II. Etiologi
Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis
reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam
DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama
dengan banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan
diagnosis kemungkinan termasuk gangguan yang heterogen.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada
pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau
psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat,
seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah,
kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis
reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik
singkat.
Pedoman diagnostik untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut
adalah sebagai berikut :
1) Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan misalnya,
mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada
bendanya).
2) Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh
kelompok sosial pasien), misalnya, pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh
tetangga, menerima pesan dari televisi atau merasa diamati atau diawasi oleh
orang lain.
3) Agitasi atau perilaku aneh (bizar).
4) Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi).Keadaan emosional yang labil dan
ekstrim (iritabel).
Selain diagnosis pasti, ada diagnosis banding untuk psikotik akut ini karena
dimungkinkan adanya gangguan fisik yang bisa menimbulkan gejala psikotik.
1) Epilepsi.
2) Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alkohol.
3) Febris karena infeksi.
4) Demensia dan delirium atau keduanya.
5) Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan skizofrenia dan gangguan
psikotik kronik lain.
6) Jika terlihat gejala maniak (suasana perasaan meninggi, percepatan bicara atau
proses pikir, harga diri berlebihan), pasien mungkin sedang mengalami suatu
episode maniak.
7) Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang mengalami
depresi.
b. Psikotik Kronik
Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut merupakan perilaku
utama yang secara umum ada.
1) Penarikan diri secara sosial.
2) Minat atau motivasi rendah dan pengabaian diri.
3) Gangguan berpikir (pembicaraan yang tidak nyambung atau aneh).
4) Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan.
Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :
1) Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi.
2) Melaporkan bahwa individu mendengar suara – suara.
3) Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal seperti memiliki kekuatan
supranatural, merasa dikejar – kejar, merasa menjadi orang hebat atau
terkenal.
4) Keluhan fisik yang tidak biasa atau aneh seperti merasa ada hewan atau objek
yang tak lazim di dalam tubuhnya.
5) Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau pelajaran.
1) Depresi jika ditemukan gejala depresi (suasana perasaan yang menurun atau
sedih, pesimisme, perasaan bersalah).
2) Gangguan bipolar jika ditemukan gejala maniak (eksitasi, suasana perasaan
meningkat, penilaian diri yang berlebihan).
3) Intoksikasi kronik atau putus zat karena alkohol, zat dan bahan lain
(stimulansia, halusinogenik).
4) Efek penggunaan zat psikoaktif atau gangguan depresif dan ansietas
menyeluruh jika berlangsung setelah satu periode abstinensia (misalnya,
sekitar 4 minggu).
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang
lain, diri sendiri baik secara fisik, emosional dan atau seksualitas (Nanda, 2005).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkawi,1993
dalam Depkes 2000).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang
dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan dan termasuk orang lain
(Maramis, 1998).
B. Etiologi
Menurut Budiana Keliat (2004) faktor presipitasi dan predisposisi dari perilaku kekerasan
adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Psikologi
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau amuk
b. Perilaku
Reinforcement yang diterima jika melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan, merupakan aspek yang menstimulasi dan mengadopsi perilaku
kekerasan.
c. Sosial budaya
Budaya tertutup, kontrol sosial tidak pasti terhadap perilaku kekerasan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
d. Bioneurologis
Kerusakan sistem limbik, lobus frontal atau temporal dan ketidakseimbangan
neurotransmiter.
2. Faktor presipitasi
Yaitu faktor yang bersumber:
a. Klien, misalnya : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri
kurang.
b. Lingkungan sekitar klkien, misalnya : padat,ribut, kritikan mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan.
c. Interaksi dengan orang lain, misalnya: provokatif dan konflik
C. Manifestasi Klinik
a. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel
b. Fisik
Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, berkeringat, sakit fisik,
penyalahgunaan obat dan tekanan darah
c. Intelektual
Mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
d. Spiritual
Kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral, kebejatan
kreativitas terhambat
e. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor (Budiana
Keliat, 2000)
Stressor
F. Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan
1) Berteriak, menjerit, memukul
Terima kemarahan klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang
tidak mudah rusak seperti bantal dan kasu.
2) Cari gara-gara
Bantu klien melakukan relaksasi. Misalnya latihan fisik maupun oahraga. Latihan
pernapasan 2kali/hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas.
3) Bantu melalui humor
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang menjadi
sasaran dan diskusikan cara umum yang sesuai. (Keliat, 2002)
Terapi medis
1) Clorpimazine (CPZ)
Untuk mensupresi gejala-gejala psikosa: agitasi, ansietas, ketegangan,kebingungan
insomnia,halusinasi, waham dan gejala-gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita
skizofrenia, maniak, depresi,gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa
kecil.cara pemberian perroral atau intra muskular.
2) Haloperidol
Untuk gangguan psikotik, sindroma gilles dela tourett pada anak-anak dan dewasa.
Kontraindikasi: depresi saraf pusat. Penyakit parknson, mengantuk, tremor, letih, lesu,
gelisah, gejala ekstra piramidal.
3) Trihexyphenidyl (THP,Artane,Tremin)
Untuk gejala skizofrenia
G. Pengkajian
1. Factor predisposisi
a. Riwayat kelahiran dan tumbuh kembang (biologis)
b. Trauma karena aniaya fisik, seksual, atau tindakan aniaya fsik
c. Tindakan anti social
d. Penyakit yang pernah diderita
e. Gangguan jiwa di masa lalu
f. Pengadaan sebelumnya
1) Aspek psikologis
Keluarga, pengasuh, lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi jiwa amuk
adalah: penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien. Pola asuh pada usia
anak-anak yang tidak adekuat misalnya tidak ada kasih saying, diwarnai
kekerasan dalam keluarga merupakan resiko gangguan jiwa amuk.
2) Aspek social budaya
Kemiskinan, konflik social budaya, kehidupan terisolasi, disertai stress yang
menumpuk, kekerasan dan penolakan.
3) Aspek spiritual
Klien merasa berkuasa dan dirinya benar, tidak bermoral.
2. Factor fisik
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, diagnosa medis, pendidikan dan
pekerjaan.
b. Keturunan
Adalah penyakit keluarga yang sama dengan klien atau gangguan jiwa lainnya,
jika ada sebutkan.
c. Proses psikologis
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah klien pernah sakit atau kecelakaan, apakah sakit tersebut mendadak /
menahun dan meninggalkan cacat.
2) Bagaimana makan dan minum klien
3) Istirahat tidur
4) Pola BAB/BAK
5) Latihan
6) Pemeriksaan fisik
Fungsi system, seperti pernafasan, kardiovaskuler, gastrointestinal,
genitourinary, integument dan paru udara.
Penampilan fisik, berpakaian rapi/tidak rapi, bersih, factor tubuh (kaku,
lemah, rileks, lemas)
3. Factor Emosional
Klien merasa tidak aman, mersa terganggu, dendam, jengkel.
4. Faktor Mental
Cenderung mendiminasi, cerewet, kasar, meremehkan dan suka berdebat.
5. Latihan
Menarik diri, pengasingan, penonalakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
H. Masalah Keperawatan
Diagnose 1 : Resiko Perubahan Perilaku kekerasan
1. Tujuan umum
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
d. Klien dapat menyebutkan cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan
e. Klien dapat menggunakan oabt dengan benar (sesuai dengn program)
3. Strategi Pelaksanaan
SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan
3. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
4. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang bia dilakukan
5. Mengajarkan cara mengontrol PK dengan napas dalam
6. Melatih cara mengontrol PK dengan napas dalam
7. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal latihan
SP 2
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih klien cara control PK fisik (memukul bantal/Kasur/konversi
energy)
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal latihan
SP 3
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara control PK dengan verbal (meminta,menolak dan
mengungkapkan marah dengan baik)
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 4
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien dengan spiritual (berdoa) dan napas dalam
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 5
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Menjelaskan cara control PK dengan minum obat
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa, Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo
Boyd MA, Nihart MA. 1998. Psydiatric Nursing : Contemporary Prctice Philadelphia Publisher.
Direja, A. H. (2011). Buku ajar keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha medika.
Keliat B,A. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Keliat, B. A. (2012). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. jakarta: EGC.
Keliat, B. A. (2012). Model praktik keperawatan profesional jiwa. jakarta: EGC.
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Bandung : RSJD
Bandung.
Stuart GW & Sudeed SJ. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Wati, F. K. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. jakarta: Salemba Medika.
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. jakarta: revita aditama.