Anda di halaman 1dari 5

Tugas

1. Apa yang menjadi reaktif saat antigen masuk ?Apakah bisa seseorang pertama
kali masuknya alergen ke dalam tubuh yang mengkonsumsi makanan tetapi dia
belum pernah terkena alergi ?
Jawab :

Saat pertama kali masuknya alergen ke dalam tubuh seseorang yang


mengkonsumsi makanan tetapi dia belum pernah terkena alergi. Namun ketika untuk
kedua kalinya orang tersebut mengkonsumsi makanan yang sama barulah tampak
gejala-gejala timbulnya alergi pada kulit orang tersebut. Setelah tanda-tanda itu muncul
maka antigen akan mengenali alergen yang masuk yang akan memicu aktifnya sel T,
dimana sel T tersebut yang akan merangsang sel B untuk mengaktifkan antibodi (Ig E).
Proses ini mengakibatkan melekatnya antibodi pada sel mast yang dikeluarkan oleh
basofil. Apabila seseorang mengalami paparan untuk kedua kalinya oleh alergen yang
sama maka akan terjadi 2 hal yaitu,

 Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel T. Sitokin memberikan


efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel– sel radang
misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi
peradangan yang menyebabkan panas.
 Alergen tersebut akan langsung mengaktifkan antibodi ( Ig E ) yang
merangsang sel mast kemudian melepaskan histamin dalam jumlah yang
banyak, kemudian histamin tersebut beredar di dalam tubuh melalui
pembuluh darah. Saat mereka mencapai kulit, alergen akan
menyebabkan terjadinya gatal, prutitus, angioderma, urtikaria,
kemerahan pada kulit. Pada saat mereka mencapai paru paru, alergen
dapat mencetuskan terjadinya asma.
2. Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah leukosit dan hitung jenis sel
Ada dua tipe utama sel darah putih: Granulosit: neutrofl, eosinofl dan basofl;
Agranulosit: limfosit dan monosit. Jumlah leukosit normal pada penyakit alergi.
Sel eosinofil normal pada orang dewasa adalah 0-450 sel/mm3.
Pada penyakit alergi, eosinofilia sering dijumpai tapi tidak spesifik dan berkisar 5-
15% beberapa hari setelah pajanan. Hal ini dapat menjadi penanda dan beratnya
hipersensitivitas tersebut.
 Eosinofil
Eosinofil (eosinophil, acidophil) adalah sel darah putih dari kategori
granulosit yang berperan dalam sistem kekebalan dengan melawan parasit
multiselular dan beberapa infeksi pada makhluk vertebrata. Bersama-sama
dengan sel biang, eosinofil juga ikut mengendalikan mekanisme alergi.
Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum
tulang sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah. Eosinofil mengandung
sejumlah zat kimiawi antara lain histamin, eosinofil peroksidase, ribonuklease,
deoksiribonuklease, lipase,[plasminogen] dan beberapa asam amino yang
dirilis melalui prosesdegranulasi setelah eosinofil teraktivasi. Zat-zat ini
bersifat toksin terhadap parasit dan jaringan tubuh. Eosinofil merupakan
sel substrat peradangan dalam reaksi alergi. Aktivasi dan pelepasan racun
oleh eosinofil diatur dengan ketat untuk mencegah penghancuran jaringan
yang tidak diperlukan. Individu normal mempunyai rasio eosinofil sekitar 1 hingga
6% terhadap sel darah putih dengan ukuran sekitar 12 – 17 mikrometer.
 Neutrofil

Neutrofil (neutrophil, polymorphonuclear neutrophilicleukocyte, PMN) adalah


bagian sel darah putih dari kelompok granulosit. Bersama dengan dua sel
granulosit lain: eosinofil dan basofil yang mempunyai granula pada
sitoplasma, disebut juga polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka
yang aneh. Granula neutrofil berwarna merah kebiruan dengan 3 inti sel.
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan
proses peradangan kecil lainnya, serta menjadi sel yang pertama hadir ketika
terjadi infeksi di suatu tempat. Dengan sifat fagositik yang mirip dengan
makrofaga, neutrofil menyerang patogen dengan serangan respiratori
menggunakan berbagai macam substansi beracun yang mengandung bahan
pengoksidasi kuat, termasuk hidrogenperoksida, oksigen radikal bebas, dan
hipoklorit. Rasio sel darah putih dari neutrofil umumnya mencapai 50-60%.
Sumsum tulang normal orang dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar
neutrofil sehari, dan meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi
akut. Setelah lepas dari sumsum tulang, neutrofil akan mengalami 6 tahap
morfologis: mielocit, metamielocit, neutrofil non segmen (band),neutrofil
segmen.Neutrofil segmen merupakan sel aktif dengan kapasitaspenuh, yang
mengandung granula sitoplasmik (primer atau azurofil,sekunder, atau
spesifik) dan inti sel berongga yang kaya kromatin. Selneutrofil yang rusak terlihat
sebagai nanah.

 Basofil

Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu sekitar 0,01–0,3%
dari sirkulasi sel darah putih. Basofil mengandung banyak granula
sitoplasmik dengan dua lobus. Seperti granulosit lain,30 basofil dapat
tertarik keluar menuju jaringan tubuh dalam kondisi tertentu. Saat
teraktivasi, basofil mengeluarkan antara lain histamin, heparin, kondroitin,
elastase dan lisofosfolipase, leukotriena dan beberapa macam sitokina. Basofil
memainkan peran dalam reaksi alergi(seperti asma).

2. Tes tusuk (prick test)


Sebelum melakukan tes ini, pasien harus menghentikan penggunaan obat seperti
antihistamin (generasi : minimal</ jam dan generasi : minimal 1 minggu sebelum
tes dan kortikosteroid (dosis ke&il seperti prednisone <20 mg dihentikan 3 hari
sedangkan dosis tinggi 1 minggu. Prick tes merupakan jalan cepat untuk
menyeleksi antigen yang banyak. Jika skin tes positif, kemudian pasien lebih sering
alergi, tetapi konversi yang didapat tidak benar. Jika pasien mempunyai sejarah
yang positif dan negative pada prick test, maka dokter harus menggabungkan
prosedur dengan pemeriksaan tes intradermal.
3. Tes pacth merupakan metode yang digunakan untuk mendeteksi zat yang
memberikan alergi jika terjadi kontak langsung dengan kulit. Metode ini sering
digunakan oleh para ahli kulit untuk mendiagnosa dermatitis kontak yang
merupakan reaksi alergi tipe lambat, dimana reaksi yang terjadi baru dapat dilihat
dalam 2-3 hari.
3. Perawatan dan Prognosi
Pronosis : Dubia ad bonam
Perawatan : Perawatan stomatitis kontak alergi akut yang ringan ditujukan pada
eliminasi material yang menyebabkannya. Pada kasus yang lebih parah, dapat diberikan
terapi antihistamin yang dikombinasikan dengan anestesi topikal. Reaksi kronis
berespon terhadap eliminasi sumber antigen dan pemberian kortikosteroid topikal.
Pada kasus yang tidak komplikasi, lesi dapat sembuh dalam satu hingga dua minggu
setelah eliminasi sumber penyebabnya.

Referensi :

1. Tanjung A, Yunihastuti E. 2010. Prosedur Diagnostik Penyakit Alergi. Dalam Buku


Ajar Penyakit Dalam. Jilid 1 edisi 5. Jakarta : Interna Publishing;hal.37/7-81.
2. Medline Plus. Allergy testing. Diunduh dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/%20article/%20003519%20.htm,
Diakses pada 4 November 2019.,pk. 20.00 WIB.
3. Neville. Oral and Maxillofacial Pathology. 2nd Edition P.302-4

Anda mungkin juga menyukai