memberi kontribusi positif bagi
perkembangan daerah.

2. Setiap bangunan harus direncanakan dan dirancang dengan sebaik-baiknya,


sehingga dapat memenuhi kriteria teknis bangunan yang nyaman dan lingkungan
yang layak dari segi mutu, biaya, dan kriteria administrasi bagi bangunan tersebut.

3. Pemberi jasa perencanaan untuk bangunan dan prasarana lingkungannya perlu


diarahkan secara baik dan menyeluruh, sehingga mampu menghasilkan karya
perencanaan teknis bangunan dan lingkungan yang memadai dan layak diterima
menurut kaidah, norma serta tata laku professional.

4. Rencana kerja dan syaratnya untuk pekerjaan perencanan perlu disiapkan secara
matang, sehingga mampu mendorong perwujudan karya perencanaan yang sesuai
dengan kepentingan kegiatan.

Maksud dan Tujuan

a. Untuk dapat memahami tujuan pekerjaan pembangunan perlu dibuat sebuah


Rencana kerja dan syaratnya.

b. Rencana kerja dan syaratnya ini merupakan petunjuk bagi Konsultan Perencana
yang memuat masukan, azas, criteria, keluaran dan proses yang harus dipenuhi dan
diperhatikan serta diinterprestasikan ke dalam pelaksanaan tugas perencanaan.

c. Dengan penugasan ini diharapkan Konsultan Perencana dapat melaksanakan


tanggung jawabnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang memadai
sesuai RKS ini.

Latar Belakang

a. Ketersedian tempat perkuliahan ini merupakan perwujudan dari pelaksanaan untuk


meningkatkan suatu mutu sumber daya manusia di suatu daerah khususnya di
daerah aceh tengah ini, sehingga diperlukan perencanaan pembangunan tempat-
tempat seprti prencanaan pembangunan Gedung apresiasi pemuda ini yang dapat
meningkatkan kreatifitas bagi para pemuda.

1
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

b. Agar permbangunan dapat terlaksana dengan baik dalam arti memenuhi unsur
kekuatan, keamanan, kenyamanan pengguna, keindahan dan ekonomis, maka harus
diawali dengan kegiatan perencanaan oleh penyedia jasa Konsultan Perencana.

Sasaran Kegiatan

a. Sasaran Kegiatan adalah Pembangunan Pagar SDN 10 Ketol.

b. Lokasi Pembangunan Konstruksi ini berada Kabupaten Aceh Tengah Propinsi Aceh.

c. Lingkup Pekerjaan Pembangunan Konstruksi ini, terdiri dari komponen kegiatan :

1) Pekerjaan Persiapan

2) Pekerjaan Pematangan lahan

3) Pekerjaan Struktur/Sipil

4) Pekerjaan Arsitektur

d. Tahap-tahap yang akan dilaksnakan adalah :

1) Persiapan Perencanaan termasuk Survey.

2) Penyusunan Rencana Anggaran Biaya

3) Penyusunan Rencana Detail (Gambar Kerja, RKS, BQ, dll)

4) Pengawasan Berkala

Pengertian Umum
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) merupakan sebuah buku yang berisi tentang syarat-
syarat administrasi berupa instruksi kepada penyedia jasa dengan ketentuan sebagai berikut

1. Instruksi ini berisi informasi yang diperlukan oleh pelaksana - kontraktor


untuk menyiapkan penawarannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
olehpengguna jasa. Informasi tersebut berkaitan dengan penyusunan,
penyampaian,pembukaan, evaluasi penawaran dan penunjukan penyedia jasa.
2. Hal-hal berkaitan dengan pelaksanaan kontrak oleh penyedia jasa, termasuk hak,
kewajiban, dan resiko dimuat dalam syarat-syarat umum kontrak. Apabila terjadi
perbedaan penafsiran / pengaturan pada dokumen lelang, penyedia jasaharus
mempelajari dengan seksama untuk menghindari pertentanganpengertian.

2
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

3. Data proyek memuat ketentuan, informasi tambahan, atau perubahan atas instruksi
kepada pelaksana - kontraktor sesuai dengan kebutuhan paket pekerjaan yang akan
dikerjakan.

RKS sebagai kelengkapan gambar kerja yang didalamnya memuat uraian tentang :

a. Syarat-syarat umum
Berisi keterangan mengenai pekerjaan, pemberi tugas dan pengawas bangunan.

b. Syarat-syarat administrasi

 Jangka waktu pelaksanaan.


 Tanggal penyerahan pekerjaan.
 Syarat-syarat pembayaran.
 Denda keterlambatan.
 Besarnya jaminan penawaran.
 Besarnya jaminan pelaksanaan.

c. Syarat-syarat teknis

 Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan.


 Jenis dan mutu bahan yang digunakan.

Setelah selesai, kemudian disahkan oleh Instansi yang berwenang dalam proyek untuk
proyek pemerintah dan Direksi bersama pemberi tugas untuk proyek swasta.

Dalam sebuah RKS ada beberapa hal yang dibahas di dalamnya, antara lain :
Umum
Pada Bab ini biasanya berisi tentang hal-hal sebagai berikut :
1. Mengenai Pemberi Tugas / Pemilik Proyek.
2. Mengenai Perencanaan / Disain.
3. Mengenai Syarat Peserta Lelang.
4. Mengenai Bentuk Surat Penawaran dan Cara Penyampaiannya.

Administrasi
Pada Bab ini biasanya berisi tentang hal-hal sebagai berikut :
1. Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan.
2. Tanggal Waktu Penyerahan.
3. Syarat Pembayaran.
4. Denda Atas Keterlambatan.
5. Besar Jaminan Penawaran.
6. Besar Jaminan Pelaksanaan.
Teknis
Pada Bab ini biasanya berisi tentang hal-hal sebagai berikut :

3
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

1. Jenis dan Uraian Pekerjaan.


2. Jenis dan Mutu Bahan.
3. Cara Pelaksanaan Pekerjaan.
4. Merk Material / Bahan.

SYARAT-SYARAT UMUM

Pasal 01. PENGERTIAN

Kecuali ditentukan lain, yang didefinisikan di bawah ini mempunyai arti sebagai berikut :

1. Pemberi Tugas
Berarti Pihak Pengguna Anggaran bekerja sama dengan Pelaksana Teknis Kegiatan
Pembangunan Pagar SDN 10 Ketol.

2. Perencana
Berarti perusahaan berbadan hukum yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan serta bertugas sebagai adviser berkala pada saat
pelaksanaan pekerjaan.
3. Pengawas
Berarti perusahaan berbadan hukum yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan pengawasan bertugas sebagai Supervisor/ Adviser berkala
pada saat pelaksanaan pekerjaan.

4. Pelaksana (PENGELOLA PEKERJAAN)


Berarti perusahaan berbadan hukum yang telah mengikat dirinya berdasarkan suatu
Kontrak Perjanjian dengan pemberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan gambar-gambar dan persyaratan-persyaratan sesuai yang tercantum dalam
dokumen kontrak.

5. Kontrak
Berarti perjanjian yang telah dicapai, yang diatur secara tertulis dalam bentuk tertentu
dan meliputi semua yang tergambar dan tersebut di dalamnya.

6. Nilai Kontrak
Berarti jumlah yang tersebut dalam kontrak, termasuk provit, pajak-pajak dan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam kontrak.

7. Gambar-gambar
Berarti gambar-gambar yang tercantum dalam dokumen kontrak.

8. Jadwal Waktu

4
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Berarti waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak dan menjadi dasar bagi pemberi
tugas dalam menilai prestasi pekerjaan.

9. Disetujui
Secara tertulis termasuk di dalamnya penegasan (confirmation) tertulis dari
persetujuan secara lisan yang mendahuluinya.

Pasal 02. LINGKUP KONTRAK

Kontrak meliputi pekerjaan :

1. Perencanaan Pembangunan Pagar SDN 10 Ketol. Kabupaten Aceh Tengah.

Pasal 03. DOKUMEN KONTRAK

1. Dokumen kontrak terdiri dari surat perjanjian pelaksanaan pekerjaan dan lampiran
kontrak berupa dokumen pelelangan sebagaimana diuraikan dalam bagian buku
Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, dokumen penawaran yang diajukan oleh calon
Pelaksana dan lain-lain.

2. Ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam kontrak dan lampiran kontrak, harus


dianggap sebagai penjelasan timbal balik antara satu terhadap lainnya.

3. Ketentuan-ketentuan dalam dokumen lampiran kontrak akan merupakan bagian yang


tak terpisahkan dari kontrak dan mengikat kedua belah pihak sebagaimana bila
ketentuan-ketentuan dalam dokumen dicantumkan secara lengkap dalam kontrak.

4. Apabila terdapat hal-hal yang tidak jelas dalam ketentuan kontrak dan dokumen
lampiran kontrak, maka Pelaksana berkewajiban menanyakan dalam rapat penjelasan
kepada pemberi tugas yang kemudian akan memberikan penjelasan mengenai hal
tersebut kepada Pelaksana. Segala akibat yang timbul karena kelalaian Pelaksana
melaksanakan kewajiban tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana.

Pasal 04. PERENCANAAN/ PENGAWASAN

1. Konsultan Perencana dan Pengawas untuk pekerjaan ini akan dilaksanakan oleh
konsultan yang ditunjuk oleh Direksi. Tugas-tugas dan perintah-perintah hanya dapat
diberikan secara tertulis dan dimuat dalam buku harian yang diCantumkan tanda
tangan/ paraf.

5
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

2. Berdasarkan penjelasan wewenang secara tertulis dan pemberian tugas, konsultan


Perencana bertugas untuk merencanakan/ mendesign bangunan yang diinginkan
Direksi/ pemilik proyek dengan data-data yang diperoleh dari hasil survey lapangan.

3. Pelaku pengawasan tidak berwenang untuk :


- Membebaskan Pelaksana yaitu pengurus Kegiatan masing - masing dari kewajiban
yang ditentukan dalam Surat Perjanjian Pekerjaan (Kontrak).

- Memerintahkan dilakukannya suatu pekerjaan yang akan mengakibatkan


keterlambatan atau pembayaran tambah oleh Pemberi Tugas, kecuali untuk hal
tersebut Pemberi Tugas untuk sementara mendelegasikan sebahagian
wewenangnya secara tertulis tentang pendelegasian tersebut kepada Pelaksana.
- Tidak menolak pelaksanaan suatu pekerjaan atau penggunaan bahan yang tidak
memenuhi syarat-syarat dalam dokumen kontrak, dan mengurangi kekuasaan
Pemberi Tugas untuk tidak memerintahkan pembongkaran.

Pasal 05. KEWAJIBAN PELAKSANA (PENGELOLA PEKERJAAN)

1. Pelaksana harus memeriksa lokasi tempat bekerja dan harus mencari keterangan-
keterangan yang diperlukan tentang resiko, biaya tak terduga dan keadaan lain yang
mungkin mempunyai pengaruh terhadap penawarannya.

2. Sebelum memasukkan surat penawarannya, Pelaksana dianggap telah mengetahui dan


memahami tentang kelengkapan surat penawarannya. Harga-harga satuan yang
dicantumkan dalam daftar harga penawaran harus sudah mencakup semua kewajiban
yang disebut dalam dokumen kontrak.

3. Apabila penawarannya disetujui, Pelaksana harus bersedia menandatangani suatu


perjanjian kontrak sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan, dengan perubahan-
perubahan yang dianggap perlu atas persetujuan kedua belah pihak.

SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI

Pasal 01. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

1. Pekerjaan harus diselesaikan dalam waktu hari kelender, terhitung sejak dikeluarkan
Surat Perintah Kerja.

2. Apabila pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai dengan rencana kerja dan atau
menurut perkiraan pemberi tugas bahwa pekerjaan tidak dapat diselesaikan dalam
jangka waktu yang dicantumkan dalam kontrak, maka pemberi tugas berhak
memutuskan kontrak secara sepihak.

6
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

3. Agar pekerjaan dapat diselesaikan pada waktunya, maka pekerjaan dapat diselesaikan
pada siang dan malam hari, dengan memperhatikan pasal 13 Bab II, bagian RKS ini.

Pasal 02. WAKTU DIMULAINYA DAN KETERLAMBATAN


PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Pelaksana harus memulai pekerjaan sebagaimana tercantum dalam dokumen kontrak
setelah dikeluarkan Surat Perintah Kerja dan melaksanakannya dengan baik dan tepat
pada waktunya tanpa keterlambatan, kecuali disebabkan oleh keadaan diluar
kemampuan Pelaksana yang disetujui oleh konsultan pengawas.

2. Apabila ternyata Pelaksana tidak dapat melaksanakan pekerjaan sebagaimana telah


ditetapkan dan berdasarkan schedule yang diajukan, maka pemberi tugas berhak
memutuskan kontrak secara sepihak. Segala akibat yang ditimbulkan oleh keadaan
tersebut di atas sepenuhnya tanggung jawab Pelaksana.

3. Apabila terlihat bahwa kemajuan pekerjaan mengalami hambatan dan mungkin akan
mengakibatkan pekerjaan tidak selesai pada waktu yang telah ditetapkan, maka
Pelaksana harus segera memberitahukan secara tertulis kepada pemberi tugas mengenai
alasan dan penyebab hambatan tersebut serta menyebutkan berapa hari diperkirakan
terjadinya keterlambatan tersebut.

4. Atas keterlambatan pekerjaan tersebut, Pelaksana harus mengajukan permohonan


tertulis untuk perpanjangan waktu selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum waktu
penyerahan pertama pekerjaan, disertai alasan yang dapat diterima oleh pemberi tugas

5. Apabila permohonan tersebut disetujui, maka Pemberi Tugas akan memberikan


perpanjangan waktu yang layak berdasarkan rekomendasi Konsultan Pengawas untuk
menyelesaikan pekerjaan, dengan catatan Pelaksana harus berusaha untuk
menyelesaikan pekerjaan.

Pasal 03. RENCANA KERJA

1. Dalam waktu yang telah ditetapkan setelah ditunjukkan oleh pemberi tugas, maka
Pelaksana harus segera mengirim rencana kerja untuk disetujui pemberi tugas, antara
lain :
- Jadwal waktu dan urutan pelaksanaan pekerjaan dan metoda yang akan digunakan
dalam melaksanakan pekerjaan, untuk dibicarakan dan disetujui oleh pemberi
tugas.
- Keterangan lengkap mengenai struktur organisasi dan daftar personalia yang akan
ditugaskan di lapangan, untuk diketahui pemberi tugas.
- Jadwal personal yang disusun secara tabelaris serta dalam bentuk diagram.
- Jadwal pengadaan material

7
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

- Jadwal pengadaan peralatan


- Tata cara pelaksanaan baik secara teknis maupun secara administratif.

2. Dengan disetujui rencana kerja atau keterangan-keterangan oleh pemberi tugas, tidak
berarti membebaskan dari suatu tugas atau pertanggungjawaban yang tercantum dalam
kontrak.

Pasal 04. MUTU BAHAN DAN HASIL PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Semua bahan yang digunakan dan seluruh hasil pekerjaan harus memenuhi syarat-
syarat yang telah ditetapkan dalam kontrak dan dokumen lampiran kontrak.
Demikian juga halnya dengan cara pelaksanaan dan penggunaan bahan tersebut
harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam kontrak dan dokumen lampiran
kontrak serta perintah dan petunjuk Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas yang
disampaikan selama pelaksanaan pekerjaan.
2. Atas permintaan konsultan pengawas atau pemberi tugas, Pelaksana harus bersedia
mengirimkan contoh bahan yang akan digunakan, untuk selanjutnya diuji mutunya
Setiap saat mutu pekerjaan harus siap diuji oleh Konsultan Pengawas/ Pemberi
Tugas atau pihak ketiga yang ditentukan kemudian. Untuk memenuhi hal pengujian
tersebut, Pelaksana tidak berhak mengajukan tuntutan (klaim) tambahan biaya.

Pasal 05. PEMERIKSAAN PEKERJAAN

1. Pelaksana harus memberi ijin kepada Konsultan Pengawas, Pemberi Tugas, dan
personil yang mendapat wewenang tertulis dari mereka untuk memasuki bengkel kerja
(work shop) atau tempat-tempat lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan
pekerjaan, dan melakukan pemeriksaan serta perhitungan hasil pekerjaan yang telah
dan sedang diselesaikan.

2. Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas mempunyai wewenang memerintahkan


Pelaksana secara tertulis untuk :

- Mengganti bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat dan ketentuan-ketentuan


dalam kontrak dan dokumen lampiran kontrak dengan bahan-bahan yang sesuai
dengan ketentuan dan syarat yang tersebut.

- Membongkar dan melaksanakan kembali sesuatu pekerjaan yang bahan-bahan,


cara pelaksanaan atau hasil pekerjaannya tidak memenuhi syarat dan ketentuan
dalam dokumen kontrak dan dokumen-dokumen lampiran kontrak sampai didapat
hasil pekerjaan, cara pelaksanaan dan bahan yang sesuai dengan syrat dan

8
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

ketentuan tersebut. Semua hal tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana tanpa
hak untuk menuntut (klaim) tambahan lainnya.

3. Pelaksana harus memperhatikan dan mengindahkan perintah/ peringatan yang


diberikan tersebut ayat (2) di atas dan harus segera melakukan tindakan untuk
memperbaiki hal-hal yang disebut dalam perintah/ peringatan tersebut.

Pasal 06. LAPORAN

1. Pelaksana wajib membuat dan menyampaikan laporan mengenai perkembangan


pelaksanaan pekerjaan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas, dan membuat buku
harian yang mencatat semua instruksi, keputusan dan hal-hal lain yang penting dan
dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan tersebut.
2. Dalam laporan harian, dicatat hal-hal berikut :
- Kemajuan pekerjaan setiap hari, bahan-bahan dan peralatan yang datang, jumlah
tenaga kerja yang bekerja, dan kondisi cuaca pada hari itu.
- Tugas dan Perintah yang diberikan oleh Konsultan Pengawas.
- Perubahan pekerjaan yang dilaksanakan, baik pekerjaan tambahan atau pekerjaan
kurang.

2. Laporan tersebut harus dilengkapi dengan foto - foto yang bertanggal serta dibuat
dalam rangkap 5 (lima).

Pasal 07. RESIKO KENAIKAN HARGA BAHAN DAN UPAH

1) Apabila selama pelaksanaan pekerjaan terjadi kenaikan harga, maka Pelaksana tidak
dapat mengajukan permohonan peninjauan dan perhitungan tambahan harga atau
menuntut tambahan biaya. Pelaksana dianggap telah memperhitungkan faktor-faktor
tersebut diatas pada saat mengajukan proposall harga.

2) Kenaikan harga tidak boleh menjadi alasan untuk merendahkan atau mengurangi
kualitas pekerjaan, mengurangi volume pekerjaan, dan/atau memperlambat waktu
penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kontrak.
3) Apabila terjadi kenaikan harga akibat adanya kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
moneter dan lainnya, akan ditentukan kemudian oleh Pemberi Tugas.

Pasal 08. DENDA DAN PERSELISIHAN

1) Bila jangka waktu pelaksanaan yang telah disepakati dalam kontrak tidak dilaksanakan
oleh Pelaksana karena suatu alasan yang tidak dapat diterima oleh pemberi tugas, maka
Pelaksana akan dikenakan denda atau sanksi yang akan diatur kemudian dalam
Kontrak.

9
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

2) Segala perselisihan yang mungkin timbul antara pemberi tugas dan Pelaksana, pada
prinsipnya akan diselesaikan secara musyawarah. Alternatif penyelesaian akan diatur
kemudian dalam Kontrak.

Pasal 09. RESIKO-RESIKO LAIN

1) Jika hasil pekerjaan Pelaksana musnah dengan cara apapun sebelum diserahkan kepada
Pemberi Tugas, maka Pelaksana bertanggung jawab sepenuhnya atas kerugian yang
timbul, kecuali Pemberi Tugas lalai menerima pekerjaan tersebut.

2) Jika terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang disebabkan oleh kelalaian


Pelaksana maka segala kerugian yang timbul sehubungan dengan keterlambatan
tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana.

Pasal 10. FORCE MAJUERE

1) Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, maka Pelaksana tidak bertanggung jawab atas
segala kerugian atau kerusakan yang diakibatkan oleh keadaan khusus (force majuere)
yang diluar kekuasaan Pelaksana. Yang dianggap dengan keadaan khusus adalah :
- Bencana alam gempa bumi, angin topan, letusan gunung berapi, dan banjir besar
(yang dinyatakan oleh pejabat pemerintah yang berwenang sebagai bencana alam)
- Sabotase berupa peledakan atau pembakaran
- Peperangan baik yang diumumkan atau tidak

2) Apabila selama berlakunya kontrak timbul peperangan (diumumkan atau tidak)


dibagian dunia yang mempengaruhi pelaksanaan kontrak, maka Pelaksana harus tetap
melaksanakan kontrak, kecuali bila Pemberi Tugas menyatakan bahwa kontrak
dihentikan dan memberitahukan secara tertulis kepada Pelaksana, tanpa merugikan
salah satu pihak.
3) Apabila kontrak sebagai mana tersebut dalam ayat (2) di atas, maka Pelaksana harus
memindahkan alat konstruksi dari daerah kerja.

4) Apabila kontrak sebagai mana tersebut dalam ayat (2) di atas, maka Pemberi Tugas
akan membayar kepada Pelaksana semua pekerjaan yang telah dilaksanakan sebelum
tanggal penghentian kontrak, menurut ukuran-ukuran dan harga yang tercantum dalam
kontrak dengan ketentuan tambahan sebagai berikut :

- Jumlah yang akan dibayarkan adalah untuk pekerjaan yang telah dilaksanakan dan
telah disahkan oleh pelaku pengawas
- Biaya-biaya bahan yang telah dipesan untuk keperluan pelaksanaan, baik yang
sudah dikirim maupun yang belum, dan sudah disahkan oleh Konsultan Pengawas
akan menjadi milik Pemberi Tugas setelah dilakukan pembayaran.

10
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pasal 11. PEMBAYARAN

1) Pembayaran hasil pekerjaan akan dilakukan secara bertahap.

2) Tahapan angsuran pembayaran akan diatur kemudian dalam kontrak.

Pasal 12. PERINTAH PENUNDAAN DAN PERUBAHAN PEKERJAAN

1) Apabila berdasarkan perintah tertulis dari konsultan pengawas atau pemberi tugas,
Pelaksana harus menunda kelanjutan pekerjaan untuk waktu tertentu, maka selama
waktu penundaan, pekerjaan harus tetap dilindungi dan dijaga dengan petunjuk
konsultan pengawas.

2) Konsultan pengawas berhak mengeluarkan perintah perubahan pekerjaan dan


Pelaksana harus melaksanakannya tanpa dianggap melanggar ketentuan-ketentuan
dalam kontrak. Perintah perubahan tersebut harus dicatat dalam buku harian yang
ditandatangani/paraf oleh konsultan pengawas. Pelaksana dilarang mengadakan
perubahan-perubahan dalam pekerjaan kecuali sesuai dengan perintah perubahan yang
diberikan.

3) Dengan persetujuan tertulis dan pemberi tugas, konsultan pengawas dapat mengadakan
perubahan dalam segi kualitas atau besaran lingkup pekerjaan yang dianggap perlu,
dengan memberikan perintahan perubahan pekerjaan tertulis kepada Pelaksana.

4) Perintah perubahan pekerjaan tidak boleh merubah pekerjaan pokok dalam kontrak dan
perubahan akan dihitung sesuai dengan harga yang ditentukan dalam kontrak.

5) Pelaksana tidak diperkenankan mengajukan tuntutan tambahan biaya (klaim) karena


adanya perintah perubahan pekerjaan tersebut diatas, kecuali apabila hal itu memakan
biaya yang secara komulatif dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam Keppres No. 29 tahun 1984, yang disempurnakan dengan Keppres No.
6 tahun 1988 dan Inpres No. 1 tahun 1988.
6) Besarnya biaya perubahan pekerjaan dilakukan akan dihitung dengan menggunakan
keterangan-keterangan yang dicantumkan didalam daftar harga satuan bahan, upah dan
analisa pekerjaan yang diajukan dalam dokumen penawaran.

7) Pemberi tugas akan mengadakan penyesuaian (bila ada) terhadap harga kontrak akibat
suatu perubahan pada pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai dengan surat perintah
perubahan pekerjaan.

11
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pasal 13. PENYELESAIAN PEKERJAAN

1) Semua hasil pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam kontrak
dan dokumen lampiran kontrak. Bila mana ada bagian-bagian dari hasil pekerjaan yang
tidak memenuhi syarat atau ketentuan tersebut maka Pelaksana berkewajiban untuk
segera memperbaikinya tanpa hak untuk mengajukan tuntutan tambahan biaya

2) Pemeriksaan hasil penyelesaian pekerjaan akan segera dilaksanakan bersama antara


Konsultan Pengawas dengan Pelaksana setelah diterimanya pemberitahuan tertulis dari
Pelaksana mengenai selesainya pekerjaan.
3) Hasil pemeriksaan akan dituangkan dalam suatu berita acara pemeriksaan yang
berisikan data mengenai kondisi hasil pekerjaan yang telah diperiksa.

4) Jika hasil pemeriksaan pekerjaan menunjukkan bahwa hasil pekerjaan belum dapat
diterima, maka Pelaksana wajib segera melaksanakannya/ menyempurnakan bagian-
bagian pekerjaan sesuai dengan berita acara hasil pemeriksaan pekerjaan.

5) Jika hasil pemeriksaan sudah menunjukkan bahwa pekerjaan sudah memenuhi segala
persyaratan dan ketentuan dalam kontrak dan dokumen lampiran kontrak, maka
konsultan pengawas akan membuat berita acara penyerahan pekerjaan pertama yang
akan ditanda tangani oleh pemberi tugas dan Pelaksana, disertai dengan syarat-syarat
pemeliharaan yang harus dilaksanakan oleh Pelaksana.

Pasal 14. PENYERAHAN PEKERJAAN

1) Setelah berakhirnya masa pemeliharaan dan setelah mengadakan pemeriksaan terhadap


hasil pekerjaan, maka pelaku pengawasan akan membuat berita acara pemeriksaan
pekerjaan yang akan menyatakan bahwa pekerjaan telah diselesaikan dan diperiksa
dengan baik.

2) Berdasarkan berita acara pemeriksaan pekerjaan, dapat dilakukan penyerahan


pekerjaan kedua dari Pelaksana kepada pemberi tugas dan dituangkan dalam berita
acara penyerahan pekerjaan kedua yang ditanda tangani oleh Pelaksana dan pemberi
tugas.

12
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

SYARAT-SYARAT TEKNIS UMUM

Pasal 01. PERATURAN TEKNIS

1. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan lembar-lembar ketentuan-ketentuan dan


peraturan seperti tercantum dibawah ini :
a. Peraturan-Peraturan Umum atau Algemene Voorwaarden (A.V)
b.Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI SNI-2/1971)
c. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI SNI-5/1971)
d.Peraturan Umum Instalasi Listrik (A.V.E)
e. Peraturan Umum Instalasi Air Leding (A.V.W.I)
f. Peraturan Instalasi Listrik 1987 (PUIL-1987)
g. Pedoman Plumbing Indonesia 1979 (PPI-1979)
h. Peraturan Dinas Kebakaran Nanggroe Aceh Darussalam
i. Peraturan-peraturan yang ditetapkan PLN
j. Peraturan Direktorat Jendral Perawatan Departemen Tenaga kerja tentang
Penggunaan Tenaga Kerja, Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja.
k. Persyaratan Umum Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (PDTPI-1980)
l. Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Pembangunan Gedung Negara oleh
Departemen Pekerjaan Umum
m. Peraturan Bahan Bangunan Indonesia (PBBI-1983)
n. Peraturan Pejabat Daerah Setempat
2. Jika ternyata pada rencana kerja dan syarat ini terdapat kelainan/ penyimpangan dari
peraturan-peraturan sebagaimana dinyatakan dalam ayat (1) diatas, maka rencana kerja
dan syarat ini yang mengikat.

Pasal 02. PEMAKAIAN UKURAN

1. Pelaksana tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang tercantum
dalam rencana kerja dan syarat-syarat dan gambar kerja berikut tambahan dan
perubahannya.

2. Pelaksana wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun


bagiannya dan segera memberitahukan pengawas tentang setiap perbedaan yang
ditemukannya didalam rencana kerja dan syarat-syarat dan gambar kerja maupun
dalam persetujuan tertulis dari pengawas.
3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalam hal apapun
menjadi tanggungjawab Pelaksana, oleh karena itu Pelaksana diwajibkan mengadakan
pemeriksaan secara menyeluruh terhadap gambar-gambar dan dokumen-dokumen yang
ada.

13
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pasal 03. INFORMASI SITE

1. Sebelum memulai pekerjaan, Pelaksana harus benar-benar memahami kondisi/ keadaan


site atau hal-hal lain yang mungkin akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan dan
harus sudah diperhitungkan segala akibatnya.
2. Pelaksana harus memperhatikan secara khusus mengenai peraturan lokasi tempat kerja,
penempatan material, pengamanan dan kelangsungan operasi selama pekerjaan
berlangsung.

3. Pelaksana harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar, RKS dan agenda
dalam dokumen lelang, guna penyesuaian dengan kondisi lapangan sehingga pekerjaan
dapat diselesaikan dengan baik.

Pasal 04. KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN

1. Selama berlangsungnya pembangunan, kebersihan halaman, kantor, gedung, los kerja


dan bagian dalam bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari
bahan bekas, tumpukan tanah dan lain-lain. Kelalaian dalam hal ini dapat
menyebabkan pengawas memberi perintah memberhentikan seluruh pekerjaan dan
Pelaksana menanggung seluruh akibatnya.

2. Penimbunan bahan-bahan yang ada dalam gudang-gudang maupun yang berada di


halaman bebas, harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelancaran dan
keamanan pekerjaan/umum dan juga agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan
penelitian bahan-bahan oleh pengawas maupun pemberi tugas.

3. Pelaksana wajib membuat urinoir dan WC untuk pekerja pada tempat-tempat tertentu
yang disetujui oleh pengawas demi terjaminnya kebersihan dan kesehatan dalam
proyek.

4. Para pekerja Pelaksana tidak diperkenankan untuk :


a. Menginap di tempat pekerjaan kecuali dengan izin pengawas/pemberi tugas.
b.Memasak di tempat bekerja kecuali dengan izin pengawas.
c. Membawa masuk penjual-penjual makanan, minuman, rokok dan sebagainya di
tempat pekerjaan.
d. Keluar masuk ke lokasi pekerjaan dengan bebas.

5. Peraturan lain mengenai ketertiban akan dikeluarkan oeh pengawas atau pemberi tugas
pada waktu pelaksanaan.

14
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pasal 05. PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN DAN BARANG

1. Bila dalam RKS disebut nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang maka
dalam hal ini dimaksud untuk menunjukkan tingkat mutu bahan dan barang yang
digunakan.

2. Setiap penggantian nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang harus
disetujui oleh perencana/pemberi tugas dan bila tidak ditentukan dalam RKS serta
gambar kerja maka bahan dan barang tersebut diusahakan dan disediakan oleh
Pelaksana yang harus mendapat persetujuan dahulu dari pengawas atau pemberi tugas.

3. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera
disediakan atas biaya Pelaksana, setelah disetujui oleh pengawas atau pemberi tugas,
harus dianggap bahwa bahan dan barang yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan nanti.

4. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh pengawas atau pemberi tugas untuk
dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai
kualitas maupun sifatnya.

5. Dalam mengajukan harga penawaran, Pelaksana harus sudah memasukkan sejauh


keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang. Tanpa mengingat jumlah
tersebut, Pelaksana tetap bertanggung jawab pula atas biaya pengujian bahan dan
barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah pengawas atau pemberi tugas.

Pasal 06. PERBEDAAN DALAM DOKUMEN LAMPIRAN KONTRAK

1. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar kerja dan RKS ini, maka Pelaksana
harus menanyakannya secara tertulis kepada pengawas/perencana dan Pelaksana harus
mentaati keputusan tersebut.

2. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah yang berlaku
dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti daripada ukuran dengan skala
gambar-gambar, tetapi jika mungkin ukuran ini harus diambil dari pekerjaan yang telah
selesai.

3. Apabila ada hal-hal yang tersebut pada gambar kerja RKS atau dokumen, yang
berlainan atau bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu
terhadap lainnya tetapi untuk menegaskan masalahnya kalau terjadi hal ini maka
diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis atu mempunyai bobot
biaya tinggi.

4. Apabila terdapat perbedaan antara :

15
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

a. Gambar arsitektur dengan gambar struktur, maka yang dipakai sebagai pegangan
adalah ukuran fungsional adalah gambar arsitektur, sedangkan untuk jenis dan
kualitas bahan dan barang adalah gambar struktur.

b. Gambar struktur dengan gambar mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan
dalam ukuran kualitas dan jenis bahan adalah gambar mekanikal.

c. Gambar arsitektur dengan gambar elektrikal, maka yang dipakai sebagai pegangan
dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur, sedangkan untuk ukuran dan
kualitas bahan adalah gambar elektrikal.

Pasal 07. GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)

1. Jika terdapat kekurangan-kekurangan penjelasan dalan gambar kerja, atau diperlukan


gambar tambahan/gambar detail atau untuk memungkinkan Pelaksana melaksanakan
dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka Pelaksana harus membuat
gambar tersebut dalam rangkap 3 (tiga) dan biaya atas pembuatan gambar tersebut
menjadi tanggungjawab Pelaksana. Pekerjaan berdasarkan gambar tersebut baru dapat
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan pengawas.

2. Gambar kerja hanya berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh pemberi tugas,
dengan mengikuti penjelasan dan pertimbangan dari perencana.

4. Perubahan kerja hanya berubah apabila diperintahkan oleh pemberi tugas, yang jelas
memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan gambar perubahan rencana.

5. Gambar tersebut harus diserahkan kepada pengawas untuk disetujui sebelum


dilaksanakan.

16
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

BAB I
PEKERJAAN PERSIAPAN

I. PEKERJAAN PERSIAPAN

Pasal 1 : Pembersihan Lapangan


1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari
segala sesuatu yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan seperti
bangunan lama, hasil bongkaran bangunan lama, pepohonan, semak
belukar, dan tanah humus.
2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengupasan terhadap tanah
humus setebal minimal 20 - 30 cm sebelum dilakukan pekerjaan
konstruksi.
3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek
adalah muka tanah yang telah bersih dari pepohonan, semak belukar,
dan lapisan tanah humus atau muka tanah timbun yang telah
dipadatkan kecuali diitentukan lain dalam Gambar Bestek.
4. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus tidak
boleh dipakai sebagai material timbunan atau diolah kembali untuk
dipakai sebagai material bangunan.
5. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan
pengupasan lapisan humus harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
dan dibuang sejauh mungkin dari lokasi pekerjaan atau ketempat yang
tidak menggangu lingkungan hidup.
6. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengelupasan lapisan humus
tidak boleh berada dilokasi pekerjaan lebih dari 3 (tiga) hari.

Pasal 2 : Bouwplank dan Pengukuran


1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemasangan Bouwplank
sebagai acuan tetap pada semua bangunan yang akan dikerjakan
termasuk septictank dan Ground Resevoir.
2. Jarak pemasangan bouwplank dari struktur terluar bangunan yang
akan dibangun minimal 1 m dan maksimal 2 m.

17
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

3. Bouwplank dibuat dari tiang-tiang kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam


dalam tanah minimal 40 cm dan dengan jarak maksimal setiap tiang
adalah 2 meter. Untuk keperluan acuan elevasi dipakai papan kayu
2,5/25 cm atau kayu ukuran 2,5/7 cm yang dipaku pada tiang-tiang
kayu 5/7 cm.
4. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap terhadap
bangunan yang akan dibangun dan tidak boleh berubah posisi dan
elevasinya sebelum struktur bangunan yang paling rendah seperti
pondasi dan sloof selesai dikerjakan.
5. Posisi penempatan bouwplank harus sesuai dengan hasil pekerjaan
Seeting Out.
6. Hasil pekerjaan pemasangan bouwplank harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
Pasal 3 : Dokumentasi

1. Pelaksana harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi


serta pengirimannya ke pemberi tugas serta pihak-pihak lain yang
diperlukan.
2. Yang dimaksud dengan pekerjaan dokumentasi adalah :
3. Foto-foto proyek, berwarna : minimal ukuran postcard, untuk
keperluan laporan bulanan yang dibuat oleh konsultan pengawas, dan
3 (tiga) set album yang harus diserahkan pada serah terima pekerjaan
pertama.

Gambar : Foto Dokumentasi

18
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pasal 4 : Papan nama Proyek

1. Papan pengenal proyek dibuat dari rangka kayu yang baik dan
papan/triplek dicat dengan cat minyak warna dasar putih dan tulisan
warna hitam. Dan pada saat ini bisa juga dicetak ditempat percetakan
poster, baliho atau spanduk. Papan pengenal proyek dipasang pada
tempat strategis dilokasi pekerjaaan agar masyarakat dapat melihatnya
dan dipasang sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
2. Nama Kegiatan, Nama Pekerjaan, Tanggal Pemulaan dan akhir
pelaksanaan pekerjaan, Besar Nilai Kontrak, Nama( Badan) Sumber
Dana dan Nama Perusahan. Kami akan memelihara dan merawat
papan nama dan menjaga agar tetap dalam keadaan baik sampai
dengan penyerahan pekerjaan yang terakhir kalinya kepada Direktur
Pekerjaan.

19
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

BAB II
PEKERJAAN PAGAR BRC

II. PEKERJAAN PAGAR BRC

A. PEKERJAAN TANAH & PONDASI

Pasal 01. KETENTUAN UMUM

1. Sebelum melakukan pekerjaan tanah, Pelaksana harus membersihkan daerah


yang akan dikerjakan dari sisa-sisa bongkaran, akar pohon maupun semak-
semak belukar serta segala perintang yang ada dalam daerah kerja, kecuali
ditentukan lain oleh pengawas.

2. Pelaksana harus menjamin terjaganya keutuhan barang/ benda atau bangunan


yang telah selesai dikerjakan atau tumbuhan dan tanaman yang mungkin masih
dapat diselamatkan dari pekerjaan ini, dari segala macam kerusakan dan
berhati-hati untuk tidak mengganggu patok pengukuran atau tanda-tanda yang
lain.

3. Perbaikan kerusakan pada benda/ barang atau bangunan yang harus dijaga
akibat pelaksanaan pekerjaan akan menjadi tanggung jawab Pelaksana.

4. Pelaksana harus melakukan pengukuran dan pematokan terlebih dahulu dan


melaporkannya kepada pengawas, serta meminta izin untuk memulai pekerjaan.

5. Pemindahan material akibat pembongkaran puing - puing dan semua yang


merintangi pekerjaan harus dilakukan menurut peraturan.

Pasal 02. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja,


bahan-bahan,dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan
penggalian, penimbunan kembali, dan pengisian/ pengurungan untuk
peninggian lantai bangunan sesuai dengan peil/elevasi yang telah ditentukan.

Pasal 03. PENGURUNGAN DAN PEMADATAN

1. Bila tidak dicantumkan dalam gambar-gambar detail, maka pada bagian bawah
pasangan lantai diurug dengan pasir padat minimal 10 cm atau sesuai dengan
gambar dan petunjuk pengawas. Pasir yang digunakan harus dari jenis pasir

20
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

pasang yang bersih/ bebas dari lumpur, kotoran-kotoran, sampah dan benda-
benda organis lainnya yang dapat menyebabkan tidak sempurnanya pemadatan.

2. Di bawah lapisan pasir tersebut, urugan yang dipakai adalah jenis “silty clay”
tanah urugan yang bersih tanpa potongan-potongan bahan yang bisa lapuk
dengan ketebalan 85 cm.
3. Pelaksana wajib melaksanakan pengurungan dengan semua bahan urug yang
keras atau mutu bahan yang terbaik dan mengajukan contoh bahan yang
digunakan untuk mendapat persetujuan pengawas.

4. Penghamparan dan pemadatan harus dilaksanakan lapis per lapis yang tidak
lebih tebal dari 15 cm (gembur) dengan alat-alat yang telah disetujui, seperti
mesin penggilas getar atau alat tumbuk dimana standar kepadatannya dicapai
pada kepadatan dimana kadar airnya 95% dari kadar air optimal atau “dry
density”nya mencapai 95% dari dry density optimal, sesuai dengan petunjuk
pengawas.

5. Terhadap hasil pemadatan yang dilaksanakan, Pelaksana harus mengadakan


“density test” di lapangan. Semua biaya seluruh pengujian tersebut menjadi
beban Pelaksana.

6. Bila bahan urugan apapun yang digunakan menjadi lapuk/ rusak atau bila
urugan apapun yang telah dipadatkan menjadi terganggu, maka bahan tersebut
harus digali keluar dan diganti dengan bahan yang memenuhi syarat serta
dipadatkan kembali, sesuai petunjuk pengawas tanpa adanya biaya tambahan.

7. Selama dan sesudah pekerjaan pengurungan dan pemadatan, tidak dibenarkan


adanya genangan air di atas tanah atau sekitar lapangan pekerjaan. Pelaksana
harus mengatur pembuangan air sedemikian rupa agar aliran air hujan atau dari
sumur lain dapat berjalan lancar, baik selama atau pun sesudah pekerjaan
selesai.

8. Pelaksana bertanggung jawab atas stabilitas urugan tanah dan Pelaksana harus
mengganti bagian - bagian yang rusak akibat dari kesalahan dan kelalaian
Pelaksana atau akibat dari aliran air.

Pasal 04. PEKERJAAN PENYELESAIAN

1. Seluruh daerah kerja termasuk penggalian dan penimbunan harus merupakan


daerah yang betul - betul seragam dan bebas dari permukaan yang tidak merata.

2. Seluruh permukaan akhir harus benar-benar memenuhi kondisi yang dinyatakan


dalam gambar. Bila diakibatkan oleh penurunan timbunan memerlukan

21
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

tambahan material yang tidak lebih dari 30 cm, maka bagian atas tersebut harus
digaruk sebelum material timbunan tambahan dihamparkan, untuk selanjutnya
dipadatkan sampai mencapai elevasi dan sesuai dengan persyaratan.

3. Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan pengisian/
urugan, seluruh puing-puing, reruntuhan dan sampah - sampah harus segera
disingkirkan dari lokasi.

PEKERJAAN PONDASI

Pasal 01. UMUM

JENIS-JENIS PONDASI TAPAK

Dalam memilih jenis pondasi tapak yang paling tepat untuk mendukung
suatu bangunan, kita harus menyesuaikannya terhadap faktor-faktor tertentu. Mulai
dari kedalaman tanah dari dasar pondasi, daya dukung tanah, keseragaman
komposisi tanah, jenis bangunan yang akan disokong, sampai ukuran pondasi yang
dibutuhkan. Nah, di bawah ini merupakan ragam dari pondasi tapak yang patut
Anda ketahui :

1. Pondasi Tapak Setempat

Pondasi tapak setempat juga dikenal sebagai pondasi telapak kolom dan
pondasi telapak terpisah. Kebanyakan pondasi ini berbentuk bujur sangkar untuk
mengefektifkan ruang dan menjamin keseimbangannya. Namun jika ruangan yang
tersedia tidak memungkinkan dibuat bentuk ini, maka pondasi tapak setempat juga
bisa dibangun dalam bentuk persegi panjang.

2. Pondasi Tapak Dinding

Sesuai namanya, kegunaan utama pondasi tapak dinding adalah untuk


menahan beban dinding. Bukan hanya dinding yang bertumpu pada pondasi ini
secara konsentris saja yang didukung, tetapi juga bagian-bagian dinding yang lain
pun ikut dijaga kedudukannya.

3. Pondasi Tapak Gabungan

Pondasi tapak gabungan merupakan dua pondasi yang digabungkan


memakai balok pengikat. Pondasi ini biasa disebut pula pondasi tapak kantilever.
Pondasi tapak gabungan umumnya digunakan untuk menyokong dua kolom
sekaligus bahkan lebih. Jadi jangan heran kalau telapak pondasi ini dibuat dalam
bentuk persegi panjang atau trapesium.

22
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

4. Pondasi Tapak Pelat

Ini adalah pondasi tapak yang dilengkapi dengan telapak berukuran cukup
luas. Gunanya yaitu untuk menahan beban seluruh kolom dan dinding bangunan.
Umumnya pondasi tapak pelat diaplikasikan pada tanah yang labil.

5. Pondasi Tapak Tiang Pancang

Prinsip kerja pondasi tapak tiang pancang yakni meneruskan beban


konstruksi yang diterima dari atas kepada tiang-tiang yang dipancangkan.
Selanjutnya beban tersebut akan dilimpahkan sampai ke tanah pendukung lewat
tumpuan ujung tiang dan gesekan permukaan. Klik tautan berikut untuk
mempelajari pondasi tiang pancang secara lengkap.

6. Pondasi Batu Gunung

Untuk melaksanakan pembangunan ini perencanaan yang digunakan untuk


pondasi ini adalah pondasi Batu Gunung setempat yang sesuai dengan kondisi
tanah yang ada.
Pasal 01. Galian Pondasi Batu Gunung

1. Pekerjaan Galian harus dimulai dari elevasi paling atas atau elevasi akhir dari
timbunan tanah yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan
menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian pondasi yang ada dalam
Gambar Bestek.
3. Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi sesuai dengan Gambar Bestek.
4. Pengalian pondasi dilakukan secara manual oleh para pekerja.
5. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang
diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan
biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
6. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat
pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan
Supervisi.
7. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing
bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug
kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
8. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi harus
ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam
lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi pondasi.
9. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum
pekerjaan konstruksi pondasi plat lantai selesai dikerjakan.

23
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

10. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika
tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga
membahayakan pekerjaan pengalian.
11. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 02. PERSYARATAN BAHAN

Untuk Pekerjaan pondasi ini dirangkum dalam 2 pekerjaan Struktur yaitu :

Uraian Pekerjaan :
Pekerjaan Pembesian :
Bahan :
 Besi beton BTDP U24 & BJTD U40
 Kawat bendrad
Peralatan :
 Bar Cutter
 Bar Bender
 Alat Angkat/Transportasi
 Peralatan Tukang
Metode
 Fabrikasi : Fabrikasi besi beton dilakukan di Workshop besi, setelah Shop
drawing Pembesian & Bending schedule disetujui. Pemotongan dilakukan
dengan Bar cutter, kemudian pembengkokan sesuai Shop drawing dilakukan
dengan menggunakan Bar bender. Pekerjaan fabrikasi harus dilaksanakan oleh
tenaga kerja yang ahli. Pengawasan pekerjaan ini perlu dilakukan dengan ketat
agar tidak terjadi kesalahan yang tidak perlu. Besi-besi yang telah difabrikasi
ditempatkan pada lokasi stock yard besi yang telah disediakan terlebih dahulu,
diberi label pada setiap jenisnya.

Pasal 03. SYARAT PELAKSANAAN

 Pemasangan : Setelah fabrikasi selesai, besi beton yang akan dipasang


diangkut ke lokasi pekerjaan. Pemasangan dilakukan sesuai dengan Shop
drawing. Diameter besi dan jarak antar besi harus dicheck dengan benar, agar
tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan pembongkaran pasangan besi.
Tukang yang ahli dan berpengalaman diperlukan untuk menjamin kualitas
pemasangan.

2. Pekerjaan Pengecoran
a. Bahan
 Semen Portland
 Kerikil
 Pasir

24
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

 Air
 Additive (jika diperlukan)
 Bonding Agent
 Goni basah

b. Peralatan :
 Alat pencampur beton (Concrete mixer)
 Alat angkat/Lift barang
 Compressor
 Concrete vibrator
 Gerobak sorong
 Peralatan tukang

C. Metode :

i. Pencampuran beton
Sebelum melakukan pencampuran beton, harus dibuat mix design beton
yang akan dibuat. Hal ini meliputi penyelidikan Laboratorium terhadap bahan-
bahan sesuai standar yang diminta spesifikasi, antara lain PBI, ASTM, AASTHO,
BS.Setelah persiapan mix design disetujui, dan diadakan uji campuran (trial mix)
sudah berhasil, maka material dapat dioerder sesuai dengan yang telah disetujui
oleh Pengawas/Pemilik Proyek yaitu K-250.

ii. Pelaksanaan pengecoran beton


Setelah besi dan bekisting terpasang dengan sempurna, dilakukan pembersihan pada lokasi
pengecoran dengan compressor untuk menghilangkan kotoran-kotoran penyebab ketidak-
sempurnaan hasil pengecoran. Dengan menggunakan check list pengecoran, surat ijin.

Gambar : Pondasi Telapak Beton bertulang

25
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

B. PEKERJAAN BETON BERTULANG

Pasal 01. Ketentuan Umum

1. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan syarat


pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku
persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan
teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan standar
dibawah ini :
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (SNI – 2002)
- Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983
- Standar Industri Indonesia

2. Pelaksana harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan


kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana
dan instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh pengawas. Semua
pekerjaan yang tidak memenuhi syarat harus dibongkar dan diganti
atas biaya Pelaksana sendiri.
3. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai dengan
persyaratan dan disetujui oleh pengawas, dan pengawas berhak
meminta diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan Pelaksana
bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak
disetujui oleh pengawas harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.

Pasal 02.Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga


kerja, bahan-bahan, upah dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua
pekerjaan beton/beton bertulang yang terdapat dalam gambar.
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan
bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.
3. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian
dan pemeliharaan beton dan semua jenis pekerjaan yang menunjang
pekerjaan beton.
4. Pekerjaan Beton Bertulang Meliputi :
 Pekerjaan Kolom
 Pekerjaan Sloof
 Kolom Praktis
 Pekerjaan Ring Balk

26
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pasal 03.Pengendalian Pekerjaan

1. Pelaksana harus bertanggung jawab atas instalasi semua alat yang


terpasang, selubung-selubung dan sebagainya yang tertanam dalam
beton.
2. Pembagian pekerjaan ini tergantung pada syarat-syarat dalam Peraturan
Beton Indonesia (PBI – 1971).
3. Ukuran - ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang
tidak tercantum dalam gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur
adalah ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran - ukuran yang tepat,
begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar
struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran
antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pengawas untuk mendapatkan
ukuran sesungguhnya.
4. Jika karena keadaan pasaran penulangan perlu diganti guna
kelangsungan pelaksanaan, maka jumlah luas penampang tidak boleh
berkurang dengan memperhatikan syarat-syarat lainnya yang termuat
dalam PBI – 1971. Dalam hal ini harus mendapat persetujuan pengawas.

Pasal 04.Persyaratan Bahan

1. Semen Portland harus memenuhi persyaratan Standar Internasional atau


SNI-8 untuk butir pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan
aduk dan susunan kimia. Semen yang cepat mengeras hanya boleh
digunakan jika atas petunjuk pengawas. Semen yang digunakan untuk
seluruh pekerjaan pondasi dan beton harus dari satu merk saja yang
disetujui Pengawas.
2. Pelaksana harus mengirim surat pernyataan pabrik yang menyebutkan
type, kualitas dari semen yang digunakan.

3. Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan


dan dijaga agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari
tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen dan
menurut urutan pengiriman. Semen yang telah rusak karena terlalu lama
disimpan sehingga mengeras atau tercampur bahan lain, tidak boleh
digunakan dan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus
dalam zak - zak yang utuh dan terlindung baik dari pengaruh cuaca,
dengan ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan urutan
pengiriman.

1. Agregat Halus (Pasir) dan Agregat Kasar (Koral/ Batu pecah)


a. Agregat Halus (pasir)

27
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

 Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi syarat-syarat


dalam PBI-1971, Bab 3.
 Mutu Pasir, Butir-butir tajam, keras, bersih dan tidak
mengandung lumpur dan bahan-bahan organis. Atas biaya
Kontraktor harus melaksanakan uji kadar Lumpur (clay content)
dan analisa saringan.
 Ukuran
Sisa di atas ayakan 4 mm harus minimal 2% berat ; sisa di atas
ayakan 2 mm harus minimal 10 % berat ; sisa ayakan di atas 0,25
mm harus berkisar antara 80% - 90% berat.

b. Agregat Kasar (Koral/ Batu Pecah)


 Mutu
Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, jumlah butir-butir pipih
maksimal 20% berat, tidak pecah atau hancur serta tidak
mengandung zat-zat reaktif alkali. Atas biaya Kontraktor harus
melaksanakan uji kekerasan (abrasion test) dengan alat Los Angeles
abrasion machine serta analisa saringan.
 Ukuran
Sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0% berat, Sisa di atas ayakan 4 mm
harus berkisar antara 90% - 98% berat, selisih antara sisa-sisa kumulatif
diatas dua ayakan yang berurutan adalah maksimal 60% dan minimal
10% berat.

 Penyimpanan
Pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa
sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.
2. Air
a. Air untuk membuat dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan
lainnya yang dapat merusak beton serta baja tulangan atau jaringan
kawat baja. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum.
b. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian contoh
air di lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui apabila
terdapat keragu-raguan mengenai mutu air tersebut. Biaya
pengujian contoh air untuk keperluan pelaksanaan proyek ini adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana.

3. Pembesian/Penulangan
a. Baja tulangan harus memenuhi persyaratan SNI 2002, dengan
tegangan leleh (αα = 2400 Kg/cm2) dan (αα = 3200 Kg/cm2) atau.
Besi beton BTDP U24 & BJTD U40

28
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

b. Besi tulangan dengan diameter lebih besar atau sama dengan


16.0mm memakai besi Ulir. Untuk pekerjaan struktur utama pada
pekerjaan ini menggunakan besi tulangan pokok Ulir dan Polos yang
diameter 12 - 16 mm, serta behel/ sengkang berdiameter 8 - 10 mm
dengan jarak 10 - 15 cm. Semua pekerjaan struktur dapat dilihat
pada gambar kerja/ bestek.
c. Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian
rupa sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab
ataupun basah. Juga besi penulangan harus disimpan rata (round-
bars) harus sesuai dengan persyaratan dalam SNI – 21 pasal 3.7.
d. Besi yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain.
Apabila terdapat karat pada bagian permukaan besi, maka besi harus
dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi
diameter penampang besi, atau mengunakan bahan cair sejenis
“Vikaoxy Off” produksi yang telah memenuhi SII atau yang setaraf
dan disetujui pengawas.
e. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian terhadap
beton cor ditempat yang digunakan, dan bahan yang diakui serta
yang disetujui pengawas. Semua biaya sehubungan dengan
pengujian tersebut di atas sepenuhnya menjadi tanggungan
Pelaksana.
f. Apabila besi tulangan yang digunakan telah distel di pabrik dan
perlu penyambungan yang berbeda antara penulangan lantai dasar
dengan ketentuan dari pabrik pembuat, maka harus atas persetujuan
Pengawas.

4. Kawat Pengikat

Kawat pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang


disyaratkan dalam PBI SNI – 2 pasal 3.7.

5. Bahan Additive

a. Penggunaan additive tidak diizinkan tanpa persetujuan tertulis dari


pengawas.
b. Bila diperlukan untuk mempercepat pengerasan beton atau bila
slump yang disyaratkan tinggi, beton dapat digunakan bahan
additive yang disetujui pengawas. Bahan Additive yang digunakan
produksi CEMENT – AIDS atau yang setaraf. Semua perubahan
design mix atau penambahan additive, sepenuhnya menjadi
tanggungan Pelaksana dan tidak ada biaya tambahan untuk hal
tersebut.

29
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pasal 05. Adukan Beton

1. Sebelumnya harus diadakan adukan beton percobaan “Trial Mix” yang


sesuai dengan yang dibutuhkan pada setiap bagian konstruksi. Pekerjaan
tidak boleh dimulai sebelum diperiksa dan disetujui Pengawas mengenai
kekuatan/ kebersihannya. Semua biaya pengujian tersebut menjadi
beban Pelaksana.
2. Mutu beton yang digunakan pada seluruh pekerjaan ini adalah K-200
slump 12 cm.

Pasal 06. Cetakan dan Adukan

1. Pelaksana harus terlebih dahulu mengajukan gambar-gambar rencana


cetakan dan acuan untuk mendapatkan persetujuan pengawas. Dalam
gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat konstruksi cetakan
atau acuan, sambungan-sambungan dan kedudukan serta sistem
rangkanya.
2. Cetakan acuan untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan
dalam PBI – 1971, SNI–2.
3. Acuan harus direncanakan agar dapat memikul beban-beban konstruksi
dan getaran-getaran yang ditimbulkan oleh peralatan penggetar.
Defleksi maksimal dari cetakan dan acuan antara tumpuannya harus
dibatasi sampai 1/400 bentang antara tumpuan tersebut.
4. Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian agar
keamanan konstruksi tetap terjamin dan disesuaikan dengan persyaratan
PBI – 1971, SNI – 2.
5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari
pengawas, atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut
:
- Bagian sisi balok 48 jam (dua hari)
- Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
- Balok dengan beban konstruksi 21 hari
- Plat beton 21 hari

6. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga


tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi
bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Pelaksana wajib
mengadakan perbaikan atau pembetulan kembali.
7. Cetakan untuk pekerjaan kolom dan pekerjaan beton lainnya harus
mengunakan papan tebal minimal 2,5 cm atau multiplek 9 mm, balok
5/7, 6/10, 8/10 dan dolken bila diperlukan berdiameter 8 – 12 cm, dapat
digunakan dari mutu kelas II.

30
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pasal 07. Pelaksanaan

1. Proporsi. Kecuali disebutkan lain, maka campuran dari beton harus


sedemikian sehingga mencapai kekuatan kubus 28 hari sebesar yang
disyaratkan pada PBI – 1971 yaitu untuk beton K – 250, Untuk struktur
yang disebut diatas.
2. Slump. Nilai yang diizinkan untuk beton dalam keadaan mix yang
normal adalah 7,5 - 10 cm dan disesuaikan terhadap mutu beton yang
disyaratkan. Slump yang terjadi diluar batas tersebut harus mendapatkan
persetujuan pengawas.
3. Penyambungan Beton dan Grouting. Sebelum melanjutkan pengecoran
pada beton yang telah mengeras, maka permukaannya harus dibersihkan
dan dikasarkan terlebih dahulu. Cetakan harus dikencangkan kembali
dan permukaan sambungan disiram dengan bahan “Bonding Agent”
untuk maksud tersebut dengan persetujuan pengawas.
4. Peralatan Pengadukan. Dalam pelaksanaan pembuatan beton harus
digunakan alat pengaduk “Beton Molen”.

Gambar : Ilustrasi Struktur

Pasal 08. Tebal Penutup Beton Minimal

1. Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton minimal adalah 2,5 cm.
2. Perhatian khusus yang dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup
beton, untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak (beton

31
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

decking) yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama
dengan mutu beton yang akan dicor.
3. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-
gelang yang harus dipasang sebanyak minimal 4 (empat) buah setiap
meter persegi cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan tersebut
disebar merata.
Pasal 09. Pengangkutan Angkutan & Pengecoran

1. Pelaksana harus memberitahukan pengawas selambat-lambatnya 2 (dua)


hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk
melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa
Pelaksana akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
2. Beton harus dicor sesuai dengan persyaratan dalam PBI 1971. Bila
disebutkan lain atau persetujuan pengawas, tinggi jatuh dari beton yang
dicor jangan melebihi 1,5 m.
3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor
harus bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang lepas.
Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang
(pipa-pipa untuk instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan lainnya).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton
sudah harus dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan sudah harus
terpasang dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus
dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala
kotoran yang yang lepas.
5. Waktu pengangkutan harus dihitung dengan cermat, sehingga waktu
antara pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan
tidak terjadi perbedaan pengikatan yang mencolok antara beton yang
sudah dicor dan akan dicor.
6. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu
yang telah ditentukan, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat
pengikatan (Retarder) dengan persetujuan pengawas.
7. Adukan tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada semen
dengan agregat telah melampaui 1,5 jam ; dan waktu itu dapat
berkurang, bila pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi
tertentu.
8. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari
terjadinya pemisahan material (segresi) dan perubahan letak tulangan.
Cara penuangan dengan alat bantu seperti talang, pipa, chuter dan
sebagainya harus mendapat persetujuan pengawas dan alat-alat tersebut
harus bersih dan bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.

32
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pasal 10. Pemadatan Beton

1. Pelaksana bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna


pengangkutan dan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar
didapat beton yang padat tanpa perlu penggetaran secara berlebihan.
2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan Mechanical
Vibrator dan dioperasikan oleh orang berpengalaman. Penggetaran
dilakukan secukupnya agar tidak terjadi Over Vibration dan tidak
diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk
mengalirkan beton. Hasil beton harus merupakan massa yang utuh bebas
dari lubang-lubang segresi atau keropos.
3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat
penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian
beton dan pemadatan beton yang baik. Alat penggetar tidak boleh
disentuh pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai
mengeras.

Pasal 11. Pengujian/Pemeriksaan Mutu Beton

1. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji


kubus beton 15 x 15 x 15 cm atau silinder sesuai standar dalam PBI –
1971.
2. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian “ Slump” dimana
nilai slump harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalam PBI –1971.
3. Pengujian compresive strength untuk beton dilaksanakan sesuai ASTM
dan PBI–1971 pasal 4.5, di laboratorium yang disetujui pengawas.
4. Mengenai pengambilan contoh/sample/spesimen untuk benda uji
dilaksanakan secara berkala, paling sedikit setiap 5 m beton yang
diproduksi.
5. Hasil pengujian dikeluarkan pada :
 Saat benda uji berumur 3 - 7 hari
 Saat benda uji berumur 14 hari
 Saat benda uji berumur 28 hari

6. Pelaksana bertanggung jawab sepenuhnya terhadap biaya pengujian


beton dan biaya yang ditimbulkan akibat tidak dapat diterimanya mutu
beton tersebut.
7. Pemeriksaan lanjutan. Pengawasan dapat meminta pemeriksaan lanjutan
yang dilakukan dengan penggunaan hammer tes (smitz hammer test)
atau kalau perlu dengan core drilling untuk meyakinkan penilaian untuk
kualitas beton yang sudah ada. Biaya pekerjaan serupa ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab.

33
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pasal 12. Perawatan Beton

1. Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam PBI - 1971, SNI - 2


pasal 6.6.
2. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang
belum saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan
kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu
yang diperlukan untuk diproses hydrasi semen serta pengerasan beton.
3. Perawatan beton segera dimulai setelah pengecoran beton dilaksanakan
dan harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 (dua)
minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran
harus dipertahankan supaya tidak melebihi 30 C.
4. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton pun harus tetap
dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum
selesai masa perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan
perwatan tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus
menerus dengan menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan
cara lain yang disetujui pengawas.
5. Cara pelaksanaan perawatan serta alat dipergunakan harus mendapat
persetujuan dahulu dari pengawas.

Pasal 13. Cacat-Cacat Pekerjaan

1. Bila penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan atau keahlian dalam


pengerjaan setiap bagian pekerjaan tidak memenuhi persyaratan-
persyaratan yang tercantum dalam persyaratan teknis, maka bagian
pekerjaan tersebut harus digolongkan sebagai cacat pekerjaan.
2. Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan
diganti sesuai dengan yang dikehendaki oleh pengawas. Seluruh
pembongkaran dan pemulihan pekerjaan yang digolongkan cacat
tersebut serta semua biaya yang timbul akibat hal itu seluruhnya
menjadi tanggungan Pelaksana.

C. PEKERJAAN PASANGAN & PLESTERAN

I. PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

Pasal 01. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantunya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan pasangan batu bata pada
dinding dan lain - lain sesuai gambar detail dan petunjuk pengawas.

34
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pasal 02. Persyaratan Bahan

Persyaratan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :


 Batu bata harus memenuhi SNI-10
 Semen Portland harus memenuhi SNI-8
 Pasir harus memenuhi SNI-3 pasal 14 ayat 2
 Air harus memenuhi PUBBI-1982 pasal 9

Pasal 03. Persyaratan Pelaksanaan

1. Batu bata merah yang digunakan batu bata setempat dengan kualitas
terbaik yang disetujui pengawas yaitu siku dan sama ukurannya.
2. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum
hingga jenuh.
3. Setelah bata terpasang dengan adukan, naad/ siar-siar harus dikerok
sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram
air.
4. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri dari
(maksimal) 24 lapis tiap hari diikuti dengan cor kolom praktis.
5. Bidang dinding bata ½ (setengah) batu yang luasnya lebih besar dari 12
m harus ditambah kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan
ukuran 10 x 10 cm, dengan 4 buah tulangan pokok berdiameter 12 mm,
beugel diameter 6–10 cm, jarak antara kolom maksimal 4,5 meter.
6. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton
diameter 8 mm. Jarak 40 cm, yang terlebih dahulu ditanam dalam
pemasangan bata minimal 30 cm kecuali ditentukan lain.
7. Pembuatan lubang pada pasangan bata merah yang patah 2 melebihi dari
dua tidak boleh digunakan.
8. Pasangan batu bata merah untuk ½ (setengah) batu harus menghasilkan
dinding finish setebal 13 cm dan untuk dinding 1 (satu) batu finish
adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar
tegak lurus.
9. Pemasangan besi beton perkuatan dinding tersebut harus disetujui
terlebih dahulu oleh Pengawas mengenai tempat dan ukurannya.
10. Klos-klos yang dibutuhkan dapat ditanam dalam dinding dengan
angkur.
11. Pemasangan dinding rooster semen seperti pada pemasangan dinding
bata dan perletakannya sesuai dengan gambar pelaksanaan atau atas
petunjuk pengawas.

35
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Gambar : Ilustrasi Pemasangan Bata

II. PEKERJAAN PLESTERAN

Pasal 01. Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran dan acian pada seluruh bagian yang
dijelaskan dalam gambar dan pengawas.

Pasal 02. Persyaratan Bahan

1. Pasir. Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah
liat, lumpur atau campuran-campuran lain.
2. Semen Portland yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang
membatu dan dalam zak yang tertutup seperti disyaratkan dalam SNI –
8. Hanya sebuah merk dari satu jenis semen yang boleh dipakai dalam
pekerjaan, yaitu merk yang disetujui pengawas.
3. Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak
seperti minyak, asam atau unsur-unsur organik lainnya.
4. Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan syarat dalam SNI–2–1971, SNI–
3–1970, SNI–8-1974.

Pasal 03. Perbandingan Campuran Plesteran

1. Plesteran dengan campuran 1 PC : 4 Ps digunakan pada dinding,


sedangkan untuk daerah basah digunakan plesteran dengan campuran 1
PC : 2 Ps.
2. Plesteran 1 PC : 3 Ps digunakan pada permukaan beton, kecuali
dinyatakan lain dalam gambar.

36
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

3. Apabila diperlukan, acian dibuat dengan bahan PC dicampur air sampai


mencapai hasil kekentalan yang sempurna.

Pasal 04. Syarat-Syarat Pelaksanaan

1. Bersihkan permukaan dinding batu bata atau permukaan beton dari noda
debu, minyak cat, bahan - bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat
plesteran.
2. Basahi seluruh permukaan bidang yang akan diplester untuk peresapan.
Plesteran dapat dimulai setelah bidang tersebut kering.
3. Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan sesuai dengan
yang disyaratkan, maka dalam memulai pekerjaan plesteran harus dibuat
terlebih dahulu “kepala plesteran”.
4. Lapisan plesteran dibuat dengan ketebalan yang disyaratkan ( 15 mm)
dan diratakan dengan roskam kayu/besi dari kayu halus terserut dan rata
permukaannya ataupun dengan profil alumunium dengan panjang
minimal 1,5 m. Kemudian basahkan terus selama 3 (tiga) hari untuk
menghindari terjadinya retak akibat penyusutan yang mendadak.
5. Pelaksanaan plesteran menunjukkan hasil yang tidak memuaskan seperti
tidak rata, tidak tegak lurus atau bergelombang, adanya pecahan atau
retakan, kropos, maka bagian tersebut harus dibongkar kembali untuk
diperbaiki atas biaya Pelaksana.
6. Untuk plesteran pada permukaan beton, mula-mula permukaan beton
harus dikasarkan dengan pahat besi untuk mendapatkan daya ikat yang
kuat antara permukaan beton dengan plesteran. Bila mana permukaan
beton yang telah dikasarkan diberi bahan additive, misalnya “Calbon”.
7. Basahi permukaan beton untuk air hingga jenuh, tunggu sampai aliran
air berhenti.
8. Dalam pelaksanaan plesteran permukaan beton dengan ketebalan
minimal 15 mm, tidak diperbolehkan melakukan plesteran sekaligus,
tetapi harus dilakukan secara bertahap yaitu dengan cara menempelkan
adukan semen pada bagian yang diplester, kemudian setelah mengering
lakukan plesteran berikutnya dengan adukan semen pasir hingga
mencapai ketebalan yang dikehendaki.
9. Apabila terdapat bagian plesteran pada permukaan beton dengan
ketebalan lebih dari 30 mm, sebagai akibat dari kesalahan pada waktu
pengecoran atau yang lainnya, maka plesteran tersebut harus dilapisi
dengan kawat ayam yang ditempelkan pada permukaan beton yang akan
diplester. Biaya penambahan kawat ayam tersebut menjadi tanggung
jawab Pelaksana.
10. Hindarkan benda-benda atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
permukaan acian.

37
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

11. Apabila ada pekerjaan plesteran yang harus dibongkar akan diperbaiki,
maka hasil akhir (finishing) dari pekerja tersebut harus dapat menyamai
pekerjaan yang telah disetujui oleh pengawas.

Gambar : Ilustrasi Plesteran Dan Acian

Gambar : Ilustrasi Plesteran Dan Acian

38
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

D. PEKERJAAN BESI HOLLOW

Pasal 01. Besi Hollow

1. Besi Hollow adalah besi dari jenis Black Steel dan bukan Besi Hasil
Galvanisasi.
2. Besi Hollow untuk semua ukuran dimensi harus mempunyai ketebalan
minimal 1,2 mm.
3. Ukuran dimensi besi hollow pada posisi pemasangan Pintu Pagar dan
Lempengan Pagar adalah sesuai Gambar Bestek.
4. Besi hollow harus dilindungi dari proses korosi dengan cara melakukan
pengecatan dengan cat minie, cat dasar dan cat warna

Pasal 02. Cara Pemasangan

1. Lempengan Pagar besi hollow diangkurkan langsung kedalam kolom


beton dan sloof beton.
2. Lempengan pagar terlebih dahulu dicat minie besi sebelum dipasang.
3. Ujung-ujung lempengan besi hollow yang diangkurkan kedalam
kontruksi beton dibuat sedemikian rupa dan dilengkapi dengan besi
angkur diameter 8 mm.
4. Kedalaman pengangkuran lempengan besi hollow ini didalam
konstruksi beton minimal adalah 10 cm dihitung dari permukaan beton.
5. Lempengan Pagar yang telah terpasang dan terangkur dengan baik
difinishing akhir dengan cat dasar besi dan cat warna besi.

Pasal 03. Pintu Masuk

1. Pintu masuk terbuat dari rangkaian besi hollow, besi GIP, dan pelat besi
5 mm dengan komposisi ukuran sesuai Gambar Bestek.
2. Ukuran Pintu Masuk sesuai dengan Gambar Desain.
3. Pada bagian bawah pintu masuk diberi Roda minimal 4 Roda setiap
daun pintu.
4. Pada setiap daun pintu masuk diberi pegangan atau tarikan pintu dari
besi tergalvanisasi dengan diameter minimal 10 mm.
5. Pada setiap dua unit daun pintu diberi satu kunci pacok/tanam dari
material kunci yang telah tergalvanisasi.
6. Pada setiap dua unit daun pintu diberi satu kaitan/kuncian pintu dari
material yang telah tergalvanisasi yang ditempatkan pada posisi tengah
atau setinggi setengah tinggi daun pintu.

39
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

7. Pada setiap pintu dilengkapi dengan 4 unit tiang pegangan atau


pengarah gerakan sliding pintu dari tiang besi tergalvanisasi dengan
ukuran diameter tiang 2”.
8. Pada setiap pintu dilengkapi dengan Rel dari material besi siku ukuran
minimal 3 x 30 x 30 mm atau sesuai Gambar Desain yang telah
tergalvanisasi.
9. Rel besi siku ini dijangkarkan/angkur ke konstruksi pondasi beton cor
mutu K-175 dengan besi tulangan diameter 8 mm.
10. Jumlah angkur rel adalah minimal 4 unit angkur setiap 1 meter panjang
rel.

E. PEKERJAAN PENGECATAN

Pasal 01. Referensi

1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard-standard sebagai


berikut :
a. Petunjuk-petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat.
b. NI-3 1970
c. NI-4
Pasal 02. Cat

1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari
kualitas terbaik.
2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk
dagang, spesifikasi, dan aturan pakai.
3. Cat Tembok dan cat Minyak yang dipakai adalah dari PRODUCT
NIPPON PAINT & CATYLAC.
4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan contoh material cat
minimal dari dua merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan
Perencana.
5. Jenis cat, warna dan type yang akan dipakai pada semua posisi
bangunan akan ditentukan kemudian oleh Owner bersama dengan
Konsultan Perencana.
6. Jenis, Warna dan Type Cat dapat diganti oleh Konsultan Perencana
dengan persetujuan Owner dalam masa pelaksanaan.
7. Untuk kemudahan pelaksanaan penempatan warna cat pada semua
bangunan dilapangan Konsultan Perencana harus menyediakan Gambar
Disain Berwarna tampak luar dan dalam bangunan dengan posisi-posisi
penempatan warna cat.
8. Jika terjadi perbedaan antara pemakaian warna dan spesifikasi cat yang
ada dalam Spesifikasi Teknis (tabel point 5) dengan yang ada dalam
Gambar Bestek maka acuan yang dipakai adalah menurut keputusan
Konsultan Perencana.

40
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

9. Perubahan-perubahan warna cat dari seperti yang telah ditentukan dalam


tabel point 5 yang dilakukan oleh Owner harus disertai keterangan
tertulis dan diketahui oleh Konsultan Supervisi dan Konsultan
Perencana.
10. Perubahan-perubahan warna cat yang tidak disertai keterangan tertulis
adalah kesalahan Kontraktor Pelaksana dan dengan biaya sendiri
Kontraktor Pelaksana harus mengantinya dengan warna cat seperti yang
telah ditentukan dalam tabel point 5, termasuk biaya yang harus
dikeluarkan untuk pengelupasan dan pembersihan apabila pekerjaan
pengecatan telah terlanjur selesai dikerjakan.

Pasal 03. Proses Pengecatan

Yang harus di lakukan untuk memulai proses pengecetan adalah menyiapkan permukaan
yang akan dicat. Pastikan permukaan dinding bersih dan kering untuk mencegah terjadinya
pengelupasan. Biasanya memakan waktu 28 hari agar reaksi pengerasan semen pada
plesteran beton mengering dengan sempurna.

Setelah permukaan tembok sudah benar-benar kering, dan sebelum tembok di plamir,
lapisi dulu tembok dengan Wall Sealer, guna menetralisir PH semen agar sesuai dengan
PH cat. Dengan wall sealer Cat tidak mudah mengelupas dan warna cat tidak akan berubah
dari warna aslinya.Cat akan menjadi seperti kapur jika daya serap tembok masih bekerja,
untuk itu tembok harus dilapisi dengan Wall Sealer, namun jika untuk alasan ekonomis
anda dapat melarutkan satu sampai dua bungkus lem putih dalam satu galon air kemudian
kuaskan pada tembok sebelum tembok di cat.

41
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Sebelum pengecatan dilakukan ada pekerjaan pendahuluan yaitu plamir dinding. Plamir
dinding terdiri dari 3 bagian bahan, yang pertama adalah semen putih, lem putih, dan
kalsium. Semua bahan tersebut mempunyai fungsi masing - masing.
Penggunaan kalium pada bahan plamir berfungsi sebagai penambah volum dari plamir dan
memudahkan penghalusan, namun apabila terlalu banyak justru akan menyebabkan cat
yang nanti kita kerjakan menjadi kurang kuat. Sebagian kontraktor bangunan sudah tidak
menggunakan kalium sebagai campuran plamir, kecuali pada pekerjaan yang memerlukan
harga sangat hemat dan waktu penyelesaian yang relatif cepat.
Teknik melamir yang efektif adalah dengan menggunakan kapi besar atau bahan bekas dari
pipa pvc yang dibuat kapi. Dengan mengoleskan pada arah vertikal di dinding kemudian
untuk lapis selanjutnya pada arah horisontal, demikian seterusnya sampai dinding menjadi
rata. Lapisan yang kedua haruslah menunggu lapisan yang pertama kering dahulu.
Penghalusan menggunakan amplas dengan arah memutar. Alat penghalus otomatis sebaik
digunakan agar lebih cepat dalam pengerjaannya.
Setelah diplamir, dilakukan Pelapisan cat dasar atau alkali sealer. Sebelum dilakukan
pengecatan dengan cat tembok aplikasikan terlebih dahulu cat dasar alkali sealer, yang
berfungsi memberikan lapisan dibawah cat tembok sehingga memperkecil kontak langsung
dengan alkali tembok. Selain itu alkali sealer berfungsi memberikan lapisan warna putih
sehingga dapat mempercepat penutupan warna cat tembok pada dinding. Alkali sealer
berbeda dengan cat putih. Penggunaan cat putih sebagai dasaran pengecatan tidak akan

42
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

menghindari kontak langsung alkali tembok dengan cat, tetapi hanya berfungsi membantu
daya tutup cat tembok saja.

Proses pengecatan dinding dimulai ketika semua permukaan dinding telah terplamir ,
sudah dalam keadaan halus teramplas, dan sudah dilapisi dengan cat dasar.

Penggunaan rol memang sangat efektif ketika kita mengecat pada pada bidang dinding
yang luas, namun apabila hendak merapikan pada sudut-sudut ruang tetaplah kuas yang
digunakan. Sebenarnya dengan menggunakan kuas cat akan lebih terasa hemat karena
tidak terlalu banyak yang lengket pada rol kita. Untuk hasil yang sempurna cat tembok
jangan terlalu kental, encerkan dengan air 30-35 persen dari total berat cat.

Lapis demi lapis kita cat, cara yang paling cepat agar dinding lekas tertutup rata oleh cat
adalah dengan cara bersilangan. Lapisan pertama vertikal atau horisontal, kemudian tunggu
kering, lapisan yang kedua kebalikannya.Selang waktu antara setiap lapis harus cukup
lama. Secara teoritis adalah 2-4 jam, tetap sebaiknya minimal 8 jam atau semalam.

TIPS DAN TRIK DALAM PENGECATAN


1. Kerjakan pengecatan pada siang hari.
2. Mulai dari dekat jendela. menuju ke ruang dalam.
3. Bila mengecat seluruh ruangan, kerjakanlah mulai dari langit-langit yang diteruskan ke
dinding dekat kusen jendela, pintu-pintu, dan kemudian ke bagian bawah.
4. Mengecat tiga lapis sesuai dengan anjuran pencampuran air lebih baik dari pada satu
lapisan tebal, usahakan menyediakan cat yang cukup unluk area yang akan dicat dengan
menghitung iuas area yang akan dicat, jangan mengecat pada suatu bidang yang lebar
sekaligus. Batasi bidang pengecafan aniara satu sampai dua meter persegi sekali mengecat.

43
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Baru dilanjuttkan ke bidang berikutnya, Perhatikanlah petunjuk-petunjuk mudah pada


kemasan cat sebelum bekerja.
5. Lakukanlah pembuangan sisa saat melakukan pengecatan karena kita harus bertanggung
jawab terhadap lingkungan dengan menghindarkan membuang limbah/sisa cat ke dala m
saluran pembuangan.
6. Terakhir adalah membiarkan sisa cat mengering di wadahnya sebelum dibuang ke
tempat sampah.

Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk sederhana tersebut pengecatan akan lebih mudah,


menghemat waktu, uang dan tenaga. Karena, persiapan permukaan yang benar akan
memberikan hasil akhir yang lebih baik dan perrnukaan yang dicatakan lebih tahan lama,
jangan mencoba untuk mengecat satu lapisan dengan tebal.

Pasal 03. Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan permukaan dinding


pasangan bata dan beton. Hasil pekerjaan pembersihan ini harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum pekerjaan pengecatan
dimulai.
2. Kontraktor harus memastikan permukaan dinding bata, permukaan
beton benar-benar kering sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan.
3. Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang
ahli. Pengecatan dengan alat seperti Kompresor harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi tanpa adanya penambahan biaya
pelaksanaan.
4. Dinding bata dan permukaan beton harus didempul atau diplamur
terlebih dahulu sebelum dilakukan pekerjaan cat dasar.
5. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata
permukaanya dengan kertas amplas.
6. Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali ditentukan lain
dalam Bill of Quantity atau Konsultan Supervisi :
a. Cat Tembok : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2
Kali Cat Warna.
b. Cat Kayu : 1 Kali Cat Minie Kayu, 1 Kali Dempul Kayu, 1 Kali
Cat Dasar, dan 2 Kali Cat Warna.
c. Cat Plafond : 1 Kali Dempul Gypsum, 1 Kali Cat Dasar, dan 2
Kali Cat Warna.

44
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pasal 04. Trik Penggunaan Aci Instan Pengganti Plamir dan Cat Dasar

Mengerjakan finishing dinding semakin mudah dan cepat dengan aci instan.
Warnanya yang putih dapat menggantikan dua proses finishing dinding.

Mari kita hitung berapa tahap dibutuhkan sebelum mengecat dinding. Setelah plesteran,
dinding mesti diaci. Setelah itu diplamir dan diampelas agar permukaannya halus. Cat
dasar perlu diaplikasikan agar cat dinding dapat menutup rata permukaan tanpa
menyisakan belang di beberapa tempat. Setiap tahap membutuhkan waktu antara dua-lima
hari agar hasil finishing din-ding sempurna.

Proses yang demikian lama dan melelahkan itu, ternyata dapat menjadi singkat dan praktis.
Caranya, Anda bisa mensubs-titusi material sehingga dapat menghilang-kan dua tahap
pengerjaan, yaitu proses plamir dan pengecatan dasar. Bagaimana caranya?"Dua proses itu
bisa dihilangkan jika Anda menggunakan semen aci instan

Aci instan terbuat dari campuran filler, semen putih, kapur, dan zat aditif. Ini menjadikan
aci instan dapat merekat erat pada segala permukaan dinding (beton dan plesteran). Daya
lentur dan proses pengeringan yang perlahan-lahan menjadikan aci instan sebagai material
yang tepat untuk mengurangi retak rambut.

45
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Retak rambut itu bisa terjadi jika proses pengeringan semen berlangsung cepat. Aci instan
mengering lebih lama. Dengan demikian, proses muai- susutnya pun lambat, sehingga
retak-retak rambut itu berkurang.
Penggunaan aci instan dianjurkan dalam praktik sehari-hari. Meski harga material
ini lebih mahal dari semen biasa, tapi sebetulnya bisa hemat. Jika dihitung total biayanya,
penggunaan aci instan ini dapat menghemat waktu pengerjaan dan biaya pembangunan

46
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

BAB III

III. PEKERJAAN PAGAR TEMBOK

A. PEKERJAAN TANAH & PONDASI

Pasal 01. Ketentuan Umum

1. Sebelum melakukan pekerjaan tanah, Pelaksana harus membersihkan


daerah yang akan dikerjakan dari sisa-sisa bongkaran, akar pohon
maupun semak-semak belukar serta segala perintang yang ada dalam
daerah kerja, kecuali ditentukan lain oleh pengawas.
2. Pelaksana harus menjamin terjaganya keutuhan barang/ benda atau
bangunan yang telah selesai dikerjakan atau tumbuhan dan tanaman
yang mungkin masih dapat diselamatkan dari pekerjaan ini, dari segala
macam kerusakan dan berhati-hati untuk tidak mengganggu patok
pengukuran atau tanda-tanda yang lain.
3. Perbaikan kerusakan pada benda/ barang atau bangunan yang harus
dijaga akibat pelaksanaan pekerjaan akan menjadi tanggung jawab
Pelaksana.
4. Pelaksana harus melakukan pengukuran dan pematokan terlebih dahulu
dan melaporkannya kepada pengawas, serta meminta izin untuk
memulai pekerjaan.
5. Pemindahan material akibat pembongkaran puing - puing dan semua
yang merintangi pekerjaan harus dilakukan menurut peraturan.

Pasal 02. Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga


kerja, bahan-bahan,dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua
pekerjaan penggalian, penimbunan kembali, dan pengisian/
pengurungan untuk peninggian lantai bangunan sesuai dengan
peil/elevasi yang telah ditentukan.

Pasal 03. Pengurukan & Pemadatan

1. Bila tidak dicantumkan dalam gambar-gambar detail, maka pada bagian


bawah pasangan lantai diurug dengan pasir padat minimal 10 cm atau
sesuai dengan gambar dan petunjuk pengawas. Pasir yang digunakan
harus dari jenis pasir pasang yang bersih/ bebas dari lumpur, kotoran-
kotoran, sampah dan benda-benda organis lainnya yang dapat
menyebabkan tidak sempurnanya pemadatan.

47
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

2. Di bawah lapisan pasir tersebut, urugan yang dipakai adalah jenis “silty
clay” tanah urugan yang bersih tanpa potongan-potongan bahan yang
bisa lapuk dengan ketebalan 85 cm.
3. Pelaksana wajib melaksanakan pengurungan dengan semua bahan urug
yang keras atau mutu bahan yang terbaik dan mengajukan contoh bahan
yang digunakan untuk mendapat persetujuan pengawas.
4. Penghamparan dan pemadatan harus dilaksanakan lapis per lapis yang
tidak lebih tebal dari 15 cm (gembur) dengan alat-alat yang telah
disetujui, seperti mesin penggilas getar atau alat tumbuk dimana standar
kepadatannya dicapai pada kepadatan dimana kadar airnya 95% dari
kadar air optimal atau “dry density”nya mencapai 95% dari dry density
optimal, sesuai dengan petunjuk pengawas.
5. Terhadap hasil pemadatan yang dilaksanakan, Pelaksana harus
mengadakan “density test” di lapangan. Semua biaya seluruh pengujian
tersebut menjadi beban Pelaksana.
6. Bila bahan urugan apapun yang digunakan menjadi lapuk/ rusak atau
bila urugan apapun yang telah dipadatkan menjadi terganggu, maka
bahan tersebut harus digali keluar dan diganti dengan bahan yang
memenuhi syarat serta dipadatkan kembali, sesuai petunjuk pengawas
tanpa adanya biaya tambahan.
7. Selama dan sesudah pekerjaan pengurungan dan pemadatan, tidak
dibenarkan adanya genangan air di atas tanah atau sekitar lapangan
pekerjaan. Pelaksana harus mengatur pembuangan air sedemikian rupa
agar aliran air hujan atau dari sumur lain dapat berjalan lancar, baik
selama atau pun sesudah pekerjaan selesai.
8. Pelaksana bertanggung jawab atas stabilitas urugan tanah dan Pelaksana
harus mengganti bagian - bagian yang rusak akibat dari kesalahan dan
kelalaian Pelaksana atau akibat dari aliran air.

Pasal 04. Pekerjaan Penyelesaian

1. Seluruh daerah kerja termasuk penggalian dan penimbunan harus


merupakan daerah yang betul - betul seragam dan bebas dari permukaan
yang tidak merata.
2. Seluruh permukaan akhir harus benar-benar memenuhi kondisi yang
dinyatakan dalam gambar. Bila diakibatkan oleh penurunan timbunan
memerlukan tambahan material yang tidak lebih dari 30 cm, maka
bagian atas tersebut harus digaruk sebelum material timbunan tambahan
dihamparkan, untuk selanjutnya dipadatkan sampai mencapai elevasi
dan sesuai dengan persyaratan.
3. Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan
pengisian/ urugan, seluruh puing-puing, reruntuhan dan sampah -
sampah harus segera disingkirkan dari lokasi.

48
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pondasi Batu Gunung

Untuk melaksanakan pembangunan ini perencanaan yang digunakan untuk


pondasi ini adalah pondasi Batu Gunung setempat yang sesuai dengan kondisi
tanah yang ada.
Pasal 01. Galian Pondasi Batu Gunung

1. Pekerjaan Galian harus dimulai dari elevasi paling atas atau elevasi akhir dari
timbunan tanah yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan
menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian pondasi yang ada dalam
Gambar Bestek.
3. Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi sesuai dengan Gambar Bestek.
4. Pengalian pondasi dilakukan secara manual oleh para pekerja.
5. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang
diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan
biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
6. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat
pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan
Supervisi.
7. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing
bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug
kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
8. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi harus
ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam
lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi pondasi.
9. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum
pekerjaan konstruksi pondasi plat lantai selesai dikerjakan.
10. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika
tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga
membahayakan pekerjaan pengalian.
11. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 02. PERSYARATAN BAHAN

Untuk Pekerjaan pondasi ini dirangkum dalam 2 pekerjaan Struktur yaitu :

Uraian Pekerjaan :
Pekerjaan Pembesian :
Bahan :
 Besi beton BTDP U24 & BJTD U40

49
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

 Kawat bendrad
Peralatan :
 Bar Cutter
 Bar Bender
 Alat Angkat/Transportasi
 Peralatan Tukang
Metode
 Fabrikasi : Fabrikasi besi beton dilakukan di Workshop besi, setelah Shop
drawing Pembesian & Bending schedule disetujui. Pemotongan dilakukan
dengan Bar cutter, kemudian pembengkokan sesuai Shop drawing dilakukan
dengan menggunakan Bar bender. Pekerjaan fabrikasi harus dilaksanakan oleh
tenaga kerja yang ahli. Pengawasan pekerjaan ini perlu dilakukan dengan ketat
agar tidak terjadi kesalahan yang tidak perlu. Besi-besi yang telah difabrikasi
ditempatkan pada lokasi stock yard besi yang telah disediakan terlebih dahulu,
diberi label pada setiap jenisnya.

Pasal 03. SYARAT PELAKSANAAN

 Pemasangan : Setelah fabrikasi selesai, besi beton yang akan dipasang


diangkut ke lokasi pekerjaan. Pemasangan dilakukan sesuai dengan Shop
drawing. Diameter besi dan jarak antar besi harus dicheck dengan benar, agar
tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan pembongkaran pasangan besi.
Tukang yang ahli dan berpengalaman diperlukan untuk menjamin kualitas
pemasangan.

2. Pekerjaan Pengecoran
a. Bahan
 Semen Portland
 Kerikil
 Pasir
 Air
 Additive (jika diperlukan)
 Bonding Agent
 Goni basah

b. Peralatan :
 Alat pencampur beton (Concrete mixer)
 Alat angkat/Lift barang
 Compressor
 Concrete vibrator
 Gerobak sorong
 Peralatan tukang

50
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

C. Metode :

i. Pencampuran beton
Sebelum melakukan pencampuran beton, harus dibuat mix design beton
yang akan dibuat. Hal ini meliputi penyelidikan Laboratorium terhadap bahan-
bahan sesuai standar yang diminta spesifikasi, antara lain PBI, ASTM, AASTHO,
BS.Setelah persiapan mix design disetujui, dan diadakan uji campuran (trial mix)
sudah berhasil, maka material dapat dioerder sesuai dengan yang telah disetujui
oleh Pengawas/Pemilik Proyek yaitu K-250.

ii. Pelaksanaan pengecoran beton


Setelah besi dan bekisting terpasang dengan sempurna, dilakukan pembersihan pada lokasi
pengecoran dengan compressor untuk menghilangkan kotoran-kotoran penyebab ketidak-
sempurnaan hasil pengecoran. Dengan menggunakan check list pengecoran, surat ijin.

Gambar : Pondasi Telapak Beton bertulang

B. PEKERJAAN BETON BERTULANG

Pasal 01. Ketentuan Umum

1. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan syarat


pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku
persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan
teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan standar
dibawah ini :
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (SNI – 2002)
- Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983

51
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

- Standar Industri Indonesia

2. Pelaksana harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan


kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana
dan instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh pengawas. Semua
pekerjaan yang tidak memenuhi syarat harus dibongkar dan diganti
atas biaya Pelaksana sendiri.
3. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai dengan
persyaratan dan disetujui oleh pengawas, dan pengawas berhak
meminta diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan Pelaksana
bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak
disetujui oleh pengawas harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.

Pasal 02.Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga


kerja, bahan-bahan, upah dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua
pekerjaan beton/beton bertulang yang terdapat dalam gambar.
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan
bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.
3. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian
dan pemeliharaan beton dan semua jenis pekerjaan yang menunjang
pekerjaan beton.
4. Pekerjaan Beton Bertulang Meliputi :
 Pekerjaan Kolom
 Pekerjaan Sloof
 Kolom Praktis
 Pekerjaan Ring Balk

Pasal 03.Pengendalian Pekerjaan

1. Pelaksana harus bertanggung jawab atas instalasi semua alat yang


terpasang, selubung-selubung dan sebagainya yang tertanam dalam
beton.
2. Pembagian pekerjaan ini tergantung pada syarat-syarat dalam Peraturan
Beton Indonesia (PBI – 1971).
3. Ukuran - ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang
tidak tercantum dalam gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur
adalah ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran - ukuran yang tepat,
begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar
struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran
antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pengawas untuk mendapatkan
ukuran sesungguhnya.

52
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

4. Jika karena keadaan pasaran penulangan perlu diganti guna


kelangsungan pelaksanaan, maka jumlah luas penampang tidak boleh
berkurang dengan memperhatikan syarat-syarat lainnya yang termuat
dalam PBI – 1971. Dalam hal ini harus mendapat persetujuan pengawas.

Pasal 04.Persyaratan Bahan

1. Semen Portland harus memenuhi persyaratan Standar Internasional atau


SNI-8 untuk butir pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan
aduk dan susunan kimia. Semen yang cepat mengeras hanya boleh
digunakan jika atas petunjuk pengawas. Semen yang digunakan untuk
seluruh pekerjaan pondasi dan beton harus dari satu merk saja yang
disetujui Pengawas.
2. Pelaksana harus mengirim surat pernyataan pabrik yang menyebutkan
type, kualitas dari semen yang digunakan.

3. Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan


dan dijaga agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari
tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen dan
menurut urutan pengiriman. Semen yang telah rusak karena terlalu lama
disimpan sehingga mengeras atau tercampur bahan lain, tidak boleh
digunakan dan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus
dalam zak - zak yang utuh dan terlindung baik dari pengaruh cuaca,
dengan ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan urutan
pengiriman.

1. Agregat Halus (Pasir) dan Agregat Kasar (Koral/ Batu pecah)


c. Agregat Halus (pasir)
 Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi syarat-syarat
dalam PBI-1971, Bab 3.
 Mutu Pasir, Butir-butir tajam, keras, bersih dan tidak
mengandung lumpur dan bahan-bahan organis. Atas biaya
Kontraktor harus melaksanakan uji kadar Lumpur (clay content)
dan analisa saringan.
 Ukuran
Sisa di atas ayakan 4 mm harus minimal 2% berat ; sisa di atas
ayakan 2 mm harus minimal 10 % berat ; sisa ayakan di atas 0,25
mm harus berkisar antara 80% - 90% berat.

d. Agregat Kasar (Koral/ Batu Pecah)


 Mutu
Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, jumlah butir-butir pipih
maksimal 20% berat, tidak pecah atau hancur serta tidak

53
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

mengandung zat-zat reaktif alkali. Atas biaya Kontraktor harus


melaksanakan uji kekerasan (abrasion test) dengan alat Los Angeles
abrasion machine serta analisa saringan.
 Ukuran
Sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0% berat, Sisa di atas ayakan 4 mm
harus berkisar antara 90% - 98% berat, selisih antara sisa-sisa kumulatif
diatas dua ayakan yang berurutan adalah maksimal 60% dan minimal
10% berat.

 Penyimpanan
Pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa
sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.

2. Air
c. Air untuk membuat dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan
lainnya yang dapat merusak beton serta baja tulangan atau jaringan
kawat baja. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum.
d. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian contoh
air di lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui apabila
terdapat keragu-raguan mengenai mutu air tersebut. Biaya
pengujian contoh air untuk keperluan pelaksanaan proyek ini adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana.

3. Pembesian/Penulangan
a. Baja tulangan harus memenuhi persyaratan SNI 2002, dengan
tegangan leleh (αα = 2400 Kg/cm2) dan (αα = 3200 Kg/cm2) atau.
Besi beton BTDP U24 & BJTD U40
b. Besi tulangan dengan diameter lebih besar atau sama dengan
16.0mm memakai besi Ulir. Untuk pekerjaan struktur utama pada
pekerjaan ini menggunakan besi tulangan pokok Ulir dan Polos yang
diameter 12 - 16 mm, serta behel/ sengkang berdiameter 8 - 10 mm
dengan jarak 10 - 15 cm. Semua pekerjaan struktur dapat dilihat
pada gambar kerja/ bestek.
c. Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian
rupa sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab
ataupun basah. Juga besi penulangan harus disimpan rata (round-
bars) harus sesuai dengan persyaratan dalam SNI – 21 pasal 3.7.

54
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

d. Besi yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain.
Apabila terdapat karat pada bagian permukaan besi, maka besi harus
dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi
diameter penampang besi, atau mengunakan bahan cair sejenis
“Vikaoxy Off” produksi yang telah memenuhi SII atau yang setaraf
dan disetujui pengawas.
e. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian terhadap
beton cor ditempat yang digunakan, dan bahan yang diakui serta
yang disetujui pengawas. Semua biaya sehubungan dengan
pengujian tersebut di atas sepenuhnya menjadi tanggungan
Pelaksana.
f. Apabila besi tulangan yang digunakan telah distel di pabrik dan
perlu penyambungan yang berbeda antara penulangan lantai dasar
dengan ketentuan dari pabrik pembuat, maka harus atas persetujuan
Pengawas.

4. Kawat Pengikat

Kawat pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang


disyaratkan dalam PBI SNI – 2 pasal 3.7.

5. Bahan Additive

c. Penggunaan additive tidak diizinkan tanpa persetujuan tertulis dari


pengawas.
d. Bila diperlukan untuk mempercepat pengerasan beton atau bila
slump yang disyaratkan tinggi, beton dapat digunakan bahan
additive yang disetujui pengawas. Bahan Additive yang digunakan
produksi CEMENT – AIDS atau yang setaraf. Semua perubahan
design mix atau penambahan additive, sepenuhnya menjadi
tanggungan Pelaksana dan tidak ada biaya tambahan untuk hal
tersebut.
Pasal 05. Adukan Beton

1. Sebelumnya harus diadakan adukan beton percobaan “Trial Mix” yang


sesuai dengan yang dibutuhkan pada setiap bagian konstruksi. Pekerjaan
tidak boleh dimulai sebelum diperiksa dan disetujui Pengawas mengenai
kekuatan/ kebersihannya. Semua biaya pengujian tersebut menjadi
beban Pelaksana.
2. Mutu beton yang digunakan pada seluruh pekerjaan ini adalah K-200
slump 12 cm.

55
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pasal 06. Cetakan dan Adukan

1. Pelaksana harus terlebih dahulu mengajukan gambar-gambar rencana


cetakan dan acuan untuk mendapatkan persetujuan pengawas. Dalam
gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat konstruksi cetakan
atau acuan, sambungan-sambungan dan kedudukan serta sistem
rangkanya.
2. Cetakan acuan untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan
dalam PBI – 1971, SNI–2.
3. Acuan harus direncanakan agar dapat memikul beban-beban konstruksi
dan getaran-getaran yang ditimbulkan oleh peralatan penggetar.
Defleksi maksimal dari cetakan dan acuan antara tumpuannya harus
dibatasi sampai 1/400 bentang antara tumpuan tersebut.
4. Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian agar
keamanan konstruksi tetap terjamin dan disesuaikan dengan persyaratan
PBI – 1971, SNI – 2.
5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari
pengawas, atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut
:
- Bagian sisi balok 48 jam (dua hari)
- Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
- Balok dengan beban konstruksi 21 hari
- Plat beton 21 hari

6. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga


tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi
bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Pelaksana wajib
mengadakan perbaikan atau pembetulan kembali.
7. Cetakan untuk pekerjaan kolom dan pekerjaan beton lainnya harus
mengunakan papan tebal minimal 2,5 cm atau multiplek 9 mm, balok
5/7, 6/10, 8/10 dan dolken bila diperlukan berdiameter 8 – 12 cm, dapat
digunakan dari mutu kelas II.

Pasal 07. Pelaksanaan

1. Proporsi. Kecuali disebutkan lain, maka campuran dari beton harus


sedemikian sehingga mencapai kekuatan kubus 28 hari sebesar yang
disyaratkan pada PBI – 1971 yaitu untuk beton K – 250, Untuk struktur
yang disebut diatas.
2. Slump. Nilai yang diizinkan untuk beton dalam keadaan mix yang
normal adalah 7,5 - 10 cm dan disesuaikan terhadap mutu beton yang
disyaratkan. Slump yang terjadi diluar batas tersebut harus mendapatkan
persetujuan pengawas.

56
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

3. Penyambungan Beton dan Grouting. Sebelum melanjutkan pengecoran


pada beton yang telah mengeras, maka permukaannya harus dibersihkan
dan dikasarkan terlebih dahulu. Cetakan harus dikencangkan kembali
dan permukaan sambungan disiram dengan bahan “Bonding Agent”
untuk maksud tersebut dengan persetujuan pengawas.
4. Peralatan Pengadukan. Dalam pelaksanaan pembuatan beton harus
digunakan alat pengaduk “Beton Molen”.

Gambar : Ilustrasi Struktur

Pasal 08. Tebal Penutup Beton Minimal

1. Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton minimal adalah 2,5 cm.
2. Perhatian khusus yang dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup
beton, untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak (beton
decking) yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama
dengan mutu beton yang akan dicor.
3. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-
gelang yang harus dipasang sebanyak minimal 4 (empat) buah setiap
meter persegi cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan tersebut
disebar merata.

57
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pasal 09. Pengangkutan Angkutan & Pengecoran


1. Pelaksana harus memberitahukan pengawas selambat-lambatnya 2 (dua)
hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk
melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa
Pelaksana akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
2. Beton harus dicor sesuai dengan persyaratan dalam PBI 1971. Bila
disebutkan lain atau persetujuan pengawas, tinggi jatuh dari beton yang
dicor jangan melebihi 1,5 m.
3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor
harus bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang lepas.
Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang
(pipa-pipa untuk instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan lainnya).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton
sudah harus dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan sudah harus
terpasang dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus
dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala
kotoran yang yang lepas.
5. Waktu pengangkutan harus dihitung dengan cermat, sehingga waktu
antara pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan
tidak terjadi perbedaan pengikatan yang mencolok antara beton yang
sudah dicor dan akan dicor.
6. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu
yang telah ditentukan, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat
pengikatan (Retarder) dengan persetujuan pengawas.
7. Adukan tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada semen
dengan agregat telah melampaui 1,5 jam ; dan waktu itu dapat
berkurang, bila pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi
tertentu.
8. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari
terjadinya pemisahan material (segresi) dan perubahan letak tulangan.
Cara penuangan dengan alat bantu seperti talang, pipa, chuter dan
sebagainya harus mendapat persetujuan pengawas dan alat-alat tersebut
harus bersih dan bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.

Pasal 10. Pemadatan Beton

1. Pelaksana bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna


pengangkutan dan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar
didapat beton yang padat tanpa perlu penggetaran secara berlebihan.
2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan Mechanical
Vibrator dan dioperasikan oleh orang berpengalaman. Penggetaran
dilakukan secukupnya agar tidak terjadi Over Vibration dan tidak

58
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk


mengalirkan beton. Hasil beton harus merupakan massa yang utuh bebas
dari lubang-lubang segresi atau keropos.
3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat
penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian
beton dan pemadatan beton yang baik. Alat penggetar tidak boleh
disentuh pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai
mengeras.

Pasal 11. Pengujian/Pemeriksaan Mutu Beton

1. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji


kubus beton 15 x 15 x 15 cm atau silinder sesuai standar dalam PBI –
1971.
2. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian “ Slump” dimana
nilai slump harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalam PBI –1971.
3. Pengujian compresive strength untuk beton dilaksanakan sesuai ASTM
dan PBI–1971 pasal 4.5, di laboratorium yang disetujui pengawas.
4. Mengenai pengambilan contoh/sample/spesimen untuk benda uji
dilaksanakan secara berkala, paling sedikit setiap 5 m beton yang
diproduksi.
5. Hasil pengujian dikeluarkan pada :
 Saat benda uji berumur 3 - 7 hari
 Saat benda uji berumur 14 hari
 Saat benda uji berumur 28 hari

6. Pelaksana bertanggung jawab sepenuhnya terhadap biaya pengujian


beton dan biaya yang ditimbulkan akibat tidak dapat diterimanya mutu
beton tersebut.
7. Pemeriksaan lanjutan. Pengawasan dapat meminta pemeriksaan lanjutan
yang dilakukan dengan penggunaan hammer tes (smitz hammer test)
atau kalau perlu dengan core drilling untuk meyakinkan penilaian untuk
kualitas beton yang sudah ada. Biaya pekerjaan serupa ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab.

Pasal 12. Perawatan Beton

1. Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam PBI - 1971, SNI - 2


pasal 6.6.
2. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang
belum saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan
kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu
yang diperlukan untuk diproses hydrasi semen serta pengerasan beton.

59
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

3. Perawatan beton segera dimulai setelah pengecoran beton dilaksanakan


dan harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 (dua)
minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran
harus dipertahankan supaya tidak melebihi 30 C.
4. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton pun harus tetap
dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum
selesai masa perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan
perwatan tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus
menerus dengan menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan
cara lain yang disetujui pengawas.
5. Cara pelaksanaan perawatan serta alat dipergunakan harus mendapat
persetujuan dahulu dari pengawas.

Pasal 13. Cacat-Cacat Pekerjaan

1. Bila penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan atau keahlian dalam


pengerjaan setiap bagian pekerjaan tidak memenuhi persyaratan-
persyaratan yang tercantum dalam persyaratan teknis, maka bagian
pekerjaan tersebut harus digolongkan sebagai cacat pekerjaan.
2. Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan
diganti sesuai dengan yang dikehendaki oleh pengawas. Seluruh
pembongkaran dan pemulihan pekerjaan yang digolongkan cacat
tersebut serta semua biaya yang timbul akibat hal itu seluruhnya
menjadi tanggungan Pelaksana.

C. PEKERJAAN PASANGAN & PLESTERAN

I. PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

Pasal 01. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantunya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan pasangan batu bata pada
dinding dan lain - lain sesuai gambar detail dan petunjuk pengawas.

Pasal 02. Persyaratan Bahan

Persyaratan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :


 Batu bata harus memenuhi SNI-10
 Semen Portland harus memenuhi SNI-8
 Pasir harus memenuhi SNI-3 pasal 14 ayat 2
 Air harus memenuhi PUBBI-1982 pasal 9

60
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pasal 03. Persyaratan Pelaksanaan

1. Batu bata merah yang digunakan batu bata setempat dengan kualitas
terbaik yang disetujui pengawas yaitu siku dan sama ukurannya.
2. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum
hingga jenuh.
3. Setelah bata terpasang dengan adukan, naad/ siar-siar harus dikerok
sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram
air.
4. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri dari
(maksimal) 24 lapis tiap hari diikuti dengan cor kolom praktis.
5. Bidang dinding bata ½ (setengah) batu yang luasnya lebih besar dari 12
m harus ditambah kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan
ukuran 10 x 10 cm, dengan 4 buah tulangan pokok berdiameter 12 mm,
beugel diameter 6–10 cm, jarak antara kolom maksimal 4,5 meter.
6. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton
diameter 8 mm. Jarak 40 cm, yang terlebih dahulu ditanam dalam
pemasangan bata minimal 30 cm kecuali ditentukan lain.
7. Pembuatan lubang pada pasangan bata merah yang patah 2 melebihi dari
dua tidak boleh digunakan.
8. Pasangan batu bata merah untuk ½ (setengah) batu harus menghasilkan
dinding finish setebal 13 cm dan untuk dinding 1 (satu) batu finish
adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar
tegak lurus.
9. Pemasangan besi beton perkuatan dinding tersebut harus disetujui
terlebih dahulu oleh Pengawas mengenai tempat dan ukurannya.
10. Klos-klos yang dibutuhkan dapat ditanam dalam dinding dengan
angkur.
11. Pemasangan dinding rooster semen seperti pada pemasangan dinding
bata dan perletakannya sesuai dengan gambar pelaksanaan atau atas
petunjuk pengawas.

Gambar : Ilustrasi Pemasangan Bata

61
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

II. PEKERJAAN PLESTERAN

Pasal 01. Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran dan acian pada seluruh bagian yang
dijelaskan dalam gambar dan pengawas.

Pasal 02. Persyaratan Bahan

1. Pasir. Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah
liat, lumpur atau campuran-campuran lain.
2. Semen Portland yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang
membatu dan dalam zak yang tertutup seperti disyaratkan dalam SNI –
8. Hanya sebuah merk dari satu jenis semen yang boleh dipakai dalam
pekerjaan, yaitu merk yang disetujui pengawas.
3. Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak
seperti minyak, asam atau unsur-unsur organik lainnya.
4. Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan syarat dalam SNI–2–1971, SNI–
3–1970, SNI–8-1974.

Pasal 03. Perbandingan Campuran Plesteran

1. Plesteran dengan campuran 1 PC : 4 Ps digunakan pada dinding,


sedangkan untuk daerah basah digunakan plesteran dengan campuran 1
PC : 2 Ps.
2. Plesteran 1 PC : 3 Ps digunakan pada permukaan beton, kecuali
dinyatakan lain dalam gambar.
3. Apabila diperlukan, acian dibuat dengan bahan PC dicampur air sampai
mencapai hasil kekentalan yang sempurna.

Pasal 04. Syarat-Syarat Pelaksanaan

1. Bersihkan permukaan dinding batu bata atau permukaan beton dari noda
debu, minyak cat, bahan - bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat
plesteran.
2. Basahi seluruh permukaan bidang yang akan diplester untuk peresapan.
Plesteran dapat dimulai setelah bidang tersebut kering.
3. Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan sesuai dengan
yang disyaratkan, maka dalam memulai pekerjaan plesteran harus dibuat
terlebih dahulu “kepala plesteran”.
4. Lapisan plesteran dibuat dengan ketebalan yang disyaratkan ( 15 mm)
dan diratakan dengan roskam kayu/besi dari kayu halus terserut dan rata
permukaannya ataupun dengan profil alumunium dengan panjang

62
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

minimal 1,5 m. Kemudian basahkan terus selama 3 (tiga) hari untuk


menghindari terjadinya retak akibat penyusutan yang mendadak.
5. Pelaksanaan plesteran menunjukkan hasil yang tidak memuaskan seperti
tidak rata, tidak tegak lurus atau bergelombang, adanya pecahan atau
retakan, kropos, maka bagian tersebut harus dibongkar kembali untuk
diperbaiki atas biaya Pelaksana.
6. Untuk plesteran pada permukaan beton, mula-mula permukaan beton
harus dikasarkan dengan pahat besi untuk mendapatkan daya ikat yang
kuat antara permukaan beton dengan plesteran. Bila mana permukaan
beton yang telah dikasarkan diberi bahan additive, misalnya “Calbon”.
7. Basahi permukaan beton untuk air hingga jenuh, tunggu sampai aliran
air berhenti.
8. Dalam pelaksanaan plesteran permukaan beton dengan ketebalan
minimal 15 mm, tidak diperbolehkan melakukan plesteran sekaligus,
tetapi harus dilakukan secara bertahap yaitu dengan cara menempelkan
adukan semen pada bagian yang diplester, kemudian setelah mengering
lakukan plesteran berikutnya dengan adukan semen pasir hingga
mencapai ketebalan yang dikehendaki.
9. Apabila terdapat bagian plesteran pada permukaan beton dengan
ketebalan lebih dari 30 mm, sebagai akibat dari kesalahan pada waktu
pengecoran atau yang lainnya, maka plesteran tersebut harus dilapisi
dengan kawat ayam yang ditempelkan pada permukaan beton yang akan
diplester. Biaya penambahan kawat ayam tersebut menjadi tanggung
jawab Pelaksana.
10. Hindarkan benda-benda atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
permukaan acian.
11. Apabila ada pekerjaan plesteran yang harus dibongkar akan diperbaiki,
maka hasil akhir (finishing) dari pekerja tersebut harus dapat menyamai
pekerjaan yang telah disetujui oleh pengawas.

63
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Gambar : Ilustrasi Plesteran Dan Acian

Gambar : Ilustrasi Plesteran Dan Acian

64
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

BAB IV

IV. PEKERJAAN HALAMAN

PEKERJAAN PAVING BLOK

Pasal 01. Material

1. Paving Block adalah material campuran dari pasir dan semen dengan
proses pencetakan serta pemadatan dengan mesin di pabrik.
2. Bentuk dan motif Paving Block adalah sesuai Gambar Desain atau
bedasarkan permintaan Owner serta petunjunk Konsultan Supervisi.
3. Tebal material Paving Block minimal adalah 10 cm.
4. Paving Block mempunyai kuat tekan minimal 400 kg/cm2 atau K-400.
5. Permukaan material Paving Block adalah halus serta berwarna Merah.

Pasal 02. Material

1. Material Paving Block yang didatangkan kelokasi pekerjaan adalah


material yang telah cukup umur dalam proses perendaman dan
pengeringan di pabrik pembuatan.
2. Material Paving Block yang didatangkan ke lokasi pekerjaan adalah
dalam kondisi baik, tidak cacat, retak serta harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
3. Material Paving Block yang disusun dengan rapi dilokasi pekerjaan
sebelum dipasang.
4. Pemasangan paving block dilakukan secara manual oleh tenaga manusia
( tukang ).
5. Dibawah lapisan paving block diberikan lapisan pasir halus dengan
ketebalan sesuai Gambar Bestek atau 10 cm.
6. Pemasangan dilakukan oleh tukang ahli dengan menyusun paving block
satu demi satu.
7. Pemasangan harus memperhatikan tersedianya kemiringan yang cukup
akan permukaan paving block ke arah pembuangan genangan atau
resapan air.
8. Setelah paving block dipasang diatasnya ditaburkan kembali material
pasir halus untuk mengisi celah-celah yang terjadi antara satu paving
block dengan yang lain.
9. Permukaan paving block harus mampu menyerap air dengan sempurna
dan hasil pemasangan tidak boleh menghasilkan permukaan paving
block yang tidak mampu menyerap air serta tergenang air dalam waktu
1 hari.
10. Hasil pemasangan harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

65
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pasal 03. Pemasangan Paving Block Segi Enam Warna

Berdasarkan SNI 03-2403-1991 tentang Tata Cara Pemasangan Blok Beton


Terkunci untuk Permukaan Jalan, secara umum yang dimaksud dengan pekerjaan blok
beton terkunci ( paving blok ) adalah pemasangan paving baru, bongkaran paving lama,
perataan / leveling tanah dasar bawah lapisan pasir, penyediaan alat bantu, bahan, tenaga
kerja dan uji laboratorium dipandang perlu untuk mengetahui mutu kuat tekan (kelas
paving block). Pada proyek atau kegiatan yang berada di lingkungan pemerintahan, contoh
paving block yang dipergunakaan harus diserahkan kepada Pengawas dan Direksi Teknis
untuk disetujui terlebih dahulu sebelum didatangkan ke lokasi kegiatan.

Pengiriman dan Penyimpanan

Semua bahan harus disimpan dengan baik dari kerusakan pada saat pengiriman unit – unit
paving blocks dijaga agar tidak terjadi retak, patah dan rusak pada sudut, tepi/lingir, dan
bersih.

Penyiapan bahan akan membantu pelaksanaan pekerjaan ini agar lancar dan ekonomis,
ikhwal yang berkaitan dengan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

 Penempatan material block terkunci ( paving block ), pasir alas, pasir pengisi harus
dekat dengan lokasi pemasangan, bilamana paving blok disimpan secara bertumpuk
maka tinggi penumpukan jangan terlalu tinggi, maksimal 1,5 m;
 Pengadaan peralatan , bahan dan tenaga kerja harus sesuai dengan volume
pekerjaan;
 Untuk menghindari genangan air di musim hujan agar dibuatkan saluran sementara;
 Plastik digunakan untuk penutup paving blok yang sudah terpasang tetapi belum
sempat terisi dengan pasir pengisi.

Peralatan dan Bahan

Peralatan utama yang diperlukan dalam pelaksanaan pemasangan blok beton terkunci (
paving block ) adalah :

 Benang kasur atau benang Plastik ;

66
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

 Paving Block Persegi panjang warna


 Paving Block segi 6 warna
 Sapu lidi;
 Sikat ijuk;
 Gerobak barang seperti yang dipakai untuk mengangkut pasir ;
 Lori dengan bangku kayu;
 Alat potong block mekanis atau hidrolis;
 Waterpass atau selang plastik transparan;
 Palu kayu;
 Pemadat pengetar ( vibro compactor );
 Potongan-potongan besi beton yang ujungnya telah dibuat pipih untuk membantu
menggeser-geserkan blok pada waktu penyesuaian celah;
 Jidar kayu panjang 2-3 m.

Bahan

Klasifikasi Blok Beton terkunci ( paving block ) didasarkan atas bentuk, ketebalan,
kekuatan dan warna

 Klasifikasi berdasarkan bentuk

Bentuk paving blcok beton terkunci secara garis besar terbagi atas 2 macam, yaitu block
beton terkunci bentuk segi empat dan segi banyak. Dari segi permukaan atas, semua block
beton terkunci harus berpinggul dan pada tepi susunan block terkunci biasanya ditutup
dengan pasak yang berbentuk topi uskup.

 Klasifikasi berdasarkan ketebalan

Ketebalan block beton terkunci ada 3 macam yaitu

a. ketebalan 60 mm;

b. ketebalan 80 mm;

c. ketebalan 100 mm.

67
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

Pemilihan bentuk dan ketebalan dalam pemakaian harus disesuaikan dengan rencana
penggunaannya, dalam hal ini juga harus diperhatikan kuat tekan block tersebut.

 Klasifikasi berdasarkan kekuatan

Pembagian kelas paving block beton berdasarkan mutu betonnya adalah :

a. mutu beton fc’ 37,35 MPa

b. mutu beton fc’ 27,00 MPa

 Klasifikasi berdasarkan warna

Warna yang tersedia dilapangan antara lain abu-abu, hitam, dan merah. Bloak yang
berwarna kecuali untuk menambah keindahan juga dapat digunakan untuk memberi batas
pada perkerasan seperti tempat parkir, tali air, dan lain-lain.

Pelaksanaan Pekerjaan

Pelaksanaan pemasangan paving blok dibagi dalam beberapa tahap, seperti dibawah
ini :

Pekerjaan Persiapan

1.1 Pemeriksaan Pondasi

Sebelum pelaksanaan pemasangan paving bloak perlu dilakukan pemeriksaan terhadap


pondasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

 Permukaaan pondasi yang berhubungan dengan pasir alas harus rata, tidak
bergelombang dan rapat; pasir alas tidak boleh digunakan untuk memperbaiki
ketidak-sempurnaan pondasi.
 Permukaan pondasi untuk jalan kendaraan harus mempunyai kemiringan 2,5%
untuk trotoar 2%
 Lebar pondasi harus cukup sampai dibawah beton pembatas atau penyokong

1.2 Lokasi Titik Awal

68
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

 Titik awal ini penting diperhatikan khususnya lokasi dengantanah miring;


pemasangan ini harus berawal dari titik terendah agar paving bloak yang telah
terpasang tidak bergeser;
 Pemasangan secara berurutan yang dimulai dari satu sisi; hindarkan pemasangan
secara acak.

1.3 Benang Pembantu

Agar pemasangan bisa dilaksankan secara baik dan cermat, maka perlu ada alat pembantu
yaitu benang pembantu. Benang pembantu dapat dipasang setiap jarak 4 m sampai 5 m.
Bilamana pada lokasi pemasangan terdapat lubang saluran, bak bunga atau konstruksi lain,
maka harus ada benang pembantu tambahan agar pola block terkunci tetap dapat
dipertahankan.

Pemasangan Beton Pembatas Dan Beton Penyokong

Beton pembatas atau biasa disebut beton kanstin adalah salah satu bagian perkerasan
block beton terkunci yang fungsinya menjepit dan menahan lapisan paving block agar
tidak tergeser pada waktu menerima beban, sehingga blok tetap saling mengunci. Beton
pembatas harus terpasang sebelum penebaran pasir alas. Bentuk beton pembatas
bermacam-macam dan proses pembuatannya beraneka-ragam ada yang dari beton
pracetak, beton cor ditempat, baik secara manual atau dengan alat slipform. Untuk
perkerasan paving blok mutu beton pembatas yang berhubungan dengan jalur lalu lintas
kendaraan minimum fc’ 25,0 MPa. Bilamana digunakan beton pembatas dari beton
pracetak, beton pembatas harus dipasang di atas beton penyokong agar terjadi ikatan yang
baik antara beton pembatas dan pondasisehingga tidak mudah tergeser. Untuk itu
dilakukan hal sebagai berikut :

1. tebarkan selapis beton penyokong setebal minimum 7 cm;


2. pasang beton pembatas di atas beton penyokong tersebut sewaktu masih dalam
keadaan basah, sehingga ketinggian dan kelurusaan beton pembatas sesuai dengan
benang pembantu;
3. tambahkan adukan beton pada bagian belakang beton pembatas;
4. setelah beton penyokong dalam keadaan setengah kering, barulah ditimbun dengan
tanah, mutu beton penyokong minimum fc’ 17,5 MPA;

69
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

5. beton pembatas sering dikombinasikan dengan tali air dan mulut air sebagai
saluran untuk membuang air hujan; apabila pertemuan antara beton pembatas dan
lapisan blok tidak diberi tali air biasanya beton pembatas mudah terkena gesekan
roda kendaraan.Penebaran Pasir Alas

Pasir alas adalah pasir dengan ketebalan tertentu sebagai alas perletakan paving blok. Pasir
alas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Butiran pasir alas adalah pasir kasar dengan besar butir maksimum 9,5 mm
seperti pasir beton, tajam, keras dan bersih dari lumpur, garam atau kotoran
lain;
2. Pada saat penebaran harus dalam keadaan kering atau kadar air kurang dari
10% dan bersifat gembur;
3. Tebal pasir berkisar antara 5 sampai 6 cm dan setelah dipadatkan tidak
boleh lebih 5 cm; untuk mendapatkan ketebalan yang seragam, agar
menggunakan alat perata yaitu jidar kayu dengan mengikuti rel pembantu
dari blok beton yang disusun sejajar memanjang ; selain itu juga dapat
digunakan benang pembantu sebagai referensi.
4. Pasir alas ini tidak boleh digunakan untuk mengisi lubang-lubang pada
pondasi untuk memperbaiki tinggi pondasi;
5. Lapis atas pondasi di bawah pasir alas harus diratakan dan diperbaiki
sebelum penebaran pasir alas dimulai
6. Untuk jalan dengan lebar kurang dari 3 m, beton pembatas yang dipasang
dapat berfungsi sebagai rel pembantu;
7. Untuk jalan dengan lebar lebih dari 3 m, perataan pasir alas dilaksanakan
secara tahap;
8. Sebaiknya pasir alas diletakkan secara gundukan kecil di daerah lokasi
pemasangan agar sewaktu menarik jidar tidak terlalu berat dan dapat
memudahkan pelaksanaan;
9. Pasir alas yang sudah dirataakan dijaga agar tidak terganggu seperti
terinjak atau dipakai menumpuk bahan;
10. Setiap tahap, luas maksimim adalah 30 m2 dengan demikian pada sore hari
dapat tertutup seluruhnya oleh paving blok;

70
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
PEMBANGUNAN PAGAR SDN 10 KETOL

11. Untuk pekerjaan yang akan dilanjutkan maka pasir alas disisakan 1 m dari
baris terakhir paving blok;
12. Pasir alas yang belum sempat ditutup oleh paving blok, keesokan harinya
agar digemburkan dan diratakan kembali;
13. volume pasir yang diperlukan sebagai pasir alas setebal 50 mm adalah ± 5
m3 setiap 100 m2 paving blok.

Pemasangan Pola Pemasangan baris pertama harus dijaga dengan hati-hati. Untuk
membentuk pola yang baik, unit paving blok harus mengikuti benang pembantu dengan
sudut yang tepat terhadap beton pembatas. Lubang-lubang pinggir kemudian diisi dengan
pemadatan. Bila pemasangan dari dua arah tidak dapat dihindarkan atau karena pola harus
dipertahankanpada tikungan, terutama pada penggunaan pola tulang ikan, maka sudut pada
pola pertemuan atau perubahan sudut diberi pembatas dengan pola susun bata
melintang.Pola Pemasangan Paving BlockPola pemasangan paving block disesuaikan
dengan tujuan penggunannya. Pola yang umum dipergunakan ialah susun bata ( strecher) ,
anyaman tikar ( basket wave ), tulang ikan ( herring bone ), untuk perkerasan jalan
diutamakan penggunaan pola tulang ikan karena mempunyai daya penguncian yang lebih
baik.

Gambar : Ilustrasi Pemasangan Model Paving Block

71
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)

Anda mungkin juga menyukai