Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 1


BAB 1 ........................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 2
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 3
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................................... 5
KAJIAN TEORI ........................................................................................................... 5
2.1 Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ....................................... 5
2.2 Keluarga Berencana (KB) .............................................................................. 6
2.3 Keluarga ......................................................................................................... 7
BAB III ......................................................................................................................... 9
GAMBARAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN ....................................... 9
BAB IV ....................................................................................................................... 10
UNSUR YANG HARUS ADA ................................................................................. 10
BAB V......................................................................................................................... 11
HUBUNGAN KONSEP PERILAKU SEHAT SERTA KOMUNIKASI DALAM
KONTEKS SOSIOKULTURAL ................................................................................ 11
BAB VI.................................................................................................................... 13
MEDIA .................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 14
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga Berencana merupakan gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat
dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Hal ini berarti bahwa perencanaan jumlah
keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat
kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan
sebagainya. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah
tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Tujuan program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial
ekonomi (Rismawati, 2012).
Program KB memberikan kesempatan untuk mengatur jarak kelahiran atau
mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau
non hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun permanen, meskipun
masing-masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir
sama (Gustikawati, 2014).
Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun. Maka dari itu
perempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan
kontrasepsi atau cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan
peserta KB yang sedang atau pernah menggunakan kontrasepsi, tempat pelayanan KB,
dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor (Depkes, 2010).
Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 jumlah PUS yang menjadi peserta KB aktif
tercatat sebanyak 4.874.250 peserta dengan rincian, KB dengan metode IUD sebanyak
416.240 orang (8,53%), MOW sebanyak 262.760 orang (5,39%), MOP sebanyak
52.758 orang (1,08%), kondom sebanyak 92.272 orang (1,89%), implant sebanyak
463.790 orang (9,51%), suntik sebanyak 2.753.967 orang (56,50%), dan pil sebanyak
832.463 orang (17,07%).

2
Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dalam keluarga yaitu adanya
keluarga yang ideal. Keluarga ideal dalam hal ini yaitu 2 anak cukup yang dapat
direalisasikan melalui program KB. Namun, tidak semua orang sadar akan hal itu. Perlu
adanya program yang dapat menarik minat masyarakat untuk dapat menggunakan alat
kontrasepsi. Oleh karena itu, kami membuat program “Family Care” dengan sasaran
ibu-ibu PKK. Program yang kami buat ini diharapkan dapat menarik perhatian
masyarakat terutama kaum ibu-ibu untuk dapat menggunakan KB sebagai perwujudan
keluarga ideal yang sejahtera.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud PKK?
2. Apa yang dimaksud Keluarga Berencana?
3. Apa yang dimaksud keluarga?
4. Apa gambaran rencana pelaksanaan Keluarga Berencana?
5. Unsur apa saja yang harus ada pada Keluarga Berencana?
6. Apakah ada hubungannya antara Keluarga Berencana dengan konsep
sosiokuktural ?

1.3 Tujuan
1. Agar pembaca mengetahui pengertian PKK.
2. Agar pembaca mengetahui pengertian Keluarga Berencana.
3. Agar pembaca mengetahui pengertian keluarga.
4. Agar pembaca mengetahui gambaran rencana pelaksanaan Keluarga
Berencana.
5. Agar pembaca mengetahui unsur yang harus ada pada Keluarga Berencana.
6. Agar pembaca mengetahui hubungan antara Keluarga Berencana dengan
konsep sosiokuktural.

1.4 Manfaat
1. Agar pembaca mengetahui apa yang dimaksud PKK.
2. Agar pembaca mengetahui apa yang dimaksud Keluarga Berencana.
3. Agar pembaca mengetahui apa yang dimaksud keluarga.

3
4. Agar pembaca mengetahui gambaran rencana pelaksanaan Keluarga
Berencana.
5. Agar pembaca mengetahui unsur yang harus ada pada Keluarga Berencana.
6. Agar pembaca mengetahui hubungan antara Keluarga Berencana dengan
konsep sosiokuktural.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)


Berdasarkan Permendagri Nomor 1 Tahun 2013 Pasal 1, Gerakan
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga atau PKK adalah Gerakan Nasional dalam
pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah, pengelolaannya dari, oleh dan
untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, lahir dan
batin.
Keputusan pemerintah untuk merevitalisasi dan mengelompokkan organisasi
perempuan di bawah departemen dalam federasi mengakibatkan lahirnya
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), yaitu organisasi yang mewadahi
perempuan yang tidak berada di bawah departemen. Organisasi ini bermula dari
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga yang berupaya melibatkan partisipasi dan
merupakan program pendidikan perempuan. Selanjutnya organisasi ini berubah
menjadi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga yang berupaya tidak hanya mendidik
perempuan, melainkan membina dan membangun keluarga di bidang mental spiritul
dan fisik material serta peningkatan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, dan
lingkungan hidup (Shalfiah, 2013).
Kegiatan PKK dalam meningkatkan kesetaraan keluarga pada umumnya
berpedoman pada pelaksanaan 10 Program Pokok PKK yang hakekatnya merupakan
kebutuhan dasar manusia, yaitu:
1. Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
2. Gotong Royong
3. Pangan
4. Sandang
5. Perumahan dan Tatalaksana Rumah Tangga
6. Pendidikan dan Ketrampilan
7. Kesehatan
8. Pengembangan Kehidupan Berkoperasi

5
9. Kelestarian Lingkungan Hidup
10. Perencanaan Sehat (Shalfiah, 2013).
Tujuan Gerakan PKK adalah memberdayakan keluarga untuk meningkatkan
kesejahteraan menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera lahir dan batin
(Rumusan Hasil Rakernas VIII PKK, 2015).
Prinsip Gerakan PKK adalah pemberdayaan dan partisipasi masyarakat.
Gerakan PKK memiliki sifat universal dan independen, maka penyelenggaraannya
perlu dilandasi dengan peraturan perundang-undangan. Untuk mencapai tujuan
Gerakan PKK dalam pelaksanaannya di lapangan perlu adanya dukungan dan
peningkatan koordinasi dengan Pembina Tim Penggerak PKK di semua jenjang dan
dengan lembaga lain (Rumusan Hasil Rakernas VIII PKK, 2015).

2.2 Keluarga Berencana (KB)


Keluarga Berencana (KB) adalah daya upaya manusia untuk mengatur secara
sengaja kehamilan dalam keluarga, secara tidak melawan hukum dan moral pancasila,
demi untuk kesejahteraan keluarga. Keluarga Berencana (KB) juga merupakan suatu
cara untuk mencegah kehamilan agar ibu melahirkan anak yang diinginkan sesuai
dengan perencanaan keluarga sehat. Tujuan program keluarga berencana, yaitu:
1. Untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, serta
keluarga khususnya dan bangsa pada umumnya.
2. Untuk meningkatkan taraf kehidupan rakyat dengan cara menurunkan angka
kelahiran, sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan negara
untuk menaikkan produksi dan penyediaan jasa-jasa.
Dengan demikian Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk menciptakan
keluarga yang bahagia dan sejahtera yang bersamaan pula dengan usaha penurunan
angka kelahiran yang berkaitan erat dengan penurunan jumlah kelahiran (jumlah anak)
per keluarga untuk terciptanya masyarakat yang bahagia dan sejahtera atau untuk
membudayakan Norma keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Dengan
dilaksanakan program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu upaya yang
dilaksanakan pemerintah dalam mengatasi dampak yang ditimbulkan dari perkawinan

6
usia muda yang dapat mengganggu kesehatan dari ibu dan anak yang dilahirkan
(Irmawati, 2016). Pelayanan Program Keluarga Berencana meliputi (Aziz, 1997):
1) Memberikan informasi dan menerima pengaduan konsumen tentang
kontrasepsi aman, sesuai, dan efektif. Klinik KB memberikan pelayanan
tentang status kehamilan, memberi nasehat dan pelayanan aborsi, mengobati
komplikasi sesudah aborsi.
2) Melakukan pemeriksaan serta dapat memberikan informasi tentang kehamilan,
setelah melahirkan dan ibu menyusui.
3) Memberikan informasi penggunaan metode alat KB pelindung yang tepat bagi
perempuan yang berisiko tinggi terkena penyakit kelamin atau HIV dan usaha
untuk mencegah penularannya.
Kontrasepsi yang baik harus memiliki syarat-syarat antara lain, aman, dapat
diandalkan, sederhana, murah, dapat diterima oleh orang banyak, dan dapat dipakai
dalam jangka panjang. Jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia saat ini, antara lain:
A. Metode kontrasepsi sederhana
1) Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat atau obat.
2) Metode kontrasepsi sederhana dengan alat atau obat.
B. Metode kontrasepsi modern
1) Kontrasepsi hormonal.
2) Kontrsepsi mantap.

2.3 Keluarga
Keluarga merupakan agen utama sosialisasi, sekaligus sebagai microsystem
yang membangun relasi anak dengan lingkungannya. Keluarga sebagai tempat
sosialisasi dapat didefinisikan menurut term klasik. Definisi klasik (struktural-
fungsional) tentang keluarga, menurut sosiolog George Murdock 2 adalah kelompok
sosial yang bercirikan dengan adanya kediaman, kerjasama ekonomi dan reproduksi.
Keluarga terdiri dari dua orang dewasa dari jenis kelamin berbeda, setidaknya
keduanya memelihara hubungan seksual yang disepakati secara sosial, dan ada satu
atau lebih anak-anak yaitu anak kandung atau anak adopsi, dari hasil hubungan seksual
secara dewasa (Rohmat, 2010).

7
Pemahaman tentang pentingnya keluarga dapat dilihat dari fungsi-fungsi dasar
kinerjanya. Secara umum, keluarga menjalankan fungsi-fungsi tertentu yang
memungkinkan masyarakat untuk bertahan hidup dari generasi ke generasi, meskipun
fungsi-fungsi ini mungkin sangat bervariasi. Fungsi keluarga efektif apabila terjadi
keselarasan antara fungsi sosial dan ekonomi. Adapun fungsi dasar keluarga dapat
diidentifikasi sebagai berikut (Rohmat, 2010) :
1. Reproduksi
Keluarga akan mempertahankan jumlah populasi masyarakat dengan adanya
kelahiran. Adanya keseimbangan angka natalitas dan mortalitas menjadikan
populasi manusia menjadi eksis.
2. Sosialisasi
Keluarga menjadi tempat untuk melakukan transfer nilai-nilai masyarakat,
keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan sains yang akan diteruskan
kepada generasi penerus.
3. Penugasan peran sosial
Keluarga sebagai mediasi identitas keturunan (ras, etnis, agama, sosial
ekonomi, dan peran gender) serta identitas perilaku dan kewajiban. Sebagai
contoh, dalam beberapa keluarga, anak perempuan diarahkan untuk melakukan
pekerjaan rumah tangga dan menjadi pengasuh anak, sedangkan anak laki-laki
diarahkan untuk menjadi pencari nafkah.
4. Dukungan ekonomi
Keluarga menyediakan tempat tinggal, makanan, dan perlindungan. Pada
beberapa keluarga di negara-negara industri, semua anggota keluarga kecuali
anak-anak berkontribusi pada kesejahteraan ekonomi.
5. Dukungan emosional.
Keluarga memberikan pengalaman pertama anak-anak dalam interaksi sosial.
Interaksi sosial dapat berupa hubungan emosional, pengasuhan, jaminan
keamanan bagi anak-anak. Keluarga juga memiliki kepedulian pada
anggotanya ketika mereka sakit atau mengalami penuaan

8
BAB III
GAMBARAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Jenis kegiatan: Promosi Kesehatan Keluarga Berencana
b. Rencana Kegiatan:
1. Sasaran : Ibu-ibu PKK
2. Tujuan :Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya sasaran dalam
pentingnya pemakaian kontrasepsi.
3. Waktu dan tempat pelaksanaan :
Program ini dilaksanakan dalam Hari Keluarga Berencana Nasional
(HARGANAS) pada tanggal 29 Juni 2020, yang diadakan pada kelompok Ibu
PKK aktif. Program ini dilakukan selama satu hari dengan beberapa rangkaian
kegiatan meliputi kegiatan aktivitas fisik, sosialisasi dan konseling.
4. Rencana Kegiatan:
Pelaksanaan dalam program kegiatan ini, dilakukan melalui kegiatan sosialisasi
atau penyuluhan mengenai jenis-jenis alat kontrasepsi, kelebihan,
kekurangannya dan akan dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Sosialisasi
dan konseling dilakukan oleh tenaga kesehatan terkait yang ada di lokasi
tersebut seperti bidan desa dan dokter khusus dari pelayanan kesehatan yang
menaungi lokasi tersebut. Nama Progam Kegiatan ini yaitu “Family Care”
dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut:

No. Waktu Estimasi Acara


1. 06.00-07.00 60’ Senam Ibu-ibu
2. 07.00-07.50 50’ Istirahat, ramah-tamah
3. 07.50-08.00 10’ Pembukaan
4. 08.00-08.45 45’ Sosialisasi KB
5. 08.45-09.00 15’ Tanya Jawab
6. 09.00-10.00 60’ Konseling
7. 10.00-10.10 10’ Acara hiburan
8. 10.10-10.15 5’ Doa
9. 10.15-10.20 5’ Penutup

9
BAB IV

UNSUR YANG HARUS ADA

1. Komunikator → Mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat yang dalam hal ini


adalah kelompok kami sendiri, karena program “Family Care” ini merupakan
program yang kami rancang sendiri. Dalam pelaksanaanya, mungkin kami
membutuhkan bantuan dari ibu-ibu pengurus PKK, namun yang akan
menyampaikan materi tetap dari pihak kami sendiri.
2. Komunikan → Ibu-ibu PKK aktif.
Sehubungan dengan tema kami yaitu “Family Care” dengan program sosialisasi
alat kontrasepsi, tentu sasaran kami adalah para ibu. Spesifikasi yang kami ambil
adalah ibu-ibu PKK yang masih aktif agar mudah dikondisikan pada saat program
dilaksanakan.
3. Pesan → Tema informasi yang akan disampaikan adalah seputar alat kontrasepsi.
Menyikapi kondisi Indonesia saat ini dimana angka kelahiran yang sangat
tinggi, kami berencana menginformasikan kepada komunikan mengenai
pentingnya alat kontrasepsi.
4. Media → Poster.
Media yang akan kami gunakan adalah poster yang memuat informasi
mengenai macam-macam alat kontrasepsi dan manfaatnya. Tujuannya adalah agar
lebih mudah menjelaskan informasi kepada para komunikan. Dengan media poster
yang berisi gambar macam-macam alat kontrasepsi, kami berusaha menggunakan
poster tersebut seefektif mungkin.
5. Dampak → Output jangka pendek yang ingin kami capai adalah komunikan dapat
menyadari betapa pentingnya alat kontrasepsi dan menggunakan alat kontrasepsi
untuk mewujudkan keluarga ideal dengan 2 anak lebih baik. Sedangkan output
jangka panjangnya adalah menurunnya angka kelahiran, dalam hal ini tentu
membutuhkan waktu yang cukup panjang dan bantuan dari beberapa sector lain.

10
BAB V

HUBUNGAN KONSEP PERILAKU SEHAT SERTA KOMUNIKASI DALAM


KONTEKS SOSIOKULTURAL

1. Hubungan dengan Perilaku Sehat


Perilaku sehat sendiri adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Program
kami yang bertema “Family Care” dengan topik utama alat kontrasepsi ini
bertujuan mengajak para komunikan untuk tetap sehat dalam lingkup keluarga
ideal. Dengan pemakaian alat kontrasepsi, jarak kelahiran dan jumlah anak dapat
direncanakan. Dari uraian tersebut, penyakit-penyakit yang timbul karena terlalu
banyak melahirkan anak ataupun jarak anak yang terlalu dini tentu dapat dicegah.
Para komunikan dapat menata hidup dengan lebih sehat dan tentunya ideal dengan
penggunaan alat kontrasepsi.
2. Hubungan dengan Komunikasi dalam Konsep Sosiokultural
Sosiokultural adalah sebuah sistem dari pola-pola terpadu yang mengatur perilaku
manusia (Condon 1973: p.4). Sociokultural mengatur tingkah laku seseorang dalam
kelompok, membuat seseorang sensitif terhadap status, dan membantunya mengetahui apa
yang diharapkan orang lain terhadap dirinya dan apa yang akan terjadi jika tidak memenuhi
harapan-harapan mereka. Sociokultural membantu seseorang untuk mengetahui seberapa
jauh dirinya dapat berperan sebagai individu dan apa tanggung jawab dirinya terhadap
kelompok. Sosiokultural juga didefinisikan sebagai gagasan-gagasan, kebiasaan,
keterampilan, seni, dan alat yang memberi ciri pada sekelompok orang tertentu pada waktu
tertentu (Ali Mustadi, t.t.).
Penggunaan alat kontrasepsi sangat terkait dengan budaya, sebab alat kontrasepsi
terkait dengan cara pemasangan dan kebiasaan menggunakan. Sebagaimana diketahui
bahwa pemasangan alat kontrasepsi IUD misalnya, pemasangan alat ini melalui alat
kemaluan wanita yang tidak diterima pada orang-orang di lingkungan budaya tertentu.
Seseorang akan tertarik menggunakan salah satu alat kontrasepsi jika orang-orang di
sekitarnya menggunakan alat kontrasepsi yang sama. Contohnya ketertarikan seseorang
pada penggunaan alat kontrasepsi suntik akan timbul jika orang-orang di sekitarnya juga
menggunakan kontrasepsi suntik. Termasuk juga kebiasaan yang turun temurun, dari ibu
ke anak, dan seterusnya. Dalam hal ini perlu melibatkan para tokoh agama dan tokoh

11
masyarakat dalam melakukan penyuluhan tentang penggunaan metode kontrasepsi di
masyarakat. Misalnya dengan mengajak ulama atau kepala desa yang istrinya telah
menggunakan alat kontrasepsi sehingga dapat menjadi referensi dan panutan masyarakat
dalam menggunakan alat kontrasepsi (Assalis, t.t.).

12
BAB VI

MEDIA

13
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Hanafi. 2004.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan.

Siti Soleha. (2016). Studi Tentang Dampak Program Keluarga Berencana Di Desa
Bangun Mulya Kabupaten Penajam Paser Utara.
Rumusan Hasil Rakernas VIII PKK. (2015).
Shalfiah, R. (2013). Peran Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam
Mendukung Program-program Pemerintah Kota Bontang. e-Journal Ilmu
Pemerintah, 975-984.
Aziz, S., 1997. Manajemen Program Keluarga Berencana. Media Litbangkes, No. 03
& 04 Vol.VII, 17–22.
Irmawati, 2016. Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Terhadap Perkawinan Usia
Muda Di Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang Menurut Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1–19.
Rohmat, 2010. Keluarga Dan Pola Pengasuhan Anak. No.1 Vol.5, 35–46.
Ali Mustadi. (t.t.). Pendidikan Karakter Berwawasan Sosiokultural (Sociocultural
Based Character Education) di Sekolah Dasar, Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY).
Assalis, H. (t.t.). Hubungan Sosial Budaya dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi. 6.

14

Anda mungkin juga menyukai