Anda di halaman 1dari 124

PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL

(STUDI KASUS: PORNOGRAFI PADA APLIKASI


BIGO LIVE)

  Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.I)

Oleh:
Zoupi Dwi Raka
NIM: 1112051000067

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1440 H
 
 
PERNYATAAN

Yang
  bertandatangan di bawah ini
Nama : Zoupi Dwi Raka
Nim : 1112051000067

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul


PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL
(STUDI KASUS: PORNOGRAFI PADA APLIKASI BIGO
LIVE). Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Saya bersedia melakukan proses yang
semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
jika ternyata skripsi ini merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan dibuat untuk dipergunakan seperlunya

Jakarta, 5 Februari 2019

Zoupi Dwi Raka


NIM: 1112051000067
ABSTRAK

Zoupi Dwi Raka. Penyebaran Konten Ilegal di Media Sosial


(Studi Kasus: Pornografi Pada Aplikasi Bigo Live)
 
Media sosial makin berkembang pesat. Banyak konten-konten
baru yang malah disalahgunakan oleh banyak orang. Salah satu
penyalahgunaan media sosial terjadi pada media sosial Bigo Live.
Bigo Live merupakan aplikasi Streaming yang mampu menarik
perhatian masyarakat. Selain itu, Bigo Live cenderung digunakan
sebagai penyebaran konten berbau pornografi. Penyebaran konten
ilegal berbau pornografi juga semakin luas dan masyarakat sering
menggunakan aplikasi tersebut untuk mempermudah
penyebarannya.
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu, Bagaimana
penyebaran konten pornografi pada aplikasi Bigo Live? Apa
alasan pengguna melakukan siaran dengan konten pornografi
pada aplikasi Bigo Live?
Teori yang digunakan adalah teori Difusi Inovasi oleh Everett M.
Rogers. Teori Difusi Inovasi isinya menyatakan bahwa suatu
inovasi (misalnya gagasan, teknik baru, teknologi baru, dan lain-
lain) memencar atau menyebar dalam pola yang dapat
diperkirakan.
Dengan pola live streaming pengguna bisa melakukan hal apa
saja ketika menggunakan aplikasi tersebut, termasuk
menggunakannya untuk penyebaran konten ilegal berbau
pornografi. Dan penyebaran konten ilegal memang terjadi atas
dasar penyiar ingin mendapatkan keuntungan berupa materi yang
ia dapatkan ketika live dan kepopularitasan untuk berapa banyak
yang menonton siarannya pada live streaming.

Keyword: Bahaya Media Sosial, Bigo Live, Konten Ilegal, dan


Pornografi.

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’aalamiin segala puji dan syukur bagi


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
 
serta shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW, Sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Penyebaran Konten Ilegal di
Media Sosial (Studi Kasus: Pornografi pada Aplikasi Bigo Live).
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini
banyak mengalami hambatan dan kesulitan. hingga terkadang
rasa putus asa selalu dirasakan. Namun berkat bantuan, motivasi,
bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga dari berbagi
pihak menjadikan penulis semakin bersemangat untuk
menyelesaikan skripsi ini dan akhirnya skripsi dapat
terselesaikan.
Oleh karena itu, dengan segala ketulusan, perkenankan
penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu penulis. Karena dengan bimbingan,
arahan serta semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis,
terutama kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan. MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu


Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M. Ed. Ph.D
selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj.
Roudhonah. M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, serta Dr. Suhaizni. M.Si selaku
wakil Dekan Ill Bidang Kemahasiswaan.

ii
2. Drs. Masran. MA sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
 
3. Fita Fathurrahmah. M.Si sebagai Sekertaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Dr. Rulli Nasrullah, M.Si. sebagai Dosen Penasihat
skripsi penulis yang telah bersedia meluangkan waktu
dikala padatnya jadwal mengajar dan meluangkan pikiran
untuk memberikan pengarahan dan inspirasinya kepada
penulis dikala berkonsultasi. Serta teramat sabar dalam
membimbing dan mengarahkan penulis.
5. Umi Musyarofah, MA. sebagai Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing dari semester 1
hingga sekarang.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis
selama penulis mengikuti perkuliahan.
7. Seluruh Staff dan Karyawan Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membantu penulis dalam hal peminjaman buku-
buku yang digunakan sebagai referensi dan memberikan
pelayanan dengan baik kepada penulis hingga
penyusuanan skripsi ini selesai.
8. Kepada ayah dan ibu penulis, yaitu Rachmat dan Karni.
Terima kasih atas segala kesabarannya yang menjaga

iii
penulis semenjak kandungan sampai sekarang ini hingga
menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada narasumber yaitu: AV dan NZ yang telah
 
meluangkan waktunya untuk bertemu dan bersedia
diwawancarai. Bersedia dimintai banyak informasi
meskipun hal-hal yang ditanyakan benar-benar
merupakan hal yang sensitif. Penulis sangat berterima
kasih atas kesempatannya untuk saling mengenal dan
berbagi infromasi.
10. Mala sebagai senior yang telah membantu penulis untuk
dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Adi kerabat penulis yang selalu mendukung saya serta
membantu menyelesaikan tugas skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat penulis, teman-teman seperjuangan
selama kuliah Novi, Anggita, Doni, Haris dan Atha.
Terima kasih selalu memberikan semangat dan banyak
informasi yang sangat membantu penulis dalam penulisan
skripsi.
13. KPI C, terima kasih atas kebersamaan yang menyimpan
banyak kenangan. Vina, Latif, Tasha, Muthia, Dinda, dan
Noni terima kasih telah menjadi bagian cerita semasa
kuliah yang tidak akan terlupakan.
14. Semua pihak, yang tidak dapat disebutkan satu per satu
namun tanpa mengurangi rasa hormat, yang telah
membantu penulis. penulis ucapkan terima kasih.

iv
 

Akhir kata penulis hanya bisa berharap Allah


SWT berkenan membalas segala kebaikan dari seluruh
pihak yang telah membantu. Penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi diri penulis sendiri.

Jakarta, 1 Februari 2019

Zoupi Dwi Raka

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................... I
KATA PENGANTAR ........................................................ II
DAFTAR
  ISI ....................................................................... VI
DAFTAR GAMBAR .......................................................... VIII

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................... 1
B. Perumusan Masalah .............................. 6
1. Identifikasi Masalah ......................... 6
2. Asumsi Masalah ............................... 6
3. Batasan Masalah............................... 7
4. Rumusan Masalah ............................ 7
5. Pernyataan Atas Masalah ................. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............. 8
1. Tujuan Penelitian .............................. 8
2. Manfaat Penelitian ............................. 9
D. Tinjauan Kajian Terdahulu .................... 9
E. Metodologi Penelitian ........................... 11
1. Pendekatan Penelitian ...................... 11
2. Metode Penelitian ............................. 12
3. Subjek dan Objek Penelitian ............ 12
4. Teknik Pengumpukan Data .............. 13
5. Sumber Data ..................................... 15
6. Teknik Analisis ................................ 15
F. Sistematika Penulisan ............................ 16
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis ................................... 19
1. Penyebaran Konten Ilegal
di Media Sosial................................. 19
2. Pornografi ......................................... 32
3. Teori Difusi Inovasi ......................... 41
B. Kerangka Berpikir .................................. 45
BAB III. GAMBARAN UMUM LATAR
PENELITIAN
A. Sejarah Bigo Live ................................... 48

vi
B. Logo Bigo Live ....................................... 52
C. Fitur pada Aplikasi Bigo Live ................ 52
D. Struktur Organisasi Bigo Live ................ 58
E. User and Agreement ............................... 58
 
BAB IV. TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Temuan Data .......................................... 63


B. Analisis data ........................................... 64

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................ 87
B. Implikasi ................................................. 89
C. Saran ....................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Penyiar aplikasi Bigo Live ................................ 49

Gambar
 
3.2 Penonton aplikasi Bigo Live ............................. 50

Gambar 3.3 Logo Palikasi Bigo Live ................................... 51

Gambar 3.4 Menu Aplikasi Bigo Live.................................. 52

Gambar 3.5 Identitas Broadcaster ....................................... 52

Gambar 3.6 Beans ................................................................ 53

Gambar 3.7 Jumlah Penonton .............................................. 54

Gambar 3.8 Gift .................................................................... 55

Gambar 3.9 Tool Bar ........................................................... 56

Gambar 3.10 Kolom Komentar ............................................ 57

Gambar 4.1 Profil Informan ................................................. 67

Gambar 4.2 Interaksi aplikasi Bigo Live .............................. 68

Gambar 4.3 Top Rank dan Beans Exchange........................ 82

Gambar 4.4 Pemberian Gift pada Broadcaster .................... 8

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
 
Saat ini, internet memegang peranan besar dalam
kehidupan manusia. Internet juga berpengaruh terhadap
aktivitas komunikasi non verbal. Internet memudahkan
manusia melakukan interaksi dengan orang lain tanpa
harus terhalang oleh jarak.
Keberadaan internet juga memudahkan manusia
untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa harus merasa
terhalang oleh jarak. Interaksi menurut Graham seorang
pakar komuniaksi Inggris merupakan salah satu cara yang
memungkinkan para pengguna maupun mesin saling
terhubung secara interaktif. Oleh karena itu, internet
sebagai salah satu media siber disebut alat komunikasi.1
Dapat dikatakan bahwa media siber merupakan salah satu
alat komunikasi yang memungkinkan penggunanya untuk
saling berkomunikasi.
Selain itu media siber juga menjadi salah satu
jalan untuk para pengguna memanfaatkan internet sebagai
alat peyampaian pesan. Graham juga mengemukakan
bahwa:
“Proses penyampaian pesan melalui media siber
pun mengalami pergeseran penting. Jika media
siber selama ini menjadi pusat informasi dan
informasi tersebut diberikan atau dipublikasikan
1
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (cybermedia), (Jakarta: Kencana, 2014),
h. 2.

1
2

dengan satu arah, maka saat ini media siber


menjadi lebih interaktif. Khalayak tidak lagi
sekadar objek yang terpapar oleh informasi,
tetapi dilibatkan lebih aktif karena perangkat
  teknologi menyebabkan adanya interaksi di
media siber. Keberadaan media siber baru
seperti internet bisa melampaui pola-pola
penyebaran pesan media tradisional. Melalui
media siber, setiap manusia dapat saling
terhubung dalam waktu yang bersamaan.
Bahkan dalam penggunaannya, media siber juga
dapat mewakili keterlibatan pola komunikasi
yang pada awalnya hanya dapat berkomunikasi
langsung atau tatap muka.”2
Ini menandakan bahwa dengan munculnya media
siber baru juga dapat mempermudah pengguna untuk
mengembangkan cara berkomunkasi tanpa tatap muka.
Semakin berkembangnya internet membuat
perkembangan media siber semakin banyak, jenis-jenis
media siber juga semakin bermunculan sesuai
perkembangan internet itu sendiri.
“Tribudi mejelaskan bahwa jenis-jenis media
siber di antaranya: Website, Email, Wiki,
Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial.
Media sosial merupakan salah satu platform
yang muncul di media siber. Oleh karena itu,
melihat media sosial yang ada tidak jauh
berbeda dengan karakteristik yang dimiliki oleh
media siber. Selain itu media sosial juga
memberikan perangkat live streaming. Live
streaming ini adalah suatu .teknologi yang
digunakan untuk memainkan file audio dan
video secara langsung maupun merekam dari
sebuah mesin web server. Teknologi ini adalah

2
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (cybermedia), (Jakarta: Kencana, 2014),
h. 76.
3

teknologi yang memberikan akses secara


langsung untuk melihat file video, audio atau
keduanya kapanpun dan dimanapun tanpa
melalui proses download atau unduh.”3
  Sebagai inovasi baru di dalam media siber, salah
satu jenis media siber baru yang sedang digunakan oleh
banyak pengguna adalah Bigo Live.
“Menurut Mu Tmm Bigo Live salah satu
aplikasi media sosial yang memberikan
perangkat live streaming adalah Bigo Live. Bigo
Live adalah aplikasi broadcast dalam bentuk
live streaming yang dikhususkan untuk
pengguna smartphone Android dan IOS.
Aplikasi ini merupakan aplikasi yang digunakan
untuk menyiarkan kegiatan diri sendiri secara
online melalui kamera smartphone dan bisa
ditonton oleh para pengguna Bigo Live yang
lain saat itu juga. Bigo Live juga menjadi salah
satu aplikasi sosial media terpopuler dengan
lebih dari sepuluh juta unduhan.”4
Namun seiring penggunaan Bigo Live, banyak
pengguna yang mengkases aplikasi tersebut untuk hal-hal
di luar norma yang ada di Indonesia, seperti
menggunakannya untuk menyebar konten ilegal untuk
kepentingan pribadi.
“Rulli Nasrullah mengatakan bahwa konten
ilegal yang menyebar di masyarakat bisa terjadi
karena Seiring dengan semakin bervariasinya
konten media dan meningkatnya pengguna
media siber, internet cenderung menjadi

3
Tribudi, “Pengertian Live Streaming”, diakses dari
http://www.livestreamingindonesia.com/pengertian-live-streaming/, pada
tanggal 18 Juli 2018 pukul 22.57.
4
Mu Tmm, “Tentang Bigo Live dan Cara Menggunakan” Diakses dari
https://www.menitinfo.com/2016/09/tentang-bigo-live-dan-cara-
menggunakan.html?m=1 diakses pada 18 Juli 2018 pukul 23.03.
4

kebutuhan pokok. Internet berperan sebagai


penunjang media komunikasi dan informasi
yang banyak memberikan dampak positif,
namun tidak sedikit juga terjadi
  penyalahgunaan yang justru membawa dampak
negatif. Termasuk penyalahgunaan illegal
content melalui media sosial. Konten ilegal
(illegal content) adalah kejahatan dengan
memasukkan data atau informasi yang tidak
benar, tidak etis, melanggar hukum, dan atau
melanggar ketertiban hukum di internet. Jenis
dari illegal content itu berupa pornografi,
pelanggaran hak cipta, terorisme virtual, dan
perjudian dengan menggunakan media siber.”5
Penggunaan konten ilegal berbau pornografi
ternyata juga terjadi terjadi pada aplikasi Bigo Live.
Bahkan tidak hanya pada satu pengguna namun oleh
bayak pengguna bisa mengakses konten pornografi pada
aplikasi tersebut.
“Dikutip dari Rappler.com, Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo)
telah melalukan pemblokiran terhadap 10
Domain Name System (DNS) yang terkoneksi
dengan alamat IP aplikasi Bigo Live sejak 1
Desember lalu karena terdapat karena ada unsur
konten pornografi dalam aplikasi user-
generated live streaming ini. Sebagai contoh
Interaksi pada aplikasi Bigo Live Penonton bisa
memberikan hadiah virtual kepada host siaran
tersebut. Hadiah ini mesti dibeli oleh penonton.
Sementara host sendiri bisa menguangkan
hadiah mereka. Untuk mendapat banyak hadiah,
seringkali host memberikan siaran berbau

5
Rulli Nasrullah, media sosial, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 193.
5

pornografi. Hal inilah yang menimbulkan


keresahan.”6

Menurut Tifatul Sembiring dalam wawancaranya


 
di beritasatu.com mengatakan bahwa “pornografi merusak
lima sel otak sedangkan narkoba merusak tiga sel otak”.7
Dampak buruk pornografi yang bisa diakses melalui
internet diindikasikan akan memengaruhi perkembangan
dan kreativitas penggunanya.
Masalah pornografi akan menimbulkan masalah
yang kompleks dan merusak moral anak bangsa apabila
tidak ditangani secara intensif. Menteri Sosial, Khofifah
Indar Parawangsa menegaskan bahwa “sejak Februari
2015 lalu, Indonesia sudah menyatakan perang dan
darurat pornografi.”8
Penulis Clare Wilson dalam kutipannya
menyatakan:
“Sejumlah penelitian yang mengungkapkan
adanya perbedaan kegiatan dalam otak antara
orang yang sangat sering menggunakan
pornografi dan yang tidak. Bahkan, perbedaan
tersebut sering kali berada di daerah-daerah
otak yang sama seperti pada kasus ketagihan
narkoba. Beberapa penelitian, misalnya, dalam
PLoS One, mengungkapkan bahwa pengguna
6
Eka Shantika, “Mengandung unsur pornografi, Kemkominfo blokir situs Bigo
Live” diakses pada 19 Juli 2018 dari
https://www.rappler.com/indonesia/berita/155626-kemenkominfo-blokir-situs-
bigo-live-pornografi.
7
Didi Purwadi, “tifatul: Pornografi Rusak Lima Sel Otak” diakses pada 17 juli 2017
dari http://republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/02/n1rqiq-tifatul-pornografi-
rusak-lima-sel-otak.
8
Didi Purwadi, “tifatul: Pornografi Rusak Lima Sel Otak” diakses pada 17 juli 2017
dari http://www.beritasatu.com/kesra/168944-pornografi-merusak-lima-sel-otak.html.
6

pornografi memiliki tanggapan-tanggapan yang


lebih tinggi pada isyarat-isyarat seksual, tetapi
sebagian penelitian dalam Biological
Pshychology malah mengungkapkan rendahnya
  tanggapan-tanggapan yang dimaksud.”9
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
termotivasi dan tergerak untuk menulis skripsi dengan
mengangkat sebuah judul: “Penyebaran Konten Ilegal
di Media Sosial (Studi Kasus: Pornografi Pada
Aplikasi Bigo Live).”
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Pada awal Bigo Live diluncurkan di Indonesia,
bayak pengguna yang menggunakan aplikasi
tersebut untuk menyebarkan konten pornografi.
b. Bigo Live menjadi aplikasi yang menuai konflik
bagi Kementrian Komunikasi dan Informatika
terkait banyak pengguna yang menyebarkan
konten ilegal pada aplikasi Bigo Live.
2. Asumsi Masalah
Untuk lebih menyederhanakan dan
mengurangi kompleksitas masalah, maka
diambil asumsi-asumsi penelitian. Asumsi yang
diambil dalam penelitian ini adalah:

9
Alexander Lumbangtobing, “Pornografi Merusak Otak, Mitos atau Ilmiah?” diakses
pada 20 juli 2017 dari http://global.liputan6.com/read/2635555/pornografi-merusak-
otak-mitos-atau-ilmiah.
7

a. Terjadinya penyebaran konten


pornografi yang dilakukan oleh host
Bigo Live.
 
b. Host menggunakan aplikasi Bigo Live
dengan alasan keuntungan pribadi.
3. Batasan Masalah
Agar terfokus pada permasalahan yang
diteliti, maka penulis membatasi masalah dalam
penelitian ini yaitu terhadap proses penyebaran
dan inovasi konten pornografi yang dilakukan oleh
pengguna aplikasi Bigo Live, khususnya host pada
aplikasi Bigo Live.
Kemudian penulis mendapatkan tiga puluh
kandidat yang penulis rasa cocok untuk
diwawancarai, namun setelah melakukan
komunikasi melalui pesan singkat dan email yang
merespon hanya 2 orang informan saja, yaitu AV
dan NZ. Walau masih kurang untuk memenuhi
keabsahan penelitian namun penulis yakin dengan
kedua informan tersebut yaitu AV dan NZ, semua
pertanyaan pada rumusan masalah ini benar
adanya dan tidak dibuat-buat serta data yang
didapat valid.
4. Rumusan Masalah
Mengacu pada batasan masalah yang
disebutkan di atas, maka perumusan masalahnya
adalah:
8

a. Bagaimana penyebaran konten pornografi


pada aplikasi Bigo Live?
b. Seperti apa inovasi yang dilakukan host pada
 
aplikasi Bigo Live terkait menyebarkan konten
pornografi pada aplikasi tersebut?
c. Apa alasan pengguna aplikasi Bigo Live
mengakses dan melakukan siaran dengan
konten pornografi pada aplikasi Bigo Live?
5. Pernyataan Atas Masalah
Atas dasar rumusan masalah yang telah
ditemukan, maka penulis mendapatkan beberapa
pernyataan-pernyataan terkait rumusan masalah
yang ada, yaitu:
a. Penulis memang menemukan penyebaran
konten ilegal berbau pornografi pada aplikasi
Bigo Live.
b. Terdapat inovasi yang dilakukan host
sehingga konten pornografi bisa menyebar
luas.
c. Terdapat bentuk komoditas pribadi yang
diperoleh oleh pengguna atau host aplikasi
Bigo Live.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka
ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini, yaitu:
9

a. Untuk mengetahui penyebaran konten ilegal


pornografi pada aplikasi Bigo Live.
b. Untuk mengetahui alasan pengguna aplikasi
 
Bigo Live mengunduh dan melakukan siaran
dengan konten pornografi pada aplikasi Bigo
Live.
2. Manfaat Penelitian
1. Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi ilmiah bagi
perkembangan ilmu komunikasi, dan juga
menambah pengetahuan, serta dapat menangani
kasus tentang media siber yang berhubungan erat
dengan penyebaran konten pornografi di media
sosial.
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan memberikan motivasi kepada
masyarakat agar dapat menggunakan konten
digital secara sehat serta tidak melanggar kode etik
dan undang-undang yang ada.

D. Tinjauan Kajian Terdahulu


Skripsi yang menjadi acuan penulis sebagai contoh
dan pembandingan adalah sebagai berikut:
1. “Bahaya Komunitas Homoseksual di Media Sosial
(Studi Kasus: Interaksi Virtual Community Media
10

Sosial Grindr.” 10 Oleh Nicky Franida Nugrahani,


Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
 
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun
2016. Penelitian ini berisi aktivitas interaksi
Virtual Community. Persamaan penelitian ini
adalah sama-sama meneliti media internet di
kalangan masyarakat luas. Yang menjadi
perbedaan adalah objek penelitian yang digunakan
dalam skripsi tersebut.
2. “Dampak Film Pornografi Terhadap Psikososial
di Kalangan Remaja (Studi Kasus Pada Remaja
11
Yang Berpacaran).” Oleh Eka Puji Septiani.
Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2016.
Penelitian ini berisi tentang bagaimana sebuah
tayangan pornografi bisa berdampak pada
psikososial para remaja yang berpacaran, dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. persamaan
penelitian ini adalah sama-sama meniliti dampak
atau pengaruh pornografi. Perbedaannya adalah

10
Nicky Franida, “Bahaya Komunitas Homoseksual di Media Sosial (Studi Kasus:
Interaksi Virtual Community Media Sosial Grindr” Skripsi pada Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
11
Eka Puji Septiani, “Dampak Film Pornografi Terhadap Psikososial di Kalangan
Remaja (Studi Kasus Pada Remaja Yang Berpacaran)” Skripsi pada Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
11

pada variabel terikat yang digunakan pada skripsi


ini.
3. “Pornografi dan Pornoaksi (Studi Komparasi
 
Antara Hukum Islam dan Hukum Positif).”12 Oleh
Wachid Yulianto. Jurusan Perbandingan Madzhab
dan Hukum Fakultas Syari’ah Univeritas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.
Penelitian ini mengkaji bagaimana proses hukum
yang berlaku ketika orang atau individu melakukan
atau menyiarkan konten pornografi melalui proses
islam atau positif. Perbedaan pada skripsi ini
adalah objek dan subjek dari penelitian dan
rumusan masalah.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
pendekatan metode penelitian kualitatif, yaitu suatu
metode penelitian yang berlandaskan filsafat post
positivism.
Creswell mendefinisikan “Penelitian kualitatif
merupakan metode-metode untuk
mengekplorasi dan memahami makna yang –
oleh sejumlah individu atau sekelompok orang
– dianggap berasal dari masalah sosial atau
kemanusiaan.”13

12
Wachid Yulianto, “Pornografi dan Pornoaksi (Studi Komparasi Antara
Hukum Islam dan Hukum Positif)” Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2008.
13
John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif Kuantitatif dan
Campuran (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2016), h. 2.
12

Melalui pendekatan penelitian kualitatif, penulis


melakukan wawancara langsung kepada informan,
  terhadap pengguna media sosial Bigo Live. Agar
mendapatkan informasi secara mendalam mengenai
penyebaran konten ilegal pada aplikasi Bigo Live.
2. Metode Penelitian
Menurut Creswell “studi kasus sebagai suatu
eksplorasi dari sistem-sistem yang terkait (bounded
system) atau kasus. Suatu kasus menarik untuk diteliti
karena corak khas kasus tersebut yang memiliki arti
pada orang lain, minimal bagi peneliti.”14
Peneliti menggunakan studi kasus Intrinsik. J.R.
Jaco menjelaskan bahwa “penelitian yang dilakukan
pada suatu kasus yang memiliki kekhasan dan
keunikan yang tinggi. Fokus penelitian ini adalah pada
kasus itu sendiri, baik sebagai lokasi, program,
kejadian atau kegiatan.”15
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pengguna aplikasi
Bigo Live, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini
adalah konten pornografi pada apliaksi Bigo Live.

14
John. W. Creswell, Qualitative inquiry and research design: Choosing
among five traditions, (California: SAGE 1998), h. 62.
15
J.R. Jaco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan
Keunggulan, (Jakarta: Grasindo 2010), h. 49.
13

4. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan data-data dan informasi
sesuai dengan permasalahan penelitian ini, penulis
 
melakukan beberapa cara sebagai berikut:

a. Observasi
Penulis melakukan observasi dengan dua cara
yaitu secara langsung yaitu peneliti terjun
langsung dan mengamati proses penyebaran
konten pornografi pada aplikasi Bigo Live.
Observasi Menurut Lexy J. Moleong, yaitu
“mengadakan pengamatan terhadap objek
penelitian untuk mengetahui gejala-gejala yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.”16
Dalam hal ini penulis telah mengamati aplikasi
yang dimaksud yang kedua yaitu tidak langsung
atau observasi (non participant).
b. Wawancara Mendalam
Penulis melakukan wawancara secara
mendalam kepada pengguna Bigo Live. Penulis
mewawancarai informan sebagai objek yang
dianggap memiliki infomasi dan dapat
memberikan data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini. Dikutip dari buku John W
Creswell, Wawanvcara yang baik menurut
McCracken yaitu “dalam wawancara kualitatif,

16
Lexy J. Moleong, Motodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 194.
14

pewawancara seharusnya mengajak responden


untuk mendeskripsikan pengalamannya.”17
Dengan demikian, pewawancara (peniliti) ini
 
dapat dengan mudah mengutak-atik ―atturan
ketidaklangsungan.
Penulis melakukan wawancara kepada dua
orang pengguna Bigo Live, yaitu AV dan NZ
untuk mengetahui bagaimana proses
penyebaran konten pornografi pada aplikasi
Bigo Live kepada pengguna lain melalui media
sosial Bigo Live.
c. Dokumentasi
Pengamatan dan wawancara juga
dilengkapi dengan dokumentasi. Menurut
Moleong, “dokumentasi merupakan setiap
bahan atau data yang tertulis, foto atau data
film, lain dengan record yang tidak dipersiapkan
oleh penulis.”18 Penulis mengambil data-data
dari catatan maupun dokumentasi yang sesuai
dengan masalah yang diteliti diantaranya yaitu,
fact sheet Bigo Live, dan dokumentasi dengan
informan. Serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan penelitian untuk memperkuat data

17
John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif Kuantitatif dan
Campuran (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2016), h. 151.
18
Lexy J. Moleong, Motodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 216
15

tentang penyebaran konten ilegal pornografi


pada aplikasi Bigo Live.
5. Sumber Data
 
Untuk menemukan data-data yang valid, penulis
mencari data primer dan sekunder.

a. Data Primer
Untuk mendapatkan data harus melakukan
penelitian lapangan yang didasarkan pada
peninjauan langsung dengan objek yang akan
diteliti, agar memperoleh data-data yang akurat
dapat dilakukan dengan cara melakukan
wawancara dan observasi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh
secara tidak langsung dari lokasi atau subjek
penelitian yaitu aplikasi Bigo Live, seperti
dokumentasi suasana live streaming.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
tinjauan kepustakaan dan dokumentasi. Data ini
digunakan untuk mendukung informasi primer
yang diperoleh.
6. Teknik Analisis
Penelitian ini dilakukan dengan penelitian
kualitatif, data yang diperoleh melalui wawancara
kepada NZ dan AV sebagai host aplikasi Bigo Live
kemudian dari hasil wawancara dideskrisikan dalam
16

bentuk uraian. Menurut Bodgan “Analisis data adalah


proses mencari dan menyususn secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
 
dan bahan-bahan lain, sehigga dapat mudah
dipahami.”19
Pada saat menganalisis hasil wawancara, peneliti
harus mengamati secara detil jawaban yang diberikan
oleh narasumber yaitu AV dan NZ baru kemudian bisa
disimpulkan. Baru kemudian penulis menganalisa
kategori-kategori yang terlihat pada data-data tersebut.
Analisa data melibatkan upaya mengindentifikasi objek
dan subjek dari penelitian melihat dari fenomena yang
ada.
Karena media sosila Bigo Live bisa menjadi wadah
penyebaran konten pornografi di media sosial secara
luas. Maka diperlukannya pembinaan dan penanaman
moral secara lebih intensif kepada kerabat terdekat atau
lingkungan. Serta diperlukannya himbauan agar cerdas
dalam memilih dan menggunakan media sosial.

F. Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah dipahami sistematika
penyusunan laporan skripsi ini dibagi menjadi beberapa
bab, yaitu sebagai berikut.
Skripsi ini diawali dengan belakang masalah yang
berada pada Bab I, yaitu untuk mengetahui apa yang

19
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT: Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 244.
17

melatar belakangi penulis untuk mengambil masalah pada


skripsi ini. Kemudian batasan dan rumusan masalah yaitu
tujuannya untuk memberi batasan dari subjek dan objek
 
yang ada sehingga masalah tidak melebar dan tetap pada
inti permasalahan tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
Kemudian, Kajian Pustaka dijelakan pada Bab II,
yaitu menjelaskan secara rinci definisi media sosial
seperti apa dan bagaimana perkembangannya untuk lebih
memfokuskan permasalahannya. Lalu konten media sosial
agar penulis dapat mengklasifikasikan apa itu konten
illegal. Selanjutnya pengertian pornografi dan
penyebarannya di media sosial untuk mengetahui secara
teori penyebarannya, serta teori Difusi Inovasi agar
penelitian ini mempuyai panduan untuk mengetahui
bagaimana penyebaran konten ilegal pada aplikasi Bigo
Live di media sosial sesuai atau tidak dengan teori yang
ada.
Sebagai Gambaran Umum aplikasi Bigo Live dan
konten yang tersedia di aplikasi tersebutyaitu beraada
pada Bab III. Untuk mendukung apa sebenarnya Bigo
Live dan apa kegunaannya, serta apakah ada ketentuan-
ketentuan aplikasi tersebut untuk menyikapi hal-hal yang
berbau konten ilegal. Maka dijelaskan seluruhnya pada
bab gambarn umum ini.
Sebagai inti dari permsalahan dan hasil dari
penelitian yang didapa, dijelaskan pada Bab IV yang
18

berisi tentang temuan dan uraian data yang telah


didapatkan mengenai penyebaran konten ilegal pornografi
pada aplikasi Bigo Live. Serta pemaparan hasil analisis
 
data terkait penelitian yang ditulis peneliti. Mengenai
penyebaran konten pornografi pada aplikasi Bigo Live.
dalam penelitian akan menerangkan apakah ada atau tidak
adanya penyebaran konten ilegal pornografi pada aplikasi
Ligo Live serta akan mengurai proses ppenyebarannya.
Sehingga bab V akan menjelaskan kesimpulan dari
hasil yang penulis teliti untuk menjawab secara ringkas
apa yang telah didapat. Kemudian implikasi yang lebih
menjelaskan bagaimana harapan dengan hasil dari
penelitian ini ke peneliti berikutnya. Serta terakhir adalah
saran-saran terkait hasil yang sudah didapat oleh penulis
untuk menjadi acuan pembaca skripsi ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.  Landasan Teori


1. Penyebaran Konten Ilegal di Media Sosial
a. Konten Ilegal
Sesuai perkembangan internet, penyebaran konten
sering disalah gunakan oleh pengguna untuk menyebarkan
konten-konten ilegal dan dinikmati oleh pengguna
lainnya. Menurut Rulli Nasrullah sebagai pakar media
sosial “Konten Ilegal adalah kejahatan dengan
memasukkan data atau informasi yang tidak benar, tidak
etis, melanggar hukum, dan atau melanggar ketertiban
hukum ke internet.”1
Kejahatan ini juga bisa berupa penggnaan data milik
orang lain untuk kepentingan pribadi dan atau perusahaan
serta bisa juga disebarkan kepada orang atau perusahaan
lain. Menurut Rulli Nasrullas konten ilegal dibagi
beberapa jenis, yaitu atara lain:
“(1) Pornografi, yakni dengan sengaja menunggah,
menampilkan, mendistribusikan, dan mengunduh
gambar-gambar tidak senonoh (porno) melalui
media siber yang dapat diakses para pengguna
internet. (2) Pelanggaran hak cipta (Copyright),
yakni aktivitas penggandaan hak cipta yang
dilakukan denga tidak sah menyebarluaskan
melalui internet atau menjual kepada pihak lain. (3)
Terorisme virtual, yakni tindakan yang dengan

1
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2014), h. 192.

19
20

sengaja melakukan ancaman kepda pihak lain,


misalnya mengirimkan surat elektronik kepada
lembaga negara yang berisi ancaman. (4) Perjudian
dengan menggunakan sarana media siber.” 2
 
Dari keempat jenis konten ilegal yang dijelaskan
dapat dikatakan bahwa konten ilegal itu sendiri
merupakan sebuah kejahatan siber yang memang sudah
diatur dalam undang-undang.
Menurut Josua Sitompul dalam wawancaranya di
Cyberlaw.id menyatakan:
“Yang termasuk dalam konten ilegal menurut
undang-undang ini adalah Informasi dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang
melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan atau
pencemaran nama baik, dan pemerasan dan/atau
pengancaman sebagaimana termuat dalam Pasal 27
UU ITE. Dalam Pasal 28 UU ITE juga diatur
mengenai ilegal konten, yaitu perbuatan
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
sehingga mengakibatkan kerugian konsumen dalam
transaksi elektronik, serta perbuatan menyebarkan
kebencian atau permusuhan berdasarkan SARA.
Selain itu, dalam Pasal 29 UU ITE diatur konten
ilegal mengenai pengiriman ancaman kekerasan
atau menakut-nakuti yang ditujukan secara
pribadi.”3
b. Media Sosial
“Menurut Dan Zarella media sosial merupakan
hasil dari perkembangan teknologi baru yang ada di
internet di mana para penggunanya bisa dengan

2
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2014), h. 192.
3
Indonesian Cyberlaw, “Mengapa Perlu Pengaturan Konten Ilegal dalam UU
ITE?” diakses pada 1 Desemeber 2018, http://cyberlaw.id/mengapa-perlu-
pengaturan-konten-ilegal-dalam-uu-ite-2/.
21

mudah untuk berkomunikasi, berpartisipasi,


berbagi, dan membentuk sebuah jaringan di dunia
virtual. Sehingga para pengguna bisa
4
menyebarluaskan konten mereka sendiri.”
  Dengan demikian konten yang dimiliki oleh pengguna
dapat dengan mudahnya disebar luaskan melaluai media
sosial dan dapat dilihat oleh semua pengguna yang
terjaring pada akun tersebut.
Sesuai dengan pengertiannya, sosial media bisa juga
digunakan sebagai alat komunikasi baru yang
dikembangakan dari internet untuk saling berinteraksi. Ini
sesuai dengan pendapat Rulli Nasrullah yang menyatakan
“media sosial adalah medium di internet yang
memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya
maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi,
berkomunikasi dengan pengguna lain.”5 Ikatan sosial
tersebut dapat berupa pembentukan komunitas atau
interasi secara individu ke individu lainnya.
Menurut Andreas, “media sosial juga merupakan
sekelompok aplikasi berbasis internet pada teknologi web
2.0, yang memungkinkan penciptaan serta pertukaran isi
pesan diantara pengguna.”6

4
Dan Zarella, The Social Media Marketing Book, (Canada: O’Reilly Media,
2010), h. 2-3.
5
Rulli Nasrullah, Media Sosial, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015),
h. 11.
6
Anderas M. Kaplan dan Michael Haenlein. “User of the World, Unite! The
Challenges and The Opportunities of Social Media”, 2010, h. 59-68.
22

Seperti yang diutarakan oleh Kaplan dan Haenlein


da dikutip dalam Jurnal Internasional menjelaskan,
bahwa:
 
“Media sosial adalah sebuah kelompok jaringan
yang berbasis aplikasi dalam internet yang
dibangun berdasarkan teknologi dan web 2.0,
sehingga dapat membuat pengguna menciptakan
dan mengganti konten yang disebarkan”7
Berdasarkan teori-teori yang telah dikembangkan
oleh Durkheim, Tonnies maupun Marx, Rulli Nasrullah
menyimpulkan bahwa:
“Untuk memahami hubungan antara pengguna
dengan medianya dapat dipahami melalui
karakteristik kerja komputer dalam web 1.0
berdasarkan pengenalan individu terhadap individu
lain yang berada dalam sebuah sistem jaringan
(human cognition). Sedangkan web 2.0
berdasarkan bagaimana individu berkomunikasi
dalam jaringan antar individu (human
communication). Dalam web 3.0, karaktersitik
teknologi dan relasi yang terjadi terlihat dari
bagaimana (users) bekerja sama (human co-
operation).”8 Pada umumnya, kita memandang
media hanya sebagai perantara pesan.
Namun, sebenarnya kita dapat memandang media
dalam tiga hal:
“Menurut Meyrowitz diantaranya, ialah (1)
Medium sebagai saluran pesan (medium-as-
vessel/conduit). (2) Medium adalah Bahasa
(medium-as-languange). Media dapat
mengekspresikan dan mengandung pesan tertentu.

7
Yeni Yen Pangesti, Skripsi: “Dampak Media Sosial Terhadap Pola
Komunikasi Anak Dalam Pembentukan Karakter di sekolah Dasar”
(Purwokerto: Universitas Muhammadiya Purwokerto, 2017) h. 10.
8
Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 8.
23

(3) Medium sebagai lingkungan (medium-as-


environment). Media merupakan suatu pilihan
konten yang dapat dibedakan dari medium yang
lain.” 9
 
Menurut Meyrowitz “medium ini juga selanjutnya
bisa mengandung nilai-nilai yang tidak sekadar menjadi
sarana dalam penyampain pesan. Tetapi memberikan
pengaruh pada segi sosial, budaya, politik, bahkan
ekonomi.”10 Keberadaan media sosial juga merupakan
bentuk dari tiga makna bersosial yakni (1) pengenalan, (2)
komunikasi, dan (3) kerjasama.
1. Karakteristik Media Sosial
Rulli Nasrullah membagi beberapa karakteristik
media sosial berdasarkan penyebaran konten di media
sosial itu sendiri maka di bagi beberapa karakteristik
media sosial ialah sebagai berikut:
a. Jaringan (network). Media sosial
membentuk jaringan di antara penggunanya.
Terlepas dari saling mengenal atau tidaknya
pengguna di kehidupan nyata (offline).
b. Informasi dijadikan komoditas antar
pengguna. Pengguna media sosial dapat
mengkreasikan representasi identitasnya,
memproduksi konten, dan melakukan
interaksi berdasarkan informasi. Informasi
tersebut pada dasarnya merupakan
komoditas yang diproduksi dan
didistribusikan oleh pengguna itu sendiri.
c. Arsip (archive) Karakteristik arsip
menjelaskan bahwa informasi telah
tersimpan, informasi tidak hilang begitu saja
9
Rulli Nasrullah, Media Sosial, h.10.
10
Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 4-5.
24

dan mudah diakses kapanpun dan


dimanapun. Dengan kemunculan teknologi
komunikasi, arsip pada media sosial
memberikan kemampuan pada penggunanya
  untuk mengakses dan mengubahnya sendiri.
Dijelaskan oleh Appadurai “the nature and
distributions of its users”.11 Arsip di dunia
maya tidak hanya dipandang sebagai
dokumen resmi semata yang tersimpan.12
d. Interaksi Menurut Lev Manovich (2001)
dua tipologi untuk mendekati kata interaksi
dalam perspektif media baru, yakni tipe
terbuka (open) dan tipe tertutup (closed).13
e. Simulasi sosial, kata simulacra atau
simulasi digunakan untuk mengungkapkan
gagasan bahwa kesadaran akan yang nyata
di benak khalayak semakin berkurang dan
tergantikan dengan realitas difusi semu.
Baudrillard menyebutnya “a copy of a copy
with no original.”14

Penyebaran (share/sharing) menurut Benkler yang


dikutip oleh Rulli Nasullah menjelaskan bahwa “media
tidak hanya menghasilkan konten yang dibangun dari dan
dikonsumsi oleh penggunanya, tetapi juga di
distribusikan sekaligus dikembangkan oleh
penggunanya.”15
“Menurut Rulli Nasrullah “Pada praktiknya, ada
semacam kesadaran bahwa konten yang disebar
itu patut atau layak diketahui pengguna lain
dengan harapan ada konsekuensi yang muncul
dimasyarakat. Hal ini dapat diperhatikan melalui:

11
Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 23.
12
Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 22-23.
13
Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 27.
14
Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 28.
15
Rulli Nasrullah, Media sosial, h. 33.
25

a. Pengembangan dan penyebaran konten


dilihat sebagai bentuk dari upaya individu
sebagai pengguna media sosial dan anggota
masyarakat offline.
  b. Penyebaran melalui perangkat bisa dilihat
sebagai fasilitas untuk memperluas
jangkauan konten.
c. Penyebaran ini tidak terbatas pada
penyediaan teknologi semata, tetapi juga
menyediakan semacam budaya baru yang
ada di media sosial bagi pengguna.” 16
“Sedangkan menurut Feri Sulianta karakteristik
media sosial modern dibagi dalam beberapa
jenis, yaitu:
a. Transparansi
Keterbukaan informasi karena konten
media sosial ditujukan untuk konsumsi
public atau sekelompok orang.
b. Dialog dan komunikasi
Terjalin hubungan dan komunikasi
interaktif menggunakan ragam fitur,
misalnya antara “brand bisnis” dan para
“fans”nya.
c. Jejaring relasi
Hubungan antar pengguna layaknya
jarring-jaring yang terhubung satu sama
lain dan semakin kompleks seraya
mereka menjalin komukinasi dan terus
membangun perrtemanan.
d. Multi opini
Yaitu setiap orang dengan mudahnya
berargumen dan mengeluarkan
pendapat.
e. Multi Form
Informasi disajikan dalam ragam konten
dan ragam channel, wujudnya dapat
berupa: social media press release,

16
Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 33-34.
26

video press release, portal, dan elemen


lainnya.
f. Kekuatan promosi online
Media sosial dipandang sebagai alat
  yang memunculkan peluang-peluang
guna mewujudkan visi dan misi
organisasi.” 17

2. Jenis-jenis media sosial


Rulli Nasrullah membagikan beberapa jenis media
sosial yang sedang berkembang di dunia internet.
“Adapun jenis-jenis media sosial diantaranya ialah:
a. Social networking Merupakan sarana yang
bisa digunakan pengguna untuk melakukan
hubungan sosial di dunia virtual hingga
dampak yang ditimbulkan baik nilai-nilai
etika dan moral. Karakter utama dari
jejaring social ialah pengguna membentuk
jaringan pertemanan baik terhadap yang
sudah mengenal maupun belum di dunia
nyata (offline).
b. Blog Merupakan media sosial yang
memfasilitasi pengguna untuk berbagi
aktivitas keseharian. Konten yang
disediakan oleh blog cenderung user
experience atau pengalaman pengguna.
Karakteristik blog ialah penggunanya adalah
pribadi dan konten yang dipublikasikan juga
terkait pengguna itu sendiri. Namun seiring
perkembangan media sosial ini sekarang
digunakan oleh institusi tertentu.
c. Microblogging Media sosial ini hampir
mirip dengan Blog namun yang
membedakan ialah keutamaan
mempublikasikan pendapat dari pengguna.
Media ini merujuk kepada twitter yang

17
Feri Sulianta dan Dominikus Juju, Branding Promotion with Social Network
(Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013), h. 7.
27

dapat menyebarkan informasi,


mempromosikan pendapatnya, hingga
membahas isu terkini kepada pengguna
lainnya.
  d. Media sharing Keutaman media sosial ini
ialah disediakannya konten untuk berbagi
dokumen, video, audio, gambar kepada
sesama penggunanya.
e. Social bookmarking Media sosial ini
digunakan oleh khalayak untuk mencari
informasi baik secara teks, video, maupun
foto melalui keyword atau kata kunci
tertentu secara singkat. Hingga kemudian
pengguna akan diarahkan kepada sumber
informasi itu berada.” 18
3. Konten di Media Sosial dan Penyebarannya
Dalam media sosial banyak sekali konten-konten
yang disebarkan pengguna untuk dilihat atau diakses
oleh pengguna lainnya yang memiliki jaringan
internet.
“Kemudian Chapman dan Hall menjelaskan
bahwa Konten Media merupakan berbagai
segala isi dalam sebuah media di dunia
teknologi yang ada pada saat ini seperti blog,
wiki, forum diskusi, chatting, tweet, podcasting,
pin, gambar digital, video, file audio, iklan
hingga berbagai bentuk konten media lainnya
yang terbentuk melalui buatan dari para
pengguna sistem atau layanan online yang
seringkali dilakukan lewat sebuah situs media
sosial.”19

18
Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 40-49.
19
Chapman and Hall, Social Media and Social Computing Series: Mining
User Generated Content (Florida: CRC Press 2014) h. 7.
28

Mengutip pernyataan Marchelina Purnamasari


tentang pengaruh media sosial dalam pernyataannya di
kompasiana.com, ia menjelaskan:
 
“Di dalam sebuah konten terdapat seseorang
yang menciptakan dan membuat sebuah konten,
yang disebut dengan content creator dan
content creation. Content creator itu sendiri
lahir dari tren website dan sosial media yang
menjadikan munculnya tren baru sebagai
content creator yang mampu menciptakan ide
kreatif yang kemudian diolah menjadi sebuah
konten yang semenarik mungkin.”20
Tidak dipungkiri penyebaran konten di media
sosial bisa menyebar luas dengan waktu yang sangat
singkat. Namun, begitu banyaknya konten yang
menyebar, banyak konten yang tidak dapat di
filterisasi seperti konten pornografi yang menyebar
luas di media sosial. Menurut Menteri Komunikasi
dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara
mengatakan bahwa;
“Sulit memberantas konten-konten negative
yang mengandung aktifitas tidak senonoh dan
asusila di media sosial (Medsos). Rudiantara
mengatakan, tidak mudah bagi Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo)
melakukan pemblokiran terhadap konten tidak
senonoh dan asusila, sebab media sosial yang

20
Marchelina Purnamasari, “Pengaruh Media Sosial Instagram Sebagai
Konten Media Promosi?” diakses pada 17 November 2018,
https://www.kompasiana.com/marchelinapurnamasari7894/5b50853e5e13733
7e5043f83/pengaruh-media-sosial-instagram-sebagai-konten-media-promosi-
pada-online-shop?page=all.
29

digunakan pelaku yang beraktifitas tidak


senonoh dan asusila tersebut bersifat retail.”21
4. Jenis-jenis konten media sosial
Dikutip dari laman digital marketer bahwa ada
 
berbagai konten media yang dibuat oleh pengguna
sosial media untuk memberikan manfaat pada orang-
orang agar dapat berdiskusi tentang topik yang
berbeda-beda.
“Menurut DgitalMarketerId, ada Sembilan jenis
konten media sosial, yaitu:
a. UGC (User-Generate Content)
Konten yang dihasilkan oleh pengguna itu
sendiri di media sosial.
b. Podcast
Podcast adalah rekaman, berbeda dengan
radio yang disiarkan langsung. Podcast
adalah episode program yang tersedia di
Internet.
c. Live Streaming
Live streaming adalah penyiaran real-time,
video langsung ke penonton melalui
internet.
d. Info Grafis
Semua orang menyukai infografis karena
eye-catching dan informatif. Karena hal itu,
infografis biasanya mendapatkan lebih
banyak engagement dan terkadang bisa
mengumpulkan cukup banyak share.
e. Konten VR
Virtual Reality adalah sebuah teknologi
yang membuat pengguna atau user dapat
berinteraksi dengan lingkungan yang ada
dalam dunia maya yang disimulasikan oleh
21
Admin, “Menkominfo Akui Sulit Berantas Konten Negatif di Media Sosial”
diakses pada 28 November 2018,
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4807/Menkominfo+Akui+Sulit
+Berantas+Konten+Negatif+di+Media+Sosial/0/berita_satker.
30

komputer, sehingga pengguna merasa


berada di dalam lingkungan tersebut.
f. Webinars
Webinar adalah singkatan dari web dan
  seminar yaitu suatu wadah berbentuk forum
didunia internet yang memadukan antara
internet dan forum diskusi atau seminar.
g. Testimonial Klien
Berbagi testimonial klien adalah cara
terbaik untuk mendapatkan prospek
potensial Anda merasa lebih aman memilih
anda daripada kompetitor.
h. EBook
Ebook adalah sebuah buku panduan dalam
versi digital, di mana buku tersebut dapat
dibuka melalui perangkat elektronik.
i. Panduan
Konsep panduan hampir sama dengan
Ebook, namun letak perbedaannya berada
pada isinya.22

5. Aplikasi Live Streaming


Dikutip dari laman website yatekno.com Live
Streaming menurut Muhamad Malik Afrian adalah
“teknologi yang digunakan untuk memainkan audio
file dan video file secara langsung ataupun rekaman
melalui web server. Dengan adanya teknologi ini,
pengguna dapat mengakses secara langsung video”23
Kemudian Malik Afrian juga menjelaskan
“Dengan layanan live streaming, pengguna dapat

22
Admin, “9 Jenis Konten Sosial Media yang Bisa Anda Gunakan” diakses
pada 29 November 2018, https://digitalmarketer.id/social-media/9-jenis-
konten-sosial-media-yang-bisa-anda-gunakan/.
23
Muhamad Malik Afrian, “Adakah Media Komunikasi Secanggih Live
Streaming Show"? diakses pada 17 Agustus 2018,
https://www.yatekno.com/aplikasi-video-live-streaming/.
31

berinteraksi dengan para host yang memberikan


informasi menjadi headline, bahkan memesan lagu
seperti halnya penyiar radio.”24 Aplikasi live
 
streaming memadukan konsep antara media televisi,
radio, serta chatting sekaligus sebagai media hiburan
dan berinteraksi dengan pengunjung dunia virtual.
a. Pengertian Live Streaming
Live streaming kini sudah menyebar pada
aplikasi-aplikasi online dan hampir seluruh
pengguna sudah pernah menggunakan aplikasi
tersebut untuk berinteraksi Menurut Sam Calesto
“streaming merupakan teknologi yang digunakan
untuk mengirimkan konten ke komputer dan
perangkat seluler melalui internet.”25
Menurut amar Mushanif “ada beberapa
aplikasi-aplikasi yang dibuat memang khusus
untuk para pecinta live streaming, seperti Bigo
Live, Camfrog, Live.me, Kitty Live, YouNow,
Nono Live.”26

24
Muhamad Malik Afrian, “Adakah Media Komunikasi Secanggih Live
Streaming Show"? diakses pada 17 Agustus 2018,
https://www.yatekno.com/aplikasi-video-live-streaming/.
25
Sam Costello, “Internet Streaming: What It Is and How It Works” diakses
pada 17 Agustus 2018, https://www.lifewire.com/internet-streaming-how-it-
works-1999513 .
26
Amar Mushanif, “Top 11: Aplikasi Video Live Streaming Android Paling
Populer” diakses pada 17 Agustus 2018, https://www.yatekno.com/aplikasi-
video-live-streaming/ .
32

b. Interaksi dalam Aplikasi Streaming


Merujuk pada interaksi sosial Geert Faber
membagi ada tiga hal yang di titik beratkan dalam
 
berinteraksi di aplikasi live streaming, “yaitu; (1)
Memberikan umpan balik, (2) Mendengarkan
Penonton, (3) Penonton sebagai pemberi
keputusan.”27
c. Komponen yang Harus Ada Ketika Melakukan
Live Streaming
Merujuk pada program siaran televisi yang
sangat berpengaruh pada penontonnya. Dalam
industri penyiaran, khususnya pertelevisian, kata
Tina, “konten adalah ujung tombak bisnis. Seperti
semua orang tahu, inti dari industri media adalah
konten. Maka yang harus diperhatikan adalah
Host, Interaksi dengan penonton dan suasana saat
siaran”28
1. Pornografi
a. Pengertian Pornografi
Menurut Ensiklopedia Hukum Islam “pornografi
adalah bahan yang dirancang dengan sengaja dan

27
Geert Faber, “Lesson 4: Allow viewers to influence the broadcast or live
stream” diakses pada 18 Agustus 2018,
https://medium.com/exmachinagroup/lesson-4-allow-viewers-to-influence-the-
broadcast-or-live-stream-73eff6bc008d .
28
Admin KPI. “Tiga Hal Penting dalam Produksi Program Siaran” diakses
pada 18 Agustus 2018, http://www.kpi.go.id/index.php/id/lihat-terkini/38-
dalam-negeri/33344-tiga-hal-penting-dalam-produksi-program-siaran .
33

semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi


(seksual atau syahwat).”29
Dalam buku konsep agama (Islam) menanggulangi
 
HIV/AIDS, Prof Dadang Hawari menjelaskan lebih
luas lagi tentang pornografi yang mengandung arti:
“Penggambaran tingkah laku secara erotis
dengan perbuatan atau usaha untuk
membangkitkan nafsu birahi (seksual),
misalkan pakaian merangsang. Perbuatan atau
sikap merangsang atau dengan melakukan
perbuatan seksual (cabul). Pornografi dapat
dilakukan secara langsung seperti hubungan
seksual, ataupun melalui media cetak dan
elektronik, seperti gambar atau bacaan porno
yang dengan segngaja dan dirancang untuk
membangkitkan nafsu birahi.”30

Sedangkan dalam undang-undang tentang


pornografi nomor 44 tahun 2008 dalam bab 1 pasal 1
yang dimaksud dengan pornografi adalah:
“Materi seksualitas yang dibuat oleh manusia
dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto,
tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi,
kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk
pesan lainnya melalui berbagai bentuk media
komunikasi dan/atau pertunjukan dimuka umum
yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual
yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat.”31

29
Dadang Hawari. Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV/AIDS (Jakarta
: Dana Bhakti Prima Yasa,2002), h.24.
30
Dadang Hawari. Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV/AIDS (Jakarta
: Dana Bhakti Prima Yasa,2002), h. 24.
31
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2008 Tentang
Pornografi.
34

Menurut beberapa penjelasan di atas, penulis


menyimpulkan bahwa pornografi adalah segala
bentuk materi audio, visual, dan audio visual yang
 
berada dalam konteks seksual berupa tulisan, gambar,
tayangan yang berfokus pada alat kelamin dan
berperilaku seksual untuk keperluan kepuasan dan
kesenangan seksual.
b. Macam-macam Pornografi
Menurut Dadang Hawari menyebutkan beberapa
hal yang terkait dengan kategori pornografi antara
lain;
“(1) Pakaian merangsang, misalnya pakaian
mini yang menampakan tubuh bagian atas (dada
dan payudara) dan tubuh bagian bawah (paha
dan bokong), pakaian yang tipis menembus
pandang (transparan), atau pakaian yang ketat
melekat pada lekuk-lekuk tubuh sehingga
membangkitkan nafsu birahi bagi yang
memandangnya. (2) Perbuatan atau sikap
merangsang, misalnya bergaya “menantang”
disertai ekspose bagian-bagian tubuh yang
sensual (payudara, paha, dan bokong), begitu
pula sorotan mata dan ekspresi bibir. Termasuk
dalam kateogi ini gerak-gerik atau tarian
erotis.” 32

Ia menambahkan “Perbuatan seksual, termasuk


perbuatan yang mendekatkan ke arah perzinaan.
Misalnya gambar di media cetak, elektronik, internet
yang menapilkan adegan-adegan hubungan seksual.”

32
Dadang Hawari. Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV/AIDS
(Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,2002), h. 24.
35

33
Penulis menyimpulkan pornografi yang menyebar
bisa berupa gambar yang disebarkan lewat media
sosial dan internet.
 
c. Faktor berkembangnya Pornografi
1. Faktor Internet dan Teknologi
Bebrapa faktor perkembagannya media
internet juga dapat berupa kecepatan interneT.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Dadang Hawari
bahwa “Internet merupakan media komunikasi
antar pengguna seluruh dunia yang berkecepatan
tinggi dan berkapasitas besar. server ini terhubung
melalui jaringan kabel serta optik bawah laut.”34
Teknologi berkembang sangat pesat saat ini, tak
dapat dipungkiri bahwa selain membawa pengaruh
positif juga memberikan dampak negatif bagi para
penggunanya.
“Ashwin menyatakan berdasarkan hasil
survei yang dilakukan Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) terhadap 4.500
pelajar SMP dan SMA di 12 kota besar
Indonesia menunjukkan hasil yang cukup
mencengangkan. Sebanyak 97 persen
responden mengaku telah mengakses situs
berkonten pornografi dan juga menonton
video porno melalui internet.” 35

33
Dadang Hawari. Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV/AIDS
(Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,2002), h. 24-25.
34
Tri Hardian Satiawardana dan Zuhaidi el-Qudsy. Exploring The Cyber
World Panduan Lengkap Berinternet. (Jawa Timur:Mas Media Buana Pustaka,
2008), h. 5.
35
Ramadhan Aditya, “Survei: 97% Remaja Indonesia Mengakses Situs
Porno”, https://techno.okezone.com/read/2013/09/24/55/870832/survei-97-
36

Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh


Yayasan Anak di Jabodetabek menunjukkan
“sebanyak 85 persen anak usia 9-15 tahun pernah
 
mengakses pornografi. Hingga saat ini pengguna
internet di Indonesia mencapai 63 juta, dan 80
persen penggunanya berusia 15-30 tahun.”36
Ashwin mengatakan “angka-angka tersebut
perlu ditekan melalui banyak cara. pemerintah telah
melakukan aplikasi filtering yang akan memblokir
konten pornografi yang masuk di dunia maya.”37
Aswin juga menambahkan “kami sudah
melakukan filtering, tapi tetap tak bisa menahan
konten pornografi yang masuk berjumlah jutaan
selama 24 jam, kata Ashwin.” 38
2. Faktor lingkungan
Menurut Ahmad Fauzi pada buku psikologi
umum “Lingkungan adalah tempat manusia hidup,
menyesuaikan dirinya (beradaptasi), dan

remaja-indonesia-mengakses-situs-porno diakses pada 7 januari 2018, pukul


20.50.
36
Fatimah Kartini Bohang Berapa Jumlah Pengguna Internet di Indonesia
https://tekno.kompas.com/read/2018/02/22/16453177/berapa-jumlah-
pengguna-internet-indonesia diakses pada 7 januari 2018, pukul 20.50.
37
Ramadhan Aditya, “Survei: 97% Remaja Indonesia Mengakses Situs
Porno”, https://techno.okezone.com/read/2013/09/24/55/870832/survei-97-
remaja-indonesia-mengakses-situs-porno diakses pada 7 januari 2018, pukul
20.50.
38
Ramadhan Aditya, “Survei: 97% Remaja Indonesia Mengakses Situs
Porno”, https://techno.okezone.com/read/2013/09/24/55/870832/survei-97-
remaja-indonesia-mengakses-situs-porno diakses pada 7 januari 2018, pukul
20.50 .
37

mengembangkan dirinya.”39 Lingkungan dan


pergaulan adalah faktor kuat berkembangnya
pornografi yang tersebar luas di internet dan media
 
sosial.
3. Faktor BLAST
Menurut Dra. Perwitasari, yang dikutip dari
skripi Eka Puji Septiani bahwa “hal yang membuat
seseorang mudah kecanduan pornografi adalah
kondisi BLAST (Bored, Lonely, Afraid, Stress,
Tired).”40
d. Dampak Pornografi
“Hasil riset Victor B. Cline di Amerika Serikat,
menyebutkan bahwa dampaknya pornografi,
antara lain: (1) Addiction (ketagihan), pikiran
tidak tenang, dan selalu ingin melihat materi-
materi pornografi, (2) Escalation, tuntutan untuk
meningkatkan kadar materi pornografi yang
dilihat, (3) Desensitizetion, tidak peduli bahaya
pornografi dan, (4) Act-out, melampiaskan
hasrat.” 41

e. Hukum Pornografi
1. Hukum Pornografi dalam Islam
Di dalam Islam masalah aurat sangat penting.
Diriwayatkan oleh Ibnu Mardawih, dari Ali bin Abi
Thalib ra, ia berkata: Ada seorang laki-laki dimasa

39
Drs. H. Ahmad Fauzi, Psikologi Umum (Pustaka Setia: 1997), h. 13.
40
Eka Puji Septiani, “Dampak Film Pornografi Terhadap Psikososial di
Kalangan Remaja (Studi Kasus Pada Remaja Yang Berpacaran)” Skripsi pada
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
41
Azimah Soebagijo, “Pornografi Tapi Dilarang Dicari”,( Gema Insani:
Jakarta, 2008), h. 91.
38

Rasullah SAW. berjalan disebuah jalan di Madinah


lalu ia melihat seorang perempuan dan perempuan itu
juga melihat kepadanya dan kemudian keduanya
 
dirayu setan sehingga masing-masing tidak melihat
dengan rasa kagum. Pada waktu si laki-laki berjalan di
tepi sebuah dinding, ia pun menandang perempuan itu
tiba-tibe terbentur mukannya hingga hidungnya
terluka. Kemudian ia berucap, “Demi Allah aku tidak
akan mencuvi darah ini sampai aku dating kepada
Nabi SAW. memberitahukan tentang kejadian ini.”
kemudian ia dating kepada Nabi SAW. dan
menceritakan apa yang terjadi, lalu Nabi SAW. pun
bersabda, “Itulah hukuman dosamu!.” Kemudian
Allah menurunkan firmannya:
‫ك أَ ْشكى نَهُ ْم إِ َّن‬ ‫قُمْ نِ ْه ُم ْؤ ِمىيهَ يَ ُغضُّ ىا ِم ْه أَب‬
َ ِ‫ْصاز ِه ْم َو يَحْ فَظُىا فُسُو َجهُ ْم ذن‬
ِ
َ‫هللاَ خَبي ٌس ِبما يَصْ ىَعُىن‬
Artinya : “Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman : "Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
mereka perbuat. (QS. An Nuur : 30)
Kemudian pada Surat an:Nuur ayat 31 pun
dijelaskan bahwa:
َ‫ظهَ فُسُو َجه َُّه َو ََل يُ ْب ِديه‬ ْ َ‫از ِه َّه َويَحْ ف‬
ِ ‫ص‬َ ‫ت َي ْغضُضْ هَ ِم ْه أَ ْب‬ ِ ‫َوقُم نِّ ْه ُم ْؤ ِمىَا‬
َ‫ِشيىَحَه َُّه إِ ََّل َما ظَهَ َس ِم ْىهَا َو ْنيَضْ ِس ْبهَ بِ ُخ ُم ِس ِه َّه َعهَى ُجيُىبِ ِه َّه َو ََل يُ ْب ِديه‬
‫ِشيىَحَه َُّه إِ ََّل نِبُعُىنَحِ ِه َّه أَوْ آبَائِ ِه َّه أَوْ آبَاء بُعُىنَحِ ِه َّه أَوْ أَ ْبىَائِ ِه َّه أَوْ أَ ْبىَاء‬
‫بُعُىنَحِ ِه َّه أَوْ إِ ْخ َىاوِ ِه َّه أَوْ بَىِي إِ ْخ َىاوِ ِه َّه أَوْ بَىِي أَ َخ َىاجِ ِه َّه أَوْ وِ َسائِ ِه َّه أَوْ َما‬
‫اْلزْ بَ ِة ِمهَ ان ِّس َجا ِل أَ ِو انطِّ ْف ِم ان َّ ِريهَ نَ ْم‬ ِ ْ ‫ث أَ ْي َماوُه َُّه أَ ِو انحَّابِ ِعيهَ َغي ِْس أُوْ نِي‬ ْ ‫َمهَ َك‬
39

‫ت انىِّ َساء َو ََل يَضْ ِس ْبهَ بِأَزْ ُجهِ ِه َّه نِيُ ْعهَ َم َما ي ُْخفِيهَ ِمه‬ ِ ‫ظهَسُوا َعهَى عَىْ َزا‬ ْ َ‫ي‬
َ‫هللاِ َج ِميعًا أَ ُّيهَا ْان ُم ْؤ ِمىُىنَ نَ َعهَّ ُك ْم جُ ْفهِحُىن‬
َّ ‫ِشيىَحِ ِه َّه َوجُىبُىا إِنَى‬
Artinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman:
  "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-
putera mereka, atau putera-putera suami mereka,
atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-
putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita
islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
(QS. An Nuur : 30)

2. Hukum Pornografi Menurut Undang-Undang


Dalam undang-undang tertulis jelas bahwa
pornografi dan semacamnya dilarang di Inodnesia
seperti dalam Pasal 4 ayat 1 berbunyi;
“Setiap orang dilarang memproduksi,
membuat, mengekspor, mengimpor,
memperbanyak, menggandakan,
menyiarkan, menawarkan,
menyebarluaskan, menyewakan,
memperjualbelikan, atau menyediakan
pornografi yang secara eksplisit memuat:
a. Persenggamaan, termasuk
persenggamaan yang menyimpang
40

b. Kekerasan seksual
c. Masturbasi atau onani
d. Ketelanjangan atau tampilan yang
mengesankan ketelanjangan
  e. Alat kelamin
f. Pornografi anak” 42

Dalam ayat 2 pasal 4 yang berbunyi


“setiap orang dilarang menyediakan jasa
Pornografi yang:
a. Menyajikan secara eksplisit
ketelanjangan atau tampilan yang
mengesankan ketelanjangan.
b. Mengeksploitasi atau memamerkan
aktivitas seksual.
c. Menawarkan atau mengiklankan
baik langsung maupun tidak
langsung layangan seksual.” 43
Kemudian pada UU ITE dijelaskan bahwa pasal
27 ayat (1) mengatur bahwa ancaman pidana terhadap
pelanggar diatur dalam Pasal 45 ayat (1) UU ITE,
yaitu “ancaman pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan/atau denda paling banyak 1 (satu) milliar
rupiah.”44
Salah satu penentang keras pornografi adalah
professor bidang hukum dari Universitas Chicago,
juga sorang feminis, Chatarine Mackinnon yang
berpendapat bahwa “pornografi adalah pemaksaan

42
Undang-Undang Republik Indonesia no. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.
43
Undang-Undang Republik Indonesia no. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.
44
Undang-Undang Republik Indonesia no. 11 tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik.
41

seks, praktik polotik seksual, sebuah pelembagaan


gender yang tidak setara.”45
Selain kelompok feminis kurtural radikal, kaum
 
agamawan, termasuk teolog feminis, menentang
pornografi dalam hubungannya dengan moral. Teolog
feminis melihat “pornografi sebagai penghianatan
komitmen dalam perkawinan. Pornogarfi dianggap
memasukan “orang asing” dalam kehidupan seksual
pasangan.”46
2. Teori Difusi Inovasi
Teori difusi dan inovasi, Everett M. Rogers, seperti
yang dikutip oleh Nurudin, dikatakan bahwa;
“Definisi difusi sebagai proses di mana suatu
inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu
dalam jangka waktu tertentu di anatar para
anggota suatu sistem sosial (The Process by
Which an innovation is Communicated Through
Certain Channels Overtime Among The Members
Of a Social System). Komunikator yang
mendapatkan pesan dari media massa sangat kuat
untuk mempengaruhi orang-orang. Dengan
demikian inovasi (penemuan), lalu disebarkan
(difusi) melalui media massa akan kuat
mempengaruhi massa untuk mengikutinya.”47
Menurut Rogers yang dikutip dalam bukunya Piotr
Sztompka menyatakan, bahwa “perubahan norma
mungkin dihentikan seperti yang terjadi pada kasus

45
Chatarine A. Mackinnon A, Feminism Unmodified: Discourse on Life and
Law (Harvard University Cambrige, 1987), h. 148.
46
Ahmad Junaidi, Porno: Feminisme, Seksualitas, dan Pornografi di Media
(Jakarta: Grasindo, 2012), h. 37.
47
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. 2007), h. 188.
42

kompensasi. Tetapi ketika inovasi hendak dihentikan


penyebarannya persoalan utamanya adalah
48
keabsahannya.”
 
“Rogers dan beberapa peneliti difusi inovasi
lainnya mengemukakan adanya kategori penerima
inovasi yang berlaku untuk semua masyarakat,
yaitu: (1) Inovator, yakni mereka yang memang
sudah pada dasarnya menyenangi hal – hal baru
dan rajin melakukan percobaan – percobaan. (2)
penerima awal, yaitu orang – orang yang
berpengaruh, tempat teman-teman sekelilingnya
memperoleh informasi dan merupakan orang-
orang yang lebih maju dibanding orang
sekitarnya. (3) Mayoritas awal yaitu orang –
orang yang baru bersedia menerima suatu inovasi
selangkah lebih dahulu dari rata – rata
kebanyakan orang lainnya.”49

Menurut Robert H. Lauer “Penyebaran dan


penerimaan inovasi, Jelas terjadi sepanjang waktu. Karena
itu, jika seorang individu mengkomunikasikan sebuah ide
baru kepada orang lain dalam suasana sistem sosial
tertentu, di situ akan terjadi penerimaan atau penolakan
50
oleh individu kedua.” Dalam hal ini penulis hanya
menggunakan dua kategori penerima difusi yaitu
penerima awal dan mayoritas awal, dikarenakan Inovator
itu sendiri adalah orang pertama yang menggunakan

48
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, ( Penerbit : Jakarta Prenada
2008), h. 303.
49
Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013),
h. 141-142.
50
Robert H. Lauer Perspektif tentang perubahan sosial ( penerbit : PT. Rineka
Jakarta, 1993), h. 227-229.
43

aplikasi Bigo Live untuk kepentingan penyebaran


porngrafi dan sulit dilacak.
Robert H. Lauer juga menjelaskan bahwa “jika ia
 
menerimanya (difusi), biasanya ia kan melewati 5 tahap,
yaitu: Menyadari, Tertarik, Menilai, Mencoba dan
Menerima.”51 Jadi penerimaan meliputi penerimaan dan
penggunaan suatu inovasi oleh individu, sedangkan
penyebaran menyangkut tersebarnya inovasi di dalam
sistem sosial.
Mengutip dari bukunya Werner J. Severin ia
menyatakan “Rogers memandang difusi inovasi sebagai
proses sosial yang mengomunikasikan informasi tentang
ide baru yang dipandang secara subjektif dan
52
dikembangkan melalu proses konstruksi sosial.”
Robert juga menjelaskan bahwa “Difusi adalah
proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui
saluran tertentu dari waktu ke waktu di antara anggota
sosial sistem.”53 Ini adalah jenis komunikasi khusus,
karena pesannya. peduli dengan ide-ide baru. Komunikasi
adalah proses di mana para peserta buat dan bagikan
informasi dengan satu sama lain untuk mencapai saling
pengertian.

51
Robert H. Lauer Perspektif tentang perubahan sosial ( penerbit : PT. Rineka
Jakarta,1993), h. 227-229.
52
Werner J. Severin, dkk.,Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di
Dalam Media Massa Edisi Kelima (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011), h. 247.
53
Everett M. Rogers Diffusions of Innovations, Forth Edition (New York: Tree
Press, 1995), h. 4.
44

Solahudin membagi lima karakteristik inovasi yang


ditawarkan Rogers tersebut itu adalah: 54
a. Keuntungan Relatif, Inovasi lebih dapat
  diterima bila individu atau kelompok
menanggap inovasi tersebut lebih baik
dibanding produk atau sikap yang
sebelumnya mereka pakai. Keuntungan
tersebut bisa berupa ekonomi, kebanggaan
sosial, kenyamanan dan kepuasan.
b. Compatibility (kesesuaian) Inovasi dianggap
konsisten dengan nilai, pengalaman dengan
kebutuhan individu atau kelompok yang
berpotensi mengadopsi inovasi tersebut akan
lebih besar kemungkinannya diadopsi oleh
individu atau kelompok.
c. Complexity (kerumitan)
merupakan tingkat sebuah inovasi itu
dipersepsikan sulit untuk dipahami atau
digunakan.
d. Trialability (ketercobaan) atau derajat
sebuah inovasi dapat dieksperimentasikan
pada lingkup terbatas.
e. Observability (keterlihatan) merupakan
tingkat di mana sebuah inovasi itu dapat
terlihat bagi orang lain.

Lima karakteristik inovasi itu dalam proses


keputusan inovasi berada tahap persuasion stage (tahap
persuasi) yang akan sangat penting perannya dalam
keputusan inovasi. Menurut Rogers “bila inovasi punya
keunggulan relatif, sesuai dengan nilai-nilai dan
kebiasaan, tidak rumit, dapat diujicobakan, serta dapat
diobservasi, maka inovasi itu akan cepat diadopsi oleh
54
Sholahudin (2017), Pengaruh Karakteristik Inovasi Terhadap Niat
Mengadopsi Solopos Epaper. (Tesis Master Tidak Dipubilkasikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
45

individu”55 melihat itu, maka proses penyebaran konten


pornografi akan cepat berkembang dalam skala yang pesat
dan mencakup banyak wilayah.
 
Namun dalam penelitian ini penulis hanya
menggunakan tiga karakteristik dari difusi inovasi, yaitu:
Obsevasibility, Compatibility, dan Keuntungan relatif.
Dikerenakan kedua karakteristik yang dijelaskan
sebelumnya tidak mencakup pembahasan penulis.
3. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan, yaitu teori
Difusi Inovasi maka penulis membuat skema kerangka
berpikir dalam penelitian ini yang ditunjukkan pada Gambar
2.1.56 Untuk acuan penulis ketika membuat pertanyaan dalam
wawancara.

55
Sholahudin (2017), Pengaruh Karakteristik Inovasi Terhadap Niat
Mengadopsi Solopos Epaper. (Tesis Master Tidak Dipubilkasikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
56
Everett M. Rogers Diffusions of Innovations, Forth Edition (New York: Tree
Press, 1995)
46

Pornografi
dalam
Aplikasi
  Bigo Live

Teori Difusi
Inovasi

Difusi Inovasi
Proses Penyebaran Penerima Awal
Konten Pornografi
Mayoritas Awal

Pengguna
Observability
Compatibility
Keuntungan relatif

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 menunjukkan bahwa dalam penelitian ini


berpedoman pada teori utama yaitu teori Difusi Inovasi. Teori
Difusi Inovasi berkaitan dengan proses penyebaran konten
ilegal yang terjadi pada aplikasi Bigo Live dan mengapa
pengguna mengunduh dan menggunakan aplikasi bigo live
yang dilihat dari keterkaitanhya dengan karakteristik dari teori
47

difusi inovasi tersebut. Kerangka berpikir ini terfokus pada


bagaimana penyebaran itu terjadi ke dalam berbagai konteks.
Teori ini menggaris bawahi adanya 2 elemen utama yaitu
 
penyebaran (difusi) dan penggunaan, serta ada keterhubungan
antara difusi dengan komoditas oleh pengguna. Oleh karena
itu, penelitian ini dikaji tentang Bagaimana proses penyebaran
konten ilegal pornografi pada aplikasi Bigo Live sebagai media
sosial dan penggunaannya untuk menguntungkan diri pribadi
atau komoditas pengguna.
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. Sejarah Bigo Live


 

Di Indonesia tengah marak aplikasi live streaming di


media sosial, baik facebook, instagram, maupun twitter.
Dikutip dari laman awalbros.com mengatakan bahwa
“Aplikasi live streaming tentu saja memberikan ruang dan
momen bagi pengguna media sosial untuk melihat secara
langsung kegiatan dari teman media sosial lainnya.” 1 Sama
dengan Facebook, Instagram maupun Twitter, Bigo juga
sudah mengeluarkan aplikasi live yang bisa berinteraksi
secara langsung. Namanya Bigo Live. Keunggulan video live
ini bahkan bisa dilihat oleh siapapun walaupun belum saling
follow sebelumnya.
“Bigo Live merupakan aplikasi live streaming yang
diluncurkan oleh perusahaan asal Singapura yaitu
BIGO Technology. Didirikan pada Maret 2016 dan
berkantor pusat di Singapura, BIGO Technology PTE.
LTD. adalah perusahaan internet inovatif yang
menyediakan layanan berbasis video. Produknya
meliputi Bigo Live, Like, Hello dan Cube TV, mulai
dari live streaming, editor video, hingga komunitas
sosial.”2
Kontroversi yang diciptakan oleh aplikasi Bigo Live itu
sudah ada sejak pertama kali aplikasi Bigo Live muncul
dikutip dari laman Harian Jogja “Sejak Mei 2016, di
1
Awal Bros Hospital Grup, “Fenomena Bigo Live”
http://blog.awalbros.com/2017/03/22/fenomena-bigo-live/, diakses Pada
tanggal 30 Desember 2018, pukul 17.51.
2
https://www.linkedin.com/company/bigo-technology-pte.-ltd diakses pada
tanggal 1 januari 2019, pukul 20.05.

48
49

Indonesia aplikasi ini menuai banyak kontroversi. Salah


satunya adalah penyalahgunaan aplikasi yang merujuk pada
penyebaran konten pornografi.”3 Tentu hal itu melanggar
 
undang-undang terutama di Indonesia, hingga akhirnya ramai
pemberitaan di media.”

“Liputan6.com menyatakan bahwa penyebaran konten


pornografi di Bigo Live akhirnya mengakibatkan
maraknya pemberitaan mengenai penyalahgunaan
aplikasi live streaming Bigo Live, pemerintah Indonesia
berencana untuk memblokir aplikasi tersebut.”4
Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengungkap
latarbelakang terjadinya permasalahan tersebut, terutama
berkaitan dengan berkembangnya penyebaran konten
pornografi pada aplikasi Bigo Live.

Diambil dari laman Bigo.sg Perusahaan Bigo Technology


PTE. LTD. mempunyai Kode Etik, yaitu;
“Pedoman perilaku yang menginspirasi dan
membimbing apa yang dilakukandan bagaimana
melakukannya. Mereka mewujudkan cara bekerja sama
untuk memberikan produk terbaik dan pengalaman
pengguna dan memiliki prinsip bantuan bersama untuk
membuat sukses dan berkelanjutan.”5
Mengawali penelitian ini, penulis melakukan observasi
dengan mengamati pengguna aplikasi Bigo Live yang
berindikasi menyebarkan konten pornografi pada aplikasi

3
http://www.harianjogja.com/baca/2016/08/24/duh-bigo-live-kerap-dipakai-
tayangkan-adegan-mesum-747244 diakses Pada tanggal 30 Desember 2018
pukul 12.44.
4
Corry Anestia http://tekno.liputan6.com/read/2677943/bigo-live-diblokir-
apa-kata-kemkominfo diakses Pada tanggal 30 Desember 2018 pukul 15.20
5
http://www.bigo.sg/about.html, diakses Pada tanggal 30 Desember 2018
pukul 13.44.
50

Bigo Live. Proses pengamatan dimulai sejak awal Januari


hingga pertengahan Januari. Pada aplikasi Bigo Live
pengguna dibagi menjadi dua yaitu;
 
1. Penyiar
Penulis mengamati proses live streaming pada
aplikasi Bigo Live bahwa penyiar yaitu pengguna yang
melakukan live streaming untuk menyiarkan aktivitas
dirinya kepada para viewer.

(Gambar 3.1 Broadcaster Aplikasi Bigo Live)6

2. Penonton
Kemudian penulis menemukan adanya penonton
pada aplikasi tersebut, yaitu pengguna yang menonton
para host ketika sedang melakukan live streaming
pada aplikasi Bigo Live.

6
Sumber :Screen capture, live di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31
desember 2018 pukul 11.45.
51

(Gambar 3.2 Viewers Aplikasi Bigo Live)7

Penulis juga menemukan bahwa di dalam Bigo Live


pengguna akan menemukan berbagai channel pengguna aktif
yang bisa langsung ditonton dengan cara Tap salah satu
broadcaster tanpa harus masuk room atau sejenisnya. Disini
pengguna bisa menjadi broadcaster (penyiar) maupun viewer
(penonton). Pengguna tinggal memilih ingin melihat
broadcaster sesuai dengan keinginan viewer.

7
. Sumber :Screen capture,live session di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31
Desember 2018 pukul 11.55.
52

B. Logo Aplikasi Bigo Live


`

(Gambar 3.3 Logo Aplikasi Bigo Live)8

Penulis mengambil logo dari aplikasi Bigo Live, pada logo


Bigo live tersebut terdapat dinosaurus sebagai logo utama dari
aplikasi Bigo Live. Kemudian warna juga di dominasi oleh
warna putih dan biru. Sesuai dengan beberapa feature di Bigo
Live. namun sampai saat ini penulis belum memukan apa arti
dari logo tersebut.

C. Fitur pada aplikasi Bigo Live


Atas dasar observasi yang ditelusuri penulis, penulis
menemukan adanya proses komunikasi pada Bigo Live sendiri,
terdapat sebuah proses komunikasi yang dilakukan oleh para
penggunanya, mengikutsertakan dalam pembentukan media
dan digunakan untuk berbagai tujuan, seperti mengumpulkan
banyak beans atau gift dan juga media interaksi dan
komunikasi bagi para penyiar dengan penggemarnya. Berikut
adalah fitur-fitur yang ada pada aplikasi Bigo Live.

8
.Sumber :Screen capture,logo di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31
Desember 2018 pukul 11.40.
53

1. Menu

(Gambar 3.4 Menu aplikasi Bigo Live)9


Penulis menemukan, pada awal membuka aplikasi
Bigo Live, pengguna akan melihat menu utama dari
aplikasi tersebut yang isinya adalah kumpulan para
broadcaster yang bebas bisa dipilih viewer.
2. Identitas

(Gambar 3.5 Identitas Broadcaster)10


Penulis juga mendapatkan identitas pengguna
yang sedang melakukan live. Pengguna bisa saja
9
Sumber :Screen capture,live session di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31
Desember 2018 pukul 11.00.
10
Sumber :Screen capture,live session di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31
Desember 2018 pukul 11.56.
54

menggunakan nama asli sesuai dengan KTP atau


hanya dengan menggunakan nama samaran saja.
Biasanya pengguna yang menggunakan nama samaran
 
lebih memilih nama yang menarik untuk mencuri
perhatian viewer. Pada identitas ini pula dilengkapi
dengan foto avatar user yang bisa menggunakan foto
asli ataupun foto rekayasa.
3. Beans

(Gambar 3.6 Beans)11


Dibawah identitas terdapat gambar kacang atau
biasa disebut beans. Gambar beans menunjukkan
jumlah hadiah yang berhasil dikumpulkan oleh
broadcaster yang sedang melakukan live. menurut
pemaparan dari laman jogja.tribunnews.com bahwa
“Hadiah itu diperoleh dari hasil pemberian
viewer sebagai tanda menghargai broadcaster
yang sedang live. Beans ni harus dikonversi
dalam bentuk diamond. Sepuluh beans setara
dengan tiga diamond. Sejumlah 210 beans
setara dengan 1 USD. Atau pengguna bisa
menukarkan 6,700 beans menjadi USD 32 atau
setara dengan Rp 426 ribu. Atau 210 beans
setara dengan USD 1 atau Rp 13,000.”12

11
Sumber :Screen capture,live session di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31
Desember 2018 pukul 12.00.
12
Mon, Tips Meraup Dolar dari Aplikasi Bigo Live,
http://jogja.tribunnews.com/2017/05/21/tips-meraup-dolar-dari-aplikasi-bigo-
live, diakses pada 20 Januari 2019, pukul. 22.06.
55

Selain kedua itu, Tribunnews juga menemukan


adanya jenis-jenis hadiah yang diberikan, seperti;
“bunga, sepeda bahkan mobil sport. Masing-masing
 
harga dari hadiah ini berbeda-beda, tergantung dari
nilainya.”13
4. Jumlah Viewer

(Gambar 3.7 Jumlah viewer)14


Dalam penelitian, penulis menemukan adanya
jumlah penonton yang berada di kiri atas layar
handphone. Ini berguna untuk mengetahui berapa
orang yang sedang menonton live di channel
broadcaster.
5. Gift

(Gambar 3.8 fitur Gift)15

13
Mon, Tips Meraup Dolar dari Aplikasi Bigo Live,
http://jogja.tribunnews.com/2017/05/21/tips-meraup-dolar-dari-aplikasi-bigo-
live, diakses pada 20 Januari 2019, pukul. 22.00 .
14
Sumber :Screen capture,live session di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31
Desember 2018 pukul 12.07.
15
Sumber :Screen capture,feature gift di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31
Desember 2018 pukul 12.26.
56

Penulis juga meneliti pemberian gift yang dapat


diberikan kepada penyiar oleh penonton. Gift biasanya
diberikan kepada broadcaster dari viewers sebagai
 
bentuk penghargaan kepada broadcaster karena telah
menghiburnya. Viewers yang ingin memberikan
hadiah kepada pengguna yang sedang melakukan
siaran bisa melihat, lalu memilih mana yang
diinginkan dan tentunya sesuai dengan saldo yang
dimilikinya lalu mengkliknya. kemudian gift ini akan
terkirim ke broadcaster dan kelak bisa ditukarkan
menjadi uang. Untuk memberi gift viewers harus
membelinya dulu dalam bentuk diamond yang bisa
dibeli menggunakan Debit dan Pulsa.
6. Tool Bar

(Gambar 3.9 Tool bar)16

Penulis juga menemukan menu toolbar yang


berfungsi untuk menambah fitur pada ruangan live
streaming. Gambar diatas adalah gambar toolbar
untuk beraktifitas yang posisinya ada di kiri bawah.
terdiri dari Simbol kotak dengan berisi tiga titik yang
ada di dalamnya lalu panah ke bawah. Ini

16
Sumber :Screen capture,live session di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31
Desember 2018 pukul 12.39.
57

menunjukkan sarana untuk melakukakan komunikasi.


Jika mengklik ini maka keyboard pada smarthphone
akan bisa digunakan untuk berkomunikasi teks dengan
 
para broadcaster yang sedang siaran. Simbol panah ke
arah kanan, jika gambar ini di klik maka pengguna
yang sedang menonton akan mempromosikan akun
orang yang sedang siaran kepada kawan-kawan di
media sosial penonton yang terdapat di media sosial.
Simbol hadiah, yang hanya digunakan bila viewer
ingin memberikan hadiah kepada yang sedang siaran.
7. Kolom Komentar

(Gambar 3.10 Kolom Komentar)17


Penulis melihat adanya kolom komentar yang
memungkinkan broadcaster dan viewers untuk
berkomunikasi dua arah. Viewers bebas menanyakan
apa saja kepada broadcaster untuk dapat memenuhi
kebutuhan komunikasinya di aplikasi tersebut.

17
Sumber :Screen capture,live session di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31
Desember 2018 pukul 14.02.
58

D. Struktur Organisasi Bigo Live


Adapun struktur organisasi Bigo Live diantaranya sebagai
berikut:
 
David Xuailing Li : CEO
Jianqiang Hu : CTO and Co-Founder
Abdelfttah Elbermawy : Business Development Executive
Aswin Atonie : Head of Marketin
Gibson Yuen : Product Deputy Directo
Gengdai Liu : Principal Engineer18
E. User Agreement
Adapun user agreement yaitu untuk mengatur para
broadcaster maupun viewer di antaranya sebagai berikut:19
1. Privacy
Pada laman Bigo.tv menjelaskan adanya sistem privacy
yang berisi “Anda telah membaca dan sepenuhnya
memahami kebijakan privasi, yang menjelaskan bagaimana
kami menangani data yang Anda berikan kepada kami atau
dihasilkan saat Anda menggunakan layanan kami. “20
2. Terms of Use
Kemudian pada laman Bigo.tv juga menjelaskan
ketentuan-ketentuan yang penggunaan aplikasi Bigo Live
seperti;
“(1) Keakuratan informasi pengguna, (2) Pelarangan
pembuatan akun untuk orang lain, (3) Pemasangan
iklan oleh pihak Bigo Live, (4) Harus mematuhi
18
“Bigo CEO and Key Executive” https://craft.co/bigo-13/executives. Diakses
pada 31 Desember 2018 pukul 15.07.
19
“BIGO LIVE User Agreement” https://www.bigo.tv/agreement.html.
Diakses pada 31 Desember 2018 pukul 15.40.
20
“BIGO LIVE User Agreement” https://www.bigo.tv/agreement.html.
Diakses pada 31 Desember 2018 pukul 15.40.
59

peraturan yang diberikan Bigo Live, (5) Memberikan


tayangan yang nyaman untuk public yaitu tidak
menyiarkan konten ilegal seperti pornografi,
perundungan, kata kasar dan hal-hal yang menurut
  Bigo Live merupakan konten negatif, (6) Tidak boleh
menyamar sebagai orang lain, (7) Dilarang
mempublikasikan informasi pribadi orang lain, (8)
perizinan tentang lisensi dan keaslian dari hak cipta
baik itu karya music dan seni lainnya, (9) Tidak
mempublikasikan tautan berbahaya, (10) Pihak Bigo
Live berhak untuk memutuskan kemitraan dengan
pengguna apabila ditemukan pelanggaran oleh
pengguna itu sendiri, (11) Mengganti rugi kerugian
yang diterima Bigo Live apabila ditemukan
pelanggaran oleh pengguna yang merugikan pihak
Bigo Live.” 21
3. Intellectual Property Rights
Pada laman Bigo.tv juga dijelaskan tentang kepemilikan
hak properti dalam fitur Bigo Live dan disediakan pihak
Bigo Live adalah sepenuhnya milik Bigo Live yang
berbunyi;
“Semua teks, data, gambar, grafik, informasi audio
dan / atau video dan materi lainnya dalam Layanan
yang disediakan oleh BIGO LIVE adalah milik
BIGO LIVE dilindungi oleh hak cipta, merek
dagang dan / atau undang-undang hak properti
lainnya. Tidak ada dalam Perjanjian ini yang dapat
ditafsirkan sebagai pemberian lisensi hak kekayaan
intelektual apa pun atau materi tersebut oleh BIGO
LIVE kepada Anda.” 22

21
“BIGO LIVE User Agreement” https://www.bigo.tv/agreement.html.
Diakses pada 31 Desember 2018 pukul 15.40.
22
“BIGO LIVE User Agreement” https://www.bigo.tv/agreement.html.
Diakses pada 31 Desember 2018 pukul 15.40.
60

4. Terminating Services
Bigo.sg juga menyediakan layanan untuk pengguna yang
mendapatkan masalah ketika live streaming yang
 
menyatakan “Anda dapat mengakhiri Layanan BIGO LIVE
dan Perjanjian ini dengan mencabut akun BIGO LIVE
Anda. Anda dapat menghubungi kami di:
feedback@bigo.tv.” 23
5. Disclaimers
Pihak bigo live juga menyatakan bahwa semua sanggahan
diluar kuasa Bigo Live merupakan diluar tanggung jawab
pihak Bigo Live yang isinya:
a. “Anda bertanggung jawab penuh atas segala
risiko yang terlibat dalam menggunakan
Layanan BIGO LIVE. Setiap penggunaan atau
kepercayaan pada Layanan BIGO LIVE akan
menjadi risiko Anda sendiri.
b. Dalam keadaan apa pun BIGO LIVE tidak
menjamin bahwa layanan akan memenuhi
persyaratan Anda, atau menjamin bahwa
layanan tidak akan terganggu. Ketepatan
waktu, keamanan, dan akurasi layanan juga
tidak dijamin. Anda mengakui dan setuju
bahwa layanan ini disediakan oleh BIGO
LIVE berdasarkan "sebagaimana adanya".
BIGO LIVE tidak membuat pernyataan atau
jaminan dalam bentuk apa pun baik tersurat
maupun tersirat mengenai operasi dan
penyediaan Layanan tersebut atau bagian
daripadanya. BIGO LIVE tidak akan
bertanggung jawab atas kualitas, ketepatan
waktu, keakuratan, atau kelengkapan layanan
dengan cara apa pun dan tidak akan

23
“BIGO LIVE User Agreement” https://www.bigo.tv/agreement.html.
Diakses pada 31 Desember 2018 pukul 15.40.
61

bertanggung jawab atas segala konsekuensi


yang mungkin timbul dari penggunaan Anda
atas layanan tersebut.
c. BIGO LIVE tidak menjamin keakuratan dan
  integritas tautan eksternal apa pun yang dapat
diakses dengan menggunakan layanan dan /
atau tautan eksternal apa pun yang telah
ditempatkan untuk kenyamanan Anda. BIGO
LIVE tidak akan bertanggung jawab atas
konten situs yang ditautkan atau tautan apa
pun yang terkandung dalam situs tertaut, dan
BIGO LIVE tidak akan bertanggung jawab
atau bertanggung jawab, secara langsung atau
tidak langsung, atas kehilangan atau kerusakan
apa pun sehubungan dengan penggunaan
Layanan. oleh Anda. Selain itu, BIGO LIVE
tidak akan bertanggung jawab atas isi dari
halaman web apa pun yang Anda arahkan
melalui tautan eksternal yang tidak berada di
bawah kendali BIGO LIVE.
d. BIGO LIVE tidak akan bertanggung jawab
atas gangguan atau kekurangan lain dalam
Layanan yang disebabkan oleh keadaan force
majeure, atau yang di luar kendali BIGO
LIVE. Namun, sejauh mungkin, BIGO LIVE
akan berupaya untuk meminimalkan kerugian
dan dampak yang ditimbulkan pada Anda.”24
6. Legal Jurisdiction
Perjanjian yang ada pada laman Bigo.sg sudah diterapkan
sesuai pengaturan yang ada di Singapura, yang berbunyi:
“Perjanjian ini akan diatur oleh dan ditafsirkan sesuai
dengan hukum Singapura, tanpa memperhatikan
pilihan prinsip-prinsip hukum. Setiap perselisihan
yang timbul karena atau sehubungan dengan
Perjanjian ini, termasuk pertanyaan apa pun tentang
keberadaannya, keabsahan atau penghentiannya, harus

24
“BIGO LIVE User Agreement” https://www.bigo.tv/agreement.html.
Diakses pada 31 Desember 2018 pukul 15.40.
62

dirujuk dan akhirnya diselesaikan dengan arbitrase


yang dikelola oleh Singapore International Arbitration
Centre sesuai dengan Aturan Arbitrase dari Singapore
International Arbitration Pusat untuk saat ini berlaku,
  aturan mana yang dianggap dimasukkan dengan
referensi dalam pasal ini. Kursi arbitrase adalah
Singapura. Bahasa arbitrase adalah bahasa Inggris” 25
7. Other Terms
Pada laman Bigo.tv menjelaskan ketentuan-ketentuan lain
yang berbunyi:
“(1) Perjanjian ini merupakan keseluruhan perjanjian
barang yang disepakati dan hal-hal lain yang relevan
antara kedua belah pihak. Selain sebagaimana
ditentukan oleh Perjanjian ini, tidak ada hak lain yang
diberikan oleh salah satu Pihak pada Perjanjian ini. (2)
Jika ada ketentuan dalam Perjanjian ini yang dianggap
batal atau tidak dapat dilaksanakan oleh pihak yang
berwenang, secara keseluruhan atau sebagian, dengan
alasan apa pun, ketentuan lainnya dari Perjanjian ini
akan tetap valid dan mengikat. (3) Judul dalam
Perjanjian ini telah ditetapkan demi kenyamanan, dan
akan diabaikan dalam interpretasi Perjanjian ini. 26

25
“BIGO LIVE User Agreement” https://www.bigo.tv/agreement.html.
Diakses pada 31 Desember 2018 pukul 15.40
26
“BIGO LIVE User Agreement” https://www.bigo.tv/agreement.html.
Diakses pada 31 Desember 2018 pukul 15.40.
BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

  A. Temuan Data
Dengan maraknya penyebaran konten ilegal
pornografi di aplikasi bigo live yang dilakukan oleh
pengguna media sosial itu sendiri, maka penulis
menganalisis proses penyebaran konten ilegal pornografi
pada aplikasi Bigo Live. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah diperoleh berupa hasil wawancara dan observasi
pada pengguna Bigo Live serta akun milik pengguna lain
sebagai penguat data, maka selanjutnya penulis
melakukan analisis data menggunakan teori Difusi Inovasi
yang dicetuskan oleh Everett M. Rogers.
“Ia menjelaskan bahwa difusi adalah proses di
mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui
saluran tertentu dari waktu ke waktu di antara
anggota sosial sistem. Ini adalah jenis komunikasi
khusus, karena pesannya. peduli dengan ide-ide
baru. Komunikasi adalah proses di mana para
peserta buat dan bagikan informasi dengan satu
sama lain untuk mencapai saling pengertian.”1
Adapun dari penelitian yang telah di lakukan,
peneliti mendapatkan beberapa temuan yang dapat
mengambarkan proses penyebaran konten ilegal
pornografi pada aplikasi Bigo Live terlihat dari hasil
wawancara dan observasi langsung pada aplikasi Bigo
Live serta beberapa data pendukung seperti, berita dan

1
Everett M. Rogers Diffusions of Innovations, Forth Edition (New York: Tree
Press, 1995) h. 4.

63
64

artikel. Bahwa, memang adanya penyebaran konten ilegal


pornografi pada aplikasi Bigo Live.
Peneliti menemukan kesulitan dalam memperoleh
 
akses langsung kepada pengguna aplikasi Bigo Live
khususnya pengguna yang melakukan aksi pornografi di
aplikasi tersebut dengan alasan privasi. Hingga akhirnya
didapat objek melalui relasi kepada objek yang
dibutuhkan yaitu pengguna aplikasi yang ikut atau
berpartisipasi menyebarkan konten ilegal pornografi pada
aplikasi Bigo Live.
B. Analisis Data
1. Analisis Penyebaran Konten Ilegal Pornografi
Pada Aplikasi Bigo Live
Informan AV mengaku telah menggunakan Bigo
Live sejak September 2016, pada saat ia baru masuk
kuliah. Informan mengatakan, mengetahui aplikasi ini
dari teman-temannya yang mengajaknya untuk
menggunakan aplikasi Bigo Live kemudian ia
penasaran dan membacanya di internet. Informan
yang penasaran, kemudian mengunduh aplikasi Bigo
Live ini melalui app store. Sejak saat itu informan
mengaku sering menggunakan aplikasi Bigo Live
untuk streaming.2
Dari pemahaman tentang karakteristik media
sosial, aplikasi Bigo Live mempunyai empat
karakteristik, yaitu sebagai berikut:
2
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.
65

a. Network
Menurut AV, untuk melakukan live
streaming ia harus mempunyai data internet
 
yang cukup banyak, dikarenakan aplikasi Bigo
Live memang media sosial yang mengandalkan
internet untuk berkoneksi.3
“Ya harus ada internet sih, soalnyakan
streaming gitu ya, jadinya harus ada
internetnya” 4

NZ pun mempunyai pendapat yang sama,


yaitu:
“Aplikasi-nya-kan emang dipake buat
broadcast, jadinya yaaa… butuh internet
buat ngoneksiinnya”5

menurut pihak dari Bigo Live, Bigo Live


merupakan perusahaan internet inovatif yang
menyediakan layanan berbasis video.6
Jadi untuk saling terhubung aplikasi Bigo
Live memang membutuhkan koneksi internet
untuk menghubungkan dari satu akun ke akun
yang lain.

3
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan 18 Januari 2019.
4
Wawancara Pribadi dengan Informan AV , Kuningan, 18 Januari 2019
5
Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.
6
https://www.linkedin.com/company/bigo-technology-pte.-ltd diakses pada
tanggal 1 januari 2019, pukul 20.05.
66

b. Information
Dalam pengakuan AV, pengguna aplikasi
Bigo Live bisa memberikan informasi pada
 
aplikasi tersebut, berdasarkan pengakuan
informan, sebagai berikut:
“Jadi kan aku live nih, aku live nanti ada
orang masuk ke room aku eee nanti chat,
kayak nanya aku lagi dimana nanti aku
jawabnya pakai suara, lagi dirumah
misalnya atau lagi di tempat makan”7

Kemudian, NZ juga menjelaskan:


“Viewers biasanya nanya kita tinggal di
mana, namanya siapa, single atau udah
punya suami, ya pokoknya nanya-nanya
seputar itu lah, kadang aku jawabnya
beneran kadang boongan juga kalo aku
rasa gak srek sama orangnya”8

Hal ini diperkuat pada tab profil akun AV


yang menunjukan berbagai informasi.

7
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.
8
Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.
67

(Gambar 4.1 profil informan AV)9

Media partisipasi kolektif seperti


penggunaan internet untuk berbagi dan
bertukar informasi, berpendapat, berbagi
pengalaman, dan menjalin interaksi melalui
perangkat tertentu yang penggunaannya tidak
hanya sebagai alat namun juga dapat
menimbulkan efek emosional dan
keterikatan.10
Pada gambar diatas menjelaskan beberapa
informasi informan AV, seperti: foto diri,
nama asli, akun media sosial Instagram milik
pribadi dan informasi terakhir ketika ia
mengunjungi suatu tempat.

9
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.
10
McQuail, Dennis, 2000, Mc Quail‟s Communication Theory, Sage
Publications, London, hlm.127.
68

c. Interactivity
Menurut pemaparan AV, ia menyatakan
sebagai berikut:
 
“Jadi kan aku live nih, aku live nanti ada
orang masuk ke room aku eh nanti chat,
kayak nanya aku lagi di mana nanti aku
jawabnya langsung aja ngomong terus
mereka bisa liat dan tau”11
NZ juga mengatakan sebagai berikut:

“Ya biasanya sih mereka naya lewat


chat, aku ya tinggal jawab aja”12
Hal ini diperkuat oleh gambar interaksi
yang ada pada aplikasi Bigo Live.

(Gambar 4.2 Interaksi di aplikasi Bigo


Live)13

Interaksi Menurut Lev Manovich (2001)


dua tipologi untuk mendekati kata interaksi

11
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.
12
Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.
13
Sumber :Screen capture, live di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 19 Januari
pukul 11.45.
69

dalam perspektif media baru, yakni tipe


terbuka (open) dan tipe tertutup (closed).14

Hal ini menunjukan, adanyab pola interaksi


 
pada media sosial Bigo Live yang saling
terbuka antara penyiar dan penonton, sehingga
membuat interaksi menjadi dua arah.

d. Simulation
Dari hasil wawancara kepada informan,
menurut informan AV sebagai berikut:
“Sebenernya Bigo tuh unik banget ya,
soalnya ini bener-bener real kita bisa
ngobrol lewat aplikasi tanpa tau nama
kita siapa, tapi tetep bisa temenan gitu…
jadi aku nyaman aja sih komuniasi pake
Bigo Live hehe”15

NZ juga mengatakan sebagai berikut:


“Ini tuh bener-bener kayak dunia nyata
aja sih, cuma ngobrolnya lewat aplikasi
aja. Tapi penonton bener-bener real
taukita ngapain gitu”16

Pada simulasi digunakan untuk


mengungkapkan gagasan bahwa kesadaran
akan yang nyata di benak khalayak semakin
berkurang dan tergantikan dengan realitas
semu. kata simulacra atau simulasi digunakan

14
Rulli Nasrullah, Media Sosial, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015),
h. 27.
15
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.
16
Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.
70

untuk mengungkapkan gagasan bahwa


kesadaran akan yang nyata di benak khalayak
semakin berkurang dan tergantikan dengan
 
realitas difusi semu. Baudrillard menyebutnya
“a copy of a copy with no original”.17
Hal ini menunjukan, bahwa memang
adanya konstruktivitas yang terjadi kepada
para pengguna aplikasi Bigo Live yang
menjadikan aplikasi tersebut sama seperti
dunia nyata.

Kemudian untuk mengetahui proses penyebaran


konten ilegal pada aplikasi Bigo Live penulis
menemukan adanya desain difusi dan inovasi pada
proses penyebarannya melalui beberapa tahap, yaitu:

a. Menyadari
Adapun hasil wawancara dengan AV sebagai
berikut:
“Hmm… Aku awalnya liat-liat dulu sih
di room orang lain yang lagi live,
pengen tau aja gimana caranya biar rame
roomnya, eeeh ternyata pada buka-
bukaan (menunjukan aurat tubuh bagian
intim) gitu hahaha…,”18

Menurut pemaparan dari NZ, seperti berikut:


“Awalnya malah gak tau sih buat buka-
bukaan gitu, tapi pas nyoba aplikasinya

17
Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 28.
18
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.
71

dan liat kok banyak yang buka-buka


(menunjukan bagian intim dari tubuh)”19

Mengingat proses difusi dari komunikator


 
yang mendapatkan pesan dari media massa
sangat kuat untuk mempengaruhi orang –
orang. Menurut Nurudin “dengan demikian
inovasi (penemuan), lalu disebarkan (difusi)
melalui media massa akan kuat mempengaruhi
massa untuk mengikutinya.”20
b. Tertarik
Informan AV menjelaskan ketertarikannya
sebagai berikut:
“Kayaknya seru juga kalo aku nyoba
gitu mana tau rame yakaaan hahaha”21

Informan NZ mengatakan sebagai berikut:


“Pas gue live juga pada minta buka, gue
awalnya gamau sih tapi lama-lama jadi
kepengen juga ikutan lumayan dapet
gift”22

Menurut hasil wawancara, pada awalnya


mereka tertarik mengunggah bagian sensual
tubuhnya, dengan alasan mendapatkan gift dan
popularitas.

19
Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.
20
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. 2007), h. 188.
21
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.
22
Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.
72

Pada tahapan ini individu atau kelompok


sosial mulai menunjukan sikap terhadap suatu
inovasi. Dalam hal ini skikap yang ditunjukan
 
oleh individu maupun kelompok sosial ini
dapat berupa sikap baik maupun sikap yang
buruk.23
c. Menilai
Informan AV menuturkan, sebagai berikut:
“Terus aku mikir yang buka-bukaan gitu
bisa dapet gift banyak, masa aku juga
gak bisa kaya gitu dapet gift banyak.”24

Berdasarkan penuturan informan NZ sebagai


berikut:
“Awalnya sih gue mikir ya, beneran
pada suka gak ya, eh tau-tau pada suka
beneran hahahaha.”25

Dalam tahap ini individu maupun


kelompok sosial tertentu telah sampai
kepada tahapan pengambilan penilaian
terkait sebuah inovasi yang dikenakan
kepadanya. Dalam hal ini inovasi sudah
sampai pada tahap akan diadopsi oleh

23
Herman, “Teori Difusi Inovasi – Konsep dan Perkembangannya”,
https://pakarkomunikasi.com/teori-difusi-inovasi diakses pada 20 Januari,
pukul 21.43
24
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.
25
Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.
73

individu atau kelompok tertentu maupun


ditolak.26
Menurut hasil pemaparan kedua
 
informan, mereka bisa memberi penilaian
bahwa mereka juga bisa menggunakan
aplikasi Bigo Live dengan konten muatan
pornografi.
d. Mencoba
Informan AV mengatakan sebagai berikut:
“Terus besoknya aku ikutin tapi awal-
awalnya malu sih terus lama-lama jadi
biasa juga abis dapet gift juga jadi
untung juga deh.”27

NZ juga menjelaskan sebagai berikut:


“Gue coba, viewersnya pada suka malah
kasih gift gitu.”28

Menurut penuturan dari kedua


informan pada tahap ini, AV dan NZ telah
mencoba ikut menyebarkan konten ilegal
pada aplikasi Bigo Live dengan konten
pornografi di dalamnya. Yaitu Pada tahap
ini ketika individu atau kelompok
memutuskan untuk mengadopsi suatu
inovasi maka ia akan menerapkan inovasi

26
Herman, “Teori Difusi Inovasi – Konsep dan Perkembangannya”,
https://pakarkomunikasi.com/teori-difusi-inovasi diakses pada 20 Januari,
pukul 21.45.
27
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.
28
Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.
74

tersebut dalam kehidupanya. Bilamana


inovasi tersebut diterapkan dalam suatu
aspek kehidupan maka individu maupun
 
kelompok tersebut sudah dapat dikatakan
sebagai adopter dari suatu inovasi.29
Dalam hal ini penyebaran konten
pornografi yang dilakukan oleh informan
AV dan NZ memang dilakukan setelah
menadopsi dari proses penyebaran konten
sebelumnya yang ia lihat pada aplikasi
tersebut. Yaitu pada tahap pertama.
e. Menerima
Menurut informan AV mengatakan:
“Sekarang sih ya jadi sampingan aja,
lumayan giftnya bisa di tuker duit si
haha.”30
Menurut NZ sebagai berikut:

“Kalo sekarang ya, udah jarang sih tapi


sesekali boleh lah live buka-bukaan
lagi..hehehe Cuma kan udah dibanned
jadi harus bikin ulang deh haha.”31

Pada tahap terakhir, akhirnya mereka


merasa nyaman menggunakan dan
menyebarkan konten porngrafi pada

29
Herman, “Teori Difusi Inovasi – Konsep dan Perkembangannya”,
https://pakarkomunikasi.com/teori-difusi-inovasi diakses pada 20 Januari,
pukul 21.50.
30
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.
31
Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.
75

aplikasi bigo live. seperti pemaparan dari


Robert H. Lauer meliputi “penerimaan dan
penggunaan suatu inovasi oleh individu,
 
sedangkan penyebaran menyangkut
tersebarnya inovasi di dalam sistem
sosial.”32
2. Analisis Inovasi penyiar menyebarkan konten
pornografi pada aplikasi Bigo Live.
Dari hasil anlisis pada kedua informan. Penulis
menemukan adanya inovasi yang diterima pengguna
sehingga ikut menyebarkan konten pornografi aplikasi
Bigo Live, dari beberapa alasan pengguna menemukan
kecocokan dengan beberapa kategori dari teori difusi
inovasi, yaitu:
a. Penerima Awal
Menurut Rogers yang dikutip dalam
bukunya Morissan “orang-orang yang
berpengaruh, tempat teman-teman sekeliling
memperoleh informasi dan merupakan orang-
orang yang lebih maju dibanding
sekitarnya.”33 Menurut pemaparan AV adalah
sebagai berikut:
“Hmm… Aku awalnya liat-liat dulu sih
di room orang lain yang lagi live,
pengen tau aja gimana caranya biar rame
32
Robert H. Lauer Perspektif tentang perubahan sosial ( penerbit : PT. Rineka
Jakarta 1993), h. 229.
33
Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013),
h. 141-142.
76

roomnya, eeeh ternyata pada buka-


bukaan (menunjukan aurat tubuh bagian
intim) gitu hahah.”34

  Kemudian menurut NZ:


“Awalnya malah gak tau sih buat buka-
bukaan gitu, tapi pas nyoba aplikasinya
dan liat kok banyak yang buka-buka
(menunjukan bagian intim dari
tubuh).”35

Hal ini menunjukan bahwa proses difusi itu


berawal dari inovator dan diketahui oleh
penerima awal dalam kasus ini yaitu para
narasumber kemudian diikuti. Namun pada
dasarnya mereka yang memang sudah
menyenangi hal-hal baru dan rajin melakukan
percobaan-percobaan.36

Ini bisa diartikan, bahwa penyebaran


konten pornografi memang berawal dari
adanya proses difusi yang dilakukan oleh
inovator dan dikembangkan kembali oleh
penerima awal untuk mengikuti yang
dilakukan oleh inovator.

34
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.
35
Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.
36
Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013),
h. 141-142.
77

b. Mayoritas Awal
Menurut Rogers yang dikutip dalam bukunya
Morissan menjelaskan “Mayoritas awal yaitu
 
orang – orang yang baru bersedia menerima
suatu inovasi selangkah lebih dahulu dari rata
– rata kebanyakan orang lainnya.”37 Informan
AV mengatakan:
“Biasanya kalo aku sih suka nyanyi,
atau bikin challenge apa biar seru gitu
kan, eee challengenya dari penontonnya
mereka mau aku ngapain nanti aku
lakuin gitu misalnya challenge aku yang
agak-agak ekstrim, misalnyaa kayak
suruh buka kancing satu-satu atau
disuruh jepret-jepret (memainkan bra),
atau disuruh yaaa agak-agak intim gitu
deh.”38

Dari penuturannya AV itu, ia mengakui


jika para viewers yang tertarik dengan hal-hal
berbau pornografi. Hal senada pun
diungkapkan oleh NZ:
“Ya kalo gue sih, karena para cowok
(viewers) itu suka gue buka-bukaan ya
jadi gue buka-bukaan biar room gue
rame.”

Dari pemaparan kedua informan bahwa


terdapat mayiritas awal yang ter-difusi atau
ikut menerima adanya penyebaran konten
37
Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013),
h. 141-142.
38
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.
78

pornografi yaitu penonton atau viewers


sebagai Mayoritas awal, dilihat dari jumlahnya
yang lebih banyak daripada penyiar.
 
Kemudian penulis dapat menyimpulkan
bahwa memang terjadinya proses inovasi
dalam menyebarkan konten pornografi oleh
para host ke pengguna lainnya dengan cara
berinteraksi lewat kolom chat yang ditawarkan
penerima awal dan diterima oleh mayoritas
awal yaitu penonton ityu sendiri.
3. Analisis alasan pengguna menggunakan dan
melakukan siaran dengan konten pornografi pada
aplikasi Bigo Live
Dari hasil anlisis pada kedua informan. Penulis
menemukan adanya beberapa alasan yang mengapa
pengguna memnggunakan aplikasi Bigo Live, dari
beberapa alasan pengguna menemukan kecocokan
dengan beberapa karakteristik dari teori difusi inovasi,
yaitu:
a. Observability
Keterlihatan merupakan tingkat di mana
sebuah inovasi itu dapat terlihat bagi orang
lain.39 Ini terjadi ketika adopter melihat adanya
konten pornografi yang bisa menjadi peluang
usaha.
39
Sholahudin (2017), Pengaruh Karakteristik Inovasi Terhadap Niat
Mengadopsi Solopos Epaper. (Tesis Master Tidak Dipubilkasikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
79

Menurut pemaparan AV adalah sebagai


berikut:
“iya awalnya aku liat sih pada buka-
  bukaan gitu, terus mikir bisa jadi
peluang juga buat aku dah itu aja sih
haha.”40

Kemudian menurut NZ:


“Ya karena awalnya gue liat-liat sih
bener gak nih bisa ngehasilin duit di
aplikasi itu (Bigo Live) ternyata bener
dapet akhirnya gue pake dan buka-
bukaan kayak yang lain deh.”41

Dari pemaparan kedua informan dapat


dikatakan bahwa memang adanya observasi
terlebih dahulu yang dilakukan di pengguna
untuk mengetahui apakah adanya peluang usaha
yang bisa diciptakan pada aplikasi Bigo Live.
b. Compatibility (Kesesuaian)
Inovasi dianggap konsisten dengan nilai,
pengalaman dengan kebutuhan individu atau
kelompok yang berpotensi mengadopsi inovasi
tersebut akan lebih besar kemungkinannya
diadopsi oleh individu atau kelompok.
Dalam kasus ini terjadi kesesuaian antar
pengguna dengan kebutuhannya sehingga
mereka menggunakan aplikasi tersebut dan

40
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.
41
Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.
80

menyebarkan konten pornografi demi


memenuhi kebutuhan pribadinya yaitu
pendapatan berupa gift yang bisa ditukarkan
 
dengan uang atau bisa dalam bentuk lainnya
sesuai kebutuhan masing-masing pengguna.
Informan AV mengatakan:
“Ya alesan aku sih sama ya, pake itu
aplikasi (Bigo Live) ya karena butuh
uang tambahan, orantua ngasih juga kan
bisa abis juga daripada minta lagi
mending live bentar biar dapet gift terus
tuker ke duit kan lumayan tuh.”42

NZ juga mengatakan hal serupa:


“Gue pake Bigo tuh awalnya ya pengen
ngobrol aja sih, cuma lama-lama ya
mikir juga masa gue pake aplikasi itu
ga dapet apa-apa sedangkan kebutuhan
juga makin nambah, kuota juga
kenanya gede ya harus balik modal.
terus gue buka-bukaan bisa nambah
duit, kan lumayan duitnya buat
nambahin kebutuhan yang gue mau
hehe.“43

c. Keuntungan relatif
Inovasi lebih dapat diterima bila individu
atau kelompok menanggap inovasi tersebut
lebih baik dibanding produk atau sikap yang
sebelumnya mereka pakai. Keuntungan
tersebut bisa berupa ekonomi, kebanggaan

42
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.
43
Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.
81

sosial, kenyamanan dan kepuasan. Semakin


besar keuntungan relatif yang dipresepsikan
pengguna, semakin cepat inovasi tersebut
 
diadopsi.44
Cara ini digunakan oleh AV yang
menjadikan konten ilegal pornografi sebagai
alat yang mempunyai nilai jual.
“Ya tadi udah dijelasin sih kak, aku
pake aplikasi ini ya buat nyari duit
sampingan aja. kalo ga buka-bukaan ga
dapet target nanti malah ga di gaji
heheh, kan lumayan kalo sehari
misalnya dapet 10.000 gift kita tuker
dapet deh sekitar 500.000 (Rupiah), ya
buat jajan-jajan lumayan kan.”45

NZ juga mengatakan hal yang sama, yaitu;


“Gue buka-bukaan murni nyari duit aja,
ga ada alesan lain. Keuntungannya
lumayan buat jajan sehari-hari belum
lagi kado-kado dari fans disitu ya untung
baget lah hahaha.”46

Hal ini diperkuat oleh data yang ditemukan


oleh peneliti mengenai adanya transaksi pada
aplikasi Bigo Live untuk diberikan kedapa para
penyiar atau Broadcaster dan bisa sebagai
ladang keuntungannya.

44
Sholahudin (2017), Pengaruh Karakteristik Inovasi Terhadap Niat
Mengadopsi Solopos Epaper. (Tesis Master Tidak Dipubilkasikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
45
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.
46
Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.
82

Sejumlah 210 beans setara dengan 1 USD.


Atau pengguna bisa menukarkan 6,700 beans
menjadi USD 32 atau setara dengan Rp 426
 
ribu. Atau 210 beans setara dengan USD 1
atau Rp 13,000.47

(Gambar 4.3 Top Rank dan beans exchange)48

47
Mon, Tips Meraup Dolar dari Aplikasi Bigo Live,
http://jogja.tribunnews.com/2017/05/21/tips-meraup-dolar-dari-aplikasi-bigo-
live, diakses pada 20 Januari 2019, pukul. 22.00
48
Sumber :Screen capture, live di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 20
Januari,pukul 23.00
83

(Gambar 4.4 Pemberian gift pada broadcaster)49

Ditambah dengan artikel yang penulis


dapatkan mengungkapkan, bahwa beberapa
user wanita mengaku mengalami pengalaman
kurang mengenakkan ketika melakukan
streaming di Bigo Live. Ada yang diminta
lebih buka-bukaan, ada yang dihujani
komentar menghina.
Fino Yurio pada wawancaranya di
detik.com menyatakan bahwa "Aku tidak
membiarkan diriku terpengaruh dengan
komentar semacam itu. Kurasa tidak
seorangpun punya hak untuk menghakimi
seseorang," kata Joana Chia, seorang user Bigo

49
Sumber :Screen capture, live di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 20
Januari,pukul 23.20.
84

yang senang menyiarkan streaming kala dia


menyanyi. Masalahnya, yang menyanggupi
untuk buka-bukaan pun tidak sedikit. Apalagi
 
ada imbalannya. Ketika user melakukan
streaming, mereka bisa mendapat reward dari
user lain yang merasa puas dengan stiker item
seperti bunga, mobil mewah atau cincin.”50
Dari alasan kedua pengguna, penulis
menemukan adanya suatu komoditas yang
dilakukan oleh pengguna untuk meraup
keuntungan pribadi yang mana ini berkaitan
dengan komodifikasi isi yaitu komodifikasi
yang erat kaitannya dengan konten yang ada
pada media komunikasi. Proses tersebut terjadi
ketika pelaku menyampaikan pesan melalui
teknologi yang kemudian pesan tersebut
disajikan sebagai pesan yang memiliki nilai
jual dipasaran. Cara ini digunakan oleh AV
yang menjadikan konten ilegal pornografi
sebagai alat yang mempunyai nilai jual.
“syarat-syaratnya misalnya ngasih gift
atau apalah... biasanya tuh eee aku bikin
challenge sama followers aku gitu,
misalnya challengenya aku disuruh joget
nih aku joget atau disuruh niruin suara
apa aku niruin.”51
50
Fino Yurio, Buka-Bukaan di Bigo Live bisa bikin ketagihan, diakses dari
https://inet.detik.com/cyberlife/d-3371144/buka-bukaan-di-bigo-live-bisa-
bikin-ketagihan,pada 20 Januari 2019.
51
Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.
85

Dari penuturannya AV itu, ia mengakui


jika para viewers yang tertarik dengan hal-hal
  berbau pornografi, sehingga ia
memanfaatkannya untuk mendapatkan
keuntungan. Hal senada pun diungkapkan oleh
NZ:
“Ya kalo gue sih, karena para cowok itu
suka gue buka-bukaan, jadinya ya gue
manfaatin buat jadi duit di aplikasinya,
gue tawarin, yang mau gue buka-bukaan
seengganya kasih gift sampe berapa ribu
beans gitu baru gue buka kancing deh
haha.”52

NZ juga menuturkan kalau ia melakukan


konten berbau pornografi murni karena ingin
mendapatkan uang, berikut pemaparannya:
“Ya ga munafik sih, gue buka-bukaan
awalnya emang nyari duit tambahan lah,
masa mereka yang nonton gue kasih
gratis, enak ajaaa.”53

Dari wawancara kepada AV dan


NZ dapat dikatakan bahwa ia membuat
konten pornografi memang untuk mencari
keuntungan berupa uang yang dapat ia
hasilkan dengan menyiarkan konten ilegal
berbau pornografi

52
Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.
53
Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.
86

Sesuai dengan komodifikasi isi,


yaitu Proses komodifikasi ini dimulai
ketika pelaku media mengubah pesan
 
melalui teknologi yang ada menuju sistem
interpretasi yang penuh makna hingga
menjadi pesan yang menjual atau
marketable.54

54
Syaiful Halim, Postkomodifikasi Media, (Yogjakarta: Jalasutra, 2013), hal.
47.
BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Konten
Ilegal di Media Sosial (Studi Kasus: Pornografi Pada
Aplikasi Bigo Live), kesimpulannya adalah:
Proses penyebaran konten ilegal pornografi di media
sosial Bigo Live diantaranya adalah: Pertama, ialah
menyadari adanya adanya konten pornografi yang menyebar.
Yang kedua yaitu terjadinya proses ketertarikan oleh para
pengguna aplikasi untuk menyebarkan konten pornografi
pada tahap ini hasilnya bisa tergantung pengguna apakah
positif atau negatif. Ketiga adalah proses penilaian, yaitu di
mana para pengguna bebas menilai apakah konten tersebut
bisa di adopsi oleh pengguna dan dinikmati oleh pengguna
lain yang melihat, dalam kasus ini kedua informan menilai
kalau ia pun mampu melakukan hal seperti itu demi tujuan
tertentu. Keempat terdapat proses mencoba, pada tahap ini
ketika individu atau kelompok memutuskan untuk
mengadopsi suatu inovasi maka ia akan menerapkan inovasi
tersebut dalam kehidupanya. Dalam kasus ini para informan
mencoba menggunakan aplikasi Bigo Live untuk
menyebarkan konten pornografi. Dan yang kelima ialah
menerima yaitu tahap dimana pengguna sudah nyaman
menggunakan aplikasi Bigo Live untuk menggunakannya
sebagai alat menyebarkan konten ilegal berbau pornografi.

87
88

Kemudian ditemukan inovasi dalam penyebaran konten


berbau pornografi dapa aplikasi Bigo Live yang dibagi dalam
tiga kategori yaitu; Inovatir sebagai penggagas utama
 
penyebaran konten ilegal. Kedua, penerima awal yaitu para
Informan penulis AV dan NZ yang menerima dan ikut
melakukan penyebaran konten pornografi. Ketiga, adalah
mayoritas awal yaitu orang yang menerima difusi dan
menerima lebih awal dibanding orang lain, dalam kategori
ini penonton dikategorikan sebagai mayoritas awal karena
jumlahnya yang lebih banyak.
Adapun alasan pengguna menggunakan aplikasi Bigo Live
dan melakukan siaran berbau konten pornografi pada aplikasi
tersebut ialah:
1. Keterlihatan bahwa kedua informan memang
melihat konten pornografi pada aplikasi tersebut
mempunyai nilai keuntungan yang tinggi sesuai
dari pemaparan kedua informan.
2. Kesesuaian, pada bentuk kedua ini terdapat
kesesuaian atau kesamaan kebutuhan antara
penyiarsatu dan lainnya untuk mendapatkan
keuntungan dan memenuhi kebutuhan ekonominya
masing-masing penyiar, yaitu dengan cara
menyebarkan konten pornografi yang mana itu
dilakukan dengan mempertontonkan bagian intim
dari penyiar itu sendiri yang
3. Keuntungan relatif di mana setiap pengguna
menggunakan dan menyiarkan konten berbau
89

pornografi pada akunnya itu hanya sebatas


keuntungan pribadi berupa materi yang tiap
pengguna bisa berbeda-beda pendapatannya.
 
Namun pada dasarnya kedua informan memang
mencari keuntungan berupa uang tunai yang bisa
ia pergunakan untuk kebutuhannya.
Terakhir adalah ditemukannya hubungan antara alasan
pengguna dengan sistem komoditas pribadi, yaitu
berhubungan erat dengan komodifikasi isi, yang mana
pengguna merasa dengan mempertontonkan tubuhnya itu ia
bisa meraup berbagai keuntungan yang ia dapatkan, yaitu
popularitas, komunikasi, pertemanan dan materi (uang tunai
atau kado”

B. Implikasi
Hasil penelitian ini adalah bukti bahwa penggunaan media
sosial tidak hanya digunakan untuk hal positif namun bisa
juga digunakan untuk hal nnegatif, seperti penyalahgunaan
konten berbau pornografi dengan tujuan keuntungan secara
materi kepada si pengguna. Hasil dari penelitian ini juga bisa
dijadikan pemahaman dan gambaran bagi pengguna-
pengguna lainnya agar bisa menggunakan media sosial
sesuai dengan manfaatnya secara positif, yaitu menyebarkan
konten-konten baik pada media sosial. Kemudian hasil dari
penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai tolak ukur untuk
mengetahui bagaimana perkembangan media sosial yang
akan datang.
90

C. Saran
Kepada para pengguna media sosial Bigo Live penulis
menyarankan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
 
Karena media sosial Bigo Live ini bisa memnyebabkan nilai-
nilai moral yang ada dimasyarakat dilupakan dengan
sendirinya berkat konten yang disiarkan.
Dampak dari dari penyebaran konten ilegal pornografi
juga juga dapat merugikan orang-orang tercinta di sekitar
anda. Terutama keluarga, orangtua dan anak terkait dengan
nilai dan norma yang ada di masyarakat. Kepada masyarakat
umum, diperlukannya pembinaan dan penanaman moral
secara lebih intensif kepada kerabat terdekat atau lingkungan.
Terutama pada anak-anak di bawah umur diperlukannya
pantauan dan himbauan agar lebih cerdas dalam memilih dan
menggunakan media sosial.
Untuk para peneliti selanjutkan, diharapkan mampu
menemukan dan mengungkap dampak interkasi dari
penyebaran konten pornografi pada aplikasi streaming
lainnya tidak hanya pada Bigo Live namun bisa pada aplikasi
yang lain dan sejenisnya.
91

DAFTAR PUSTAKA

 
Buku Besar
Creswell, Jhon. W. Qualitative inquiry and research design:
Choosing among five traditions, California: SAGE 1998.
Nasrullah, Rulli. Teori dan Riset Media Siber (cybermedia),
Jakarta: Kencana, 2014.
Nasrullah, Rulli. media sosial, Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2015
Sumber Buku

Burton, Graeme. Pengantar untuk Memahami: Meida dan


Budaya Populer, Yogjakarta: Jalasutra, 2008.

Chapman and Hall, Social Media and Social Computing Series:


Mining User Generated Content, Florida: CRC Press 2014.

Evans, D. S. & P., Das Kapital untuk Pemula, Yogjakarta: Resist


Book, 2004.

Halim, Syaiful. Postkomodifikasi Media, Yogjakarta: Jalasutra,


2013.

Hardian Satiawardana, Tri dan el-Qudsy, Zuhaidi. Exploring The


Cyber World Panduan Lengkap Berinternet, Jawa Timur:
Mas Media Buana Pustaka, 2008.

Hawari, Dadang. Konsep Agama (Islam) Menanggulangi


HIV/AIDS, Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 2002.

Jaco, J.R. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan


Keunggulan, Jakarta, Grasindo 2010.

Junaidi, Ahmad. Porno: Feminisme, Seksualitas, dan Pornografi


di Media, Jakarta: Grasindo, 2012.
92

Kaplan, Anderas M. dan Haenlein, Michael. “User of the World,


Unite! The Challenges and The Opportunities of Social
Media”, 2010.

Lauer,
 
Robert H. Perspektif tentang perubahan sosial penerbit :
PT. Rineka Jakarta, 1993.

Mackinnon A, Chatarine A. Feminism Unmodified: Discourse on


Life and Law Harvard University Cambrige, 1987.

Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa, Bogor: Ghalia


Indonesia, 2013.

Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada. 2007.

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J., Teori Sosiologi dan


Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir
Teori Sosial Postmodern, diterjemahkan oleh Nurhadi,
Yogjakarta: Kreasi Wacana, 2009.

Rogers, Everett M. Diffusions of Innovations, Forth Edition, New


York: Tree Press, 1995.

Severin, Werner J. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan


Terapan di Dalam Media Massa Edisi Kelima, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011.

Soebagijo, Azimah. Pornografi Tapi Dilarang Dicari, Gema


Insani: Jakarta, 2008.

Sulianta, Feri dan Juju, Dominikus. Branding Promotion with


Social Network, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2013.

Zarella, Dan. The Social Media Marketing Book, Canada:


O’Reilly Media, 2010.

Literatur

Azizah, Reza R. Tesis, Representasi Komodifikasi Tubuh dan


Kecantikan dalam Tiga Novel teen-lit Indonesia: The Glam
93

Girls Series, Magister Kajian Sastra dan Budaya Fakultas


Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, 2013.

Franida, Nicky. “Bahaya Komunitas Homoseksual di Media


 
Sosial (Studi Kasus: Interaksi Virtual Community Media
Sosial Grindr” Skripsi pada Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Pradjnaparamita, Zebrina. Tesis, Komodifikasi tas belanja


bermerek: Motivasi dan Identitas Kaum Shopaholic
Golongan Sosial Menengah Surabaya, Program Magister
Kajian Sastra dan Budaya, Fakultas Ilmu
Budaya,Universitas Airlangga, 2012.

Septiani, Eka Puji. “Dampak Film Pornografi Terhadap


Psikososial di Kalangan Remaja (Studi Kasus Pada Remaja
Yang Berpacaran)” Skripsi pada Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Sholahudin, “Pengaruh Karakteristik Inovasi Terhadap Niat


Mengadopsi Solopos Epaper.” Tesis Master Tidak
Dipubilkasikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2017

Website

Diakses dari http://www.livestreamingindonesia.com/pengertian-


live-streaming/, pada tanggal 18 Juli 2018.

Diakses dari https://www.rappler.com/indonesia/berita/155626-


kemenkominfo-blokir-situs-bigo-live-pornografi Pada 19
Juli 2018.

Diakses
http://republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/02/n1rqi
q-tifatul-pornografi-rusak-lima-sel-otak pada 17 juli 2017.

Diakses dari http://www.beritasatu.com/kesra/168944-pornografi-


merusak-lima-sel-otak.html Pada juli 2017.
94

Diakses dari http://global.liputan6.com/read/2635555/pornografi-


merusak-otak-mitos-atau-ilmiah Pada juli 2017.

Diakses http://cyberlaw.id/mengapa-perlu-pengaturan-konten-
 
ilegal-dalam-uu-ite-2/ pada 1 Desemeber 2018.

Diakses
https://www.kompasiana.com/marchelinapurnamasari7894/
5b50853e5e137337e5043f83/pengaruh-media-sosial-
instagram-sebagai-konten-media-promosi-pada-online-
shop?page=all 17 November 2018.

Diakses dari https://dailysocial.id/post/tren-perkembangan-


media-sosial-untuk-pemasaran-digital pada 20 November
2018.

Diakses
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4807/Menko
minfo+Akui+Sulit+Berantas+Konten+Negatif+di+Media+
Sosial/0/berita_satker Pada 28 November 2018.

Diakses https://digitalmarketer.id/social-media/9-jenis-konten-
sosial-media-yang-bisa-anda-gunakan/ pada 29 November
2018.

Diakses https://www.yatekno.com/aplikasi-video-live-streaming/
pada 17 Agustus 2018.

Diakses dari https://www.lifewire.com/internet-streaming-how-it-


works-1999513 pada 17 Agustus 2018.

Diakses dari
https://www.thinkuknow.co.uk/parents/articles/what-is-
live-streaming/ pada 17 Agustus 2018.

Diakses dari http://www.vlinklive.com/explore-live-


streaming/frequently-asked-uestions/what-is-live-video-
streaming-or-livecasting/ pada 17 Agustus 2018.

Diakses dari https://www.yatekno.com/aplikasi-video-live-


streaming/ pada 17 Agustus 2018.
95

Diakses dari https://medium.com/exmachinagroup/lesson-4-


allow-viewers-to-influence-the-broadcast-or-live-stream-
73eff6bc008d pada 18 Agustus 2018.

Diakses
 
dari http://www.kpi.go.id/index.php/id/lihat-terkini/38-
dalam-negeri/33344-tiga-hal-penting-dalam-produksi-
program-siaran pada 18 Agustus 2018.

Diakses dari http://blog.awalbros.com/2017/03/22/fenomena-


bigo-live/, pada tanggal Desember 2018.

Diakses dari https://www.linkedin.com/company/bigo-


technology-pte.-ltd pada tanggal 1 januari 2019.

Diakses dari http://www.harianjogja.com/baca/2016/08/24/duh-


bigo-live-kerap-dipakai-tayangkan-adegan-mesum-747244
Pada 30 Desember 2018.

Diakses dari http://tekno.liputan6.com/read/2677943/bigo-live-


diblokir-apa-kata-kemkominfo Pada 30 Desember 2018.

Diakses dari http://www.bigo.sg/about.html, Pada tanggal 30


Desember 2018.

Diakses dari http://jogja.tribunnews.com/2017/05/21/tips-


meraup-dolar-dari-aplikasi-bigo-live, pada 20 Januari 2019.

Diakses dari https://craft.co/bigo-13/executives. Pada 31


Desember 2018 .

Diakses dari https://www.bigo.tv/agreement.html. pada 31


Desember 2018 Pada 20 Januari 2019.

Diakses dari https://inet.detik.com/cyberlife/d-3371144/buka-


bukaan-di-bigo-live-bisa-bikin-ketagihan.

Wawancara Pribadi

Wawancara Pribadi dengan Responden AV, Kuningan, 20


Januari 2019.
96

Wawancara Pribadi dengan Responden NZ, Sawangan, 23


Januari 2019.

Wawancara Pribadi dengan Responden AV, Sarinah, 25 Januari


 
2019.

Dokumentasi

Logo Bigo Live.

Screen shoot menu Bigo Live.

Screen shoot Live Session Bigo Live.

Foto bersama informan AV.

Foto bersama informan NZ.


 

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Transkip Wawancara
Judul Skripsi : Penyebaran Konten Ilegal di
Media Sosial (Studi Kasus:
 
Pornografi Pada Aplikasi Bigo
Live)

Waktu wawancara
Hari, Tanggal : Jumat, 18 Januari 2019
Tempat : Kuningan, Jakarta Selatan
Nama Informan : AV
Pekerjaan : Mahasiswa
Nama Pewawancara : Zoupi Dwi Raka

Pertanyaan 1 : Sejak kapan kamu menginstal aplikasi


bigo live?
Jawaban 1 : Ee... dari tahun 2016 sih awal-awal kuliah
gitu, berarti sekitar bulan oktober
november lah..
Pertanyaan 2 : Darimana kamu tahu aplikasi bigo live?
Jawaban 2 : Dari temen, karena suka main bigo live
kan suka ngajak live, “eh bareng yuk live
streaming” gitu, eh eh jadi jadi kepo ini
apa sih bigo live jadi ikutan instal, terus
jadi aktif juga deeeh.
Pertanyaan 3 : Apa tujuan dari aplikasi bigo live?
Jawaban 3 :Eee biar nambah temen ajasih, seru gitu
kan berinteaksi sama banyak orang terus
jadi banyak followers. Trus ada
penghasilan tambahan lah gitu buat jajan-
jajan.
Pertanyaan 4 : Apa sih yang diperlukan ketika kamu
 
live?
Jawaban 4 : ya harus ada internet sih, soalnyakan
streaming gitu ya, jadinya harus ada
internetnya
Pertanyaan 5 : Biasa live di mana?
Jawaban 5 : Biasanya aku live lebih sering di rumah,
biasanya malem-malem pas abis pulang
kuliah gitukan lagi santai live, atau kalau
lagi emang lagi luar lagi makan kadang
live juga sambil ngobrolin apa yang aku
makan.
Pertanyaan 6 : Gimana cara interaksi kamu di bigo live?
Jawaban 6 : Jadi kan aku live nih, aku live nanti ada
orang masuk ke room aku eee nanti chat,
kayak nanya aku lagi dimana nanti aku
jawabnya pakai suara
Pertanyaan 7 : Bagaimana kamu berinteraksi di aplikasi
tersebut?
Jawaban 7 : Jadi kan aku live nih, aku live nanti ada
orang masuk ke room aku eh nanti chat,
kayak nanya aku lagi di mana nanti aku
jawabnya langsung aja ngomong terus
mereka bisa liat dan tau
Pertanyaan 8 : Terus gimana lagi?
Jawaban 8 : Jadi kan aku live nih, aku live nanti ada
orang masuk ke room aku eee nanti chat,
kayak nanya aku lagi dimana nanti aku
 
jawabnya pakai suara, lagi dirumah
misalnya atau lagi di tempat makan
Pertanyaan 8 : Menurut kamu aplikasi bigo live itu kaya
gimana dengan dunia nyata?
Jawaban 8 : sebenernya Bigo tuh unik banget ya,
soalnya ini bener-bener real kita bisa
ngobrol lewat aplikasi tanpa tau nama kita
siapa, tapi tetep bisa temenan gitu… jadi
aku nyaman aja sih komuniasi pake Bigo
Live hehe
Pertanyaan 9 : Jam berapa biasanya kamu live?
Jawaban 9 : kalau lagi senggang aja sih, tapi kalo
kontennya rada dewasa ya malem lebih
enak
Pertanyaan 10 : Apa keuntungan yang kamu dapatkan
ketika memakai aplikasi ini?
Jawaban 10 : Pertama punya followers terus bisa dapet
gift, giftnya itu bisa diconvert lagi jadi
uang gitu jadi ya dapet tambahanlah gitu,
terus belum lagi yang suka ngasih giftnya
gift beneran gitu, entah ari ngirim kerumah
lah atau barang gitu. Dapet kenalan terus
ada komunitasnya juga eee para host-
hostnya gitu.
Pertanyaan 11 : Apa kamu selalu memakai pakaian sexy
ketika live?
Jawaban 11 : Emmm kalau dirumah sih biasanya kalau
 
dikaar gituya, biasalah paling kaya pake
tank top doang gitu atau kalo yang udah
mulai tengah-tengah malem gitu
Pertanyaan 12 : Apa yang kamu lakukan untuk
mendapatkan gift dari penonton?
Jawaban 12 : Jawaban: biasanya tuh eee aku bikin
challenge sama followers aku gitu,
misalnya challengenya aku disuruh joget
nih aku joget atau disuruh niruin suara apa
aku niruin, kadang suka ada yang lebih
ekstrem mintanya tapi aku minta syaratnya
tuh kayak giftnya tuh minta yang lebih
gede gitu kalo misalnya challenges aku
yang agak-agak ekstrim, misalnyaa kayak
suruh buka kancing satu-satu atau disuruh
jepret-jepret, atau disuruh yaaa agak-agak
intim gitu deh
Pertanyaan 13 : terus?
Jawaban 13 :. Biasanya kalo aku sih suka nyanyi, atau
bikin challenge apa biar seru gitu kan, eee
challengenya dari penontonnya mereka
mau aku ngapain nanti aku lakuin gitu tapi
dengan syaratnya adalah syarat-syaratnya
misalnya ngasih gift atau apalah...
Pertanyaan 14 : Terus nanti habis itu dapat gift?
Jawaban 14 :Iya abis itu dapet gift, giftnya tuh
misalnya giftnya motor atau mobil gitu
 
nanti kalau diconvert ke uang tuh bisa 500
sampai 800 ribu gitu, aku juga ga minta
gift aja sih misalnya aku minta ya uang
cash atau minta pulsa berapa banyak
gituuu...
Pertanyaan 15 : Apakah orang bigo live biasa untuk
melakukan itu untuk mendapatkan giftnya?
Jawaban 16 : Sebenarnya sih ada aturannya yah gak
boleh, yang berbau pornografi karena di
bigo live itu tuh kaya ada semacam
polisinya gitu yang mereka selalu rajin
patrol mana yang terbuka atau enga, nah
yang kalo ketauan ada unsur pornografinya
itu biasanya di banned, cuma ee bigo live
itu kayak udah jadi rahasia umum aja sih
eee livenya itu ada yang mengarah ke
pornografi atau kalau biar gak banned tuh
livenya enggak terlalu lama gitu cepet jadi
ga ketauan gitu.
Pertanyaan 17 : Apa kamu pernah menunjukan bagian
intim ke viewer?
Jawaban 17 : Eee pernah sih tapi hanya bagian dada aja
gitu karena ya privasi lah gitu, aku cuma
berani sampe bagian dada aja. dapet gift,
tapi biasanya aku ga minta gift sih kecil
banget kan kayak cuma beberapa ratus
ribu, aku lebih prefer, lebih mintanya ke
 
cash gitu.
Pertanyaan 18 : Pendapat kamu wajar ga penyebaran
pornografi di bigo live ?
Jawaban 18 : Iya sebenernya sih eeee jadi rahasia
umum ya udah biasa gitu dari apalagi dari
pengguna luar negeri itu juga banyak kan
yang kayak gitu, yang terbuka-terbuka
cuma ya itu adalah strategi mereka gimana
caranya biar ga ke banned.
Pertanyaan 19 : Penyebaran konten pornografi itu gimana
di aplikasi bigo live, apa bisa juga bertemu
langsung?
Jawaban 19 : Eee kadang ada yang minta ketemu
langsun sih cuma kan kalo ketemu
langsung agak ngeri yah, jadi aku lebih
milih kao ketemu langsung ditempatnya
yang di tempat umum yang rame, kadang
ada juga yang suka iseng minta ketemu di
hotel atau dimana gitu yang tertutup lah
gitu, tapi ya kalo mau ketemu itu kadang
aku kuga minta kayak sebelum ketemu gitu
aku minta imbalan gitu, jadi.... ya ga aaa
yang dirugikan lah...
Pertanyaan 20 : Apa hanya ada konten-konten pornografi
saja di bigo live?
Jawaban 20 :Sebenernya banyak sih kayak yang nge
 
cover lagiu atau masak atau kayak vlog
gitukan lagi dimana gituu. Salah satu yang
paling cepet untuk dapet cuan itu ya itu
yang berbau pornografi tu ya ituu..
Pertanyaan 21 : Bagaimana proses kamu menggunakan
aplikasi bigo live sampai kamu berani
untuk buka-bukaan seperti itu?
Jawaban 21 : iya awalnya aku liat sih pada buka-
bukaan gitu, terus mikir bisa jadi peluang
juga buat aku dah itu aja sih haha
Pertanyaan 22 : Terus alasan awal alasan kamu buka-
bukaan itu kenapa?
Jawaban 22 : ya alesan aku sih sama ya, pake itu
aplikasi (Bigo Live) ya karena butuh uang
tambahan, orantua ngasih juga kan bisa
abis juga daripada minta lagi mending live
bentar biar dapet gift terus tuker ke duit
kan lumayan tuh
Pertanyaan 23 : Terus alasan kamu masih menggunakan
aplikasi itu untuk menyebarkan konten
berbau pornografi itu kenapa?
Jawaban 23 : Ya tadi udah dijelasin sih kak, aku pake
aplikasi ini ya buat nyari duit sampingan
aja. kalo ga buka-bukaan ga dapet target
nanti malah ga di gaji heheh, kan lumayan
kalo sehari misalnya dapet 10.000 gift kita
tuker dapet deh sekitar 500.000 (Rupiah),
 
ya buat jajan-jajan lumayan kan

Informan AV
Transkip Wawancara
Judul Skripsi : Penyebaran Konten Ilegal di
Media Sosial (Studi Kasus:
 
Pornografi Pada Aplikasi Bigo
Live)

Waktu wawancara
Hari, Tanggal : Jumat, 19 Januari 2019
Tempat : Sawangan, Kota Depok
Nama Informan : NZ
Pekerjaan : Belum Bekerja
Nama Pewawancara : Zoupi Dwi Raka

Pertanyaan 1 : Sejak kapan menginstal aplikasi bigo


live?
Jawaban 1 : Gue instal tuh dari pertengahan 2017 gitu

Pertanyaan 2 : Darimana kamu tahu aplikasi bigo live?


Jawaban 2 : Awalnya dari temen di sosmed pada
update terus gue penasaran akhirnya gue
instal deh gitu

Pertanyaan 3 : Apa tujuan dari aplikasi bigo live?


Kayaknya buat cari temen sama ngobrol
gitu deh
Jawaban 3 :Kalau kamu, apa tujuan menginstal dan
menggunakannya? Ya sama sih awalnya
gue instal dan make gue buat cari temen
 
sama pengen ngobrol

Pertanyaan 4 : Apa sih yang diperlukan ketika kamu


live?
Jawaban 4 :Aplikasi-nya-kan emang dipake buat
broadcast, jadinya yaaa… butuh internet
buat ngoneksiinnya.

Pertanyaan 5 :Biasa live dimana? Live biasanya di


kamar sih
Jawaban 5 :Gimana cara interaksi kamu di bigo
live?ya biasanya sih mereka naya lewat
chat, aku ya tinggal jawab aja

Pertanyaan 6 :Nanyanya apa aja?


Jawaban 6 :viewers biasanya nanya kita tinggal di
mana, namanya siapa, single atau udah
punya suami, ya pokoknya nanya-nanya
seputar itu lah, kadang aku jawabnya
beneran kadang boongan juga kalo aku
rasa gak srek sama orangnya

Pertanyaan 7 :Menurut kamu aplikasi bigo live itu kaya


gimana dengan dunia nyata?
Jawaban 7 :ini tuh bener-bener kayak dunia nyata
aja sih, cuma ngobrolnya lewat aplikasi
aja. Tapi penonton bener-bener real taukita
 
ngapain

Pertanyaan 8 :Jam berapa biasanya kamu live?


Jawaban 8 :Malem lah biasanya soalnyakan kalo siang
itu kebanyakan bocah yang nonton
hahahaha

Pertanyaan 9 :Apa keuntungan yang kamu dapatkan


ketika memakai aplikasi ini?
Jawaban 9 : Banyak mas, temen dapet, pacar dapet,
gift juga dapet hahahaha

Pertanyaan 10 :Apa kamu selalu memakai pakaian sexy


ketika live?
Jawaban 10 :Kalo malem aja, kalo siangkan gue kerja.
Jadi ga leluasa

Pertanyaan 11 :Apa yang kamu lakukan untuk


mendapatkan gift dari penonton?
Jawaban 11 :ya kalo gue sih, karena para cowok itu
suka gue buka-bukaan, jadinya ya gue
manfaatin buat jadi duit di aplikasinya, gue
tawarin, yang mau gue buka-bukaan
seengganya kasih gift sampe berapa ribu
beans gitu baru gue buka kancing deh haha
Pertanyaan 12 :Apa kamu perah menunjukan bagian intim
 
kamu ke penonton?
Jawaban 12 :Pernah sih tapi private aja, biasanya gue
minta gift dulu baru deh gue suruh drop
nomor whatsapp gitu baru kita VC lewat
whatsapp

Pertanyaan 13 :Bagaimana proses kamu menggunakan


aplikasi bigo live sampai kamu berani
untuk buka-bukaan seperti itu?
Jawaban 13 :ya karena awalnya gue liat-liat sih bener
gak nih bisa ngehasilin duit di aplikasi itu
(Bigo Live) ternyata bener dapet akhirnya
gue pake dan buka-bukaan kayak yang lain
deh

Pertanyaan 14 :Terus alasan awal alasan kamu buka-


bukaan itu kenapa?
Jawaban 14 :Gue pake Bigo tuh awalnya ya pengen
ngobrol aja sih, cuma lama-lama ya mikir
juga masa gue pake aplikasi itu ga dapet
apa-apa sedangkan kebutuhan juga makin
nambah, kuota juga kenanya gede ya harus
balik modal. terus gue buka-bukaan bisa
nambah duit, kan lumayan duitnya buat
nambahin kebutuhan yang gue mau hehe,
ya ga munafik sih, gue buka-bukaan
awalnya emang nyari duit tambahan lah,
 
masa mereka yang nonton gue kasih gratis,
enak ajaaa

Pertanyaan 15 :Terus alasan kamu masih menggunakan


aplikasi itu untuk menyebarkan konten
berbau pornografi itu kenapa?
Jawaban :dulu sih alasan gue buka-bukaan murni
nyari duit aja, ga ada alesan lain.
Keuntungannya lumayan buat jajan sehari-
hari belum lagi kado-kado dari fans disitu
ya untung baget lah hahaha, kalo sekarang
kan lagi bunting ya, kasian anak gue kalo
gue buka-bukaan gitu nanti dia malu
hahaha

Informan NZ,
 

Wawancara bersama informan AV pada Jumat, 18 Januari


2019 di Kuningan, Jakarta Selatan

Wawancara bersama informan AV pada Sabtu, 19 Januari


2019 di Sawangan, Kota Depok
 

Sidang Munaqasyah pada Senin, 25 Februari 2019

Anda mungkin juga menyukai