TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga
dada melalui suatu lubang pada diafragma. Diafragma adalah sekat yang
membatasi rongga dada dan rongga perut. Diketahui bahwa. terdapat tiga tipe
hernia hiatus esofagus yakni hernia sliding, hernia paraesofagus, dan hernia
kombinasi atau campuran.
Gangguan fusi bagian sternal dan kostal diafragma di garis median
mengakibatkan defek yang disebut foramen Morgagni. Tempat ini dapat
menjadi lokasi hernia retrosternal yang disebut juga hernia parastemalis. Jika
penutupan diafragma tidak terganggu, foramen Morgagni dilalui oleh arteri
mammaria interna dengan cabangnya, arteri epigastrika superior.
Gangguan penutupan diafragma di sebel.ah posterolateral
meninggalkan foramen Bochdalek yang mungkin menjadi lokasi hernia
pleuroperitoneal.1-4
C. ETIOLOGI
Penyabab pasti hernia masih belum diketahui. Hal ini sering
dihubungkan dengan penggunaan thalidomide, quinine, nitrofenide,
antiepileptik, ataudefisiensi vitamin A selama kehamilan. Pada neonatus
hernia ini disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma. Seperti
diketahui diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membran pleuroperitonei,
septum transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot
dinding dada. Gangguan pembentukan itu dapat berupa kegagalan
pembentukan sebagian diafragma, gangguan fusi ketiga unsur dan gangguan
pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi
lubanghernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot akan
menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi. Janin tumbuh di
uterus ibu sebelum lahir, berbagai sistem organ berkembang dan matur.
Diafragma berkembang antara minggu ke-7 sampai 10 minggu kehamilan.
Esofagus (saluran yang menghubungkan tenggorokan ke abdomen),
abdomen, dan usus juga berkembang pada minggu itu.Pada hernia tipe
Bockdalek, diafragma berkembang secara tidak wajar atau usus mungkin
terperangkap di rongga dada pada saat diafragma berkembang. Pada hernia
tipe Morgagni, otot yang seharusnya berkembang di tengah diafragma tidak
berkembang secara wajar. Pada kedua kasus di atas perkembangan diafragma
dan saluran pencernaan tidak terjadi secara normal. Hernia difragmatika
terjadi karena berbagai faktor, yang berarti “banyak faktor” baik faktor
genetik maupun lingkungan. 2
Pada Hernia kongenital gangguan difusi bagian sentral dan bagian
kostal diafragma di garis median mengakibatkan defek yang disebut foramen
Morgagni. Tempat ini dapat menjadi lokasi hernia retrosternal yang disebut
juga hernia parasternalis. Jika penutupan diafragma tidak terganggu, foramen
morgagni dilalui oleh a. Mammaria interna dengan cabangnya a.epigastrika
superior. Gangguan penutupan diafragma di sebelah posterolateral
meninggalkan foramen Bochdalek yang akan menjadi lokasi hernia
pleuroperitoneal. 1,3,5
Ruptur diafragma traumatik dapat terjadi karena cedera tajam atau
cedera tumpul. Hernia karena trauma tumpul kebanyakan terjadi di bagian
tendineus kiri karena di sebelah kanan dilindungi oleh hati. Visera seperti
lambung dapat masuk ke dalam toraks segera setelah trauma atau berangsur-
angsur dalam waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun. 3,6
Salah satu penyebab terjadinya hernia diafragma adalah trauma pada
abdomen, baik trauma penetrasi maupun trauma tumpul abdomen., baik pada
anak-anak maupun orang dewasa. Mekanisme dari cedera dapat berupa
cedera penetrasi langsung pada diafragma atau yang paling sering akibat
trauma tumpul abdomen. Pada trauma tumpul abdomen, penyebab paling
seering adalah akibat kecelakaan sepeda motor. Hal ini menyebabkan terjadi
penigkatan tekanan intraabdominal yang dilanjutkan dengan adanya rupture
pada otot-otot diafragma.2,6
Tekanan dalam perut yang meningkat dapat disebabkan oleh batuk yang
kronik, susah buang air besar, adanya pembesaran prostat pada pria, serta
orang yang sering mengangkut barang-barang berat. Penyakit hernia akan
meningkat sesuai dengan penambahan umur. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan tekanan di dalam perut meningkat. 1,3,6
D. ANATOMI
Diafragma merupakan struktur muskulotendineus yang terletak antara
toraks dan abdomen dan berhubungan di sebelah dorsal dengan tulang
belakang L. I sampai dengan L.III di sebelah ventral dengan sternum bagian
kaudal dan di sebelah kiri dan kanan dengan lengkung iga. Diafragma
ditembus oleh beberapa struktur. Hiatus aorta yang terletak di sebelah dorsal
setinggi Th.XII dilalui aorta, duktus torasikus dan v.azigos. hiatus esofagu
yang terletak di ventral hiatus aorta setinggi Th.X dilalui oleh esofagus dan
kedua nervus vagus. Hiatus v.kava inferior dan cabang kecil n.frenikus.
Diafragma mendapat darah melalui kedua a.frenika dan a.interkostalis disertai
cabang terminal a.mammaria interna. Otot diafragma disarafi oleh n.frenikus
yang berasal dari C.2-5. Pada jejas lintang sumsung tulang belakang tingkat
servikotorakal, otot pernapasan intercostal turut lumpuh. Akan tetapi,
umumnya diafrgma sanggup untuk menjaminkan ventilasi secara memadai. 4,6
Gambar 2. Diafragma
N.frenikus dapat terganggu sepanjang perjalanannya oleh trauma,
tumor, atau proses radang yang mengakibatkan kelumpuhan diafragma
ipsilateral yang pada Foto Rontgen memberi tanda diafragma letak tinggi. Di
dalam praktek ventilasi paru tidak terganggu. 7
E. PATOFISIOLOGI
Hernia diafragmatik dapat terjadi karena abnormalitas kongenital dan
traumatik. Berdasarkan lokasi abnormalitasnya, hernia diafragmatik
kongenital dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu hernia morgagni dan
hernia Bochdalek. Pada hernia morgagni defek terjadi pada bagian
retrosternal yaitu di dekat xyphoid prosesus atau di bagian anterior dari
diafragma.Disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma. Diafragma
dibentuk dari 3 unsur yaitu membrane pleuroperitonei, septum transversum
dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada.
Gangguan pembentukan itu dapat berupa kegagalan pembentukan seperti
diafragma, gangguan fusi ketiga unsure dan gangguan pembentukan seperti
pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi lubang
hernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot akan menyebabkan
diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi. Para ahli belum seluruhnya
mengetahui faktor yang berperan dari penyebab hernia diafragmatika, antara
faktor lingkungan dan gen yang diturunkan orang tua.1,2,8
Hernia hiatus yaitu sebagai herniasi bagian lambung ke dalam dada
melalui hiatus esofagus diafragma. Terdapat 2 jenis hernia hiatus yang sangat
berbeda, bentuk yang paling sering adalah hernia hiatus direk (sliding)
dengan perbatasan lambung-esofagus yang bergeser dalam rongga thoraks,
terutama penderita dalam keadaan posisi berbaring. Kompentensi sfingter
esofagus bagian bawah dapat rusak dan menyebabkan terjadinya esofangitis
refluks. Kelainan ini sering bersifat asimtomatik dan di temukan secara
kebetulan sewaktu pemeriksaan untuk mencari penyebab terjadinya berbagai
gangguan epigastrium, atau pemeriksaan rutin pada radiografi saluran
gastrointestinal. 2,4,8
Pada hernia hiatus paraesofageal (rolling hernia), bagian fundus
lambung menggulung melewati hiatus, dan perbatasan gastro-esofagus tetap
berada di bawah diafragma. Tidak di jumpai adanya insufisiensi mekanisme
sfingter esofagus bagian bawah, dan akibatnya tidak terjadi asofangitis
refluks. Penyulit pertama hernia para-esofageal adalah stranggulasi. 13
Gambar 8.Foto CT- Scan thorak irisan tranversal tampak herniasi dari gaster
masuk ke kavum thorak sebelah kiri
Gambar 9. Foto CT Scan thorak irisan koronal tampak herniasi dari
gaster dan omentum masuk ke kavum thorak sebelah kiri
Gambar 10. Anteroposterior (AP) dada radiograf dari hernia diafragma sisi
kanan kongenital (CDH) menunjukkan pergeseran mediastinum dan kompresi
paru-paru yang disebabkan oleh herniasi dari hati dan usus loop ganda.
G. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding untuk hernia diafragmatik adalah pneumothorax dan
kista paru kongenital. Diagnosis ini dikukuhkan oleh sinar-X dada dan
abdomen yang menunjukkan adanya simpul usus yang terisi udara di dalam
rongga pleura. Pemeriksaan abdomen diperlukan untuk mengesampingkan
adanya pneumothorax dan kista paru kongenital yang memperlihatkan
gambaran-gambaran yang sama dan menunjukkan penampakan radiologis
yang sama.13-15
1. Pneumothorax
Pneumothorax umumnya terdapat udara yang terkumpul di daerah
perbatasan organ mediastinum seperti timus, aorta, arteri pulmonalis dan
jantung. Pada beberapa kasus, udara cenderung berada sepanjang
pembuluh darah besar dan jaringan lunak superior mediastinum dan
leher. 13,15
Gambaran radiologi pneumothorax pada umumnya berupa:
- Meningkatnya bayangan radiolusen dan avaskuler di daerah yang
terkena.
- Perdorongan mediastinum ke arah kontra lateral.
- Meningkatnya ketajaman batas mediastinum, adanya double contour
daerah diafragma. 1,14
Gambar 17. Pneumothorax
I. PROGNOSIS
Prognosis dari hernia diafragma traumatika ini tergantung dari
kecepatan dalam mendiagnosis dan pemilihan terapi yang tepat. Prognosis
akan menjadi lebih buruk bila didapatkan tanda-tanda shock hemoragik pada
saat pasien datang dan didapatkan trauma skor yang tidak baik. 1,2,18
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R. Jong W., Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1999, hal. 692 – 93.
2. Merenstein GB., Kaplan DW., Buku Pegangan Pediatri Edisi 17, Penerbit
Widya Medika, Jakarta, 2001, hal. 171 – 72.
3. Schwartz S., Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2002, hal. 390 – 93.
4. Nelson WE., Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 2001, hal. 1425 – 27.
5. Congenital Diaphragmatic Hernia, eMedicine, available from :
URL: http://www.emedicine.com/ped/topic2603.html
6. Reksoprodjo S., Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 1999, hal. 124 – 25.
7. Diaphragmatic Hernia, Lucile Packhard Children's Hospital, available from :
URL:
http://www.lpch.org/diseasehealthinfo/healthlibrary/digest/diaphrag.html
8. Killeen KL, Shanmuganathan K, Mirvis SE. Imaging of traumatic
diaphragmatic injuries. Semin Ultrasound, CT, MR. 2002 Apr; 23(2): 184-92.
9. Vermillion JM, Wilson EB, Smith RW. Traumatic diaphragmatic hernia
presenting as a tension fecopneumothorax. Hernia, 2001, Sept. 5(3): 158-60.
10. Iochum S, Ludig T, Watter F, Sebbag H, Grosdidier G, Blum AG. Imaging of
diaphragmatic injury: a diagnostic challenge? Radiographics 2002 Oct; 22
Spec No: S103-16.
11. Shackleton KL, Stewart ET, Taylor AJ. Traumatic diaphragmatic injuries:
Spectrum of radiographic findings. Radiographics, 1998 Jan - Feb; 18(1): 49-
59.
12. Dewabenny . Hernia Diafragmatika Traumatika. [online]. 2012. [cited 2016
Mar 31] : [screen] 1/4 . Available from :
URL: http://home.coqui.net/titolugo/PSU26.html
13. Lerner CA, Dang H, Kutilek RA. Strangulated traumatic diaphragmatic
hernia stimulating a subphrenic abscess. J Emerg Med. 1997, Nov - Dec;
15(6): 849-53.
14. Alimoglu O, Eryilmaz R, Sahin M, Ozsoy MS. Delayed traumatic hernias
presenting with strangulation. Hernia, 2004 Apr. 20; (Epub ahead of print).
15. Wataya H, Tsuruta N, Takayama K, Mitsudomi T, Nakanishi Y, Hara N.
Delayed traumatic hernia diagnosed with MRI. Nihon Kyobu Shikhan Gakkai
Zasshi 1997 Jan 35(1): 124-8.
16. Zimmermann T. An unusual trauma in labour: Diaphragmatic rupture.
Zentrald Gynakol. 1999; 121(2): 92-4.
17. Anggraini, DG 2005. Anatomi dan Aspek Klinis Diafragma Thorax, USU
Press, Medan.
18. Anonima 2010, Hernia Diafragmatika, Bedah UGM, diakses 31 Maret 2016.
URL: http://www.bedahugm.net/hernia-diafragmatika
19. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th Ed.
Philadelphia: FA Davis Company; 2007.
20. Townsend. Sabiston textbook of surgery-the biological basis of modern
surgical practice. 18th Ed. Saunders Elsevier Inc; 2007.