Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan perkotaan identik dengan pembangunan diberbagai bidang. Berbagai upaya


dilakukan untuk memajukan pembangunan demi dan untuk kesejahteraan bersama dalam
suatu wadah perkotaan. Kesejahteraan dan kemakmuran menjadi poin yang penting dalam
kehidupan perkotaan. Suatu kota dapat dikatakan berhasil apabila kesejahteraan kehidupan
masyarakatnya terpenuhi. Sehingga pembangunan tidak terlepas dari pemanfaatan sumber
daya alam, yang didalamnya terjadi proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup
manusia. Perubahan yang dilakukan tentunya akan mempengaruhi lingkungan hidup yang
berdampak negatif maupun berdampak positif.

Reklamasi adalah salah satu upaya yang dilakukan dalam pembangunan. Reklamasi
dapat diartikan sebagai upaya pengadaan lahan dengan cara mengeringkan rawa, daerah
pasang surut dan sebagainya (Peterson, 2005). Reklamasi menjadi alasan utama dalam
pemekaran kota sehingga alternatif reklamasi pantai dilakukan karena berbagai alasan
berkaitan dari pertambahan penduduk alami maupun migrasi dan kesejahteraan penduduk
yang miskin mendorong mereka yang semula tinggal di tengah kota memilih ke daerah
pinggiran atau tempat baru untuk dapat memulai usaha demi meningkatkan kesejahteraannya
serta penyebaran keramaian kota, semula semua kegiatan terpusat di kota sehingga dibutuhkan
ruang baru untuk menampung semua kegiatan yang mana tidak bisa difasilitasi dalam kota
(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001:19).

Pantai Losari merupakan icon Kota Makassar yang sering dikunjungi oleh para
wisatawan. Menurut Wartatimur (2004), pemerintah Makassar melakukan reklamasi dengan
memperluas lahan yang dilakukan di awal tahun 2000 dengan luas total 600 Hektar untuk
mengembangkan pariwisata kota Makassar dengan dibangunnya Centre Of Point Indonesia.
Lalu pada tahun 2004, diadakan revitalisasi pantai Losari guna memperbaharui kawasan yaitu
adanya pembangunan anjungan seluas 100.000 m3, total luas kawasan sebesar 11 Ha dengan
volume timbunan 600.000 m3. Peruntukan ruang sebesar 30% parkir dan pelebaran jalan,
30% ruang hijau kota, dan 40% pedestian, pelataran. Dibawah merupakan gambar dari
pelaksanaan revitalisasi kawasan Pantai Losari
Gambar 2.95 Pelaksanaan revitalisasi pantai Losari tahun 2004 Sumber :
http://wartatimur.com/reklamasi.jpg (2004)

Pantai Losari memiliki keunikan dan keistimewaan yang sangat mempesona. Salah
satu keunikannya adalah para pengunjung dapat menyaksikan terbit dan terbenamnya matahari
di satu posisi yang sama. Pantai ini juga menjadi kawasan dengan penataan yang sangat apik
seperti pada gambar 2.89.

Gambar 2.96 Kondisi pantai Losari

Sumber : http://jejaksamudera.blogspot.com/reklamasi-pantai_20.html (2013

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa pengertian Reklamasi dan tujuan reklamasi?

2. Bagaimana sistem pelaksanaan reklamasi?

3. Gambaran umum

4. Bagaimana dampak Pengembangan Ruang Publik Reklamasi Pantai Losari


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Reklamasi

Reklamasi adalah salah satu upaya yang dilakukan dalam pembangunan. Reklamasi dapat
diartikan sebagai upaya pengadaan lahan dengan cara mengeringkan rawa, daerah pasang
surut dan sebagainya (Peterson, 2005). Reklamasi menjadi alasan utama dalam pemekaran
kota sehingga alternatif reklamasi pantai dilakukan karena berbagai alasan berkaitan dari
pertambahan penduduk alami maupun migrasi dan kesejahteraan penduduk yang miskin
mendorong mereka yang semula tinggal di tengah kota memilih ke daerah pinggiran atau
tempat baru untuk dapat memulai usaha demi meningkatkan kesejahteraannya serta
penyebaran keramaian kota, semula semua kegiatan terpusat di kota sehingga dibutuhkan
ruang baru untuk menampung semua kegiatan yang mana tidak bisa difasilitasi dalam kota
(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001:19).

Reklamasi merupakan subsistem dari sistem pantai. Reklamasi pantai merupakan upaya
teknologi yang dilakukan manusia untuk merubah suatu lingkungan alam menjadi lingkungan
buatan, suatu tipolohi ekkosistem estuaria, mangrove dan terumbu karang menjadi suatu
bentang alam daratan (Maskur, 2008). Ruang lingkup Undang – Undang No. 27 Tahun 2007
Pasal 34 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau – pulau kecil, reklamasi wilayah peisir
dan pulau – pulau kecil dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat dan/ atau nilai tambah
wilayah pesisir dan pulau – pulau kecil ditinjau dari aspek teknis, lingkungan dan sosial
ekonomi. Ada tiga hal wajib dijaga dan diperhatikan dalam reklamasi pantai, antara lain:

a. Keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat;


b. Keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian lingkungan pesisir;
c. Persyaratan teknis pengambilan pengerukan dan penimbunan material.

Kegiatan reklamasi pantai tidaklah dianjurkan namun dapat dilakukan dengan


memperhatikan isi ketentuan sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 40/PRT/M/2007
tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai yaitu :

a. Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi daratan;
b. Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan membutuhkan
pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan kebutuhan yang ada;
c. Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan lindung atau
taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa;
d. Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah dengan
daerah/negara lain.

Ada tiga tujuan dari program reklamasi adalah:

a. Untuk mendapatkan kembali tanah yang hilang akibat terjangan gelombang laut;
b. Untuk memperoleh tanah baru di kawasan depan garis pantai untuk mendirikan bangunan
yang akan difungsikan sebagai benteng perlindungan garis pantai;
c. Untuk alasan ekonomis, pembangunan atau untuk mendirikan konstruksi bangunan dalam
skala lebih besar.

B. Sistem Pelaksanaan Reklamasi

Modul Penerapan Tata Pelaksanaan Reklamasi Pantai dan Pedoman Reklamasi di


Wilayah Pesisir (2007) menjelaskan bahwa pelaksanaan reklamasi dilihat berdasarkan
dari sistem yang digunakan. Adapun sistem-sistem tersebut berupa :
1. Sistem Urugan
Reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan pantai sampai muka lahan berada di
atas muka air laut tinggi (high water level). Sistem ini berkembang didukung dengan berbagai
jenis alat-alat besar seperti alat penggalian tanah, alat pengambilan dan pengeruk tanah, alat-
alat transport, perlengkapan penebaran bahan-bahan tanah urug, dan alat perlengkapan
pemadatan tanah. Secara garis besar proses pelaksanaan reklamasi sistem ini adalah sebagai
berikut :

- Pembangunan tanggul mengelilingi daerah yang akan direklamasi, dimana tanggul ini
tidak perlu bersifat kedap air. Biasanya, apabila perlindungan lahan dilakukan setelah
selesainya reklamasi, pembuatan tanggul tidak perlu dilakukan.
- Material reklamasi diurug ke seluruh lahan yang akan direklamasi baik melalui daratan
(dump-truck dan dozer) ataupun dipompakan melalui pipa (hydraulic fill), dan sand by
passing
- Reklamasi dilakukan lapis demi lapis dan ketebalan tiap lapisnya berkisar antara 0,30-
1,00 meter sesuai dengan jenis tanah dasar dan tanah timbunannya agar tidak terjadi
mud explosion ataupun mud wave.
- Perataan lahan hasil reklamasi.
- Pematangan lahan reklamasi dengan pemasangan drainase vertikal (vertical drain ),
pemadatan lahan reklamasi dan kegiatan perbaikan daya dukung tanah dengan cara
dynamic compaction (teknik perbaikan tanah dengan memadatkann tanah bagian
dalam dengan berulang-ulang menjatuhkan beban berat ke permukaan tanah), vibro
floatation, dynamic consolidation dan dapat juga didiamkan saja dalam waktu tertentu
sesuai dengan standar yang dibutuhkan.

Pada sistem urugan, sistem ini menggunakan dua macam cara kerja yaitu:

a. Hydraulic Fill dimana dibuat tanggul terlebih dahulu baru kemudian dilakukan
pengurugan. Dibawah merupakan gambar dari cara kerja sistem hydraulic fill.

Gambar 2.4. Reklamasi secara Hydraulic Fill (Sumber : Proyek Pantura (2004)
b. Blanket Fill: Tanah di urug lebih dahulu baru kemudian tanggul atau sistem
perlindungan dibuat belakangan.

Gambar 2.5. Reklamasi secara Blanket Fill (Sumber : Proyek Pantura (2004)

2. Sistem Polder

Sistem ini dilakukan dengan melingkupi suatu lahan basah (genangan) dengan tanggul
yang diusahakan kedap air, lalu menurunkan tinggi muka air tanah di dalam areal tersebut,
mengendalikan tinggi muka air supaya selalu berada di bawah ambang batas yang
dikehendaki, sehingga lahan cukup kering dan siap dimanfaatkan menjadi lahan untuk
pertanian, perindustrian dan lain-lainnya. Pembangunan tanggul kedap air mengelilingi daerah
yang akan direklamasi. Adapun pelaksanaan sistem polder ini dengan cara :

- Air di daerah yang akan direklamasi dipompa keluar sehingga kering.


- Perbaikan tanah dasar agar dapat dipergunakan sesuai peruntukan. Perbaikan tanah
dasar ini termasuk penimbunan tanah tambahan, pemadatan dan sebagainya.
- Pembuatan jaringan drainase termasuk pompanisasi untuk menjamin bahwa lahan hasil
reklamasi dapat kering baik pada musim kemarau maupun penghujan. Pemompaan juga
perlu dilakukan untuk memberi jalan bagi aliran dari hulu. Saluran melingkari lahan
reklamasi sangat diperlukan untuk menampung rembesan air dari laut (air asin) yang
dapat mengganggu pemanfaatan lahan.

Sistem Polder ini diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu:


- Polder Dalam
Air yang disedot dari polder tidak langsung dibuang kelaut, melainkan ke waduk-
waduk tampungan atau ke suatu saluran yang berada di luar polder. Langkah
selanjutnya adalah dialirkan ke laut.
- Polder Luar
Air dari polder langsung dibuang ke laut.

Gambar 2.6. Skema Pelaksanaan Reklamasi dengan Sistem Polder (Sumber : Perencanaan
Kota (2013))
3. Sistem Kombinasi antara Polder dan Urugan

Reklamasi ini merupakan gabungan sistem polder dan sistem urugan yaitu setelah
lahan diperoleh dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai
ketinggian tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan
muka air laut cukup aman. Penimbunan dimaksudkan untuk perbaikan tanah karena
tanah dasar pantai pada umumnya sangat lunak.

Gambar 2.7. Skema Pelaksanaan Reklamasi Sistem Kombinasi (Sumber : Perencanaan


Kota (2013))
4. Sistem Drainase

Reklamasi sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah
dari wilayah di sekitarnya tetapi elevasi muka tanahnya harus lebih tinggi dari elevasi
muka air laut. Wilayah ini bisa berupa daerah rawa pasang surut ataupun daerah rawa
yang tidak dipengaruhi pasang surut. Dengan membuatkan sistem drainase yang baik
beserta pintu-pintu pengatur, wilayah pesisir ini dapat dimanfaatkan untuk daerah
pemukiman dan pertanian.

C. Gambaran Umum Pantai Losari

Pantai Losari yang terbentang sepanjang jalan penghibur yang terletak di sebelah barat
Kota Makassar. Pantai Losari terletak dalam wilayah kecamatan Ujung Pandang. Kecamatan
Ujung Pandang terdiri dari 10 kelurahan dengan luas wilayah 2,63 km2 dan sebanyak 4
kelurahan di kecamatan Ujung Pandang merupakan daerah pantai termasuk pulau Lae-Lae
yang terletak beberapa mil dari Pantai Losari dan 6 kelurahan lainnya merupakan daerah
bukan pantai. Kecamatan Ujung Pandang berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara dengan kecamatan Wajo,


2. Sebelah Selatan dengan kecamatan Mariso,
3. Sebelah Timur dengan kecamatan Makassar dan Gowa, dan
4. Sebela Barat dengan Selat Makassar.
Dalam kurun waktu tahun 2000-2009 jumlah penduduk kecamatan Ujung Pandang
berfluktuasi setiap tahun. Jumlah penduduk hasil sensus penduduk tahun 2000 di
kecamatan Ujung Pandang sebanyak 27.279 jiwa, kemudian pada akhir Desember tahun
2009 sebanyak 29.064 jiwa.

Pantai Losari berada tepat di jantung Kota Makassar, yaitu di Jalan Penghibur, yang
terletak di sebelah barat kota Makassar, Sulawesi Selatan Pantai Losari memiliki
keunikan dan keistimewaan yang sangat mempesona. Salah satu keunikannya adalah para
pengunjung dapat menyaksikan terbit dan terbenamnya matahari di satu posisi yang
sama.

Gambar. 4.1 Peta Lokasi

1) Kondisi Pantai Losari Sebelum Reklamasi

Sekitar awal tahun 2000 kondisi fisik Pantai Losari hanya berupa tanggul penahan
gelombang yang terbentang dari ujung utara ke ujung selatan sepanjang jalan Penghibur dan
digunakan untuk berjualan salah satu makanan tradisional Makassar, Pisang Eppe di
sepanjang pantai tersebut dari sore sampai malam hari. Pantai Losari dikenal sebagai pantai
dengan meja makan terpanjang seluruh dunia karena puluhan hingga ratusan gerobak penjual
makanan berderet rapi digaris pantai ini. Masyarakat mulai mendatangi pantai pada sore hari
menjelang terbenamnya matahari sampai dengan malam hari meskipun diterangi lampu
seadanya. Yang menjadi daya tarik utama dari infrastruktur yang ada di Pantai Losari yaitu
sebuah jalan besar bernama Penghibur yang merupakan kawasan strategis untuk pariwisata
dan perdagangan bersisian dengan pembendung air berupa turap beton memanjang kini
diperluas menjorok kedalam pantai. Pemisah antara Jalan Penghibur dan turap beton berupa
jalur untuk pejalan kaki yang berlatar pulau dan laut selat Makassar dan dibawahnya
merupakan outlet buangan limbah kota. Dalam konteks pembangunannya, konsep yang sudah
bertahan selama 60 tahun itu hanya diperbesar luasannya.

Konsep reklamasi pantai dicetuskan oleh Walikota Makassar Malik B. Masry (1994-
1999), Losari membutuhkan penambahan space karena harapan masyarakat semakin tinggi
untuk memanfaatkan Losari sebagai public space. Oleh karena itu pada November 2004
proyek revitalisasi Pantai Losari pun dimulai.

Gambar. Kondisi Pantai Losari sebelum reklamasi dilakukan

2) Kondisi Pantai Losari Sesudah Reklamasi

Setelah proyek reklamasi Pantai Losari dimulai di November 2004, reklamasi Pantai
Losari tersebut dikembangkan untuk ruangan publik bagi masyarakat kota Makassar dari
berbagai elemen. Pantai Losari setelah reklamasi tampak lebih bersih, jauh dari kesan
kumuh. Pantai Losari sebagai ruang publik memiliki site furniture yang cukup lengkap
berupa bangku taman, lampu taman, papan anjuran, lampu jalan, tempat sampah dan
halte. Pantai Losari juga dilengkapi dengan fasilitas umum berupa toilet dan musallah.
Vegetasi yang ada sangat kurang karena luasnya area perkerasan sehingga disiang hari
suasana sangat panas dan tidak memiliki tempat untuk berteduh. Untuk mencapai area ini
sangat mudah karena dilalui oleh jalur transportasi umum. Pada hari tertentu khususnya
hari Minggu kondisi lalu lintas cukup macet karena berbagai kegiatan terjadi di area ini.
Anjungan pantai Losari memiliki area parkir yang cukup sempit, sehingga jika suasana
ramai dengan adanya acara-acara tertentu maka pengunjung juga menggunakan tepi jalan
sebagai area parkir. Dimalam hari lampu taman dan lampu jalan berfungsi dengan baik,
tetapi meskipun demikian area ini rawan terjadi pencurian karena area ini sangat ramai
dikunjungi.

Desain ruang publik Pantai Losari sangat menarik dan memiliki view yang baik
karena posisinya menghadap ke laut. Pengembangan sebagai ruang publik Pantai Losari
ditandai dengan pembangunan anjungan serta huruf-huruf ukuran dua meter bertengger
kokoh di bibir anjungan dengan tulisan “Pantai Losari”. Anjungan Pantai Losari dibangun
dengan cukup rapi menggunakan paving block dan tanaman. Dengan demikian,
wisatawan dapat menikmati pemandangan sunset dengan lebih nyaman sambil duduk-
duduk di tempat duduk yang memang telah disediakan secara permanen. Selain itu,
kawasan ini juga dihiasi dengan profil tokoh Makassar berupa patung yang identik
dengan Makassar seperti patung-patung pendiri Kota Makassar dan patung berupa becak
serta kapal pinisi.

Jika hari libur, Pantai Losari akan terasa lebih menarik dan ramai. Banyak pedagang
kaki lima yang memasang tenda. Pada setiap hari libur tempat ini juga selalu diadakan
acara senam aerobik yang banyak diminati oleh masyarakat sekitar.

Pantai Losari sekarang merupakan ikon Kota Makassar yang sangat populer
dikunjungi wisatawan. Memang tak ada pantai pasir putih di sini tetapi di sinilah ruang
publik terbuka yang sangat luas, tempat bertemunya seluruh masyarakat Makassar,
untuk melepas penat sambil menikmati suasana pantai yang cerah, dengan semilir angin yang
menyegarkan. Pantai ini termasuk salah satu tujuan utama rekreasi warga karena merupakan
tempat hiburan rakyat yang murah yang dapat dinikmati seluruh kalangan masyarakat dari
kalangan bawah sampai masyarakat kalangan atas. Setelah usai berkeliling, wisatawan pun
dapat menikmati berbagai aneka makanan dan minuman khas Makassar dengan harga
terjangkau. Lokasi ini sendiri tidak pernah sepi dari masyarakat. Bukan hanya warga kota
Makassar, namun Pantai Losari kini menjadi salah satu lokasi tujuan wisata bagi masyarakat
yang mengunjungi kota ini dan ini tentu menghidupi ratusan penjual makanan yang dulunya
mendiami garis Pantai Losari.
Gambar. Kondisi Pantai Losari sesudah reklamasi dilakukan

Selain dikembangkan sebagai ruang publik, Pantai Losari juga


dikembangkan sebagai salah satu obyek wisata unggulan Kota Makassar dengan
dibangunnya juga Trans Studio Makassar sebagai salah satu Theme Park yang
terletak sekitar 2 km barat daya atau 3 menit dari kawasan Pantai Losari.
Keberadaan dua obyek wisata ini yang dekat dengan wilayah pemukiman dan
usaha, merupakan nilai tambah, menjanjikan potensi bisnis yang menguntungkan
dan akan menjadi bagian dari konsep pembangunan secara keseluruhan. Juga
dengan mulai dibangunnya Center Point of Indonesia (CPI). CPI merupakan areal
yang dibangun melalui reklamasi pantai dengan luas sebesar 200 ha yang
berlokasi di Kawasan Tanjung Bunga, dekat dengan Pantai Losari, dengan
menggunakan desain green waterfront city dan berdasarkan raperda RTRW Kota
Makassar ditetapkan sebagai Kawasan Bisnis Global Terpadu

Kawasan di sekitar ruang publik kawasan reklamasi Pantai Losari


merupakan kawasan mixeduse, dimana terdapat berbagai variasi fungsi
penggunaan lahan yaitu diantaranya sebagai kawasan perdagangan/usaha/jasa,
kawasan perkantoran, kawasan jasa, kawasan pelabuhan laut dan wisata dan
kawasan wisata pantai, sehingga intensitas bangunan di kawasan mixed use tinggi.
Gambar. Pemanfaatan reklamasi Pantai Losari sebagai ruang publik oleh
masyarakat

3) Dampak Pengembangan Ruang Publik Reklamasi Pantai


Losari
a. Dampak Sosial

Pantai Losari sebagai ruang publik menjadi salah satu daya tarik wisata yang
dapat mengangkat nama daerah Makassar, selain itu juga mengakomodir
kebutuhan warga akan adanya tempat interaksi dan sosialisasi serta melakukan
kegiatan. Banyak hal yang dapat warga lakukan di ruang publik Pantai Losari,
diantaranya rekreasi, olahraga, kegiatan seni, acara - acara besar, upacara -
upacara adat, acara musik. Perubahan sosial yang dapat dilihat setelah
pengembangan Pantai Losari sebagai ruang publik berawal dari perubahan
lingkungan pasca reklamasi berupa hilangnya biota – biota laut yang selama ini
menjadi sumber pencaharian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan di
sekitar Pantai Losari. Hal tersebut berpengaruh terhadap penurunan jumlah rata-
rata penghasilan yang diperoleh masyarakat sehingga banyak yang kemudian
memutuskan untuk berganti profesi menjadi pedagang kaki lima atau pedagang
asongan di Pantai Losari. Perubahan alih profesi ini kemudian menimbulkan
permasalahan karena pada umumnya komunitas nelayan tersebut tidak memiliki
keahlian lain selain bekerja sebagai nelayan. Perubahan alih profesi dari nelayan
menjadi pedagang ini juga memicu persaingan antara pedagang – pedagang akibat
bertambah banyaknya yang memilih untuk berdagang di Pantai Losari.

Selain perubahan profesi masyarakat sekitar, adanya ruang publik Pantai


Losari yang selalu ramai dikunjungi wisatawan jugan menjadi daya tarik bagi
pendatang dari luar Makassar yang mengakibatkan terjadinya urbanisasi dari
daerah pedesaan ke kota. Akibat dari bertambah banyaknya pendatang di
Makassar ini, khususnya di daerah sekitar Pantai Losari menimbulkan persaingan
tak sehat dengan warga yang lebih dulu mendiami daerah tersebut, perilaku
cenderung kasar, dan semakin beratnya tantangan hidup sehingga tingginya angka
kejahatan. Banyak kasus kriminalitas yang muncul di Pantai Losari beberapa
waktu belakangan diduga dilakukan oleh pendatang – pendatang. (Sumber :
Tribunnews).

Beberapa aksi premanisme yang terjadi di Pantai Losari juga seringkali


menjadi keluhan wisatawan – wisatawan yang berkunjung. Diantaranya tukang
parkir yang seenaknya menetapkan ongkos parkir tanpa karcis resmi, pengamen
dan pengemis yang memaksa agar diberi uang bahkan mengancam, penodongan
dan pemerasan. Tak dapat dipungkiri, semakin ramainya Pantai Losari sebagai
ruang publik membuat terjadinya kerawananan sosial yang berpengaruh pada
kenyamanan warga yang datang disana.

Dari keramaian Pantai Losari sebagai ruang publik juga kemudian timbul
permasalahan kemacetan akibat banyaknya kendaraan yang menuju ke sana.
Kemacetan tersebut menimbulkan masalah polusi baik udara maupun suara bagi
lingkungan sekitar Pantai Losari. Selain itu beberapa pedagang – pedagang yang
tidak memperhatikan masalah kebersihan, seperti membuang sampah makanan
seenaknya juga menimbulkan masalah sosial dari penggunaan Pantai Losari
sebagai ruang publik.

b. Dampak Ekonomi

Reklamasi menjadikan Pantai Losari lebih tertata. Kawasan tersebut kini


dimanfaatkan sebagai ruang publik berupa ruang terbuka untuk sarana rekreasi
masyarakat menikmati keindahan pantai.

Aktivitas yang terjadi di ruang publik Pantai Losari tersebut terkadang


berlangsung dari pagi hari hingga malam hari. Aktivitasnya pun cukup beragam,
mulai dari olahraga, bermain, bersepeda atau hanya duduk-duduk sambil
menikmati suasana santai. Pada malam hari dimanfaatkan oleh kalangan muda
sebagai tempat akhir pekan mereka sambil menikmati suasana taman. Selain itu,
banyak pedagang kaki lima memanfaatkan ruang terbuka Pantai Losari sebagai
tempat berjualan. Beberapa kelompok pedagang bahkan berjualan sepanjang hari,
terutama mereka yang skala ekonominya semakin meningkat. Terjadilah beberapa
sudut/kelompok pedagang disekitar area terbuka ini, termasuk disepanjang jalan
yang mengelilinginya.

Di sepanjang jalan yang ada di kawasan Pantai Losari juga diadakan acara Car
Free Day di tiap hari minggu. Kegiatan pasar dadakan pun terjadi di area terbuka
Pantai Losari tersebut. Mereka yang berjualan tidak hanya dari kelas kaki lima,
melainkan yang berdagang dengan menggunakan mobil yang biasa diparkir di
pinggir jalan pada saat acara Car Free Day berlangsung.

Di kawasan itu, sekarang juga banyak bermunculan berbagai macam rumah


makan dan toko. Hasil reklamasi Pantai Losari juga disewakan sebagai arena
kegiatan mulai dari pertunjukan musik, pameran, dan lain sebagainya. Masyarakat
secara langsung mendapat manfaat ekonomi. Apalagi, pada saat tahap
pembangunan reklamasinya juga memanfaatkan tenaga lokal masyarakat sekitar.

Berdasarkan hasil penelitian Jaya (2012) mengenai kajian kondisi lingkungan


dan perubahan sosial ekonomi reklamasi Pantai Losari, salah satu dampak
ekonomi dari reklamasi pantai yang dapat dilihat dari pendapatan masyarakat
sekitar, yaitu:

a.) Masyarakat yang tidak ada kenaikan pendapatan, hal ini dialami oleh nelayan
yang tinggal disekitar Losari, terutama nelayan yang mencari kerang untuk di jual
di sepanjang Pantai Losari;

b.) Masyarakat yang mengalami kenaikan pendapatan, yaitu pedagang, dimana


pedagang warung/kios rata-rata mengalami pendapatan, salah satu penyebabnya
adalah makin banyaknya masyarakat yang mendatangi Pantai Losari dan mencari
tempat tinggal di daerah tersebut karena lebih dekat dengan tempat tinggal dengan
tempat kerja, terutama mereka yang bekerja di sekitar Pantai Losari
Sedangkan dampak reklamasi Pantai Losari terhadap peningkatan harga tanah
pasca Reklamasi Pantai Losari dapat di kemukakan bahwa ada kenaikan
signifikan kenaikan tanah setelah pasca Reklamasi Pantai Losari. Hal ini
disebakan banyak orang dari luar Losari ingin membeli tanah atau rumah yang
ada pada lokasi tersebut karena di sekitar Pantai Losari banyak proyek yang
sedang di bangun untuk pusat kegiatan bisnis. Salah satu Pusat bisnis yang ada di
sekitar wilayah tersebut adalah adanya pembangunan Trans Studio dan Rumah
Sakit Siloam dan proyek lainnya yang sementara berjalan, sehingga tanah
disekitar wilayah tersebut banyak menjadi incaran bagi mereka yang ingin tinggal
dekat pusat bisinis tersebut.

Anda mungkin juga menyukai