BAB 1
PENDAHULUAN
Malang merupakan sebuah Kota di Provinsi Jawa Timur, letak Malang pada
titik koordinat 07.55 LS dan 112.42 BT. Malang merupakan kota terbesar ke 2 di
jawa timur setelah surabaya yang terletak di Indonesia khususnya di provinsi Jawa
Timur yang memiliki luas 145.28 km2 dan berpenduduk sebanyak 866.118 jiwa
(BPS Malang 2018). Bandar udara mempunyai peran penting yaitu
menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lainnya sehingga dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi. Dalam pengoperasiannya bandar udara
Abdulrachman Saleh di kelola oleh Dinas Perhubungan Unit Pelaksana Teknis
Bandar Udara Abdulrachman Saleh.
Studi kasus ini dilakukan pada Bandar Udara Abdur Rahman Saleh, yang
terletak di Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur, atau 17 km arah timur dari pusat
Kota Malang. Dalam mewujudkan bandar udara Abdulrachman Saleh menjadi
bandar udara bertaraf internasional maka perlu peningkatan infrastruktur salah
satunya Runway maupun Apron. Kondisi saat ini runway memiliki panjang 2300
m, dan akan diperpanjang menjadi 2500 m dengan adanya perpanjangan runway
menjadi salah satu upaya untuk mewujudkan bandar udara bertaraf internasional.
Diharapkan dengan dilakukannya perencanaan perpanjangan dan
perkerasan runway serta perluasan apron di bandar udara abdulrachman saleh ini,
sebagai pengembangan ilmu yang dimiliki untuk mewujudkan sumber daya
manusia yang siap pakai mengatasi situasi dan kondisi penggunaan dan jumlah
masyarakat di indonesia yang semakin meningkat menggunaakan jasa bandara.
Dapat dijadikan sebagai literatur untuk diadakan penelitian selajutnya dan akan
menambah wawasan pengetahuan untuk para pembacana sebagai bahan referensi
bacaan.
3. Penulis
Tugas akhir inid apat digunakan sebagai saran untuk menabha wawsan, serta
sebagai saran dala menerapkan teori teori yang sudah didapat selama masa
perkuliahan, dapat menjadi bekal ilmu lapangan terbang kedepannya, dan juga serta
sebaai syarta meraih gelar sarjana
BAB 2
TINJUAUAN PUSTAKA
Bandar Udara Abdul Rachman Saleh adalah bandar udara yang terletak di Pakis,
Kabupaten Malang, Jawa Timur, atau 17 km arah timur dari pusat Kota Malang.
Tepatnya pada kordinat 07.55 LS dan 112.42 BT.
1. Runway tunggal
2. Runway Sejajar
Runway berpotongan ini diperlukan apabila terdapat angin yang relatif kuat
(prevailing wind) bertiup lebih dari satu arah, sehingga mengakibatkan angin sisi
(cross wind) berlebihan apabila hanya dibuat satu runway saja. Kapasitas dua
runway ini sangat tergantung pada letak perpotongannya. Makin jauh letak titik
potong dari ujung lepas landas runway dan ambang pendaratan (threshold),
kapasitasnya semakin rendah.
4. Runway v terbuka
a. Berat
Jarak antara poros – poros dual wheel 0,51 m = 20 inch, jarak tandem 1,14
m = 45 inch untuk pesawat ringan. Untuk pesawat yang lebih berat jarak antara
poros dual wheel 0,76 m =30 inch dan jarak tandem 1,40 m = 55 inch.
4. Pesawat berbadan lebar.
Seperti B-747, DC-10, L-1011 bagi pesawat jenis ini bentuk roda
pendaratannya serta berat pesawatnya sangat berlainan dengan yang lain – lain.
Tipe roda pendaratan juga berlainan bagi tiap – tiap jenis pesawat, maka perlu
dikonversikan juga. Di bawah ini diberikan faktor konversinnya.
Menurut basuki ( 2014 ) perkerasan rigid atau kaku adalah perkerasan yang
terdiri dari slab slab baru beton ( portlan cemet concrete ) yang digelar diatad
granular atau subbase course yang telah di stabilakna atau dipadatkan. Yang
ditunjang oleh lapisan tanah asli. Lapisan lapisan perkerasan kaku ( rigid pavemnt
) memiliki fungsi dan sifat sifat yang berbeda beda. Pada umumnya perkerasan kaku
terdiri dari tiga lapis
METODE PERENCANAAN
Bandar Udara Abdul Rachman Saleh adalah bandar udara yang terletak di
Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur, atau 17 km arah timur dari pusat Kota
Malang. Tepatnya pada kordinat 07.55 LS dan 112.42 BT.
Ada dua data yang diperlukan yaitu data primer dan data sekunder.
Mulai
MuMU
Pengumpulan data
Data sekunder :
Data dari instansi terkait:
1. Layout bandara
2. Data dan jumlah pesawat terbang
3. Jenis pesawat terbang dan rute
4. Data tanah
t:
Latout bandara
Pengolahan data
Data danjumlah pesawat terbang
Jenis pesawat terbang dan rute
Data tanahPerpanjangan dan tebal serta
perluasan apron di bandara abdul
rachman saleh
Hasil perhitungan
Selesai
a. Klasifikasi tanah
klasifikasi tanah yang telah dibuat oleh FAA untuk perencanaan perkerasan
diklasifikasi menjadi 13 bagian keals dari E1 sampai E 13. Klasifikasi dari Airport
Paving FAA, Advisory Circular, adalah sebagai berikut :
Kelas EI
Adalah jenis tanah yang mempunyai gradasi tanah yang baik, kasar, butiran-
butiran tanahnya tetap stabil walaupun sistem drainasenya tidak baik.
Kelas E2
Jenis tanah mirip grup E1, tetapi kandungan pasirnya lebih sedikit, dan mungkin
mengandung presentase lumpur dan tanah liat yang lebih banyak. Tanah dalam
kelas ini bisa menjadi tidak stabil apabila sistem drainasenya tidak baik.
Kelas E3 dan E4
Terdiri dari tanah yang berbutir halus, tanah berpasir dengan geradasi lebih jelek
dibanding dengan grup E1 dan E2. Grup ini terdiri dari pasir berbutir halus tanpa
daya kohesi, atau tanah liat berpasir dengan kualitas pengikatan mulai dari cukup
sampai baik.
Kelas E5
Terdiri dari tanah yang bergradasi kurang baik, dengan kandungan lumpur dan
tanah liat campuran lebih dari 35% tetapi kurang dari 45%.
Kelas E6
Terdiri dari lumpur yang berpasir dengan indeks plastisitas yang sangat rendah.
Jenis ini relatif stabil bila kering atau pada moisture content rendah.
Stabilitasnya akan kurang bahkan hilang dan menjadi sangat lembek dalam
keadaan basah, maka sangat sukar dipadatkan kecuali jika moisture content
dikontrol dengan sangat teliti sesuai kebutuhan.
Kelas E7
Kelas E8
Mirip dengan E7, tetapi pada liquid limit yang lebih tinggi akan menghasilkan
derajat pemempatan yang lebih besar, pengembangan pengerutan, dan
stabilitas yang lebih rendah dibawah kondisi kelembaban yang kurang
menguntungkan.
Kelas E9
Terdiri dari campuran lumpur dan tanah liat sangat elastis dan sangat sulit
dipadatkan. Stabilitasinya rendah, baik keadaan basah dan kering.
Kelas E10
Adalah tanah liat yang berlumpur dan tanah liat yang membentuk gumpalan
keras dalam keadaan kering, serta sangat pastis bila basah. Pada masa
pemadatan perubahan volumenya sangat besar, mempunyai kemampuan
mengembang menyusut dan sangat elastis.
Kelas E11
Mirip dengan tanah grup E10, tetapi mempunyai liquid limit yang lebih tinggi,
termasuk didalamnya tanah dengan liquid limit antara 70-80, dengan index
plastisitas diatas 30.
Kelas E12
Jenis tanah yang mempunyai liquid limit di atas 80, tidak diukur berapapun
index plastisitasnya.
Kelas E13
Meliputi semua jenis tanah rawa organik, seperti gambut mudah dikenal di
lapangan. Dalam keadaan asli, sangat rendah stabilitasnya, sangat rendah
density, dan sangat tinggi kelembabannya.
Tabel 3.1 Klasifkasi Tanah Dasar untuk Perencanaan Overlay metode FAA
Tabel 3.2 Hubungan antarag harga CBR dengan Kalasifikasi Subgrade menurut
FAA
Pada Pesawat rencana dapat ditentukan dengan melihat jenis pesawat yang
beroperasi dan besar MSTOW (Maksimum Structural Take Off Weight) dan data
jumlah keberangkatan tiap jenis pesawat. Kemudian dipilih jenis pesawat yang
menghasilkan tebal perkerasan yang paling besar. Pemilihan pesawat rencana ini
pada dasarnya bukanlah berasumsi harus berbobot paling besar, tetapi jumlah
keberangkatan yang paling banyak melalui landasan pacu.
Pesawat rencana kemudian ditetapkan sebagai pesawat yang membutuhkan
tebal perkerasan yang paling besar dan tidak perlu pesawat yang paling besar yang
beroperasi di dalam bandar udara. Karena pesawat yang beroperasi di bandara
memiliki angka keberangkatan tahunan yang berbeda-beda, maka harus ditentukan
keberangkatan tahunan ekivalen dari setiap pesawat dengan konfigurasi roda
pendaratan dari pesawat rencana
W2 = P × MSTOW × 1/A
Keterangan:
(Sumber: Horonjeff,1993)
f. Menentukan Susunan Tebal Perkerasan
Tebal Base Course sama dengan tebal lapisan diatas Subbase Course
dikurangi tebal lapisan permukaan (Surface Course). Hasil ini harus dicek dengan
membandingkannya terhadap tebal Base Course minimum dari grafik. Apabila
tebal Base Course minimum lebih besar dari Base Course
Fe = 1 + 0.07 h/300
Ft = 1 + 0.01 ( T - ( 15 – 0.0065 x h ) )
Fs = 1 + (0,1 S)
Lr = ARFL × Ft × Fe × Fs ± Fa
*Jarak pemisah minimum adalah 10 meter jika menggunakan parker bebas (free moving)
(Sumber: Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Udara Nomor: KP 29 Tahun 2014)
DAFTAR PUSTAKA