Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PSIKOTIK

I. Pengertian Gangguan Psikotik


Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku
kacau/aneh. Gangguan psikotik adalah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan
ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi,
waham atau perilaku kacau atau aneh.

II. Etiologi
Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis
reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam
DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama
dengan banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan
diagnosis kemungkinan termasuk gangguan yang heterogen.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada
pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau
psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat,
seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah,
kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis
reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik
singkat.

III. Patofisiologi dan Prognosis


Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat adalah
kurang dari satu bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik bermakna
tertentu dapat menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan
persentasi yang tidak diketahui, yang pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan
psikotik singkat selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia
dan gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat
memiliki prognosis yang baik, dan penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50
sampai 80 persen dari semua pasien tidak memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadang-
kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu
keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator
telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut memiliki
kemungkinan kecil untuk kemudian menderita skizofrenia atau suatu gangguan mood

IV. Faktor - Faktor Penyebab Gangguan Psikotik


Adapun faktor – faktor penyebab gangguan psikotik antara lain :
a. Faktor organo – biologic
1) Genetik (heredity)
Adanya kromosom tertentu yang membawa sifat gangguan jiwa (khususnya pada
skizofrenia). Hal ini telah dipelajari pada penelitian anak kembar, dimana pada
anak kembar monozigot (satu sel telur) kemungkinan terjadinya skizofrenia
persentase tertinggi 86,2%, sedangkan pada anak kembar dengan dua sel telur
(heterozigot) kemungkinannya hanya 14,5%.
2) Bentuk Tubuh (konstitusi)
Kretschmer (1925) dan Sheldon (1942), meneliti tentang adanya hubungan antara
bentuk tubuh dengan emosi, temperamen dan kepribadian
(personality).Contohnya, orang yang berbadan gemuk emosinya cendrung
meledak –ledak, ia bisa lompat kegirangan ketika mendapat hal yang
menyenangkan baginya dan sebaliknya.
3) Terganggunya Otak Secara Organik
Contohnya, Tumor, trauma (bisa disebabkan karena gagar otak yang pernah
dialami karena kecelakaan), infeksi, gangguan vaskuler, gangguan metabolisme,
toksin dan gangguan cogenital dari otak
4) Pengaruh Cacat Cogenital
Contohnya, Down Syndrome (mongoloid).
5) Pengaruh Neurotrasmiter
Yaitu suatu zat kimia yang terdapat di otak yang berfungsi sebagai pengantar
implus antar neuron (sel saraf) yang sangat terkait dengan penelitian berbagai
macam obat –obatan yang bekerja pada susunan saraf. Contohnya, perubahan
aktivitas mental, emosi, dan perilaku yang disebabkan akibat pemakaian zat
psikoaktif.
b. Faktor Psikologik
1) Hubungan Intrapersonal
a) Inteligensi.
b) Keterampilan
c) Bakat dan minat.
d) Kepribadian.
2) Hubungan Interpersonal
a) Interaksi antara kedua orang tua dengan anaknya.
b) Orang tua yang over protektif.
c) Orang tua yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri.
d) Peran ayah dalam keluarga.
e) Persaingan antar saudara kandung.
f) Kelahiran anak yang tidak diharapkan.
c. Faktor Sosio – Agama
1) Pengaruh Rasial
Contohnya, adanya pengucilan pada warga berkulit hitam di negara Eropa.
2) Golongan Minoritas
Contohnya, pengucilan terhadap seseorang atau sekelompok orang yang
menderita penyakit HIV.
3) Masalah Nilai – Nilai yang Ada dalam Masyarakat.
4) Masalah Ekonomi
Contohnya, karena selalu hidup dalam kekurangan seorang ibu menganiyaya
anaknya.
5) Masalah Pekerjaan.
6) Bencana Alam.
7) Faktor Agama atau religius baik masalah intra agama ataupun inter agama.
Contoh, perasaan bingung dalam keyakinan yang dialami seorang anak karena
perbedaan keyakinan dari orang tuanya.
V. Manifestasi Klinis Gangguan Psiotik
Adapun gambaran utama perilakuvGangguan Psikotik antara lain :
a. Memiliki labilitas emosional.
b. Menarik diri dari interaksi sosial.
c. Tidak mampu bekerja sesuai fungsinya.
d. Mengabaikan penampilan dan kebersihan diri.
e. Mengalami penurunan daya ingat dan kognitif parah.
f. Berpikir aneh, dangkal, berbicara tidak sesuai keadaan.
g. Mengalami kesulitan mengorientasikan waktu, orang dan tempat.
h. Sulit tidur dalam beberapa hari atau bisa tidur yang terlihat oleh keluarganya,
tetapi pasien mesrasa sulit atau tidak bisa tidur.
i. Memiliki keengganan melakukan segala hal, mereka berusaha untuk tidak
melakukan apa – apa bahkan marah jika diminta untuk melakukan apa – apa.
j. Memiliki perilaku yang aneh misalnya, mengurung diri di kamar, berbicara
sendiri, tertawa sendiri, marah berlebihan dengan stimulus ringan, tiba – tiba
menangis, berjalan mondar – mandir, berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas.

VI. Tipe Gangguan Psikotik


a. Psikotik Akut
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
1) Mendengar suara – suara yang tidak ada sumbernya.
2) Keyakinan dan ketakutan yang aneh atau tidak masuk akal.
3) Kebingungan atau disorientasi.
4) Perubahan perilaku menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara
dan tertawa serta marah – marah atau memukul tanpa alasan.

Pedoman diagnostik untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut
adalah sebagai berikut :
1) Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan misalnya,
mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada
bendanya).
2) Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh
kelompok sosial pasien), misalnya, pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh
tetangga, menerima pesan dari televisi atau merasa diamati atau diawasi oleh
orang lain.
3) Agitasi atau perilaku aneh (bizar).
4) Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi).Keadaan emosional yang labil dan
ekstrim (iritabel).

Selain diagnosis pasti, ada diagnosis banding untuk psikotik akut ini karena
dimungkinkan adanya gangguan fisik yang bisa menimbulkan gejala psikotik.

1) Epilepsi.
2) Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alkohol.
3) Febris karena infeksi.
4) Demensia dan delirium atau keduanya.
5) Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan skizofrenia dan gangguan
psikotik kronik lain.
6) Jika terlihat gejala maniak (suasana perasaan meninggi, percepatan bicara atau
proses pikir, harga diri berlebihan), pasien mungkin sedang mengalami suatu
episode maniak.
7) Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang mengalami
depresi.
b. Psikotik Kronik
Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut merupakan perilaku
utama yang secara umum ada.
1) Penarikan diri secara sosial.
2) Minat atau motivasi rendah dan pengabaian diri.
3) Gangguan berpikir (pembicaraan yang tidak nyambung atau aneh).
4) Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan.
Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :
1) Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi.
2) Melaporkan bahwa individu mendengar suara – suara.
3) Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal seperti memiliki kekuatan
supranatural, merasa dikejar – kejar, merasa menjadi orang hebat atau
terkenal.
4) Keluhan fisik yang tidak biasa atau aneh seperti merasa ada hewan atau objek
yang tak lazim di dalam tubuhnya.
5) Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau pelajaran.

Beberapa kondisi yang dapat menjadi diagnosis banding psikosis kronik


diantaranya adalah :

1) Depresi jika ditemukan gejala depresi (suasana perasaan yang menurun atau
sedih, pesimisme, perasaan bersalah).
2) Gangguan bipolar jika ditemukan gejala maniak (eksitasi, suasana perasaan
meningkat, penilaian diri yang berlebihan).
3) Intoksikasi kronik atau putus zat karena alkohol, zat dan bahan lain
(stimulansia, halusinogenik).
4) Efek penggunaan zat psikoaktif atau gangguan depresif dan ansietas
menyeluruh jika berlangsung setelah satu periode abstinensia (misalnya,
sekitar 4 minggu).

VII. Cara Mengatasi Gangguan Psikotik


a. Penatalaksanaan Psikotik Akut
1. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang psikotik akut berikut
hak dan kewajibannya.
a) Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi lama perjalanan
penyakit sukar diramalkan hanya dengan melihat dari satu episode akut saja.
b) Agitasi yang membahayakan pasien, keluarga atau masyarakat, memerlukan
hospitalisasi atau pengawasan ketat di suatu tempat yang aman. Jika pasien
menolak pengobatan, mungkin diperlukan tindakan dengan bantuan perawat
kesehatan jiwa masyarakat dan perangkat desa serta keamanan setempat
2. Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya:
a) Keluarga atau teman harus mendampingi pasien.
b) Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan
kebersihan).
c) Hati hati agar pasien tidak mengalami cedera.
3. Konseling pasien dan keluarga
a) Membantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan
pengobatan psikiatrik antara lain hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab
keluarga dalam pengobatan pasien.
b) Mendampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak
dengan stresor.
c) Memotivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari – hari setelah gejala
membaik.
4. Pengobatan
Program pengobatan untuk psikotik akut :
a) Berikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik, haloperidol 2 – 5
mg, 1 – 3 kali sehari, atau Chlorpromazine 100 – 200 mg 1 – 3 kali sehari.
Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek samping,
walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi.
b) Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk
mengendalikan agitasi akut (misalnya : lorazepam 1 – 2 mg, 1 – 3 kali sehari).
c) Obat antipsikotik selama sekurang – kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang.
b. Penatalaksanaan Psikotik Kronik
1. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang asuhan keperawatan pada pasien halusinasi, waham, isolasi sosial, defisit
perawatan diri.Beberapa informasi yang dapat disampaikan pada pasien dan
keluarga antara lain :
a) Gejala penyakit jiwa (perilaku aneh dan agitasi).
b) Antisipasi kekambuhan.
c) Penanganan psikosis akut.
d) Pengobatan yang akan mengurangi gejala dan mencegah kekambuhan.
e) Perlunya dukungan keluarga terhadap pengobatan dan rehabililtasi pasien.
f) Perlunya organisasi kemasyarakatan sebagai dukungan yang berarti bagi
pasien dan keluarga.
2. Konseling pasien dan keluarga
a) Pengobatan dan dukungan keluarga terhadap pasien.
b) Membantu pasien untuk berfungsi pada taraf yang optimal dalam pekerjaan
dan kegiatan sehari-hari.
c) Kurangi stress dan kontak dengan stres.
3. Pengobatan
Program pengobatan untuk psikotik kronik :
1) Antipsikotik yang mengurangi gejala psikotik :
a) Haloperidol 2-5 mg 1 – 3 kali sehari
b) Chlorpromazine 100-200 mg 1 – 3 kali sehari
Dosis harus serendah mungkin hanya untuk menghilangkan gejala,
walaupun beberapa pasien mungkin membutuhkan dosis yang lebih tinggi.
2) Obat anti psikotik diberikan sekurang – kurangnya 3 bulan sesudah episode
pertama penyakitnya dan lebih lama sesudah episode berikutnya.
3) Obat antipsikotik mempunyai efek jangka panjang yang disuntikkan jika
pasien gagal untuk minum obat oral.
4. Berikan terapi untuk mengatasi efek samping yang mungkin timbul
a) Kekakuan otot (distonis dan spasme akut) yang dapat diatasi dengan obat anti
parkinson atau benzodiazepine yang disuntikkan
b) Kegelisahan motorik yang berat (akatisia) yang dapat diatasi dengan
pengurangan dosis terapi atau pemberian beta – bloker.
c) Obat anti Parkinson yang dapat mengatasi gejala parkinson (antara lain
trihexyphenidil 2 mg sampai 3 kali sehari, ekstrak belladonna 10 – 20 mg 3 X
sehari, diphenhydramine 50 mg 3 X sehari).
KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA PASIEN
DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian
 Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang
lain, diri sendiri baik secara fisik, emosional dan atau seksualitas (Nanda, 2005).
 Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkawi,1993
dalam Depkes 2000).
 Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang
dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan dan termasuk orang lain
(Maramis, 1998).
B. Etiologi
Menurut Budiana Keliat (2004) faktor presipitasi dan predisposisi dari perilaku kekerasan
adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Psikologi
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau amuk
b. Perilaku
Reinforcement yang diterima jika melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan, merupakan aspek yang menstimulasi dan mengadopsi perilaku
kekerasan.
c. Sosial budaya
Budaya tertutup, kontrol sosial tidak pasti terhadap perilaku kekerasan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
d. Bioneurologis
Kerusakan sistem limbik, lobus frontal atau temporal dan ketidakseimbangan
neurotransmiter.
2. Faktor presipitasi
Yaitu faktor yang bersumber:
a. Klien, misalnya : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri
kurang.
b. Lingkungan sekitar klkien, misalnya : padat,ribut, kritikan mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan.
c. Interaksi dengan orang lain, misalnya: provokatif dan konflik
C. Manifestasi Klinik
a. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel
b. Fisik
Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, berkeringat, sakit fisik,
penyalahgunaan obat dan tekanan darah
c. Intelektual
Mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
d. Spiritual
Kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral, kebejatan
kreativitas terhambat
e. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor (Budiana
Keliat, 2000)

Tanda ancaman kekerasan (Kaplan dan Sadock,1997) adalah :

a. Tindakan kekerasan belum lama, termasuk kekerasan terhadap barang


b. Ancaman verbal atau fisik
c. Membawa senjata atau benda lain yang dapat digunakan sebagai senjata. Misalnya:
Garpu, asbas, dll
d. Agitasi psikomotor progresif
e. Intoksikasi alkohol atau zat lain
f. Ciri paranoid ada pasien psiotik
g. Halusinasi dengar dengan perilaku kekerasan tetapi tidak semua pasien berada ada
resiko tinggi
h. Penyakit otak global atau dengan temuan lobus frontalis, lebih jarang pada temuan
lobus temporalis (kontroversial)
i. Kegembiraan katatonik
j. Episode manik tertentu
k. Gangguan kepribadian (kekerasan, penyerangan, atau diskontrol impuls)

D. Akibat Perilaku Kekerasan


Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi minciderai diri, orang
lain dan lingkungan. Resiko menciderai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan
dapat melukai/mrmbahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
E. Pohon Masalah

Resiko Mencederai diri, orang lain, lingkungan ... (akibat)

Perubahan perilaku, resiko perilaku kekerasan/amuk … Core Problem

Harga Diri Rendah … Etiologi

Stressor

F. Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan
1) Berteriak, menjerit, memukul
Terima kemarahan klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang
tidak mudah rusak seperti bantal dan kasu.
2) Cari gara-gara
Bantu klien melakukan relaksasi. Misalnya latihan fisik maupun oahraga. Latihan
pernapasan 2kali/hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas.
3) Bantu melalui humor
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang menjadi
sasaran dan diskusikan cara umum yang sesuai. (Keliat, 2002)

Terapi medis

1) Clorpimazine (CPZ)
Untuk mensupresi gejala-gejala psikosa: agitasi, ansietas, ketegangan,kebingungan
insomnia,halusinasi, waham dan gejala-gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita
skizofrenia, maniak, depresi,gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa
kecil.cara pemberian perroral atau intra muskular.
2) Haloperidol
Untuk gangguan psikotik, sindroma gilles dela tourett pada anak-anak dan dewasa.
Kontraindikasi: depresi saraf pusat. Penyakit parknson, mengantuk, tremor, letih, lesu,
gelisah, gejala ekstra piramidal.
3) Trihexyphenidyl (THP,Artane,Tremin)
Untuk gejala skizofrenia

G. Pengkajian
1. Factor predisposisi
a. Riwayat kelahiran dan tumbuh kembang (biologis)
b. Trauma karena aniaya fisik, seksual, atau tindakan aniaya fsik
c. Tindakan anti social
d. Penyakit yang pernah diderita
e. Gangguan jiwa di masa lalu
f. Pengadaan sebelumnya
1) Aspek psikologis
Keluarga, pengasuh, lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi jiwa amuk
adalah: penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien. Pola asuh pada usia
anak-anak yang tidak adekuat misalnya tidak ada kasih saying, diwarnai
kekerasan dalam keluarga merupakan resiko gangguan jiwa amuk.
2) Aspek social budaya
Kemiskinan, konflik social budaya, kehidupan terisolasi, disertai stress yang
menumpuk, kekerasan dan penolakan.
3) Aspek spiritual
Klien merasa berkuasa dan dirinya benar, tidak bermoral.
2. Factor fisik
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, diagnosa medis, pendidikan dan
pekerjaan.
b. Keturunan
Adalah penyakit keluarga yang sama dengan klien atau gangguan jiwa lainnya,
jika ada sebutkan.
c. Proses psikologis
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah klien pernah sakit atau kecelakaan, apakah sakit tersebut mendadak /
menahun dan meninggalkan cacat.
2) Bagaimana makan dan minum klien
3) Istirahat tidur
4) Pola BAB/BAK
5) Latihan
6) Pemeriksaan fisik
Fungsi system, seperti pernafasan, kardiovaskuler, gastrointestinal,
genitourinary, integument dan paru udara.
Penampilan fisik, berpakaian rapi/tidak rapi, bersih, factor tubuh (kaku,
lemah, rileks, lemas)
3. Factor Emosional
Klien merasa tidak aman, mersa terganggu, dendam, jengkel.
4. Faktor Mental
Cenderung mendiminasi, cerewet, kasar, meremehkan dan suka berdebat.
5. Latihan
Menarik diri, pengasingan, penonalakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

H. Masalah Keperawatan
Diagnose 1 : Resiko Perubahan Perilaku kekerasan
1. Tujuan umum
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
d. Klien dapat menyebutkan cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan
e. Klien dapat menggunakan oabt dengan benar (sesuai dengn program)
3. Strategi Pelaksanaan
 SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan
3. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
4. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang bia dilakukan
5. Mengajarkan cara mengontrol PK dengan napas dalam
6. Melatih cara mengontrol PK dengan napas dalam
7. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal latihan
 SP 2
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih klien cara control PK fisik (memukul bantal/Kasur/konversi
energy)
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal latihan
 SP 3
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara control PK dengan verbal (meminta,menolak dan
mengungkapkan marah dengan baik)
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
 SP 4
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien dengan spiritual (berdoa) dan napas dalam
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
 SP 5
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Menjelaskan cara control PK dengan minum obat
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa, Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo
Boyd MA, Nihart MA. 1998. Psydiatric Nursing : Contemporary Prctice Philadelphia Publisher.
Direja, A. H. (2011). Buku ajar keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha medika.
Keliat B,A. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Keliat, B. A. (2012). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. jakarta: EGC.
Keliat, B. A. (2012). Model praktik keperawatan profesional jiwa. jakarta: EGC.
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Bandung : RSJD
Bandung.
Stuart GW & Sudeed SJ. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Wati, F. K. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. jakarta: Salemba Medika.
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. jakarta: revita aditama.

Anda mungkin juga menyukai