Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS GASTROENTERITIS AKUT

DI RUANG BEDAH WANITA GUNTUR

RUMAH SAKIT TK.II DUSTIRA CIMAHI

DISUSUN OLEH:

Nama : Dea Regita Cahyani

NPM : 214119068

Ruangan : R. 1 Guntur

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2019
Tgl: Nilai: Tgl: Nilai: Rata-Rata:

Paraf Paraf
Rumah Sakit:
CI+Stempel Dosen
RS. TK.II
Dustira Cimahi

A. KONSEP TEORI

1. Pengertian

Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan

usus halus. Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada

beberapa kasus, muntah-muntah yang berakibar kehilangan cairan dan

elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan

elektrolit (Lynn Betz, 2009).

Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran

tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan

peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari

dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan

darah (Hidayat A, 2006).

2. Klasifikasi

Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarakan beberapa

faktor:

a. Berdasarkan lama waktu:

1) Akut: berlangsung < 5 hari

2) Persisten: berlangsung 15-30 hari


3) Kronik: berlangsung > 30 hari

b. Berdasarkan mekanisme patofisiologik

1) Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer

2) Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektroli

c. Berdasarkan derajatnya

1) Diare tanpa dehidrasi

2) Diare dengan dehidrasi ringan/sedang

3) Diare dengan dehidrasi berat

d. Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak

1) Infeksi

2) Non infeksi

(Mansjoer, 2006).

3. Etiologi

Etiologi gastroenteritis dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor infeksi

1) Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang

merupakan penyakit utama diare. Infeksi enternal ini meliputi:

a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Acromonas dan sebagainya.

b) Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie,

Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-

lain.

c) Infestasi parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyyuris,

Strongyloides), protozoa (Entamoeba Hstolitica,

Glardialambia, Trichomonas Hominis).


2) Faktor parenteral

Infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti

otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,

Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat

pada bayi dan anak berusia dibawah usia 2 tahun.

b. Faktor Malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa,

maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,

fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting

dan tersering adalah intoleransi laktosa.

2) Malabsorbsi lemak.

3) Malabsorbsi protein.

4) Faktor makanan: Makanan basi, beracun, alergi terhadap

makanan.

5) Faktor psijkologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang

dapat menimbulkan diare terutama pada hal yang lebih besar

(Hidayat, 2006).

4. Patofisiologi

Gastroenteritis ditandai dengan diare dan pada beberapa

kasus, muntah muntah, yang berakibat kehilangan cairan elektrolit

yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.

Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (rotavirus,

adenovirus enteric, virus Norwalk, dan lain lain), bakteri atau toksinnya

(Campylobacter, Salmonella, Shigella, Escherichia coli, Yersinia dan


lain lain), serta parasit (Giardia lamblia, Cryptosporidium). Pathogen

pathogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel,

menghasilkan enterotoksin atau sitotoksin yang merusak sel. Atau

melekat pada dinding usus. Pada gastroenteritis akut, usus halus

adalah alat pencernaan pencernaan yang paling sering terkena.

Sebagai akibat diare baik akut akan terjadi :

a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan

terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis,

metabolik, hipokarlemia dan sebagainya ).

b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan ( intake makanan kurang,

pengeluarannya bertambah.

c. Hipoglikemia.

d. Gangguan sirkulasi darah.

Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute fekal-oral dari orang

ke orang atau melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Tinggal

difasilitas day care juga meningkatkan resiko gastroenteritis, selain

berpergian ke negara berkembang. Sebagian besar gastroenteritis

dapat sembuh sendiri dan prognosisnya baik dengan pengobatan.

anak-anak malnutrisi dapat menderita infeksi yang lebih berat dan lebih

membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh (Betz, 2009. Hal

185).
6. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala pada gastroenteritis :

a. Diare

b. Muntah

c. Demam

d. Nyeri abdomen

e. Membran mukosa mulut dan bibir kering

f. Fontanel cekung

g. Kehilangan berat badan

h. Tidak nafsu makan

i. Badan terasa lemah (Mansjoer, 2007).

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan gastroenteritis:

a. Pemeriksaan laboratorium.

b. Pemeriksaan tinja.

c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah

astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan

analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.

d. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi

ginjal.

e. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui

jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada

penderita diare kronik.


f. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan

lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi gastroentritis akut

(GEA) / diare akut infeksi (Davey, 2005).

8. Penatalaksanaan klinik

a. Penatalaksanaan Medis

1) Terapi Cairan

Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada

penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama

dengan:

(1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare

dan/muntah muntah PWL (Previous Water Losses)

ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui

keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water

Losses).

(2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih

terus berlangsung CWL (Concomitant water losses)

(Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

1. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang

dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung

Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori

85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium

90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L,

bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005).


Ada beberapa cairan rehidrasi oral:

a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl,

KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal

dengan nama oralit.

b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung

komponen-komponen di atas misalnya: larutan

gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di

rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.

2. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer

Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal.

Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam

perlu dilakukan evaluasi:

a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan

muntah

b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono,

dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).

2) Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan

pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh

kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian

antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda

diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada

feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,

persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada

pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic


untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari),

Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg

(Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-

500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).

3) Obat Anti Diare

Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin

sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari,

loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari.

Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,

peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki

konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare. Bila

diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan

dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare

akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak

dianjurkan.

9. Komplikasi

Ada beberapa komplikasi yang lazim muncul pada klien dengan

gastroenteritis menurut Betz (2009, hal 190), antaranya adalah:

1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau

hipertonik), dan ketidakseimbangan elektrolit

2) Syok hipovalemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis

metabolic, perfusi sistemik buruk)

3) Hipoglikemia

4) Kejang demam
5) Bakterimia.

6) Malnutrisi

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas pasien: Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur, asal

suku bangsa dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan utama: Buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan

frekunsi sering dan konsistensi encer.

c. Riwayat penyakit sekarang

1) Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau

tidak ada, dan diare.

2) Feses cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.

3) Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi.

4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare.

5) Apabila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit,

maka gejala dehidrasi mulai tampak.

6) Diuresis terjadi oliguria.

d. Riwayat kesehatan meliputi:

1) Riwayat imunisasi.

2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat obatan

3) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya.

e. Riwayat nutrisi
1) Asupan makanan

2) Keluhan nyeri abdomen.

3) Distensi abdomen, mual, muntah.

4) Berat badan biasanya turun.

f. Pola eliminasi

1) Frekuensi defekasi sering.3 kali sehari

2) Feses cair, mengandung lendir dan darah.

g. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum: baik, sadar (tanpa dehidrasi). Gelisah,

(dehidrasi ringan dan sedang). Lesu, tungkai atau tidak sadar,

tidak ada urine (dehidrasi berat).

2) Berat badan: klien diare dengan dehidrasi biasanya mengalami

penurunan berat badan: dehidrasi ringan: bila terjadi penurunan

berat badan 5%.

3) Dehidrasi : sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10%.

Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 10-15%.

4) Kepala : bentuk kepala simetris, tidak ada nyeri tekan

5) Wajah : mata (biasanya konjungtiva anemis, sklera ikterik),

hidung (bentuk hidung simetris, tidak ada nafas cuping

tambahan), mulut (mulut dan lidah biasanya tanpa dehidrasi.

Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan sampai sedang). Mulut

dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).

6) Leher: leher (tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe).


7) Dada (Thorax): simetris pengembangan dada kanan kiri, tidak

ada nyeri tekan, jantung (terdengar bunyi jantung I dan II Lup

dup)

8) Abdomen : kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri dan

bising usus yang meningkat, hypertimpani, perut kembung

9) Genetalia: tidak ada odema, tidak ada kelainan. Rectum

terdapat luka/lesi/hemoroid/wasir

10) Ekstremitas

a) Atas : akral hangat/dingin, CRT >2detik, turgor kulit tidak

kembali dalam 1 detik, kekuatan otot mengalami

penurunan

b) Bawah: akral hangat/dingin, CRT >2detik, turgor kulit tidak

kembali dalam 1 detik, kekuatan otot mengalami

penurunan

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output melalui

rute normal (diare berat, muntah), status hipermetabolik dan

pemasukan cairan yang terbatas.

b. kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik.

c. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus, diare lama,

iritasi kulit, jaringan.


d. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis/rangsangan

simpatit (proses inflamasi), ancaman konsep diri, ancaman

terhadap perubahan status kesehatan.

e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kesalahan interprestasi

informasi, kurang mengingat dan tidak mengenal sumber

informasi.
3. Intervensi
a. Diagnosa. 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output

melalui rute normal (diare berat, muntah), status

hipermetabolik dan pemasukan cairan yang terbatas.

Tujuan : pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.

Kriteria hasil : pengeluaran urine adekuat, tanda tanda vital dalam

batas normal, membrane mukosa lembab, turgor kulit

baik, pengisian kapiler kurang dari 3 detik.

Intervensi/Rasional

1) Catat karakteristik muntah dan drainase. Rasional : untuk

membedakan distress gaster.

2) Observasi tanda tanda vital setiap 2 jam. Rasional : perubahan

tekan darah dan nadi indicator dehidarasi.

3) Monitor tanda tanda dehidrasi (membrane mukosa, turgor kulit,

pengisian kapiler). Rasional : untuk mengidentifikasi terjadinya

dehidrasi.

4) Obsarvasi masukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan.

Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh.

5) Pertahankan tirah baring. Rasional : untuk menurunkan kerja

gaster sehingga mencegah terjadinya muntah.

6) Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasid. Rasional

: mencegah refluks dan aspirasi antasid.

7) Berikan cairan peroral 2 liter/hari. Rasional : menetralisir asam

lambung.
8) Jelaskan pada klien agar menghindari kafein. Rasional : kafein

merangsang produksi asam lambung.

9) Berikan cairan intravena sesuai pram terapi medik. Rasional :

untuk pergantian cairansesuai derajat hipovalemi dan kehilangan

cairan

10) Pantau hasil pemeriksaan haemoglobin (HB). Rasional : untuk

mengidentifikasi adanya anemia.

11) Berikan terapi antibiotik, antasid, Vit K, sesuai program medik.

Rasional : untuk mengatasi masalah gastritis dan hematamisis.

b. Diagnosa. 2: Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrien, status

hipermetabolik.

Tujuan : Nutrisi terpenuhi.

Kriteria Hasil : Menunjukkan perubahan prilaku pola hidup untuk

meningkatkan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium

normal dan bebas malnutrisi.

Intervensi/Rasional

1) Timbang Berat Badan setiap hari. Rasional : memberikan informasi

tentang kebutuhan diet.

2) Berikan nutrisi parenteral total (NPT), sesuai pesanan. Rasional :

NPT adalah tindakan pilihan bila terjadi penurunan berat badan,

kekurangan nutrisi dan gejala PIU berat.

3) Pertahankan status puasa. Rasional : Status puasa menurunkan

aktivitas.
4) Berikan dukungan psikologis dan keyakinan pengistirahatan usus.

Rasional : Status puasa yang lama mengganggu baik secara sosial

maupun psikologis.

5) Bantu klien untuk ambulasi dengan tiang intravena. Rasional :

Ambulasi meningkatkan rasa sejahtera klien dan membantu

mempertahankan atau memeperbaiki kondisi fisik.

c. Diagnosa. 3 : Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus,

diare lama, iritasi kulit, jaringan.

Intervensi/Rasional

1) Ketahui nyeri klien. Rasional : dengan mengetahui dan

memvalidasi nyeri klien dapat membantu mengurangi ansietas

klien, yang dapat menurunkan menurunkan nyeri.

2) Minta klien menetapkan 1 sampai kala 5 (1 = tidak nyeri, 5 = nyeri

hebat), dan tingkat toleransi nyerinya (1 = dapat mentoleransi, 5 =

tak dapat mentoleransi sama sekali). Rasional : penentuan skala

tersebut memberikan metode yang baik untuk evaluasi

pengalaman nyeri subjektif.

3) Tentukan hubungan antara makan dan minum serta nyeri

abdomen. Rasional : Klien dapat menghubungkan makan atau

minum dengan awitan nyeri abdomen, dan dapat membatasi

masukan untuk menghindari nyeri.

4) Tetapkan hubungan antara pasase feses atau flatus dan nyeri

mereda. Rasional : Nyeri tidak hilang dengan pasase feses atau

flatus mungkin tanda obstruksi usus atau peritonitis.


5) Tetapkan apakah nyeri terjadi selama malam hari atau tidak.

Rasional : Kram abdomen atau keinginan tiba-tiba BAB dapat

membangunkan klien di malam hari.

d. Diagnosa. 4 : Ansietas berhubungan dengan perubahan status

kesehatan.

Tujuan : Ketakutan klien dapat diatasi/diminimalkan.

Kriteria hasil : dapat menjadi derajat takut yang dialami pasien tetapi

dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik/status syok.

Intervensi/Rasional :

1) Catat petunjuk perilaku contoh gelisah, mudah terangsang, kurang

kontak mata, perilaku melawan/menyerang. Rasional : indicator

derajat takut yang dialami pasien mis. Pasien akan merasa tak

terkontrol terhadap situasi atau mencapai status panik.

2) Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik.

Rasional : membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien

menerima perasaan yang normal dapat membantu pasien merasa

kuarng terisolasi.

3) Beriakan terapi suortif pada pasien dan keluarga selama

pengobatan. Rasional : memindahkan pasien dari stressor luar

meningkatkan relaksasi. Dorong orang terdekat tnggal dengan

pasien/ Rasional : membantu menurunkan takut melalui

pengalaman menakutkan menjadi seorang diri.


4) Kolaborasi : Berikan obat sesuai indikasi, Diazepam, klorazepat,

alprazoplam. Rasional : sedate/tranquilizer dapat digunakan

kadang-kadang untuk menurunkan ansietas.

e. Diagnosa. 5 : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interprestasi

informasi, kurang mengingat dan tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya

Kriteria hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya

Intervensi :

1) Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan. Rasional :

Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menentukan

pilihan berdasarkana informasi.

2) Berikan informasi yang tepat. Rasional : Berat ringannya keadaan,

penyebab, usia dan komplikasi yang muncul akan menentukan

tindakan pengobatan.

3) Identifikasi sumber stress. Rasional : Faktor psikogenik seringkali

sangat penting dalam memunculkan/eksaserbasi dari penyakit ini

4) Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat. Rasional :

Mencegah munculnya kelelahan.

5) Instruksikan keluarga mengenai pencegahan untuk mencegah

penyakit infeksi. Rasional: untuk mencegah penyebaran penyakit.

6) Atur perawatan kesehatan pasca hospitalisasi. Rasional : untuk

menjamin pengkajian dan pengobatan yang kontinue.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3.
Jakarta:EGC

Carpenito, Lynda Juall. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.


Jakarta:EGC

Cecily Lynn Betz & Linda A. Gowden. (2009). Buku Saku Keperawatan Anak Ed.5.
Jakarta:EGC

Doenges. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman Untuk Perencanaan


Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:EGC

Harsono. (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis. Ed 1. Yogyakarta:Gajah Mada


University Press

Hidayat, A.A.A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia:Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika

Long Barbara C.(2001). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan) Jilid 3. Bandung:Yayasan Ikatan Alumni Keperawatan

Mansjoer. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 Edisi 3. Jakarta:Media


Aesculapius

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10


Editor T Heather Herdman. Shigemi Kamitsuru. Jakarta:EGC

Smeltzer & Bare. (2001). Keperawatan Medikal Bedah brunner & Suddarth Edisi
8. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai

  • Benson
    Benson
    Dokumen13 halaman
    Benson
    Sri Sulastri Maharani
    Belum ada peringkat
  • WOC-VARICELLA Dea
    WOC-VARICELLA Dea
    Dokumen1 halaman
    WOC-VARICELLA Dea
    Sri Sulastri Maharani
    Belum ada peringkat
  • LP BBLN
    LP BBLN
    Dokumen20 halaman
    LP BBLN
    Sri Sulastri Maharani
    0% (1)
  • LP Iufd Postnatal
    LP Iufd Postnatal
    Dokumen30 halaman
    LP Iufd Postnatal
    Sri Sulastri Maharani
    Belum ada peringkat
  • LP Dispepsia
    LP Dispepsia
    Dokumen10 halaman
    LP Dispepsia
    Sri Sulastri Maharani
    Belum ada peringkat