Anda di halaman 1dari 49

KASUS 3

BLOK KEP. GADAR II

Tn. J usia 23 tahun dibawa oleh keluarganya ke ruang gawat darurat RSU. P tanggal 27 Oktober
2019 jam 11.15 WIB. Hasil pengkajian triage didapatkandata sebagai berikut :
Pucat seluruh tubuh, terdapat cairan berbusa putih pada mulut dan hidung, respon membuka
mata =2, respon verbal = 4, respon motorik = 4, pupil ukuran 1 mm, tekanan darah 90/50
mmHg, respirasi 8 kali/menit, denyut nadi 122 kali/menit ireguler, suhu 35,2 C, CRT 4 detik,
SpO2 97% tanpa oksigen, terdapat hematoma di os.maxilaris dextra ukuran 3 cm x 2cm.
Orang tuanya pasien mengatakan bahwa Tn. J tergeletak di lantai kamarnya dan sudah
mengeluarkan busa putih dari mulutnya.Orang tua pasien juga mengatakan bahwa melihat 4
botol berisi minuman beralkohol di genggaman tangan Tn. J dan di lantai.Tn. J tidak pernah hal
ini sebelumnya.

1 | Intoksikasi alkohol
STEP 1
KATA SULIT

1. Triage
2. Cairan berbusa putih pada hidung dan mulut
3. Respon membuka mata
4. Respon verbal
5. Respon motoric
6. Pupil ukuran 1mm
7. Respirasi 8x/menit
8. Tekanan darah 90/50 mmHg
9. Denyut nadi 122 kali/menit
10. Hematoma
11. Minuman beralkohol

Jawaban
1. Triage adalah sebagai pintu gerbang perawatan pasien memegang peranan penting dalam
pengaturan darurat melalui pengelompokan pasien berdasarkan berat ringannya trauma atau
penyakit serta kecepatan penanganan dan memprioritaskan pasien secara efisien sesuai dengan
tampilan medis pasien.
2. Cairan berbusa putih pada mulut dan hidung adalah cairan yang keluar akibat aspirasi
minuman berakohol.
3. Respon membuka mata adalah bagian dari untuk penilai tingkat kesadaran atau Glasgow
Coma Scale (GCS), pada respon mambuka mata jika pasien diberi rangsangan atau
pertanyaan.
4. Respon verbal adalah bagian dari untuk penilaian tingkat kesadaran atau Glasgow Coma Scale
(GCS), respon verbal yaitu adanya suara yg dikeluarkan oleh pasien jika diberikan
pertanyaan/komunikasi pasien dapat merespon secara langsung .

2 | Intoksikasi alkohol
5. Respon motorik adalah bagian dari untuk penilaian tingkat kesadaran atau Glasgow Coma
Scale (GCS) dengan adanya gerakan yang diberikan oleh pasien ketika diberi rangsangan oleh
perawat.
6. Pupil ukuran 1mm adanya pengecilan pada pupil dikarenakan efek pasein meminum –
minuman berakohol sampai 4 botol dan pasien pun mengalami hematoma pada bagian di
os.maxilaris dextra ukuran 3 cm x 2cm.
7. Respirasi 8 kali/menit merupakan frekuensi pernapasan yang mengalami penurunan frekuensi
napas atau pernapasan yang melambat yang di sebut bradipnea. Respirasi normal atau
pernafasan normal untuk orang dewasa adalah 12-20 kali per menit.
8. Tekanan darah 90/50 mmHg merupakan tekanan darah hipotensi atau darah rendah berada
dibawah 90/60 mmHg. Hipotensi umumnya tidak berbahya dan dapat dialami oleh siapa saja.
Namun pada beberapa orang, hipotensi dapat menyebabkan pusing dan lemas
9. Denyut nadi 122 kali permenit
10. Hematoma dikenal juga dengan memar/lembab hal ini dikarenakan kumpulan darah yang
tidak normal di luar pembuluh darah. Kondisi ini dapat terjadi saat dinding pembuluh darah
arteri, vena atau kapiler mengalami kerusakan sehinga darah keluar menuju jaringan yang
bukan tempatnya.
11. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengadung alkohol yang bisa membuat mabuk
seseorang yang menyebabkan mengalami penurunan kesadaran.

Penjelasan secara teori


1. Triage berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan diturunkan dalam bahasa
Indonesia triaseyang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya
cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut
lazim digunakan untuk menggambarkan suatu pengkajian yang cepat dan berfokus dengan
suatu cara yang memungkinkan pernafasan sumber daya manusia, peralatan sertafasilitas yang
paling efisien terhadap 100 juta orang melakukan perawatan di UGD setiap tahunnya
(Pusponegoro, 2010).
2. Cairan berbusa putih pada mulut dan hidung dikarena inhibisi reseptor NMDA (N-methyl-D-
aspartate) dan aktivasi reseptor GABA-A (gamma-aminobutyric-acid-A) disinhibisi serebral
3 | Intoksikasi alkohol
berhubungan dengan perubahan neurotransmitter yang memperkuat transmisi dopaminergic
dan noradrenergic. Alcohol yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami serangkaian proses
biokimia. Alcohol yang dikonsumsi diantaranya dimetabolisme oleh tubuh terutama hati oleh
enzim alcohol dehydrogenase (ADH) dan Koenzim nikotinamid adenine dinekleotida (NAD)
menjadi asetaldehid dan kemudian oleh enzim aldehida dehydrogenase (ALDH) diubah
menjadi asam asetat. Asam asetat dioksidasi menjadi CO2 dan H2O, piruvat, levulosa
(fruktosa), gliseraldehida dan alanine akan mempercepat metabolism alcohol (Lieber, 1994).
Reaksi etanol yang masuk ke dalam tubuh akan segera diabsorbsi di lambung dan usus
halus serta terdistribusi dalam cairan tubuh. Di dalam organ hati, etanol akan
dimetabolisme oleh enzim alcohol dehydrogenase menjadi asetaldehid yang bersifat toksik
dan karsinogerik. Kemudian pleh enzim asetaldehid dehydrogenase, asetaldehid diubah
menjadi asam asetat yang melalui siklus krebs akhirnya menghasilkan karbondioksida dan
air.
Reaksi methanol yang masuk ke dalam tubuh dapat segera terabsorbsi dan terdistribusi ke
dalam cairan tubuh.Secara perlahan methanol dimetabolisme di dalam organ hati oleh
enzim aldehid dehydrogenase membentuk fomaldehid, lalu olehh enzim aldehid
dehydrogenase dimetabolisme membentuk asam format. Baik formaldehid maupun asam
format, keduanya merupakan senyawa beracun bagi tubuh, terutama asam formatkeduanya
merupakan senyawa beracun bagi tubuh, terutama asam format yag selain dapat
menyebabkan asidosis metabolic juga dapat menyebabkan kebutaan permanen. Pada
umumnya, gejala keracunan methanol muncul 30 menit hingga 2 jam setelah
mengkonsumsi alcohol yang dioplos methanol. Gejala keracunan yang mula – mula timbul
dapat berupa mual, muntah, rasa kantuk, vertigo, mabuk, gastritis, diare, sakit padda
punggung dan lembab pada anggota gerak. Setelah melalui periode laten selama 6 hingga
30 jam, penderita dapat mengalami asidosis metaboli berat, gangguan penglihatan,
kebutaan, kejang, koma, gagal ginjal akut yang disertai mioglobinuria (terdeteksi protein
serat otot/myoglobin dalam urin), bahkan kematian.
3. Respon membuka mata adalah cara menentukan tingkat kesadaraan ( GCS ) pasien ditentukan
dengan penilaian respon pasien membuka mata ,meliputi :

4 | Intoksikasi alkohol
Spontan membuka mata 4
Membuka mata dengan perintah(suara) 3
Membuka mata dengan rangsang nyeri 2
Tidak membuka mata dengan rangsang apapun 1

4. Respon verbal adalah cara menentukan kesadaran ( GCS ) pasien ditentukan dengan
penilaiaian respon pasien secara verbal , meliputi ;

Berorientasi baik 5
Bingung (bisa membentuk kalimat tapi arti keseluruhan kacau) 4
Bisa membentuk kata tapi tidak bisa membentuk kalimat 3
Bisa mengeluarkan suara yang tidak memiliki arti 2
Tidak bersuara 1

5. Respon otorik adalah cara menentukan kesadaran ( GCS ) pasien ditentukan dengan
penilaiaian respon pasien secara motorik, meliputi ;

Menurut perintah 6
Dapat melokalisir rangsang nyeri
Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak (withdrawal) 5
Menjauhi rangsang nyeri 4
Ekstensi spontan 3
Tak ada gerakan 1

6. Pupil ukuran 1mm adalah lubang di pusat iris mata. Lubang itu bisa mengembangkan dan
mengucup seiring dengan aktivitas muskulus dilatator dan muskulus sfingter pupilae. Kedua
otot itu ialah ototpolos yang disarafi oleh serabut parasimpatetik (untuk muskulus sfingter
pupilae) dan serabut ortosimpatetik (untuk muskulus dilatator pupilae). Diameter pupil
ditentukan oleh keseimbangan aktivitas parasimpatetik dan ortosimpatetik.
Pupil yang normal mempunyai diameter yang berkisar antara 2-6 mm, rata – rata diameter
5 | Intoksikasi alkohol
pupil adalah 31/2 mm. tidak semua individu sehat mempunyai diameter pupil yang sama.
Di antaranya 17% menunjukkan anisokoria dengan selisisih sampai 1 mm dalam
diameternya. Anisokoria dianggap tidak patologis selama kedua pupi bereaksi terhadap
penyinaran dengan sama cepatnya.
Pupil yang sempit disebut miosis dan pupil yang lebar disebut midrialisis.Pada keadaan
nyeri, ketakutan, dan cemas yang terjadi midriasis.Dalam keadaan tidur, koma yang
terdalam dan tekanan intracranial yang meninggi terjadi miosis.Midriasis dan miosis
unilateral adalah patologis.Iritasi terhadap saraf okulomotorius membangkitkan
miosis.Akan tetapi miosis dapat dijumpai sebagai tanda paralisis saraf simpatetik bagian
torakal atas.Midriasis dapat terjadi akibat paralisis saraf okulomotorius atau hasil iritasi
saraf simpatis bagian torakal atas.
7. Respirasi 8 kali/menit merupakan penurunan frekuensi napas atau pernapasan yang melambat.
Keadaan ini di temukan pada depresi pusat pernapasan yang di sebut pernapasan bradipnea.
(Djojodibroto,2014)
8. Tekanan darah 90/50 mmHgadalah tekanan darah rendah suatu keadaan dimana tekanan dan
lebih rendah dari nilai 90/60 mmHg atau tekanan darah cukup rendah, sehingga menyebabkan
gejala – gejala seperti pusing dan pingsan (A.J. Ramadhan, 2010). Darah merujuk kepada
tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke
seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan
biasanya diukur seperti berikut 120/80 mmHg. Nomor diatas (120) menunjukkan tekanan ke
atas pembuluh arteri akibat denyut jantung, dan disebut tekanan systole. Nomor bawah (80)
menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di anatara pemompaan, dan disebut tekanan
distolik. Menurut Kusmana (2002) tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi
secara alami. Tekanan darah merupakan tenaga yang digunakan darah yang dipompa dari
jantung untuk melawan tahanan pembuluh darah, atau sejumlah tenaga yag dibutuhkan untuk
mengedarkan darah ke eluruh tubuh. Sepanjang hari, tekanan darah akan berubah – ubah
tergantung dari aktivitas tubuh. Tekanan darah bergantung kepada jantung sebagai pompa dan
resistensi perifer. Jumlah darah yang dipompa jantung setiap menit dinamakan cardiac output
(curah jantung). Curah jantung setiap menit dinamakan kecepatan denyut jantung dan volume
darah yang dipompakan pada setiap denyutan.
6 | Intoksikasi alkohol
Tekanan darah merupakan kekuata tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang
menampungnya.Tekanan ini berubah – ubah pada setiap tahap siklus jantung.Selama
systole ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik
sampai puncak, yang disebut tekanan sistolik.Selama diastole tekanan turun.Nilai
terendah yang dicapai disebut tekanan diastolic (Pearce, 2011).
Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Hipotensi ≤90 ≤60
Normal 90 – 119 60 – 79
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi tingkat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi tingkat 2 160 – 179 100 – 109
Hipertensi tingkat darurat ≥180 ≥110
(Pearce, 2011)
9. Denyut nadi 122 kali permenit merupakan suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
di pompa keluar jantung, jumlah denyut nadi setiap manusia berbeda-beda, nadi normal untuk
orang dewasa 60-110 kali permenit. ( Muflichatun 2006).
10. Hematoma adalah kumpulan dari darah diluar pembulh darah yang terjadi karena dinding
11. pembuluh darah , arteri , vena atau kapiler telah dirusak dan darah keluar kedalam jaringan
jaringan dimana tidak pada tempatnya. Istilah hematoma menggambarkan darah yang telah
menggumpal. ( kamus kedokteran 2007 )
12. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethil alcohol atau ethanol
( C2H5OH ) yang diproses dari bahan pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara
fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi ( menurut Indrayati 2016 modul
pelatihan management penatalaksanaan korban keracunan minuman beralkohol )

7 | Intoksikasi alkohol
STEP II

PERTANYAAN

1. Apa warna triage pada kasus diatas ?


2. Apa yang menyebabkan pasien mengeluarkan cairan berbusa pada hidung dan mulut ?
3. Mengapa pasien tanda – tanda pasien abnormal ?
4. Kadar minuman alcohol berapa persen yang dapat menyebabkan kerusakan organ /
menurunkan kesadaran bahkan kematian ?
5. Apa diagnosa kasus diatas ?

8 | Intoksikasi alkohol
STEP III
JAWABAN PERTANYAAN

1. Triage pada kasus diatas merupakan masuk pada triage warna merah, karena pada triage
warna merah merupakan pasien – pasien dengan kondisi yang berpotensi mengancam jiwa
atau organ sehingga membutuhkan pertolongan yang sifatnya segera dan tidak dapat ditunda.
Pada triage ini adalah pasien – pasien hemodinamik atau ABCD stabil dengan penurunan
kesadaran, pasien yang ada gangguan air way, breathing, circulation, disability, and exprosure.
Termasuk pada pasien yang bernafas setelah air way dibebaskan, pernafasan > 30 kali
permenit, capillary refill >2 detik.
Pada kasus diatas pasien mengalami pucat seluruh tubuh, terdapat cairan berbusa putih
pada mulut dan hidung, respon membuka mata =2, respon verbal = 4, respon motorik = 4,
pupil ukuran 1 mm, tekanan darah 90/50 mmHg, respirasi 8 kali/menit, denyut nadi 122
kali/menit ireguler, suhu 35,2 C, CRT 4 detik, SpO2 97% tanpa oksigen, terdapat
hematoma di os.maxilaris dextra ukuran 3 cm x 2cm.
2. Penyebab pasien mengeluarkan cairan berbusa pada hidung dan mulut karena pasien terlalu
banyak mengkonsumsi minuman berakohol hingga 4 botol, karena tubuh memiliki alat
pelindung terhadap masuknya alcohol. Sebagai contoh, jika kkonsentrasi alcohol menjadi
terlalu tinggi didalam lambung, mucus akan disekresikan dan katup pilorik ditutp, hal tersebut
akan memperlambat absorbs dan menghalangi alcohol masuk ke usus kecil. Jadi, sejumlah
besar alcohol dapat tetap tidak terbsorbsi didalam lambung selama berjam – jam. Selain itu,
pilorospasme sering kali menyebabkan mual dan muntah.
Jika alcohol telah diabsorbsi ke dalam aliran darah, alcohol didistribusikan ke seluruh
jaringan tubuh.Jaringan yang mengandung proporsi air yang tinggi memiliki konsentrasi
alcohol yang tinggi.Efek intoksikasi menjadi lebih besar jika konsentrasi alcohol didalam
darah tinggi.
3. Pasien mengalami tanda-tanda abnormal karena terjadinya perubahan frekuensi nafas atau
pernapasan yang melambat.
4. Berdasarkan ketentuan Standar Industri Indonesia (SSI) dari departemen perindustrian RI,
minuman berkadar alkohol dibawah 20% tidak tergolong minuman keras tapi juga bukan
9 | Intoksikasi alkohol
minuman ringan. Sedangkan dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No.
86/Men.Kes/Per/IV/1997 tanggal 29 Aapril 1997 yang mengatur produksi da minuman keras
adalah semua jenis minuman berakohol, tetapi bukan obat yang meliputi 3 golongan sebagai
berikut:
1) Golongan A (Bir), dengan kadar etanol 1% sampai 5%. Golongan ini dapat menyebabkan
mabuk emosional dan bicara tidak jelas.
2) Golongan B (Champagne, Wine), dengan kadar etanol 5% sampai 20%. Golongan ini
dapat menyebabkan gangguan penglihatan, kehilangan sensorik, ataksia, dan waktu reaksi
yang lambat.
3) Golongan C (Wiski), dengan kadar etanol lebih dari 20 sampai 50%. Golongan ini dapat
menyebabkan gejala ataksia parah, penglihatan ganda atau kabur, pingsan dan kadang
terjadi konvulsi.
Alkohol banyak digunakan sebagai campuran, untuk makanan, minuman, dan obat – obatan
ada yang berpendapat bahwa alkohol boleh digunakan selama kadarnya kurang dari satu
persen.Anton Apriyantono dan Nurbowo berpendapat, “Suatu bahan yang mengandung
alkohol (kurang dari satu persen) dapat digunakan dalam pembuatan produk pangan asalkan
dalam produk pangan yang dibuat, alkohol sudah tidak terdeteksi lagi”.
Alkohol yang berbaya sampai menyebabkan kematian yaitu aklohol yang mengandung
methanol termasuk golongan racun sangat berbahaya.Dengan dosis 30 mililiter saja yang
dikonsumsi dapat menyebabkan kebutaan permanen karena kerusakan dari serat saraf
mata.Pada dosis 100 mL methanol ini dapat menyebabkan kematian.Methanol sendiri
sebenarnya bukanlah bahan beracun, namun dalam perjalanannya dia mengalami metabolism
(penguraian zat) menjadi foemaldehyde selanjutnya diurai lagi menjadi asam format (formic
acid) oleh enzyme alkohol dehydrogenase.Asam format inilah yang mempunyai daya rusak
yang kuat pada hati (lever) dan ginjal (kidney).Sebagaian besar korban meninggal diakibatkan
karena gagal hati dan gagal ginjal.
5. Diagnose yang terkait pada kasus yaitu intoksikasi alkohol adalah intoksikasi alkohol akut
(DSM-IV) adalah apabila seseorang meminum alkohol dalam waktu singkat,
danmeminmbulkan efek seperti perubahan tingkah laku, perubahan tingkah laku, perubahan
tanda vital dan risiko untuk gangguan kesehatan dan kematian. Seseorang dikatakan menderita
10 | Intoksikasi alkohol
intoksikasi alkohol apabila jumlah dari alkohol ang dikonsumsinya mengakibatkan
abnormalitas fisik dan tingkah laku. Dengan kata lain, terjadi gangguan pada kemampuan fisik
dan mental seseorang.

11 | Intoksikasi alkohol
STEP VI

MIND MAPPING

DEFINISI : ETIOLOGI:

Intoksikasi alkohol akut (DSM- Ada beberapa jenis alkohol

IV) adalah apabila seseorang yang dapat menyebabkan

meminum alkohol dalam waktu intoksikasi, yaitu etanol yang

singkat, dan menimbulkan efek sering menyebabkan asidosis

seperti perubahan tingkah laku, alkoholik, intoksikasi

perubahan tanda vital dan risiko metanol, etilen glikol,

untuk gangguan kesehatan dan dietilen glikol, propilen

kematian glikol dan ispropanol

PATOFISIOLOGI:
MANIFESTASI: Metanol, isopropanol dan propilen glikol
Beberapa faktor yang diabsorbsi melalui kulit normal, sebaliknya
menyebabkan variasi dalam
tanda dan gejala intoksikasi: etilen glikol dan dietilen glikol diabsorbsi
- Penggunaan obat hanya sejumlah kecil setelah menembus kulit.
obatan
Inhalasi metanol atau absorpsi topikal dari
secarabersamaan
Kondisimedis etilen glikol, propilen glikol, isopropanol dan
- Bau alkohol dari etilen glikol dapat menyebabkan intoksikasi,
pernafasan
- Skalaefek tetapi kebanyakan intoksikasi terjadi setelah
- Konsentrasi alkohol meminum atau menelan secara oral, atau pada
dalamdarah
kasus propilen glikol setelah pemberian
intravena.

MACAM-MACAM
PENATALAKSANAAN
ALKOHOL:
1. Deteksi dini dan tegakkan diagnosis dengan
segera. - Etanol
12 | Intoksikasi alkohol - Metanol
2. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan dengan
segera dan dalam waktu singkat. - Etilon Glikol

3. Pemeriksaan fisik dan laboratorium - Isopropanol

4. Terapi
STEP V

LEARNING OBJEKTIF

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi Intoksikasi alkohol.


2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami etiologi Intoksikasi alkohol.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami patofisiologi Intoksikasi alkohol.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami manifestasi Intoksikasi alkohol.
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami klasifikasi Intoksikasi alkohol.
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada pasien dengan gangguan Intoksikasi alkohol.
7. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan gawat darurat pada
pasien yang mengalami Intoksikasi alkohol.

13 | Intoksikasi alkohol
STEP VI
INFORMASI TAMBAHAN

A. Identitas Jurnal
Judul jurnal : “Nurse Pratitioners in Drug an Alcohol: Where are
They? ”
Nama peneliti dalam jurnal : Stephen Ling
Laman jurnal : Australian Journal Of Advanced Nursing Volume 26 Number
4
Tahun posted : 2007

B. Isi Jurnal
1. Definisi Perawat Praktisi
Pada tahun 2006, perawat praktisi dijelaskan oleh Australian Nursing and Midwifery
Council sebagai:
“.. seorang perawat terdaftar yang berpendidikan dan berwenang untuk berfungsi secara
otonom dan kolaboratif dalam peran klinis yang maju dan luas. Peran perawat praktisi
mencakup penilaian dan manajemen klien yang menggunakan pengetahuan dan
keterampilan keperawatan dan mungkin termasuk tetapi tidak terbatas pada rujukan
langsung pasien ke profesional perawatan kesehatan lainnya, meresepkan obat-obatan
dan memesan penyelidikan diagnostik.”
2. Model Operasional Potensial
Beberapa model operasional untuk perawat praktisi dalam obat-obatan dan alkohol
telah diidentifikasi. Perawat praktisi sebagai penghubung konsultasi dapat memberikan
perawatan kepada pasien rawat inap di rumah sakit selama presentasi akut ke rumah
sakit. Perawat ini berbasis di situs individu atau sejumlah situs. Model ini juga dapat
melibatkan perawat praktisi yang bekerja dalam unit detoksifikasi dengan peran yang
diperluas dalam penilaian dan dalam mengimplementasikan rencana perawatan.
Perawatan rawat jalan dapat dikelola melalui pusat kesehatan masyarakat dan program

14 | Intoksikasi alkohol
perawatan penggantian opioid di mana janji rawat jalan dapat dibuat berdasarkan
kebutuhan. Posisi yang mencakup wilayah geografis tertentu dapat menggabungkan
komponen dari kedua model tersebut (Wand dan Fisher 2006; Departemen Kesehatan
New South Wales 2005).
3. Situasi Saat Ini
Pemerintah New South Wales telah mengamandemen beberapa Undang-undang untuk
memungkinkan munculnya perawat praktisi di negara bagian itu (Hatzistergos 2006;
Driscoll et al 2005; Papan Pendaftaran Perawat New South Wales 2003; Siegloff Clark
2000; Appel dan Malcolm 1999). Undang-Undang Racun, Undang-Undang Perawat
dan Bidan, serta Peraturan Racun dan Barang Terapi antara lain, telah diamandemen
untuk memungkinkan seorang praktisi perawat yang diberi wewenang oleh Direktur
Jenderal Departemen Kesehatan New South Wales untuk memiliki, menggunakan,
memasok atau meresepkan obat-obatan. termasuk obat-obatan kecanduan. Ini adalah
amandemen penting untuk bidang obat dan alkohol dalam memungkinkan perawat
praktisi untuk meresepkan perawatan pemeliharaan opiat khususnya.
Sayangnya, perawat praktisi belum didukung dengan akses ke Jadwal Manfaat
Medicare nasional atau Skema Manfaat Farmasi di tingkat Federal. Ini berarti segala
obat atau patologi yang dipesan oleh perawat praktisi untuk pasien rawat jalan
mengharuskan pasien untuk membayar biaya penuh untuk item, secara efektif
meninggalkan potensi penuh untuk perawat praktisi yang tidak terpenuhi. Rujukan ke
layanan medis spesialis juga terpengaruh (Cashin 2006; Driscoll et al 2005; Fisher
2005). Hal ini kemungkinan besar akan berdampak pada perawat praktisi dalam obat-
obatan dan alkohol yang terlibat dalam resep perawatan atau perawatan anti-keinginan
dalam pengaturan komunitas dan orang-orang di daerah terpencil dengan akses terbatas
ke konsultan medis yang memerlukan akses ke rujukan pasien yang tepat.
Pada saat penulisan, 99 perawat praktisi telah diotorisasi di New South Wales dengan
tiga di antaranya perawat praktisi dalam perawatan obat-obatan dan alkohol (New
South Wales Department of Health 2007. Layanan Kesehatan Baru Area Inggris yang
berbasis di New South Wales adalah yang pertama menyetujui serangkaian pedoman
praktik untuk seorang praktisi perawat dalam obat-obatan dan alkohol bersama dengan
15 | Intoksikasi alkohol
formularium obat yang diresepkan dan ruang lingkup dokumen praktik yang
menguraikan tingkat perawatan yang sesuai. Ada pedoman untuk pengelolaan
penarikan opiat, penarikan alkohol, penarikan kanabis, penarikan benzodiazepine,
penarikan amfetamin, dan penarikan nikotin. Banyak dari ini memungkinkan resep obat
yang tepat oleh praktisi perawat dalam obat dan alkohol khusus untuk kebutuhan
mereka dan kebutuhan pasien mereka (Hunter New England Area Health Service
2006). Praktisi perawat berpendapat kontak dekat dengan spesialis staf medis senior
setiap saat dan bekerja dalam kerangka kerja multi-disiplin.
4. Kesimpulan
Perawat Praktisi di bidang alkohol dan obat-obatan lainnya memiliki potensi yang sangat
besar untuk mendukung yang lain ahli dalam perawatan kolaboratif untuk pasien
dengan gangguan penggunaan narkoba.

16 | Intoksikasi alkohol
STEP VII
(TERLAMPIR)

17 | Intoksikasi alkohol
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya kecurigaan terhadap suatu intoksikasi diperlukan dalam praktik critical


care medicine. Manifestasi intoksikasi yang tidak jelas menjadi tantangan bagi para dokter,
terutama pada pasien dengan perubahan status mental atau ketika tidak dijumpai adanya
riwayat intoksikasi. Pengenalan dari sindroma toksik spesifik dapat membantu, tetapi
gejala sering tidak spesifik atau tersembunyi oleh kondisi yang lain (misalnya penyaki
tertentu).
Sejak tahun 1983, The American Association of Poison Central Centers
mengumpulkan data dari Toxic Exposure Surveillance System. Dari 2000 laporan setiap
tahunnya, 63 pusat keracunan melaporkan 2.168.248 kasus keracunan pada manusia yang
disebabkan pemaparan zat toksik. Kurang dari 5% dari kasus tersebut merupakan efek
samping dari makanan dan obat obatan(alkohol)

Berbagai pemberitaan di surat kabar dalam 5 tahun terakhir menunjukkan penggunaan


alkohol dalam taraf membahayakan masih banyak terjadi di Indonesia dan jumlahnya pun
ditenggarai terus meningkat. Kejadian penggunaaan alkohol tersebut juga telah tersebar di
seluruh daerah di Indonesia dan digunakan oleh anak-anak hingga dewasa.

Diagnosis dari intoksikasi etanol, berdasarkan adanya riwayat meminum alkohol dan
bau alkohol, atau fetid odor dari asetaldehid dan produk metabolik lainnya. Adanya
nistagmus, ataksia, perubahan status mental. Penting diketahui etiologi lain yang dapat
bersamaan atau mirip dengan intoksikasi etanol seperti hipoglikemia, trauma kepala,
hipotermia, meningitis atau intoksikasi dengan obat atau racun lainnya.

Intoksikasi metanol di Amerika Serikat jarang dijumpai, berkisar 1000-2000 kasus


setiap tahun (kira kira 1% dari semua keracunan). Biasanya sebagai akibat tidak sengaja

18 | Intoksikasi alkohol
terminum dari produk yang mengandung metanol atau sebagai metode untuk bunuh diri, atau
sebagai pengganti etanol yang digunakan oleh peminum alkohol.

19 | Intoksikasi alkohol
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu memahamim dan mengaplikasikan materi tentang Intoksikasi


Alkohol

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami definisi Intoksikasi Alkohol

b. Mahasiswa mampu memahami etiologi Intoksikasi Alkohol

c. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi Intoksikasi Alkohol

d. Mahasiswa mampu memahami manifestasi kinis Intoksikasi Alkohol

e. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan Intoksikasi Alkohol

f. Mahasiswa mampu memahami jenis-jenis Alkohol

C. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan dengan mengambil
literatur dari buku, internet, dan jurnal mengenai Intoksikasi Alkohol di Instalasi Gawat
Darurat.
D. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini diawali dengan kata pengantar, daftar isi. BAB I pendahuluan
yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II pembahasan tentang Intoksikasi Alkohol meliputi definisi, etiologi, patofisologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, klasifikasi, penatalaksanaan. BAB III asuhan
keperawatan berdasarkan kasus. BAB IV penutup yaitu berisi kesimpulan dan saran, dan
diakhiri dengan daftar pustaka.

20 | Intoksikasi alkohol
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Terminologi
1. Triage berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan diturunkan dalam bahasa
Indonesia triaseyang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah pasien berdasarkan
beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini
istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu pengkajian yang cepat dan
berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pernafasan sumber daya manusia,
peralatan sertafasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang melakukan perawatan
di UGD setiap tahunnya (Pusponegoro, 2010).
2. Cairan berbusa putih pada mulut dan hidung dikarena inhibisi reseptor NMDA (N-methyl-
D- aspartate) dan aktivasi reseptor GABA-A (gamma-aminobutyric-acid-A) disinhibisi
serebral berhubungan dengan perubahan neurotransmitter yang memperkuat transmisi
dopaminergic dan noradrenergic. Alcohol yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami
serangkaian proses biokimia. Alcohol yang dikonsumsi diantaranya dimetabolisme oleh
tubuh terutama hati oleh enzim alcohol dehydrogenase (ADH) dan Koenzim nikotinamid
adenine dinekleotida (NAD) menjadi asetaldehid dan kemudian oleh enzim aldehida
dehydrogenase (ALDH) diubah menjadi asam asetat. Asam asetat dioksidasi menjadi CO2
dan H2O, piruvat, levulosa (fruktosa), gliseraldehida dan alanine akan mempercepat
metabolism alcohol (Lieber, 1994).
Reaksi etanol yang masuk ke dalam tubuh akan segera diabsorbsi di lambung dan usus
halus serta terdistribusi dalam cairan tubuh. Di dalam organ hati, etanol akan
dimetabolisme oleh enzim alcohol dehydrogenase menjadi asetaldehid yang bersifat
toksik dan karsinogerik. Kemudian pleh enzim asetaldehid dehydrogenase, asetaldehid
diubah menjadi asam asetat yang melalui siklus krebs akhirnya menghasilkan
karbondioksida dan air.
Reaksi methanol yang masuk ke dalam tubuh dapat segera terabsorbsi dan terdistribusi
ke dalam cairan tubuh.Secara perlahan methanol dimetabolisme di dalam organ hati
oleh enzim aldehid dehydrogenase membentuk fomaldehid, lalu olehh enzim aldehid
21 | Intoksikasi alkohol
dehydrogenase dimetabolisme membentuk asam format. Baik formaldehid maupun
asam format, keduanya merupakan senyawa beracun bagi tubuh, terutama asam
formatkeduanya merupakan senyawa beracun bagi tubuh, terutama asam format yag
selain dapat menyebabkan asidosis metabolic juga dapat menyebabkan kebutaan
permanen. Pada umumnya, gejala keracunan methanol muncul 30 menit hingga 2 jam
setelah mengkonsumsi alcohol yang dioplos methanol. Gejala keracunan yang mula –
mula timbul dapat berupa mual, muntah, rasa kantuk, vertigo, mabuk, gastritis, diare,
sakit padda punggung dan lembab pada anggota gerak. Setelah melalui periode laten
selama 6 hingga 30 jam, penderita dapat mengalami asidosis metaboli berat, gangguan
penglihatan, kebutaan, kejang, koma, gagal ginjal akut yang disertai mioglobinuria
(terdeteksi protein serat otot/myoglobin dalam urin), bahkan kematian.
3. Respon membuka mata adalah cara menentukan tingkat kesadaraan ( GCS ) pasien
ditentukan dengan penilaian respon pasien membuka mata ,meliputi :

Spontan membuka mata 4


Membuka mata dengan perintah(suara) 3
Membuka mata dengan rangsang nyeri 2
Tidak membuka mata dengan rangsang apapun 1

4. Respon verbal adalah cara menentukan kesadaran ( GCS ) pasien ditentukan dengan
penilaiaian respon pasien secara verbal , meliputi ;

Berorientasi baik 5
Bingung (bisa membentuk kalimat tapi arti keseluruhan kacau) 4
Bisa membentuk kata tapi tidak bisa membentuk kalimat 3
Bisa mengeluarkan suara yang tidak memiliki arti 2
Tidak bersuara 1
5. Respon otorik adalah cara menentukan kesadaran ( GCS ) pasien ditentukan dengan
penilaiaian respon pasien secara motorik, meliputi ;

22 | Intoksikasi alkohol
Menurut perintah 6
Dapat melokalisir rangsang nyeri
Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak (withdrawal) 5
Menjauhi rangsang nyeri 4
Ekstensi spontan 3
Tak ada gerakan 1

6. Pupil ukuran 1mm adalah lubang di pusat iris mata. Lubang itu bisa mengembangkan dan
mengucup seiring dengan aktivitas muskulus dilatator dan muskulus sfingter pupilae.
Kedua otot itu ialah ototpolos yang disarafi oleh serabut parasimpatetik (untuk muskulus
sfingter pupilae) dan serabut ortosimpatetik (untuk muskulus dilatator pupilae). Diameter
pupil ditentukan oleh keseimbangan aktivitas parasimpatetik dan ortosimpatetik.
Pupil yang normal mempunyai diameter yang berkisar antara 2-6 mm, rata – rata diameter
pupil adalah 31/2 mm. tidak semua individu sehat mempunyai diameter pupil yang sama.
Di antaranya 17% menunjukkan anisokoria dengan selisisih sampai 1 mm dalam
diameternya. Anisokoria dianggap tidak patologis selama kedua pupi bereaksi terhadap
penyinaran dengan sama cepatnya.
Pupil yang sempit disebut miosis dan pupil yang lebar disebut midrialisis.Pada keadaan
nyeri, ketakutan, dan cemas yang terjadi midriasis.Dalam keadaan tidur, koma yang
terdalam dan tekanan intracranial yang meninggi terjadi miosis.Midriasis dan miosis
unilateral adalah patologis.Iritasi terhadap saraf okulomotorius membangkitkan
miosis.Akan tetapi miosis dapat dijumpai sebagai tanda paralisis saraf simpatetik bagian
torakal atas.Midriasis dapat terjadi akibat paralisis saraf okulomotorius atau hasil iritasi
saraf simpatis bagian torakal atas.
7. Respirasi 8 kali/menit merupakan penurunan frekuensi napas atau pernapasan yang
melambat. Keadaan ini di temukan pada depresi pusat pernapasan yang di sebut
pernapasan bradipnea. (Djojodibroto,2014)
8. Tekanan darah 90/50 mmHgadalah tekanan darah rendah suatu keadaan dimana tekanan
dan lebih rendah dari nilai 90/60 mmHg atau tekanan darah cukup rendah, sehingga
menyebabkan gejala – gejala seperti pusing dan pingsan (A.J. Ramadhan, 2010). Darah
23 | Intoksikasi alkohol
merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di
pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan
mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut 120/80 mmHg. Nomor diatas
(120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyut jantung, dan disebut
tekanan systole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di
anatara pemompaan, dan disebut tekanan distolik. Menurut Kusmana (2002) tekanan
darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Tekanan darah merupakan
tenaga yang digunakan darah yang dipompa dari jantung untuk melawan tahanan
pembuluh darah, atau sejumlah tenaga yag dibutuhkan untuk mengedarkan darah ke
eluruh tubuh. Sepanjang hari, tekanan darah akan berubah – ubah tergantung dari aktivitas
tubuh. Tekanan darah bergantung kepada jantung sebagai pompa dan resistensi perifer.
Jumlah darah yang dipompa jantung setiap menit dinamakan cardiac output (curah
jantung). Curah jantung setiap menit dinamakan kecepatan denyut jantung dan volume
darah yang dipompakan pada setiap denyutan.
Tekanan darah merupakan kekuata tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang
menampungnya.Tekanan ini berubah – ubah pada setiap tahap siklus jantung.Selama
systole ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik
sampai puncak, yang disebut tekanan sistolik.Selama diastole tekanan turun.Nilai
terendah yang dicapai disebut tekanan diastolic (Pearce, 2011).
Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Hipotensi ≤90 ≤60
Normal 90 – 119 60 – 79
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi tingkat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi tingkat 2 160 – 179 100 – 109
Hipertensi tingkat darurat ≥180 ≥110
(Pearce, 2011)
9. Denyut nadi 122 kali permenit merupakan suatu gelombang yang teraba pada arteri bila
darah di pompa keluar jantung, jumlah denyut nadi setiap manusia berbeda-beda, nadi
normal untuk orang dewasa 60-110 kali permenit. ( Muflichatun 2006).
24 | Intoksikasi alkohol
10. Hematoma adalah kumpulan dari darah diluar pembulh darah yang terjadi karena dinding
11. pembuluh darah , arteri , vena atau kapiler telah dirusak dan darah keluar kedalam jaringan
jaringan dimana tidak pada tempatnya. Istilah hematoma menggambarkan darah yang
telah menggumpal. ( kamus kedokteran 2007 )
12. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethil alcohol atau ethanol
( C2H5OH ) yang diproses dari bahan pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara
fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi ( menurut Indrayati 2016 modul
pelatihan management penatalaksanaan korban keracunan minuman beralkohol )

B. Defenisi
Ada dua bentuk berat dari penyalahgunaan alkohol, yaitu alcohol dependence
(alcoholism) dan alcohol abuse (harmful use). Alcohol dependence ditandai dengan
kecanduan alkohol, ketidakmampuan untuk memberhentikan minum alkohol, terjadinya
withdrawal symptom setelah memberhentikan minum (ketergantungan secara fisik) dan
toleransi. Alcohol abuse adalah apabila alkohol dapat menyebabkan gangguan fisik dan
psikologis yang khas dalam waktu 12 bulan.

Intoksikasi alkohol akut (DSM-IV) adalah apabila seseorang meminum alkohol


dalam waktu singkat, dan menimbulkan efek seperti perubahan tingkah laku, perubahan
tanda vital dan risiko untuk gangguan kesehatan dan kematian.

Seseorang dikatakan menderita intoksikasi alkohol apabila jumlah dari alkohol


yang dikonsumsinya mengakibatkan abnormalitas fisik dan tingkah laku. Dengan kata lain,
terjadi gangguan pada kemampuan fisik dan mental seseorang. Tanda lain dari gangguan
fisik dan mental adalah kadar alkohol yang dapat diukur dalam darah.

Intoksikasi alkohol akut dapat dikenali dengan gejala-gejala kesadaran menurun,


gangguan perhatian, gangguan daya nilai, emosi labil dan disinhibisi, agresi, jalan
sempoyongan, nistagmus, bicara cadel/pelo, nafas berbau alkohol. Komplikasi akut pada
intoksikasi atau overdosis paralisis pernapasan, biasanya bila muntahan masuk saluran

25 | Intoksikasi alkohol
pernapasan, obstructivev sleep apnoea, aritmia jantung fatal ketika kadar alkohol darah
lebih dari 0,4 mg/ml.

Intoksikasi yang terkait alkohol, termasuk methanol, etilen glikol, dietilen glikol,
propilen glikol, dan ketoasidosis alkoholik dapat menunjukkan metabolik asidosis dengan
kesenjangan osmolal. Akumulasi alkohol dalam darah dapat menyebabkan peningkatan
kesenjangan anion dan menurunnnya kadar bikarbonat. Di samping metabolik asidodis,
gagal ginjal akut, dan gangguan saraf dapat terjadi pada pasien yang mengalami intoksikasi
alkohol. Dialisis untuk menghilangkan alkohol yang belum termetabolisme dan mengatasi
anion asam organik dapat membantu dalam terapi intoksikasi alkohol. Pemberian
fomepizol atau etanol yang dapat menghambat enzim alkohol dehidrogenase bermanfaat
dalam terapi intoksikasi etilen glikol dan methanol

C. Etiologi
Alkohol merupakan isitilah umum untuk etanol, dimana sebagian besar alkohol
diproduksi melalui fermentasi dari beberapa bahan makanan, yang paling sering barley,
hops, dan anggur. Beberapa tipe alkohol lain yang sering dijumpai seperti metanol
(pembersih kaca), isopropil alkohol (rubbing alcohol) dan etilen glikol (automobile
antifreeze solution); yang mempunyai tingkat racun yang tinggi apabila tertelan walaupun
dengan jumlah kecil.4
Ada beberapa jenis alkohol yang dapat menyebabkan intoksikasi, yaitu etanol yang
sering menyebabkan asidosis alkoholik, intoksikasi metanol, etilen glikol, dietilen glikol,
propilen glikol dan ispropanol

26 | Intoksikasi alkohol
Tabel 1. Intoksikasi alkohol tersering
Dikutip dari: Toxic alcohol ingestion: clinical features, diagnosis and manajemen

27 | Intoksikasi alkohol
D. Patofisiologi
Metanol, isopropanol dan propilen glikol diabsorbsi melalui kulit normal,
sebaliknya etilen glikol dan dietilen glikol diabsorbsi hanya sejumlah kecil setelah
menembus kulit. Inhalasi metanol atau absorpsi topikal dari etilen glikol, propilen glikol,
isopropanol dan etilen glikol dapat menyebabkan intoksikasi, tetapi kebanyakan intoksikasi
terjadi setelah meminum atau menelan secara oral, atau pada kasus propilen glikol setelah
pemberian intravena.
Volume distribusi, waktu paruh, dan rute eliminasi alkohol setelah meminum secara
oral terlihat pada tabel 2. Metanol, etilen glikol, dietilen glikol, propilen glikol, etanol dan
isoproponol secara cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan. Sekali diabsorbsi, mereka
memiliki volume distribusi yang sama dengan cairan tubuh dengan konsentrasi puncak di
darah berlangsung dalam waktu 30-60 menit. Berikutnya mereka dimetabolisme di liver
dan diekskresi oleh ginjal.

Tabel 2. Volume distribusi, rute eliminasi dari alkohol

Dikutip dari: Toxic alcohol ingestion: clinical features, diagnosis and management

E. Manifestasi Klinis
Efek dari alkohol bervariasi tergantung individual. Hal ini yang menyebabkan tanda
dan gejala intoksikasi dapat berbeda pada setiap orang. Beberapa faktor yang menyebabkan
variasi dalam tanda dan gejala intoksikasi:
- Penggunaan obat obatan secarabersamaan

28 | Intoksikasi alkohol
- Kondisimedis
- Bau alkohol dari pernafasan
- Skalaefek
- Konsentrasi alkohol dalamdarah

Kadar alkohol dalam darah hubungannya dengan gejala SSP

29 | Intoksikasi alkohol
Tabel 3 standar minuman yang sepadan

Dikutip dari: The Drugs

Intoksikasi etanol, etilen glikol, dietilen glikol, propilen glikol dan ketoasidosis
alkoholik dapat menyebabkan hiperosmolalitas dan asidosis metabolik. Intoksikasi
isopropanol biasanya berhubungan dengan hiperosmolal saja. Metanol memberikan efek
peningkatan serum osmolal yang lebih hebat, diikuti oleh etanol, isopropanol, etilen glikol,

30 | Intoksikasi alkohol
propilen glikol dan dietilen glikol.
Serum osmolalitas normal 285-290 mOsm/L. osmolalitas dapat dihitung dengan
persamaan: Serum osmolalitas (mOsm/L) = 2 x Na+ + blood urea nitrogen (mg/dL)/2,8 +
glukosa (mg/dL)/18. Osmolal gap (ΔOsm) dapat ditentukan dengan mengurangi calculated
serum osmolality dari measured serum osmolality (ΔOsm = Measured osmolality –
Calculated osmolality). Osmolal gap dapat ditemukan pada beberapa gangguan lain yang
dianggap sebagai diagnosis banding dari intoksikasi terkait alkohol, seperti ketoasidosis,
asidosis laktat, gagal ginjal, dan pasien critically ill dengan hiponatremia, tetapi osmolal
gap nya adalah ≤ 15-20 mOsm/L. Osmolal gap > 20 mOsm/L menunjukkan akumulasi
salah satu jenis alkohol pada darah, tetapi tidak ditemukannya peningkatan osmolal gap
tidak menyingkirkan intoksikasi intoksikasi alkohol.

F. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan pasien intoksikasi alkohol akut diruang Instalasi Gawat Darurat

1. Deteksi dini dan tegakkan diagnosis dengan segera

2. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan dengan segera dan dalam waktu singkat.
3. Pemeriksaan fisik dan laboratorium
a) Gejala utama : Waspada berlebihan, kegelisahan, agitasi psikomotor, mondar-mandir,
banyak bicara dan tekanan pada pembicaraan, rasa nyaman dan elasi. Sering kali
agresif, perilaku kekerasan dan daya nilai terganggu, takikardi, hipertensi, dilatasi
pupil, mengigil dan diaforesis, anoreksia, mual dan muntah dan insomnia
b) Breath analyzer
4. Terapi
- Bilas lambung, induksi muntah, atau gunakan karbon aktif untuk mengeluarkan
alkohol dari saluran cerna (gastrointestinal) jika pasien datang kurang dari 60
menit setelah minum alkohol.
- Pemberian etanol atau fomepizole untuk memperlambat atau mencegah
terbentuknya metabolit toksik (7)

31 | Intoksikasi alkohol
- Dialisis (hemodialysis, peritoneal dialysis) berguna untuk mengeluarkan alkohol
dan metabolit toksik yang mungkin terbentuk dan pemberian basa pada pasien
untuk mengatasi metabolik asidosis

b. Penatalaksanaan pada pasien intokikasi alkohol akut di ruang ICU


1. Pasien agresif. Pasien harus ditenangkan dan mengoreksi persepsinya terhadap
realitas. Dapat diberikan sedatif (misalnya Diazepam IV 10-20 mg atau Droperidol
IV 5 mg) untuk melindungi pasien terhadap bahaya trauma. Tetapi pemberian ini
harus hati hati karena dapat menyebabkan progresi dari intokikasi alkohol akut
menjadi lebih berrat, seperti berubahnya derajat kesadaran, hipotensi dan depresi
nafas.
2. Depresi pernafasan. Memerlukan tindakan intervensi terapeutik segera seperti
pemasangan intubasi danventilator
3. Koma alkoholik. Monitor ketat depresi pernafasan, hipoksia, aritmia jantung,
hipotensi. Koreksi gangguan metabolik, cairan dan elektrolit. Pemberian
suplementasi danantidotum.
G. Macam-Macam Alkohol

a. ETANOL: Etanol ditemukan secara luas di masyarakat sebagai minuman keras separti bir
komersial, wine, liquor. Etanol juga ditemukan pada berbagai cologne, parfum, after-
shaves, mouthwash, rubbing alkohol, pewarna makanan, preparat farmasi (eliksir) dan
berbagai produk lainnya.

b. METANOL: Metanol digunakan secara luas sebagai produksi industrial dan juga terdapat
pada cairan pembersih wiper, antifreeze, dan bahan bakar model pesawat terbang. Metanol
(wood alkohol) merupakan komposisi utama pada berbagai pelarut, cairan pembersih kaca
mobil, cairan duplikat, dan pembersih cat. Terkadang oleh peminum alkohol, metanol
digunakan sebagai pengganti etanol. Walaupun efek utama dari metanol dapat
memabukkan, produk metaboliknya dapat menyebabkan asidosis metabolik, kebutaan, dan
kematian setelah periode laten 6-30 jam

c. ETILEN GLIKOL: Etilen glikol digunakan secara luas pada produk industrial dan
32 | Intoksikasi alkohol
ditemukan pada automobile coolants, heat transfer fluid, pembersih es. Etilen glikol tidak
18
berwarna dan tidak berbau, dan mempunyai rasa yang manis. Etilen glikol merupakan
komposisi utama (hampir 95%) antifreeze. Terkadang sengaja dikonsumsi oleh alkoholik
sebagai pengganti alkohol dan sering menarik perhatian anak anak karena rasanya yang
manis. Intoksikasi oleh etilen gilkol menyebakan mabuk dan gastritis, produk
metaboliknya dapat menyebabkan asidosis metabolik, gagal ginjal dan kematian.

d. ISOPROPANOL : Isopropanol digunakan secara luas sebagai pelarut, antiseptik,


disinfektan dan sering ditemukan di rumah sebagai larutan 70% (rubbing alkohol). Zat ini
sering diminum oleh alkoholik sebagi pengganti alkohol yang murah. Tidak seperti bahan
pengganti alkohol lainnya seperti metanol, etilen glikol, isopropanol tidak dimetabolisme
menjadi asam organik toksisitas tinggi.

33 | Intoksikasi alkohol
34 | Intoksikasi alkohol
35 | Intoksikasi alkohol
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien

Nama : Tn. J

Usia : 23 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Alamat : Tidak terkaji

Agama : Islam

Tanggal MRS : 27- Oktober- 2019

No. MR : Tidak terkaji

Diagnosa Medis : Syok Intoksitasi Alkohol

TTV :

a. TD : 90/50 / mmHg
b. Nadi : 122 x/menit
c. Pernafasan : 8 x/menit
d. Suhu : 35,2 oC

2. Keluhan utama:
Pasien datang dibawa keluarganya dengan keadaan mengeluarkan busa putih dari
mulutnya

36 | Intoksikasi alkohol
Pengkajian primer

Circulation : kualitas nadi : ireguler

: ritme jantung : : tidak terkaji

: EKG : tidak terkaji

: CRT : 4 detik

: SpO2 : 97%

: Warna kulit : pucat seluruh tubuh terdapat hematoma di os.maxilaris

dextra ukuran 3 cm x 2cm.

: Suhu kulit : dingin

Airway : Paten

Breathing : Tidak terganggu

: Warna kulit: pucat seluruh tubuh terdapat hematoma di os.maxilaris dextra


ukuran 3 cm x 2cm.

: pola nafas: tidak terkaji

: kerja nafas: tidak terkaji

: menggunakan otot bantu nafas : tidak terkaji

: suara nafas: tidak terkaji

: jejas : tidak terkaji

: Deviasi trakea : tidak terkaji

:pengembangan dada: tidak terkaji

: Distensi vena jugularis: tidak terkaji


37 | Intoksikasi alkohol
Disability : Tingkat Kesadaran : somnolen

: GCS : 10 Mata : 2 Verbal : 4 Motorik : 4

Exposure :tidak Terkaji

B.Analisa Data

No. Data-data Etiologi Masalah


(Subjektif – Objektif) Keperawatan
1. DS : Alkohol (Metanol) Pola napas tidak
- Orang tua pasien efektif
mengatakan bahwa Tn J Dikatalisasi enzim alkohol
tergeletak di lantai dehydrogenase
kamarnya dan sudah
mengeluarkan busa putih Formaldehid
dari mulutnya.
- Orang tua pasien Mengalami oksidasi
mengatakan bahwa
melihat 4 botol berisi Dikatalisasi oleh enzim
minuman beralkohol di formaldehid
genggaman tangannya. dehydrogenase
DO :
Tanda-tanda vital didapatkan Asam format
- TD : 90/50 mmHG
- Nadi 122 kali/menit Oksidasi asam format
ireguler berlangsung lambat
- Suhu 35.2 oC
- Respirasi 8 kali/menit Asam format terakumulasi
- CRT 4 detik di dalam tubuh
- SpO2 97% tanpa oksigen
- Pucat seluruh tubuh Intoksikasi alkohol

38 | Intoksikasi alkohol
- Terdapat cairan berbusa
putih pada mulut dan Sistem saraf pusat
hidung
- Respon membuka mata 2 Hipoventilasi
- Respon verbal 4
- Respon motorik 4 Bradipnea
- Pupil ukuran 1mm
- Terdapat hematoma di Ketidakefektifan Pola
Napas
os.maxilaris dextra
ukuran 3 cm x 2 cm

2. DS: Alkohol (Metanol) Resiko kekurangan


- keluarga klien volume cairan
mengatakan pasien Masuk ke lambung
mengeluarkan cairan
berbusa Mengganggu pertahanan
mukosa lambung
- keluarga klien
mengatakan wajah klien
Menurunkan barrier
terlihat sangat pucat.
lambung terhadap asam &
DO: pepsin
- Wajah klien pucat
seluruh tubuh Difusi kembali asam
lambung dan pepsin
- TD : 90/50mmhg
- RR : 8x/Menit
Erosi mukosa lambung
- N : 122x/Menit
- S : 35,2 C
Lambung meningkatkan
sekresi mukosa HCO3
- Tugor klien sangat
lambat
HCO3 berikatan dg NaCL

39 | Intoksikasi alkohol
HCl dan NaCO3

Meningkatkan asam
lambung

Meningkatkan mual &


muntah

Kehilangan cairan

Risiko Kekurangan
Volume Cairan

3. DS: Alkohol (Metanol) Ketidakefektifan


- Keluarga klien perfusi jaringan
mengatakn terdapat Dikatalisasi enzim alkohol serebral
keluar cairan berbusa dehydrogenase
pada hidung dan mulut
DO: Formaldehid
- TD : 90/50mmhg
- RR : 8x/Menit Mengalami oksidasi
- N : 122x/Menit
- S : 35,2 C Dikatalisasi oleh enzim
Ada hematoma formaldehid
dehydrogenase

Asam format

Oksidasi asam format


berlangsung lambat

40 | Intoksikasi alkohol
Asam format terakumulasi
di dalam tubuh

pH darah menjadi asam

PaO2

Resistensi serebrovaskular

Aliran darah ke otak

Hipoksia otak

Penurunan kesadaran

Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Otak

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan toksisitas ditandai dengan respirasi rendah

2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara tidak
normal ditandai dengan keluarnya cairan berbusa pada mulut dan hidung

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan ditandai dengan pucat, crt :
4 detik, GCS somnolen

41 | Intoksikasi alkohol
D.Rencana Asuhan Keperawatan (Nic-Noc)

Nama : Tn.J
No CM : Tidak Syok Intoksitasi Alkohol
Ruang : tidak terkaji

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Keperawatan
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan - Bila tertelan segera
efektif berhubungan tindakan keperawatan hubungi dokter
dengan toksisitas selama 1 x 24 jam terdekat dan jangan
ditandai dengan diharapkan pola napas dirangsang untuk
respirasi rendah membaik dengan muntah, letakkan
kriteria hasil : posisi kepala lebih
Indik Saati Targ rendah dari panggul
ator ni et untuk mencegah
Frek 2 3 muntahan tidak masuk
uensi ke saluran pernapasan,
perna jika korban tidak sadar
pasan miringkan kepala
Gang 3 4 korban kesatu sisi,
guan sebelah kiri atau kanan
kesad dan segera bawa ke
aran dokter.
- Bersihkan mulut dan
hidung dari secret
- Monitor respirasi
pasien dan status

42 | Intoksikasi alkohol
pasien.
- Pertahankan jalan
nafas yang paten.
- Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian oksigen
sesuai dengan advis
dokter.
- Monitor aliran
oksigen.

2. Resiko kekurangan Setelah dilakukan - Monitor statsus hidrasi


volume cairan tindakan keperawatan - Monitor ttv
berhubungan dengan selama 1 x 24 jam - Kolaborasi dalam
hilangnya cairan diharapkan cairan pemberian terapi IV
tubuh secara tidak pasien tercukupi line (RL)
normal ditandai dengan kriteria hasil: - Mempertahankan
dengan keluarnya perhitungan intakedan
cairan berbusa pada Indik Saati Targ output.
mulut dan hidung ator ni et
Frek 2 3
uensi
munt
ah
Inten 2 3
sitas
munt
ah

43 | Intoksikasi alkohol
3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Kaji adanya kesadaran,
perfusi jaringan tindakan keperawatan orientasi.
serebral setelah 3 x 24 jam di - Kaji ukuran bentuk,
berhubungan dengan harapkan perfusi ukuran, kesimetrisan
ditandai dengan jaringan serebral pupil.
pucat, crt : 4 detik, kembali efektif dengan - Monitor TTV
GCS somnolen kriteria hasil : - Kaji pergerakan
motorik,tonus otot.
Indik Saati Targ - Kolaboratif posisikan
ator ni et kepala 0- 45o.
Penu 3 4
runan
tingk
at
kesad
aran
Kada 2 3
an
pings
an

44 | Intoksikasi alkohol
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
- Intoksikasi terkait alkohol, yaitu metanol, etilen glikol, dietilen glikol, propilen glikol
dan alkoholik ketoasidosis (etanol) dapat dijumpai dengan asidosis metabolik anion
gap tinggi dan meningkatnya osmolal gap serum, sedangkan intoksikasi isopropanol
hanya menunjukkan hiperosmolarsaja.
- Efek dari semua substansi tersebut, kecuali untuk isopropanol dan mungkin
ketoasidosis alkoholik, terjadi akibat metabolitnya, yang dapat menyebabkan asidosis
metabolik dan disfungsiseluler.
- Akumulasi alkohol dalam darah dapat menyebabkan peningkatan osmolalitas, dan
akumulasi dari metabolitnya yang dapat menyebabkan peningkatan anion gap dan
berkurangnya konsentrasi bikarbonatdarah.
- Sangat penting bagi seorang dokter untuk mempunyai kecurigaan tinggi terhadap
suatU intoksikasi terkait alkohol, apabila dijumpai asidosis metabolik anion gap
tinggi, gagal ginjal akut, atau penyakit neurologis yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya; sehingga pengobatan dapat diberikandini.

45 | Intoksikasi alkohol
DAFTAR PUSTAKA

Kraut J.A, Kurtz I. Toxic Alcohol Ingestions: Clinical Features, Diagnosis and Management. Clin J
Am Soc Nephrol. 2008; 3: 208-225.
Megarbane B, Borron S.W, Baud F.J. Current Recommendations for Treatment of Severe Toxic
Alcohol Poisonings. Intensive Care Med. 2005; 31:189-195.
McMahon D, Weant K, Winstead S. Ethylene Glycol and Methanol Poisoning Treatment. UK
Health Care. 2009; 6:1-5.
Birnbaumer D. Poisonings and Ingestions. In: Bongard F.S, Sue D.Y, Vintch J.R. Current
Diagnosis and Treatment Critical Care. McGraw-Hill. Third Edition. United States of America.
2008. P752-787
Clark B.J, Moss M. Secondary Prevention in the Intensive Care Unit: Does ICU Admission
Represent a “Teachable Moment?” . Crit Care Med. 2011;39(6):1500-15

46 | Intoksikasi alkohol
47 | Intoksikasi alkohol
48 | Intoksikasi alkohol
49 | Intoksikasi alkohol

Anda mungkin juga menyukai