Disusun Oleh:
Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ratu Ayu Dewi Sartika, Apt., Msc
PENDAHULUAN
beberapa kegiatan yang memiliki fungsi dan saling terkait satu sama lain sehingga
satu siklus dalam menjalankan suatu manajemen logistik di rumah sakit adalah
atau maintenance dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang diperlukan untuk
tersebut tetap dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi siap pakai. Ketika
peralatan apapun bentuk dan jenisnya diharapkan mempunyai umur pemakaian atau
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Sistem
1. Definisi Sistem
yang berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang majemuk, dimana masing-
masing bagian bekerja sama secara bebas dan terkait untuk mencapai sasaran
Elemen sistem manajemen menurut Sulaeman (2009) dari 3 (tiga) unsur sistem
a. Masukan (input)
Masukan adalah bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem yang diperlukan
daya manajemen yang terdiri atas man (ketenagaan), money (dana/biaya), material
b. Proses
dan sumberdaya yang dimiliki guna menjalankan sebuah kegiatan atau aktivitas
dari institusi atau organisasi sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan, yang
2
terdiri dari perencanaan (planning), perorganisasian (organizing), pelaksanaan
Hasil/keluaran adalah bagian atau elemen dari sistem yang dihasilkan dari
2.1.2 Manajemen
1. Definisi Manajemen
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Begitu juga halnya dalam pengelolaan
sebuah rumah sakit, guna menghasilkan sistem dan pelayanan yang optimal baik
manajemen yang baik dan menyeluruh terhadap semua fungsi dan bagian sistem
dan pelayanan.
yaitu berupa sumber daya manajemen yang terdiri atas man (ketenagaan), money
3. Fungsi-fungsi Manajemen
Terry dan LW. dalam Sulaeman (2009) mengemukan bahwa terdapat 5 (lima)
3
a. Planning (perencanaan)
selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat
b. Organizing (pengorganisasian)
kegiatan-kegiatan itu.
Pergerakan merupakan proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu dan mau
sesuai dengan rencana yang sudah disusun dan mengadakan perbaikan jika terjadi
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berhubungan satu sama lain. Kelima
fungsi ini sifatnya sekuensial, artinya fungsi yang satu mendahului fungsi yang
lainnya, dimana aktivitas manajerial dimulai dengan planning dan berakhir pada
evaluating.
4
2.2 Manajemen Pemeliharaan
dikenal dengan kata maintenance dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang
fasilitas dan sarana prasarana agar dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi yang
siap pakai.
fasilitas dan sarana prasarana yang ada. Gagasan yang muncul mengenai pokok-
pokok pikiran dalam perencanaannya, ditunjukkan dengan dasar apa yang harus
pemeliharaan saja, namun selain itu harus didukung dengan sistem manajemen
dalam pemeliharaan sama dengan proses POACE yang dikemukan oleh berbagai
ahli manajemen, tetapi dengan penakaran pada hal-hal yang dianggap penting dan
menonjol. Penonjolan itu terletak pada penjadwalan yang lebih ketat dan
5
tersedianya formulir program yang lebih jelas. Seperti yang terlihat pada bagan
berikut:
Perencanaan
Program Anggaran
Penjadwalan
Pelaksanaan
Evaluasi
diberlakukan.
2. Biaya pemeliharaan
6
2. Besarnya biaya yang diperlukan.
Rumah sakit saat ini sangat erat dengan alat-alat kesehatan dan
kedokteran dengan teknologi yang canggih, sebab akan terkait dengan pabrik
Adapun jenis biaya pemeliharaan yang dimaksud antara lain sebagai berikut:
Dana merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang kelancaran dan
7
diperlukan sebuah sistem manajemen yang baik dalam perencanaan, pengadaan
pemeliharaan.
4. Peralatan (machine)
Peralatan (machine) baik itu peralatan pokok seperti komponen atau set alat
yang memadai, maka proses kegiatan pemeliharaan akan sulit untuk dilakukan.
kegiatan di mana peralatan dan/atau sebuah sistem dirawat atau diperbaiki agar
yang dibuat oleh Chanter dan Swallow (1996) karena bentuk pengelompokannya
sederhana tetapi lengkap (Gambar 1), sehingga cocok untuk diterapkan pada
bangunan atau sistem yang memiliki komponen yang banyak, seperti rumah sakit.
8
Gambar 2.2 Tipe pemeliharaan (Chanter dan Swallow, 1996)
Dalam sistem pemeliharaan ini, akan ada kemungkinan pelaksanaan sekarang akan
berbeda dengan pelaksanaan dimasa yang akan datang (dapat terjadi fleksibilitas
c. Preventive
9
diterapkan pada peralatan yang kritis. Berdasarkan pelaksanaannya, Chanter dan
mengacu pada kondisi item yang dipantau berdasarkan proses monitoring secara
d. Corrective
alat tersebut.
sama untuk mencapai suatu tujuan. Pemeliharaan dapat dianggap sebagai sebuah
sistem produksi.
Dalam suatu sistem produksi pasti akan ada kegiatan input yang diproses
untuk menghasilkan output. Input biasanya akan berupa material mentah, pekerja,
dan proses produksi. Sedangkan output terdiri dari dua macam, yaitu produk hasil
proses produksi dan kemunduran dari peralatan. Output kedua inilah yang
10
input, untuk mengetahui bagaimana kondisi dari pekerja, suku cadang, dan
ini menurut Duffuaa et al. (1999) dapat digambarkan dalam suatu bentuk
Secara garis besar, proses kegiatan pemeliharaan dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu perencanaan/planning, organizing, dan feed back control. Ketiga hal
pemeliharaan interval yang tepat. Sistem score sederhana dapat dipergunakan untuk
11
penting dalam menentukan bilangan pemeliharaan alat, sebagai berikut antara lain
(Sabarguna, 2007):
a. Fungsi alat
P=F+R+K
Kebutuhan pemeliharaan
Sabarguna, 2007 menerangkan bahwa fungsi alat dibagi atas kategori sebagai
alat terapi, diagnostik, analitis dan fungsi- fungsi lainnya. Alat terapi mengeluarkan
energi kepada pasien, oleh karena itu mempunyai score yang tinggi 8 – 10, alat
dengan fungsi lain mempunyai score 2. Untuk lebih jelas hubungan fungsi peralatan
12
Alat terapi dan pengobatan (Physical
8
Therapy and Treatment)
Monitorin)
Alat Bantu Diagnostik
Alat bantu monitoring fisiologis
Monitoring)
Risiko fisik merupakan kemungkinan yang terjadi bila alat mengalami kegagalan
atau rusak. Kemungkinan itu berupa kematian pasien, cedera dan salah diagnosa
13
c. Hubungan Kebutuhan akan Pemeliharaan dengan Skor
pemeliharaan minimal. Alat sebagian besar adalah mekanik, peneumatik dan fuida
2. Mengetahui interval resiko yang ditimbulkan jika terjadi kerusakan pada suatu
4. Mengurangi beban resiko pemeliharaan, karena alat yang tidak memiliki resiko
yang besar dapat dikeluarkan dari program pemeliharaan rutin atau alat yang
5. Mengetahui jadwal pemeliharaan yang lebih efektif sesuai dengan kebutuhan dan
14
2.2.6 Pemeliharaan pada Pelayanan Kesehatan
tidak hanya bertujuan untuk menjaga agar sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
rumah sakit agar dapat berfungsi dengan baik dan dalam kondisi yang siap pakai
pada saat digunakan dan dibutuhkan, namun juga dapat mempertahankan umur
ekonomis alat serta menjaga keamanan sarana dan prasarana dari potensi bahaya
Selain itu, dengan kondisi sarana dan prasarana rumah sakit yang dapat
berfungsi dengan baik dan dalam kondisi yang siap pakai, maka secara langsung
pelayanan rumah sakit terlihat dari peranan pemeliharaan itu sendiri. Di rumah
sakit, unit atau instalasi yang bertanggung jawab dalam kegiatan pemeliharaan
sarana dan prasarana biasa disebut dengan Instalasi Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit (IPSRS), yang mempunyai tugas (Sabarguna dkk, 2007):
a. Pemeliharaan bangunan, instalasi air minum, air panas, listrik, gas, teknik, zat
c. Penyediaan air minum, air panas, gas teknis, zat lemas dan listrik.
d. Penyucian alat kedokteran dan alat kesehatan yang dilakukan oleh tenaga atau
15
2.2.7 Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
kesehatan di rumah sakit yaitu sarana, prasarana dan peralatan selalu berada dalam
keaadaan layak pakai. Dalam kegiatan dan kedudukan IPSRS berada langsung di
prasarana dan peralatan rumah sakit memerlukan suatu sistem yang melibatkan
1. Sistem Pengadaan
2. Sistem Pemeliharaan
sakit.
16
d. Melaksanakan perbaikan di bengkel rujukan atau pihak ketiga sesuai
3. Sistem Pembinaan
pelayanan kesehatan.
diperlukan adanya perbaikan ringan maupun perbaikan yang sifatnya berat, maka
Kantor. Bisa dalam bentuk peralatan administrasi (komputer dll) atau peralatan
Perbaikan yang dilakukan adalah dengan cara dan prosedur yang telah
diatur oleh pihak Manajemen Rumah Sakit. Prosedur yang sangat umum dilakukan
adalah meliputi :
17
Pengguna IPS-RS Manajemen Penganggaran
x ========
============== ======== x
2. Secara umum akan diperoleh 3 (tiga) kategori, yaitu alat baik (dapat
dioperasikan), alat rusak (perlu perbaikan), dan alat rusak (bisa diperbaiki
18
4. IPS-RS menindaklanjuti paoran hasil inventarisasi alat tersebut kepada
6. Khusus untuk alat yang rusak berat ada beberapa pertimbangan yang harus
dilakukan oleh Manajemen RS. Apabila biaya untuk perbaikan alat yang
rusak berat mahal dibanding dengan pengadaan baru alat yang sama atau
Pengguna
IPS-RS Baik&Rusak Anggaran
(User)
Ringan
Manajemen
Inventarisasi RS
Rusak
berat
Baik
Rusak Ringan
Hapus
Rusak Berat
19
2.3 Penyimpanan
yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus
Pengelolaan sediaan farmasi, Alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
pelaporan.
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakaiperlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya
dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Untuk meminjam kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan
farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin jenis spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu, penyerahan, dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
1. Obat-obatan harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. dalam hal ini
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas
20
pada wadah baru. wadah sekurangkurangnya memuat nama Obat
nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan
kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
4. Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (First In First Out) dan juga FEFO
(First Expierd First Out).
e. Pemusnahan
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan.pemusnahan obat kadaluwarsa atau yang rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Pemusnahan obat
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik
atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan menggunakan formulir 1 sebagaimana terlampir.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan
oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar
atau dimusnahkan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
resep menggunakan formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya
dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan persediaan sesuai
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan system pesanan atau pengadaan.,
penyimpanan dan pengeluaran. Hal in bertujuan untuk mengindari
terjadinya kelebihan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan
serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan
21
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu
stok sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
obat adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obat yang diterima agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap
22
penyimpanan. Penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah
dan dengan biaya serendah mungkin. Menurut Warman (2004) tujuan dari
tidak baik
b. Kerusakan, yaitu akibat barang itu sendiri rusak atau barang itu merusak
lingkungan (polusi)
23
4. Tepat, dimana bila ada permintaan barang, barang yang diserahkan
memenuhi lima tepat, yaitu tepat barang, kondisi, jumlah, waktu dan
harganya.
6. Mudah, yaitu:
24
- Menindaklanjuti laporan atas terjadinya kehilangan atau bencana alam
pengeluaran obat.
- Melaporkan dalam bentuk Berita Acara, apabila terjadi hal yang khusus (bencana
- Mencatat setiap mutasi barang pada Kartu Obat dan mencatat jumlah obat yang
- Menyusun atau membuat laporan tentang hasil pencatatan dan pembukuan obat
persediaan.
d. Staf Pelaksana Gudang, tugasnya yaitu membantu pengurusan obat dalam hal
25
1 orang Kepala Gudang (minimal lulus SMA/ SMF) 1 orang Pengurus Barang
diantaranya :
a. Gudang Terbuka
- Gudang terbuka yang tidak diolah, yaitu berupa satu lapangan terbuka yang
- Gudang terbuka diolah, yaitu lapangan terbuka yang sudah diratakan dan
diperkeras atau dipersiapkan dengan melapiskan bahan yang serasi, sehingga dapat
dilaksanakan
gudang.
c. Gudang Tertutup
Gudang tertutup merupakan suatu ruang penyimpanan dalam suatu bangunan yang
26
Peralatan dan fasilitas yang biasa digunakan dalam penyimpanan obat di gudang
dalam gudang.
e. Forklift gunanya untuk mengangkut barang/box yang besar atau berat yang tidak
barang/obat.
gudang farmasi rumah sakit dilakukan oleh petugas gudang farmasi rumah sakit
Mulya. Gudang farmasi rumah sakit berada di bawah tanggung jawab Apoteker
Apoteker, namun letak gudang farmasi rumah sakit terpisah dengan Apotek rumah
27
sakit. Adapun letak gudang farmasi dalam struktur organisasi rumah sakit adalah
sebagai berikut.
mulai dari proses penerimaan obat, penyusunan obat, pengeluaran obat, stock
1. Penerimaan Obat
Di rumah sakit proses penerimaan dan pemeriksaan obat yang baru datang
dari distributor obat dilakukan di gudang farmasi RS. Berdasarkan standar prosedur
baru datang dari distributor merupakan tugas petugas gudang farmasi. Jika petugas
gudang farmasi tersebut tidak dapat menerima atau tidak hadir maka penerimaan
obat seharusnya dilakukan oleh bagian Purchasing RS. Namun kenyataannya bila
petugas gudang tidak ada yang menerima dan memeriksa obat adalah petugas
28
1. Penerimaan barang dari supplier perusahaan farmasi dilakukan melalui unit
gudang farmasi Rumah Sakit dan hanya boleh diterima oleh petugas gudang
farmasi.
Faktur yang dibawa oleh supplier kemudian disesuaikan antara daftar barang
4. Setelah itu petugas gudang mecocokkan antara barang yang datang, faktur
terhadap banyaknya obat pesanan (kuantiti) dan jenis obat yang dipesan.
5. Jika semua sudah sesuai, petugas gudang akan menandatangi dan memberikan
7. Petugas menginput data obat yang datang pada sistem komputer yang bernama
29
c. Harga obat yang datang
8. Petugas gudang farmasi kemudian akan melakukan memperbarui data obat yang
datang pada kartu induk persediaan (inventory stok) pada sistem komputer
gudang farmasi dengan cara menceklis kotak add inventory. Secara otomatis
9. Terakhir petugas akan mencetak data yang diinput tadi dalam bentuk selembar
kertas rangkap 2 dan disatukan dengan faktur pembelian serta surat pemesanan
pencatatan obat dan faktur yang datang tersebut pada buku penerimaan obat,
namun petugas tidak melakukannya. Hal ini terjadi karena petugas gudang
merasa tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan pengisian pada buku
penerimaan tersebut akibat banyaknya pekerjaan lain yang harus dikerjakan oleh
petugas.
30
BAB III
ANALISIS KASUS
kesehatan di rumah sakit. Rumah Sakit mempunyai satu unit mesin X-ray untuk
kebocoran pada mesin X-ray tersebut yang jika digunakan secara berlebihan
untuk tidak digunakan lebih dari 20 kali foto/hari namun karena kebutuhan
Ditemukan kerusakan pada dental unit yang baru digunakan kurang dari 2
tahun. Kerusakan bervariasi ada yang ringan seperti lampu sudah tidak
menyala, dan suction yang rusak. Sedangkan untuk dental unit yang digunakan
lebih dari 5 tahun banyak ditemukan kerusakan ringan hingga berat seperti high
speed yang tidak bisa digunakan lagi, kursi yg tidak bisa naik turun dan semua
31
Gambar 3.1 Tabel Penggunaan Dental Unit
Selain kerusakan dental unit, terdapat alat yang digunakan untuk pelayanan
kesehatan rusak berat seperti alat mencampur amalgam dan alat dental lainnya
yang sudah tidak bisa dipakai lagi namun dibiarkan terbengkalai di tempat alat
Masalah lainnya sering terdapatnya kehilangan tang dan alat dental yang
dalam hakikatnya untuk menggunakan semua alat tersebut sudah ada pelaporan
sebelum dan sesudah jam kerja atau ketika operator menggunakan alat tersebut
disebutkan bahwa alat sering tertukar dan tidak teridentifikasi antar integrasi
dan departemen.
32
3.1.2 Pelaksanaan Pemeliharaan di Rumah Sakit
diterapkan tidak sama untuk setiap instalasi di rumah sakit. Pelayanan IRJ
lemah tentu akan berusaha meminimalkan biaya yang akan dibebankan kepada
dipegang oleh kepala instalasi dan pencatatan dilakukan oleh pekarya. Dalam
hal ini pekarya melakukan tugasnya dalam hal pembayaran serta pencatatan dan
33
Gambar 3.2 Struktur Organisasi IPS-RS
• Sarana RS
4. Pencucian alat kedokteran dan alat kesehatan yang dilakukan oleh tenaga
34
B. Identifikasi kerusakan
kerusakan agar lebih akurat, data mengenai durasi perbaikan alat atau biaya
perbaikan alat dapat dipergunakan. Dalam hal ini Rumah Sakit sudah menerapkan
kerusakan. Akan tetapi kegiatan ini menjadi sulit dilakukan, karena IPSRS tidak
memiliki data biaya perbaikan, sedangkan durasi perbaikan walau sudah dilakukan
berkala namun tidak adanya komunikasi antara petugas instalasi dan teknisi
sehingga kerusakan alat cenderung diketahui saat pengecekan bukan dari pelaporan
petugas.
tidak melakukan analisa untuk mengetahui durasi pemeliharaan yang tepat agar
Sebenarnya cara yang tepat dalam menentukan durasi dari kegiatan pemeliharaan
terjadi.
35
2. Dari masing-masing kategori, setiap kerusakan diidentifikasi tingkat
kategori pada tiap tingkat kerusakan, diperinci letak dari alat yang mengalami
kerusakan tersebut. Alat yang sama tidak selalu membutuhkan jenis pemeliharaan
yang sama, tergantung dimana alat tersebut ditempatkan. Untuk itu, ruangan-
ruangan yang ada di rumah sakit dibagi menjadi tiga kategori prioritas pelayanan
Mulut)
3. Ruangan Prioritas Paling Rendah (Sterilan, Ruang tunggu dan mushola dll)
(*Sudah dilakukan)
tinggi dengan harga yang cukup rendah) terutama alat yang terdapat di ruangan
sistem ini terlalu sulit untuk dilakukan dapat dilakukan dengan sistem
36
ditempatkan (untuk dapat menentukan prioritas kegiatan pemeliharaan), tanggal
tingkat kerusakan (didapat dari analisa langkah kedua), Durasi kerja perbaikan,
serta biaya perbaikan/pembelian alat baru. (Dari dua data terakhir, maka akan
preventive atau corrective, bila ditinjau dari biaya dan waktu perbaikan. Hal ini
terutama diperuntukan untuk alat yang memiliki harga yang mahal, atau durasi
Akan tetapi data mengenai harga alat atau biaya perbaikan sama sekali
menjadi sulit untuk diketahui karena tidak adanya komunikasi yang baik antara
B. Biaya Pemeliharaan
apakah biaya yang dikeluarkan saat ini sebanding dengan hasil yang diperoleh.
Adapun jenis biaya pemeliharaan yang dimaksud antara lain sebagai berikut:
a. Biaya kerusakan
Merupakan biaya yang dieperlukan bila pemeliharaan pada alat yang rusak.
37
c. Biaya pemeliharaan pencegahan
Dana merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang kelancaran dan
Dalam hal ini laporan mengenai kerusakan yang biasanya dituliskan oleh
operator saat pengecekan alat masih belum bersinergi dengan laporan yang
yang tidak dilaporkan secara resmi setiap minggu atau bulannya kepada IPS-RS
Tanggung jawab yang tumpang tindih antara petugas instalasi dan teknisi
Saran yang diberikan kepada pihak rumah sakit, agar kegiatan pemeliharaan yang
dilakukannya dapat lebih efektif dan efisien adalah:
38
a. Seluruh biaya kegiatan pemeliharaan didokumentasikan, agar tingkat
efisiensi kegiatan pemeliharaan dapat diketahui.
A. Sistem Pengadaan
B. Sistem Pemeliharaan
39
• Pemeliharaan secara rutin atau berkala dilakukan oleh teknisi rumah sakit.
C. Sistem Pembinaan
40
3.2 Contoh kasus penyimpanan obat (Risa Mustika - 2018970015)
puskesmas “X” yang menyediakan fasilitas rawat inap yaitu puskesmas “X” pada
stok mati yang digunakan untuk menunjukan item persediaan obat di gudang yang
mencegah kerugian yang diakibatkan karena adanya stok mati seperti perputaran
uang yang tidak lancar dan kerusakan obat akibat terlalu lama disimpan sehingga
perencanaan, permasalahan dari kualitas dan kuantitas obat yang diberikan oleh
Gambar 3.4 Presentase jumlah stok obat mati pada tahun 2014-2015
41
Gambar 3.5 Presentase Jumlah Obat Kadaluarsa pada Tahun 2014-2015
Hasil persentase stok obat mati dari tahun 2014-2015 tidak sesuai dengan standar
yang ditetapkan untuk indikator persentase stok obat mati yaitu, 0%. Hasil
persentase obat mati di puskesmas se kota banjarbaru dan standar yang ditetapkan
didapat dari perhitungan antara jumlah item obat yang berada dalam kondisi stok
mati per tahun 2014-2015 dibagi dengan jumlah item obat yang tersedia per tahun
2014-2015.
puskesmas sekota banjarbaru dan standar yang ditetapkan didapat dari perhitungan
antara jumlah obat yang rusak/kadalluarsa per tahun 2014-2015, dibagi dengan
42
Hasil persentase nilai stok obat mati di puskesmas sekota banjarbaru
didapat dari perhitungan antara jumlah sisa obat di bulan desember pada tahun
2014-2015, dibagi dengan jumlah obat yang tersedia per tahun 2014-2015.
tersebut akan diberikan. Hal ini lah yang menyebabkan sistem penyimpanan obat
bertujuan untuk melayani masyarakat golongan ekonomi lemah tentu akan berusaha
berdasarkan banyaknya stok mati/death stock, stok mati yang digunakan untuk
menunjukan item persediaan obat di gudang yang tidak mengalami transaksi dalam
karena adanya stok mati seperti perputaran uang yang tidak lancar dan kerusakan
Pengelolaan sediaan farmasi, Alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
A. Perencanaan
43
Dalam membuat perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakaiperlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan
kemampuan masyarakat.
B. Pengadaan
C. Penerimaan
mutu, waktu, penyerahan, dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan
E. Pemusnahan
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan.
F. Pengendalian
44
faktur) penyimpanan (kartu stock). Penyerahan (nota atau struk penjualan)
Dalam menentukan penyimpanan obat yang maksimal, saat ini pihak puskesmas
tidak melakukan analisa untuk mengetahui durasi penyimpanan yang tepat agar
hasil kerjanya dapat efektif, durasi ditentukan berdasarkan pengalaman.
Sebenarnya cara yang tepat dalam menentukan durasi dari kegiatan penyimpanan
adalah dengan menganakisanya berdasarkan data historis mengenai kerusakan yang
terjadi.
Agar pelayanan yang diberikan dapat maksimal, maka dari masing-masing kategori
pada tiap penyimpanan di perinci agar tempat penyimpanan yang mengalami
kerusakan tersebut. Unsur pengelola dan sarana yang harus tersedia di dalam
kegiatan manajemen penyimpanan obat terdiri dari :
B. Biaya pemeliharaan
45
yang dikeluarkan saat ini sebanding dengan hasil yang diperoleh. Adapun jenis
biaya penyimpanan yang dimaksud antara lain sebagi berikut:
a. Biaya kerusakan
b. Biaya penyimpanan
merupakan biaya yang direncanakan, seperti tempat penyimpanan yang bersih dan
aman.
dana merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang kelancaran dan
berlangsungan proses kegiatan penyimpanan. Tanpa dana sistem pendanaan yang
baik, maka kegiatan penyimpanan akan menjadi kendala, perbaikan dan pergantian
penyimpanan yang tentunya membutuhkan bahan baku atau pelengkapan
penunjang secara terus menerus.
Dalam hal ini laporan mengenai penyimpanan dan biasanya ditulis oleh
obat mengenai laporan kerusakan hanya menjadi dokumen yang tidak secara resmi
setiap minggu nya atau bulannya karena mengetahui kerusakan penyimpanan obat.
Tanggung jawab yang tumpang tindih antara petugas instalansi dan petugas
46
3.2.4 Kesimpulan dan saran
Saran yang baik kepada pihak puskesmas sekota banjarbaru, agar tingkat kegiatan
penyimpanan yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien adalah:
47
DAFTAR PUSTAKA
48