Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN

RUJUKAN PASIEN RUMAH


SAKIT UMUM INANTA

RUMAH SAKIT UMUM INANTA


PADANGSIDIMPUAN
2019
A.DEFINISI

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2008) mendefinisikan sistem rujukan sebagai suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab
timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit
yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana dan harus kemana
seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan sakitnya.

Prinsip dalam melakukan rujukan adalah memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat
menjalani rujukan. Pelaksanaan rujukan pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya .

Pelaksanaan rujukan hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang
kompeten serta petugas profesional lainnya yang sudah terlatih.

B.TUJUAN

Panduan Rujukan ke Dalam atau ke Luar Rumah Sakit dibuat dengan tujuan :

1. Terlaksananya prosedur rujukan kesehatan sesuai standar


2. Terlaksananya prosedur standar teknis dan administrasi untuk rujukan kasus
3. Terlaksananya prosedur standar teknis dan administrasi untuk rujukan spesimen atau
Penunjang Diagnostik lainnya
4. Terlaksananya sistem pencatatan dan pelaporan rujukan pasien
5. Terlaksananya prosedur standar teknis dan administrasi untuk rujukan didalam rumah
sakit.
6. Peningkatan keselamatan pasien dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit
C.RUANG LINGKUP

Menurut lingkup pelayanan sistem rujukan terdiri dari:

1. Rujukan Medik

Rujukan pelayanan yang meliputi upaya penyembuhan/ kuratif dan pemulihan/ rehabilitatif.

Jenis Rujukan Medik:

a. Transfer Of Patient

Pengiriman pasien rujukan harus dilaksanakan sedini mungkin untuk perawatan dan
pengobatan lebih lanjut ke sarana pelayanan yang lebih lengkap.Unit pelayanan kesehatan
yang menerima rujukan harus merujuk kembali pasien ke sarana kesehatan yang mengirim,
untuk mendapatkan pengawasan pengobatan dan perawatan termasuk rehabilitasi selanjutnya.

b. Transfer Of Speciman

 Pemeriksaan:
Bahan spesimen atau penunjang diagnostik lainnya yang dirujuk dikirimkan ke laboratorium
atau fasilitas penunjang diagnostik rujukan dan lebih lengkap guna mendapat pemeriksaan
laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostik yang tepat.
 Pemeriksaan Konfirmasi.
Sebagian spesimen yang telah di periksa di laboratorium Rumah Sakit dikonfirmasi ke
laboratorium yang lebih mampu untuk divalidasi hasil pemeriksaan pertama.

c. Transfer Of Knowladge

Peningkatan pengetahuan tenaga medis atau non medis agar menjadi lebih kompeten atau ahli
digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Kegiatan menambah pengetahuan dan ketrampilan dapat berupa magang atau pelatihan di
Rumah Sakit yang lebih lengkap.
2. Rujukan Kesehatan

Rujukan kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman bahan ke fasilitas yang lebih mampu
dan lengkap. Rujukan ini umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan kesehatan
(promotif) dan pencegahan (preventif).

Pelayanan rujukan dari dan ke Rumah Sakit bekerja sama dengan rumah sakit lain dan
layanan kesehatan lain untuk sistem rujukan dapat dilakukan karena beberapa sebab :

1. Keterbatasan fasilitas, sarana , prasarana ,sumber daya dan kompetensi yang belum
dapat dipenuhi secara optimal untuk mencapai standar pelayanan minimal yang dibutuhkan
dan menjadi persyaratan . Pengertiannya dalam hal ini seperti :

 Fasilitas dan peralatan kesehatan belum dimiliki atau karena keterbatasan kompetensi
sumber daya belum bisa dilakukan. Sehingga rumah sakit merujuk pasien tersebut ke rumah
sakit yang lebih tinggi tingkat kemampuannya, atau menerima rujukan dari rumah sakit atau
pelayanan kesehatan lain.

 Terjadi lonjakan permintaan yang sangat signifikan akibat : wabah secara pandemic
atau endemic, bencana alam , terror yang mengakibatkan terjadinya banyak korban dan
kondisi force majeure lain yang mengakibatkan kapasitas RS tidak lagi memadai sehingga
pelayanan terpaksa harus dirujuk keluar dengan pertimbangan utama : keselamatan pasien.

 Kerusakan fungsional peralatan / malfungsi / sehingga diagnosa tidak dapat


ditegakkan dan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan dan keselamatan pasien

2. Jenis pelayanan lain yang secara regulasi harus dirujuk pada institusi pelayanan
kesehatan lain yang ditunjuk dan dipandang berkompeten di bidangnya oleh pemerintah
dengan pertimbangan kompetensi, fasilitas yang lebih memadai dan atau penanganan khusus
pada pasien dengan tingkat keahliaan subspesialistik/tertentu. Dalam hal ini rujukan harus
dilakukan ke RS yang sudah menjalin kerjasama dengan RS .

3. Rujukan pasien atau spesimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan
atau lengkap hanya dapat dilakukan apabila :

 Dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak dapat
diatasi;
 Pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau subspesialis yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan semula;
 Pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan semula;
 Pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan dilaksanakan karena alasan medis;
 Rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang diketahui
mempunyai tenaga dan sarana yang dibutuhkan menurut kebutuhan medis atau penunjang
medis sesuai dengan rujukan kewilayahan;
 Rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu rumah sakit kelebihan
pasien ( jumlah tempat tidur tidak mencukupi);

D. TATA LAKSANA
Dalam prosedur merujuk pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan
pihak yang menerima rujukan. Untuk memperlancar kegiatan tersebut maka diperlukan
panduan atau tata laksana merujuk pasien

Dibawah ini akan diuraikan Standart Operasional Prosedur yang terkait dengan merujuk
pasien.

1. TRANSFER OF PATIENT

I.1.RUJUKAN DI DALAM RUMAH SAKIT

Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari:

A. Transfer pasien dari UGD ke Rawat inap, ICU, Kamar Operasi, radiologi.

B. Transfer pasien dari rawat inap ke ICU, Kamar Operasi.

C. Transfer pasien dari ICU ke rawat inap, Kamar Operasi, Radiologi.

D. Transfer pasien dari poliklinik ke UGD

E. Transfer pasien antar unit rawat inap.

I.2. RUJUKAN DILUAR RUMAH SAKIT :

Transfer pasien dari RS ke rumah sakit / instansi kesehatan lain atau sebaliknya.

Penatalaksanaan Transfer of patient dapat dilakukan dengan standar operasional


prosedur sebagai berikut

I. PENGATURAN TRANSFER

Rumah Sakit memiliki petugas transfer eksternal RS yang terdiri dari dokter, perawat
yang berkompeten memiliki sertifikat ACLS, dan driver yang memiliki serifikat BLS yang
tergabung dalam tim ambulance emergency.

A. Metode transfer yang ada di RS

1. Layanan antar jemput pasien: merupakan layanan/jasa umum khusus untuk pasien
RS dengan tim transfer dari UGD, dimana tim tersebut akan menjemput pasien dari rumah
atau dari tempat kejadian untuk dibawa ke Rumah Sakit Umum INANTA Padangsidimpuan,
atau dari Rumah Sakit Umum INANTA Padangsidimpuan dirujuk ke rumah sakit lain.
Transfer yang menggunakan ambulance yaitu ambulance transport sesuai kondisi dan
kebutuhan pasien.

2. Transfer internal atau didalam rumah sakit dari UGD ke Unit Khusus seperti ICU,
kamar bedah dilakukan oleh 2 orang perawat yang kompeten bersertifikat ACLS, sedangkan
transfer pasien dari UGD ke rawat inap yang lainnya atau ke ruang radiologi dapat dilakukan
oleh perawat dan petugas kesehatan (sesuai kondisi pasien).

Transfer pasien dari rawat inap ke Kamar Bedah atau sebaliknya, serta transfer pasien antar
unit rawat inap dilakukan oleh 1 – 2 orang perawat yang kompeten bersertifikat ACLS.

3. Rumah Sakit Umum INANTA Padangsidimpuan memiliki sistem resusitasi,


stabilisasi dan transfer untuk pasien-pasien kritis.

B. Keputusan Melakukan Transfer

1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien

2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian lakukan


stabilisasi pre transfer dan manajemen transfer.

3. Mencakup tahapan: Monitoring dan evaluasi, komunikasi, dokumentasi, penyerahan


pasien antar unit dalam rumah sakit maupun kerumah sakit rujukan/penerima pasien.

4. Tahapan yang penting dalam proses menerapkan proses transfer yang aman adalah
dengan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien serta persiapan melakukan transfer.

5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangankan dengan


matang karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel rumah sakit akan resiko
bahaya tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat pasien.

6. Pertimbangkan resiko dan keuntungan dilakukannya transfer, Jika risikonya lebih


besar, sebaiknya jangan melakukan transfer.

7. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten, peralatan
dan kendaraan khusus.

8. Terdapat 2 alasan untuk melakukan transfer pasien keluar rumah sakit xxx, yaitu:

a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesifik lebih lanjut


▪ Merupakan situasi emergency dimana sangat diperlukan transfer yang efisien

untuk tatalaksana pasien lebih lanjut, yang tidak dapat disediakan RS xxx.

▪ Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum dilakukan transfer.

▪ Pasien ditransfer masuk dalam kategori emergency.

b. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non medis ( karena ruangan penuh, fasilitas
yang diperlukan pasien tidak tersedia atau karena permintaan pasien atau keluarga)

▪ Terdapat beberapa kondisi dimana permintaan atau kebutuhan akan tempat tidur
ruang rawat inap melebihi suplai sehingga diputuskan tindakan untuk mentransfer pasien ke
unit atau rumah sakit lain.

▪ Kondisi pasien yang membutuhan fasilitas tertentu tetapi di rumah sakit xxx tidak
tersedia

▪ Pasien atau keluarga yang ingin dirujuk ke rumah sakit yang dekat dengan tempat
tinggalnya atau yang memiliki keluarga di rumah sakit yang dituju.

9. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter jaga UGD akan memberikan informasi
kepada pasien/keluarga.

10. Petugas UGD akan menghubungi rumah sakit yang dituju/dipilih keluarga untuk
merujuk pasien. Bila rumah sakit dapat menerima pasien, petugas UGD akan memberitahu
kepada pasien/keluarga.

11. Proses transfer pasien akan dicatat dalam RM monitoring dan handover kondisi
pasien akan dilakukan menggunakan RM transfer yang akan diserahkan kepada rumah sakit
yang dituju.

12. Bila keputusan transfer sudah dibuat, petugas akan berkoordinasi dengan tim
ambulan.

C. Stabilisasi sebelum transfer

1. Meskipun berpotensi tambahan terhadap pasien, transfer yang aman dapat dilakukan.
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil

3. Hal yang penting dilakukan sebelum transfer

a. Amankan patensi jalan nafas

b. Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi.

c. Terdapat jalur akses vena yang adekuat. .

d. Pasang kateter urin dan NGT jika diperlukan.

e. Pemberian terapi tidak boleh ditunda saat pelaksanaan transfer.

4. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen menilai
kondisi pasien.

5. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.

II. PENDAMPINGAN PASIEN SELAMA TRANSFER

Langkah-langkah pendampingan pasien selama transfer

1. Pasien dengan sakit berat/kritis harus didampingi oleh minimal 2 tenaga medis.

2. Kebutuhan akan jumlah medis atau petugas yang mendampingi pasien, bergantung pada
kondisi atau situasi klinis dari setiap kasus (tingkat/derajat beratnya penyakit atau kondisi
pasien).

3. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan mengerti
akan kondisi pasien.

4. Petugas yang melakukan transfer eksternal RS untuk pasien dengan sakit berat/kritis
harus kompeten, terlatih dan berpengalaman.

5. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.

Transfer Intra Rumah Sakit

1. Pemantauan kondisi pasien, pelatihan dan petugas yang berkompeten diaplikasikan


pada transfer intra dan antar rumah sakit

2. Sebelum transfer, lakukan pertimbangan mengenai risiko dan keuntungannya.


3. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk
mengantisipasi kejadian emergency.

4. Peralatan listrik harus terpasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen sentral
digunakan selama perawatan di unit tujuan.

III. PEMANTAUAN OBAT OBATAN DAN PERALATAN SELAMA PASIEN KRITIS

1. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan selama proses


transfer.

2. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum transfer
standar minimal untuk transfer pasien antara lain:

a. Kehadiran dokter, perawat yang berkompeten memiliki sertifikat ACLS, dan driver
yang memiliki serifikat BLS yang tergabung dalam ambulance emergency.

b. Mempertahankan dan mengamankan jalan nafas

c. Terpasangnya jalur intravena

d. Saturasi oksigen

e. Pemantauan end tidal carbon dioxide pada pasien dengan ventilator.

3. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu memantau filling status (status
volume pembuluh darah) pasien sebelum transfer. Akses vena sentral diperlukan dalam
pemberian obat inotropic dan vasopressor.

4. Pada pasien dengan pemasangan ventilator, lakukan pemantauan suplai oksigen,


tekanan pernafasan (airways pressure), dan pengaturan ventilator.

5. Petugas transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang


diperlukan.

6. Hindari penggunaan tiang dengan selang infuse yang terlalu banyak agar akses
pasien tidak terhalang.

7. Penggunaan tabung oksigen harus aman dan terpasang dengan baik.

8. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di ambulance.
9. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama dan ringan.

10. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat tidak
disambungkan dengan stop kontak atau listrik).

11. Monitor yang portable harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan dapat
memperlihatkan elektrokardiogram (EKG).

12. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup jelas.

13. Ventilator mekanik yang portable harus mempunyai (minimal):

a. Alarm yang berbunyi jika terjadi tekanan tinggi atau terlepasnya alat dari tubuh
pasien.

b. Mampu menyediakan tekanan air ekspirasi positif (Positive End expiratory


pressure/PEEP)

c. Pengukuran rasio inspirasi:ekspirasi, frekuensi pernafasan permenit, dan volume


tidal.

d. Mampu menyediakan ventilasi tekanan terkendali (pressure controlled ventilation)


dan pemberian tekanan positif berkelanjutan (continous positive airways pressure)

14. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses transfer
yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi atau obat-obatan.

15. Catatlah status pasien, tanda-tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana yang
diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini harus dilengkapi selama
transfer pada RM monitoring.

16. Pasien harus dipantau secara terus menerus selama transfer dan dicatat dilembar RM
monitoring.

17. Monitor, ventilator harus terlihat sepanjang waktu oleh petugas dan harus dalam
posisi aman dibawah level pasien.

IV.ALAT TRANSPORTASI UNTUK TRANSFER PASIEN ANTAR RS

1. Gunakan mobil ambulan, Mobil dilengkapi soket listrik, suplai oksigen, defibrillator dan
monitor, suction, tensi meter digital dan peralatan lain.
2. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan untuk melakukan transfer terpenuhi
(seperti suplai oksigen, baterai cadangan dan lain-lain).

3. Standar peralatan diambulans:

a. Suplai oksigen

b. Suction

c. Baterai cadangan

d. Tensimeter

e. Alat kejut jantung (defibrillator)

4. Petugas transfer atau SDM pendamping dapat memberi saran mengenai kecepatan
ambulans yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.

5. Keputusan untuk menggunakan sirine diserahkan kepada driver ambulance dengan


tujuan untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera dengan akselerasi dan deslerasi
yang minimal.

6. Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area yang sangat padat
penduduknya atau pada bencana.

7. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk pengaman disamping
pasien.

8. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi segera,


berhentikan ambulan ditempat yang aman dan lakukan tindakan yang diperlukan. Jika
petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan atau ambulan, gunakanlah pakaian yang jelas
terlihat oleh pengguna jalan lainnya.

V.DOKUMENTASI & PENYERAHAN PASIEN TRANSFER ANTAR RS

a. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dan harus mencakup :

b. Kondisi pasien

c. Alasan melakukan transfer

d. Nama konsultan yang merujuk dan yang menerima rujukan


e. Status klinis pre transfer

f. Detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama transfer
berlangsung.

1. Rekam medis harus mengandung:

a. Resume singkat mengenai kondisi klinis pasien, sebelum, selama, dan setelah transfer
termasuk kondisi medis yang terkait dan terapi yang diberikan.

b. Data untuk proses audit, tim transfer harus mempunyai salinan datanya.

2. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi selama proses
transfer, termasuk penundaan transportasi.

3. Petugas transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah sakit
yang dituju sebelum mentransfer pasien.

4. Saat tiba di rumah sakit tujuan harus ada proses serah terima pasien antara tim
transfer dengan pihak rumah sakit yang menerima yang akan bertanggung jawab terhadap
perawatan pasien selanjutnya.

5. Proses serah terima pasien harus mencakup pemberian informasi mengenai riwayat
penyakit pasien tanda vital, hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi), terapi
yang telah diberikan, dan kondisi klinis selama transfer.

6. Hasil pemeriksaan laborat, radiologi dan yang lainnya harus dideskripsikan dan
diserah terimakan kepada petugas rumah sakit tujuan.

7. Setelah menyerahkan pasien petugas transfer dibebastugaskan dari kewajiban


merawat pasien.

VI. KOMUNIKASI SAAT TRANSFER PASIEN ANTAR RUMAH SAKIT

Pasien dan keluarganya harus diberitahu mengenai alasan transfer dan lokasi rumah sakit
tujuan.

1. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien sebelum
dilakukan transfer.

2. Kontak pertama dilakukan oleh perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien
kepada petugas atau staf rumah sakit yang dituju untuk melaporkan kondisi pasien dan
memastikan adanya ruang perawatan yang diperlukan/sesuai permintaan pasien.perawat
bertugas sebagai komunikator utama sampai transfer selesai dilakukan.

a. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan
penjelasna mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan penyerahan tanggung jawab
kepada perawat yang menggantikan.

b. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan pasien kepada


rumah sakit tujuan.

3. Petugas transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan mengenai
penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update perkembangannya.
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan merujuk pasien sesuai prosedur di
Rumah Sakit Umum INANTA Padangsidimpuan Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam pembuatan panduan ini, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi.

Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di kesempatan berikutnya.
Semoga panduan ini berguna bagi tim Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan
Rumah Sakit Umum INANTA Padangsidimpuan pada khususnya juga untuk para pembaca
pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai