isiKes
JURNAL KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
Efektivitas Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dalam Bentuk Granul Terhadap
Kematian Larva Nyamuk Aedes Aegypti
Lisa Anita Sari, Widya Hary Cahyati
Keberadaan Bakteri Escherichia coli pada Sambal Makanan Akibat Higiene Penjual yang Kurang
Baik
Meyla Mohede, Kriswiharsi K. Saptorini
Tinjauan Penggunaan Terminologi Medis dalam Penulisan Diagnosis Utama pada Lembaran Masuk
dan Keluar Berdasarkan Icd-10 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
Yuliastika Saraswati, Rano Indradi Sudra
Sistem Informasi Reminder Imunisasi Dasar pada Bayi Berbasis SMS Gateway di Puskesmas
Krobokan Semarang Barat
Asriana Octa Noormalasari, Maryani Setyowati
Peran Pengelola Gedung dan Tetangga Terhadap Kesiapan Tanggap Darurat Kebakaran Penghuni
Rumah Susun Pekunden Kota Semarang
Edi Murdiono, Eni Mahawati
Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Terhadap Ancaman Kebakaran pada Anak Usia 10-15 Tahun di
Rumah Susun Pekunden Kota Semarang
Alga Maysage Putra, MG. Catur Yuantari
Analisis Faktor Penyebab Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe-2 di RSUD
Tugurejo Semarang
Pratiwi Wulandari, Zaenal Sugiyanto, Lily Kresnowati
Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring Gizi Balita Berbasis Web di Puskesmas Lebdosari
Semarang
Putri Dwi Mahanani, Arif Kurniadi
Faktor Risiko Paparan Gas Amonia dan Hidrogen Sulfida Terhadap Keluhan Gangguan Kesehatan
pada Pemulung di TPA Jatibarang Kota Semarang
Eko Hartini, Roselina Jayanti Kumalasari
Kejadian Suspek TB Paru Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Parungponteng Kabupaten
Tasikmalaya
Siti Nurjanah, Sri Andarini I, Suharyo
Perilaku Pemanfaatan Teknologi Internet dalam Mengakses Informasi Kesehatan Reproduksi
Remaja pada Mahasiswa di Universitas Dian Nuswantoro Semarang
Wa Mina Sampulawa, Kismi Mubarokah
Jurnal Kesehatan
Volume 14, Nomor 1, April 2015
Ketua Penyunting
M.G. Catur Yuantari, SKM, MKes
Penyunting Pelaksana
Eti Rimawati, SKM, MKes
Supriyono Asfawi, SE, MKes
Penelaah
dr. Onny Setiani, PhD (Universitas Diponegoro)
dr. Massudi Suwandi, MKes (Udinus)
Pelaksana TU
Retno Astuti S, SS, MM
Jurnal Kesehatan
Volume 14, Nomor 1, April 2015
DAFTAR ISI
ABSTRACT
The efforted to control dengue fever depended on control of the Aedes aegypti larvae. The
used of natural insecticides should be developed as easily biodegradable in nature. Belimbing
wuluh was a plant that contains alkaloid, saponin, and flavonoid which its function as insecti-
cides. This research was conducted to know the effectiveness granule extract belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi L.) to kill Aedes aegypti larvae. This research was true experimental
research, with the design of post test only with control group with five variations of the extract
concentration 50 mg, 100 mg, 150 mg, 200 mg, and 250 mg with four times repetitions. The
result showed that there was corelation between Averrhoa bilimbi L.extract in granul with
larvae mortality (p=0.001). From probit analysis test, LC50was found in level 91,677 mg and
LC90 in level 142,399 mg. LT50 of 200 mg was 10,778 hours, while LT90 was 48,175 hours.The
researcher suggested there should be a further research how to disappear the colour from
the water of Averrhoa bilimbi L.extract in granul.
Keywords : Aedes aegypti, Averrhoa bilimbi L. extract, granule
ABSTRAK
Pengendalian penyakit DBD bergantung pada pengendalian larva Aedes aegypti. Penggunaan
insektisida nabati perlu dikembangkan untuk mengurangi dampak negatif insektisida kimia.
Belimbing wuluh merupakan tanaman yang mengandung zat alkaloid, saponin dan flavonoid
yang berfungsi sebagai insektisida. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas
pemberian ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dalam bentuk granul untuk
membunuh larva Aedes aegypti. Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni, dengan rancangan
post test only with control group design dengan lima variasi konsentrasi ekstrak sebesar 50
mg, 100 mg, 150 mg, 200 mg, dan 250 mg dengan empat kali pengulangan. Hasil uji menunjukkan
terdapat hubungan antara ekstrak buah belimbing wuluh dalam bentuk granul dengan kematian
larva (p=0,001). Analisis probit didapatkan LC50 pada berat granul 91,677 mg dan LC90 pada
142,399 mg. LT50 pada 200 mg adalah 10,778 jam, sedangkan LT90 adalah 48,175 jam. Saran
peneliti adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara menghilangkan warna pada
air yang diberi ekstrak buah belimbing wuluh dalam bentuk granul.
Kata kunci : Aedes aegypti, ekstrak buah belimbing wuluh, granul
1
JURNAL VISIKES - Vol. 14 / No. 1 / April 2015
2
Efektivitas Ekstrak Buah ... - Lisa AS, Widya HC
sehingga saponin bersifat sebagai racun belimbing wuluh dalam bentuk granul hanya
perut 10. Flavonoid merupakan senyawa diberikan pada kelompok eksperimen, pada
pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat kelompok kontrol negatif diberi perlakuan
menghambat saluran pencernaan serangga menggunakan air, sedangkan pada kelompok
dan juga bersifat toksis11. kontrol positif diberi perlakuan menggunakan
Penelitian Nopianti dkk, pada tahun 2008 abate dan dextrin. Pengukuran pada ketiga
telah membuktikan adanya potensi ekstrak kelompok sampel tidak dilakukan pada awal
buah belimbing wuluh ini mempunyai perlakuan, tetapi dilakukan 24 jam setelah
pengaruh terhadap tingkat kematian larva perlakuan dengan menghitung jumlah larva
Anopheles aconitus instar III dengan hasil yang mati.
dosis 0% tidak ada kematian, dosis 2,0% rata- Besar sampel pada penelitian ini adalah
rata kematian larva nyamuk sebesar 71%, 25 ekor larva Aedes aegypti instar III untuk
dosis 2,5% sebesar 79%, dosis 3,0% sebesar tiap kelompok dengan pengulangan 4 kali.
84%, dosis 3,5% sebesar 92%, dosis 4,0% Kelompok perlakuan dibagi menjadi 8
sebesar 96%, dan dosis 4,5% sebesar kelompok antara lain 2 kelompok sebagai
100%10. Penelitian Oktavia dkk pada tahun kelompok kontrol, 6 kelompok sebagai
2012 juga menyimpulkan adanya pengaruh kelompok eksperimen dengan berbagai
ekstrak buah belimbing wuluh sebagai konsentrasi perlakuan. Jumlah seluruh
larvasida Aedes aegypti dengan hasil dosis sampel yaitu 800 sampel.
0% tidak ada kematian, dosis 1,3% rata-rata Alat untuk pembuatan ekstrak daun
kematian larva sebesar 67,5%, dosis 2% kamboja: blender, erlenmeyer, labu takar, kain
sebesar 87,5%, dan dosis 3% mortalitas larva penyaring, termometer, arloji, timbangan digi-
terjadi dalam waktu singkat yaitu 100%9. tal, gelas ukur, rotary evaporator. Bahan untuk
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pembuatan ekstrak: buah belimbing wuluh ±
perlu dilakukan suatu pengembangan 2 kg, Ethanol 70% sebagai larutan penyari
teknologi mengenai ekstrak buah belimbing (pelarut), dextrin, Aquades untuk
wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dalam bentuk pengenceran konsentrasi ekstrak buah
granul, agar lebih stabil jika disimpan dalam belimbing wuluh.
jangka waktu yang lama sebagai larvasida12. Alat untuk perlakuan: thermometer, kertas
Ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini pH, paper cup, gelas plastik kecil 250 ml, gelas
berbentuk granul, bertujuan agar lebih aplikatif ukur, sendok, lidi, timbangan digital, stop-
dalam penggunaannya oleh masyarakat. watch, hand counter, lembar observasi, alat
tulis. Bahan untuk perlakuan: larva Aedes
METODE aegypti instar III, aquades, ekstrak buah
Desain yang digunakan dalam penelitian belimbing wuluh dalam bentuk granul
adalah post test only control group design, Perlakuan pemberian ekstrak buah
dimana objek penelitian ini dibagi menjadi dua belimbing wuluh dalam bentuk granul
kelompok perlakuan. Kelompok pertama (Averrhoa bilimbi L.) dimulai dengan
disebut sebagai kelompok perlakuan, yaitu melakukan persiapan larva Aedes aegypti dan
kelompok yang diberi ekstrak buah belimbing aquadest sebanyak 800 ml. Granul ekstrak
wuluh dalam bentuk granul dengan dosis yang buah belimbing wuluh ditimbang sesuai
berbeda. Kelompok yang kedua disebut dengan konsentrasi yang dibutuhkan (50 mg,
sebagai kelompok kontrol, yaitu kelompok 100 mg, 150 mg, 200 mg, 250 mg), lalu
yang tidak diberi ekstrak buah belimbing dimasukkan ke dalam gelas plastik kecil 250
wuluh dalam bentuk granul. ml. Ditambahkan air sebanyak 100 ml dengan
Perlakuan menggunakan ekstrak buah gelas ukur 100 ml ke dalam wadah. Pada
3
JURNAL VISIKES - Vol. 14 / No. 1 / April 2015
masing-masing wadah dimasukkan 25 ekor adalah 84,449 mg. Nilai LC90 adalah 129,001
larva Aedes aegypti. Catat jumlah larva yang mg, berarti konsentrasi granul ekstrak buah
mati pada lembar observasi sesuai periode belimbing wuluh yang dapat membunuh 90%
waktu yang telah ditentukan. Setiap kelompok larva adalah konsentrasi granul ekstrak buah
perlakuan dilakukan 4 kali pengulangan. Hasil belimbing wuluh 129,001 mg.
pemeriksaan dari masing-masing Nilai LT50 yaitu waktu yang dibutuhkan
konsentrasi dibuat dalam suatu garis regresi untuk mematikan 50% larva nyamuk Aedes
untuk menentukan LC50 dan LC90. aegypti dengan menggunakan ekstrak
Data yang diperoleh dianalisis secara buah belimbing wuluh dalam bentuk granul
statistik yang digunakan yaitu uji probit, uji pada konsentrasi 200 mg/100 ml adalah
normalitas data dengan menggunakan 10,778 jam. Nilai LT 90 yaitu waktu yang
Saphiro Wilk, uji homogenitas varians dibutuhkan untuk mematikan 90% larva
dengan uji levene, kemudian uji Kruskal nyamuk Aedes aegypti dengan
Wallis dilanjutkan dengan analisis Post Hoc. menggunakan ekstrak buah belimbing
wuluh dalam bentuk granul pada
HASIL konsentrasi 200 mg adalah 48,175 jam.
Hasil uji probit menunjukkan bahwa nilai Konsentrasi 200 mg dipilih karena dapat
LC50 granul ekstrak buah belimbing wuluh menyebabkan kematian 100% larva, dan
(Averrhoa bilimbi L.) adalah 84,449 mg, berarti merupakan konsentrasi yang paling efektif
konsentrasi granul ekstrak buah belimbing dibandingkan dengan konsentrasi 250 mg/
wuluh yang dapat membunuh 50% larva 100 ml.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kematian Larva Aedes aegypti Setelah Kontak dengan Granul
Ekstrak Belimbing Wuluh Selama 24 Jam
Ulangan
Kelompok Rata-rata
1 2 3 4
I (berat granul 50 mg/ 100 ml) 7 7 1 2 4,24 (17%)
II (berat granul 100 mg/ 100 ml) 16 15 19 15 16,25 (65%)
III (berat granul 150 mg/ 100 ml) 21 22 23 20 21,5 (86%)
IV (berat granul 200 mg/ 100 ml) 25 25 25 25 25 (100%)
V (berat granul 250 mg/ 100 ml) 25 25 25 25 25 (100%)
VI (air 100 ml) 0 0 0 0 0 (0%)
VII (abate 0,01 mg/ 100 ml) 25 25 25 25 25 (100%)
VIII (dextrin 125 mg/ 100 ml) 2 1 1 0 1 (4%)
4
Efektivitas Ekstrak Buah ... - Lisa AS, Widya HC
5
JURNAL VISIKES - Vol. 14 / No. 1 / April 2015
6
Efektivitas Ekstrak Buah ... - Lisa AS, Widya HC
Uji beda menggunakan uji alternatif yaitu mengubah ekstrak kental menjadi granul.
Kruskal Wallis dikarenakan salah syarat dari Hasil pengamatan pada penelitian ini
uji Anova tidak terpenuhi, yaitu data tidak menunjukkan adanya kekeruhan pada media
terdistribusi normal dan varians data tidak percobaan. Semakin tinggi konsentrasi yang
homogen. Hasil dari uji Kruskal Wallis adalah digunakan, semakin keruh media percobaan
p= 0,001, berarti ada perbedaan rata-rata yang digunakan. Kekeruhan ini mungkin juga
jumlah kematian larva maka dilanjutkan uji mempengaruhi O2 terlarut yang ada dalam
Mann-Whitney untuk mengetahui pasangan media percobaan. Semakin keruh, semakin
nilai mean yang berbeda secara signifikan. sedikit O 2 yang terlarut, sehingga dapat
Hasil analisis Post Hoc dengan Mann- mempengaruhi kematian larva.
Whitney menunjukkan bahwa adanya
perbedaan pasangan rata-rata jumlah PEMBAHASAN
kematian larva Aedes aegypti secara Pada penelitian sebelumnya mengenai
signifikan (p < 0,05). Nilai konsentrasi yang belimbing wuluh sebagai larvasida
tidak berbeda yaitu konsentrasi 50 mg/ 100 menyebutkan bahwa adanya potensi ekstrak
ml dengan dextrin 125 mg/ 100 ml, buah belimbing wuluh ini mempunyai
konsentrasi 200 mg/ 100 ml dengan 250 mg/ pengaruh terhadap tingkat kematian larva
100 ml dan abate 0,01 mg/ 100 ml, dan Anopheles aconitus instar III10.
konsentrasi 250 mg/ 100 ml dengan abate Kandungan senyawa kimia yang ada di
0,01 mg/ 100 ml. dalam buah belimbing wuluh yaitu alkaloid,
Kematian larva dikarenakan adanya saponin, dan flavonoid9. Saponin merupakan
kontak dengan granul ekstrak buah belimbing golongan senyawa triterpennoid yang dapat
wuluh. Hal ini sesuai dengan pendapat digunakan sebagai insektisida. Senyawa al-
Nopianti (2008) yang menyatakan bahwa kaloid dalam buah segar berasa pahit di lidah,
semakin tinggi dosis larvasida yang diberikan alkaloid bisa mendegradasi dinding sel,
maka semakin tinggi pula rata-rata kematian sehingga merusak sel saluran pencernaan.
larva nyamuk Aedes aegypti. Dapat dikatakan Senyawa saponin terdapat pada tanaman
bahwa kematian pada larva uji dikarenakan yang kemudian dikonsumsi serangga,
kandungan senyawa kimia yang berada di mempunyai mekanisme kerja yang dapat
dalam granul ekstrak buah belimbing wuluh menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan
(Averrhoa bilimbi L.). penyerapan makanan, sehingga saponin
Pengaplikasikan ekstrak buah belimbing bersifat sebagai racun perut. Senyawa fla-
wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dalam bentuk vonoid merupakan senyawa fenol sebagai
granul bertujuan agar mudah diaplikasikan ke antimikroba, antivirus, antijamur, dan bekerja
masyarakat. Selain itu, ekstraksi dalam bentuk terhadap serangga10.
sediaan granul bisa bertahan lama (awet) Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
kira-kira 1 tahun dibandingkan dengan merupakan tanaman yang sangat potensial,
ekstraksi dalam bentuk infusa maupun murah, dan mudah didapat. Belimbing wuluh
maserasi (ekstrak kental) yang hanya (Averrhoa bilimbi L.) merupakan tanaman
bertahan dalam waktu 1 bulan. Pada proses yang dapat digunakan sebagai insektisida
pembuatan ekstrak, menggunakan metode yang ramah lingkungan karena mudah diurai
maserasi dengan pelarut etanol 70%. Etanol di alam, sehingga perlu adanya
merupakan pelarut yang bertujuan untuk pengembangan dan pengujian lebih lanjut
membantu penguapan. Setelah didapatkan agar dapat memanfaatkan tanaman
ekstrak kental, kemudian ditambahkan dex- belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) secara
trin dengan perbandingan 1:1 agar dapat maksimal sebagai insektisida nabati.
7
JURNAL VISIKES - Vol. 14 / No. 1 / April 2015
8
Efektivitas Ekstrak Buah ... - Lisa AS, Widya HC