Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH PENERAPAN METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM

SOLVING (TAPPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA MATERI


PEMBELAJARAN FLUIDA STATIK DI KELAS XI MA NU
SUMBER AGUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Pada STKIP Nurul Huda Sukaraja

Oleh
AHMAD ROZAQI
Nomor Induk Mahasiswa 15.84203.002
Program Studi Pendidikan Fisika

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP) NURUL HUDA SUKARAJA BUAY MADANG OKU
TIMUR SUMATERA SELATAN
2019
PENGARUH PENERAPAN METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING
(TAPPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA MATERI PEMBELAJARAN FLUIDA
STATIK DI KELAS XI MA NU SUMBER AGUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Oleh:
AHMAD ROZAQI
NIM: 15.84203.002
Program Studi Pendidikan Fisika

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul "Pengaruh Penerapan Metode Thinking Aloud Pair Problem
Solving (TAPPS) Terhadap Hasil Belajar Fisika Materi Pembelajaran Fluida Statik di
Kelas XI MA NU Sumber Agung Tahun Pelajaran 2018/2019". Rumusan masalah
penelitian adalah “apakah terdapat pengaruh yang signifikan penerapan metode
pembelajaran TAPPS terhadap hasil belajar Fisika peserta didik pada materi
pembelajaran Fluida Statis di kelas XI MA NU Sumber Agung Tahun Pembelajaran
2018/2019?”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh yang signifikan
penerapan metode pembelajaran TAPPS terhadap hasil belajar Fisika peserta didik
pada materi pembelajaran Fluida Statis di kelas XI MA NU Sumber Agung Tahun
Pembelajaran 2018/2019. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain
quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas
XI MA NU Sumber Agusng yang berjumlah 55 peserta didik. Sampel penelitian ini
adalah peserta didik kelas XI-1 yang berjumlah 28 peserta didik sebagai kelas
eksperimen dan kelas XI-2 yang berjumlah 27 peserta didik sebagai kelas kontrol.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode tes. Adapun analisis
data yang digunakan adalah uji statistik dengan menggunakan rumus statistik uji t
polled varian. Berdasarkan analisis data menggunakan uji t polled varian
disimpulkan; hasil belajar Fisika peserta didik yang pembelajarannya menerapkan
metode TAPPS pada materi pembelajaran Fluida Statis di kelas XI MA NU Sumber
Agung Tahun Pembelajaran 2018/2019 adalah tinggi yaitu dari 28 peserta didik
terdapat 17 peserta didik atau 60,71% memperoleh nilai kategori tinggi dengan nilai
rata-rata hasil tes sebesar 78,79; belajar Fisika peserta didik yang pembelajarannya
menerapkan metode ceramah plus penugasan pada materi pembelajaran Fluida
Statis di kelas XI MA NU Sumber Agung Tahun Pembelajaran 2018/2019 adalah
rendah yaitu dari 27 peserta didik terdapat 13 peserta didik atau 48,15%
memperoleh nilai kategori rendah dengan nilai rata-rata hasil tes sebesar 68,28;
terdapat pengaruh penerapan metode TAPPS terhadap hasil belajar Fisika peserta
didik pada materi pembelajaran Fluida Statis di kelas XI MA NU Sumber Agung
Tahun Pembelajaran 2018/2019 dengan harga thitungl 7,56 sedangkan ttabel 1,99.
Karena thitung 7,56 tidak terletak diantara – ttabel < thitung < +ttabel yaitu -1,99 dan +1,99
maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Kata Kunci; Thinking Aloud Pair Problem Solving, Hasil Belajar, Fluida Statik
PENGARUH PENERAPAN METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM
SOLVING (TAPPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA MATERI
PEMBELAJARAN FLUIDA STATIK DI KELAS XI MA NU
SUMBER AGUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019

1. PENDAHULUAN
Peningkatan kualitas sumber daya manusia terus dilakukan melalui
pendidikan. Berkaitan pengertian pendidikan Ihsan (2010: 7) mengungkapkan,
"pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar serta proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensi, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat." Pengertian tersebut diperjelas Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 1 bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasarn, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.

Pengertian pendidikan sebagaimana tersebut menunjukkan bahwa


pendidikan mencakup proses belajar dan pembelajaran untuk mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki peserta didik sebagai bekal dalam kehidupannya.
Berkaitan dengan belajar, Primasari (2012: 52) menjelaskan "belajar merupakan
suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap pada seseorang akibat
pengalaman yang menyangkut aspek fisik maupun psikologis." Definisi belajar
tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan perilaku merupakan hasil belajar.
Seseorang akan mengalami peningkatan pemahaman terhadap suatu masalah
yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang diberikan melalui kegiatan
pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap
lingkungan seseorang yang disengaja dikelola untuk memungkinkan turut serta
dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
respon terhadap situasi tertentu. Sagala (2011: 61) menjelaskan bahwa
"pembelajaran adalah suatu proses yang melibatkan pendidik dengan semua
komponen tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian." Penjelasan tersebut
menunjukkan proses pembelajaran sebagai suatu sistem saling terkait antar
komponennya di dalam mencapai suatu tujuan yang ditetapkan. Adapun tujuan
pembelajaran disebut hasil belajar sebagai bentuk hasil kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan.
Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hal tersebut sebagaimana
pendapat Suprijono (2009: 5) yang mengatakan "hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan yang diperoleh melalui kegiatan belajar." Pengertian hasil belajar
tersebut memberikan pemahaman bahwa hasil belajar adalah segala bentuk
perubahan yang dialami peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran
baik perubahan pada bidang kognitif atau intelektual, afektif atau sikap maupun
psikomotorik yaitu kemampuan gerak seperti keterampilan tertentu.
Ketercapaian hasil belajar dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor. Menurut Sudjana (2014: 39), hasil belajar yang dicapai
peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri peserta
didik dan faktor yang datang dari luar peserta didik. Faktor dari dalam diri
peserta didik meliputi seluruh kondisi baik fisiologis maupun psikologis individu
peserta didik yang sedang belajar. Adapun faktor dari luar diri peserta didik
meliputi keadaan lingkungan serta pelayanan atau faktor instrumental. Faktor
instrumental yang mempengaruhi ketercapaian hasil belajar peserta didik
adalah kurikulum pembelajaran, ketersediaan sarana dan prasarana belajar,
serta kecakapan pendidik mengelola kegiatan pembelajaran melalui penerapan
model, metode, maupun strategi pembelajaran.
Penjelasan sebagaimana tersebut menunjukkan bahwa salah satu faktor
ekstern instrumental yang mempengaruhi ketercapaian hasil belajar peserta
didik adalah kecakapan pendidik melaksanakan pembelajaran menggunakan
metode pembelajaran secara tepat. Hal tersebut sebagaimana penjelasan
Aunurrahman (2010: 141) bahwa, "metode pembelajaran dikembangkan
beranjak dari adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik
peserta didik." Ketidaksesuaian metode pembelajaran dengan tujuan serta
karakteristik materi pembelajaran akan mengakibatkan pencapaian hasil belajar
peserta didik kurang maksimal. Hal tersebut sebagaimana terjadi pada
pembelajaran Fisika di kelas XI MA NU Sumber Agung yang menggunakan
metode pembelajaran klasik yaitu memberikan catatan, menugaskan peserta
didik merangkum materi pembelajaran, menjelaskan materi pembelajaran
secara verbal, dan diakhiri dengan melakukan evaluasi. Keterlibatan dan
aktivitas belajar peserta didik selama kegiatan pembelajaran hanya terbatas
pada mendengarkan penjelasan pendidik maupun diskusi atau tanya jawab
tanpa ada stimulus lebih dari pendidik.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada pembelajaran Fisika di
kelas XI MA NU Sumber Agung selama dua bulan yaitu mulai tanggal 10
Oktober sampai 10 November 2018 diketahui bahwa kegiatan pembelajaran
Fisika di kelas XI MA NU Sumber Agung dilaksanakan menggunakan sistem
pembelajaran verbal atau lisan yaitu pendidik menjelaskan materi pembelajaran
menggunakan metode ceramah. Pembelajaran Fisika di kelas XI MA NU
Sumber Agung dilaksanakan dengan memberikan materi pembelajaran,
memberikan penjelasan lisan terhadap materi pembelajaran, melakukan diskusi
kelas, tanya jawab, kemudian diakhiri dengan evaluasi. Keadaan tersebut
diperkuat hasil wawancara bersama Ibu Ani Rahayu, S.Pd. selaku pendidik
mata pelajaran Fisika kelas XI MA NU Sumber Agung bahwa pembelajaran
Fisika di kelas XI MA NU Sumber Agung dilaksanakan dengan memberikan
materi pembelajaran, memberikan penjelasan lisan terhadap materi
pembelajaran, melakukan diskusi kelas, tanya jawab, kemudian diakhiri dengan
evaluasi. Kegiatan pembelajaran sebagaimana tersebut menjadikan selama
pembelajaran peserta didik berperan sebagai objek belajar yang hanya
mendengarkan penjelasan pendidik secara pasif tanpa ada aktivitas
pendalaman materi pembelajaran.
Keadaan pembelajaran Fisika di kelas XI MA NU Sumber Agung
menggunakan metode pembelajaran klasik sehingga kurang menarik bagi
peserta didik dan peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi
pembelajaran yang berimbas pada pencapaian hasil belajar peserta didik. Hasil
belajar mata pelajaran Fisika peserta didik kelas XI MA NU Sumber Agung yang
rendah dibuktikan dari hasil dokumentasi nilai ulangan harian yang peneliti
lakukan selama kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan yang menunjukkan dari
55 peserta didik kelas XI MA NU Sumber Agung hanya terdapat 23 peserta didik
atau 41,82% yang dapat mencapai ketuntasan.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang telah dilaksanakan
selama dua bulan yaitu mulai tanggal 10 Oktober sampai dengan 10 November
2018 bersama pendidik mata pelajaran Fisika kelas XI MA NU Sumber Agung,
maka ditawarkan metode pembelajaran yang lebih menekankan kegiatan
peserta didik dalam memahami materi pembelajaran yaitu metode Thinking
Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) yang diperkenalkan oleh Thomas
Claparade pada tahun 1983. Aktivitas metode TAPPS dilakukan dalam
kelompok kecil yang heterogen, hal ini memungkinkan interaksi positif antar
peserta didik sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam
menyelesaikan masalah-masalah dalam pembelajaran. Setiap kelompok
berpasangan sesuai dengan kependekan TAPPS yaitu pair (berpasangan).
Metode TAPPS merupakan merupakan salah satu metode pembelajaran yang
menantang peserta didik untuk belajar melalui pemecahan masalah yang
dilakukan secara berpasangan dan saling bertukar peran yaitu satu peserta
didik memecahkan masalah dan peserta didik lain mendengarkan pemecahan
masalah tersebut sehingga peserta didik menjadi pembelajar mandiri yang
handal serta aktif dalam proses pembelajaran. Slavin (2012: 133) mengatakan
bahwa “TAPPS permits students to rehearse the concepts, relate them to
existing fremeworks, and produce a deeper understanding of the material,”
berarti TAPPS memungkinkan peserta didik untuk berlatih konsep,
menghubungkan konsep dengan permasalahan yang ada, dan menghasilkan
pemahaman materi lebih dalam. Metode TAPPS melibatkan berpikir tingkat
tinggi dan dapat memonitor peserta didik sehingga peserta didik dapat
mengetahui apa yang dipahami dan apa yang belum dipahaminya. Proses
tersebut cenderung membuat proses berpikir peserta didik lebih sistematik dan
membantu peserta didik menemukan kesalahan sebelum mereka melangkah
lebih jauh kearah yang salah sehingga membantu peserta didik untuk menjadi
pemikir yang lebih baik.
Alasan pemilihan metode TAPPS pada penelitian ini didasarkan pada
hasil penelitian Stice (2012: 3) yang menjanjikan adanya peningkatan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik jika dibandingkan dengan
metode pembelajaran konvensional. Dengan menggunakan metode TAPPS
diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Penerapan metode TAPPS
memungkinkan peserta didik dapat berlatih memahami berbagai materi
pembelajaran Fisika dengan berbagai teknik tertentu seperti saling menjelaskan
untuk bertukar pemahaman, sehingga setiap peserta didik dapat lebih
memahami materi pembelajaran secara komprehensif dan diharapkan dapat
berimplikasi pada pencapaian hasil belajar yang maksimal. Metode TAPPS
memiliki karakter bahwa peserta didik diberi kesempatan untuk mengungkapkan
berbagai gagasan tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran,
mengungkapkan gagasan serta membandingkan gagasan dengan gagasan
peserta didik lain dan mendiskusikan untuk menyamakan persepsi. Metode
TAPPS memiliki beberapa kelebihan dalam pelaksanaannya seperti dapat
membiasakan peserta didik dalam memecahkan suatu masalah, dapat
menciptakan kreativitas peserta didik sehingga dalam pelaksanaan
pembelajaran dapat lebih menarik dan tidak membosankan, dapat tercipta
pembelajaran yang bermakna.
Berdasarkan penjelasan metode TAPPS, maka metode TAPPS dipilih
sebagai metode pembelajaran untuk diterapkan pada pembelajaran Fisika di
kelas XI MA NU Sumber Agung melalui penelitian ekseprimen. Pemilihan lokasi
penelitian didasarkan pada hasil observasi mulai tanggal 10 Oktober sampai
dengan 10 November 2018 yang menunjukkan sistem pembelajaran Fisika di
kelas XI MA NU Sumber Agung dilaksanakan dengan sistem teacher centered
learning yang mengakibatkan pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran menjadi rendah yang berimplikasi pada rendahnya hasil belajar
peserta didik. Permasalahan lain yang diketemukan pada pembelajaran Fisika
di kelas XI MA NU Sumber Agung yaitu pembelajaran yang menggunakan
metode klasikal, sehingga aktivitas dan keterlibatan peserta didik pada
pembelajaran yang rendah mengakibatkan kurang maksimalnya hasil belajar
peserta didik yaitu persentase ketuntasan belajar hanya mencapai 41,82%
berdasarkan nilai murni ulangan harian yang telah peneliti laksanakan. Oleh
karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Penerapan
Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Terhadap Hasil
Belajar Fisika Materi Pembelajaran Fluida Statik di Kelas XI MA NU Sumber
Agung Tahun Pelajaran 2018/2019."

2. Metode Penelitian
Berdasarkan jenis data serta teknik analisis data yang digunakan,
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan jika
dilihat dari tingkat eksplanasinya adalah penelitian eksperimen. Penelitian
eksperimen dilaksanakan menggunakan berbagai macam bentuk desain.
Desain penelitian eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi
eksperiment. . Quasi eksperiment pada penelitian ini menggunakan desain
postest control group design. Variabel bebas pada penelitian ini adalah metode
TAPPS, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar Fisika
materi Fluida Statis peserta didik. Penelitian ini berupaya mengetahui ada
tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI MA NU Sumber Agung
Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 55 orang dan terbagi dalam dua
kelas. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI MA NU
Sumber Agung Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 55 orang dan
terbagi dalam dua kelas. Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui teknik
tes. Uji hipotesis pada penelitian ini digunakan uji t polled varian adatau sampel
berpasangan. Alasan penggunaan uji t polled varian adalah jumlah n1 ≠ n2, data
pada penelitian ini berdistribusi normal, serta varian data (σ2) diketahui. Kriteria
pengujian hipotesis adalah terima H0 apabila - ttabel < thitung < +ttabel dan tolak H0
dalam hal lainnya. Adapun alasan penggunaan uji t polled varian adalah jumlah
n1 ≠ n2, data pada penelitian ini berdistribusi normal, serta varian data (σ2)
diketahui.

3. Hasil dan Pembahasan


Penelitian ini dilatarbelakangi hasil observasi pendahuluan diketahui
bahwa masalah yang terjadi dalam pembelajaran Fisika di kelas XI MA NU
Sumber Agung khususnya di kelas XI yaitu ketidaksesuaian metode
pembelajaran dengan tujuan serta karakteristik materi pembelajaran akan
mengakibatkan pencapaian hasil belajar peserta didik kurang maksimal.
Pembelajaran Fisika di kelas XI MA NU Sumber Agung menggunakan metode
pembelajaran klasik yaitu memberikan catatan, menugaskan peserta didik
merangkum materi pembelajaran, menjelaskan materi pembelajaran secara
verbal, dan diakhiri dengan melakukan evaluasi. Keterlibatan dan aktivitas
belajar peserta didik selama kegiatan pembelajaran hanya terbatas pada
mendengarkan penjelasan pendidik maupun diskusi atau tanya jawab tanpa ada
stimulus lebih dari pendidik.
Pembelajaran Fisika di kelas XI MA NU Sumber Agung dilaksanakan
dengan memberikan materi pembelajaran, memberikan penjelasan lisan
terhadap materi pembelajaran, melakukan diskusi kelas, tanya jawab, kemudian
diakhiri dengan evaluasi. Keadaan tersebut diperkuat hasil wawancara bersama
Ibu Ani Rahayu, S.Pd. selaku pendidik mata pelajaran Fisika kelas XI MA NU
Sumber Agung bahwa pembelajaran Fisika di kelas XI MA NU Sumber Agung
dilaksanakan dengan memberikan materi pembelajaran, memberikan
penjelasan lisan terhadap materi pembelajaran, melakukan diskusi kelas, tanya
jawab, kemudian diakhiri dengan evaluasi. Kegiatan pembelajaran sebagaimana
tersebut menjadikan selama pembelajaran peserta didik berperan sebagai objek
belajar yang hanya mendengarkan penjelasan pendidik secara pasif.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang telah dilaksanakan
selama dua bulan yaitu mulai tanggal 10 Oktober sampai dengan 10 November
2018 bersama pendidik mata pelajaran Fisika kelas XI MA NU Sumber Agung,
maka ditawarkan metode pembelajaran yang lebih menekankan kegiatan
peserta didik dalam memahami materi pembelajaran yaitu metode Thinking
Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) yang diperkenalkan oleh Thomas
Claparade pada tahun 1983. Ditinjau dari pendekatan pelaksanaan penelitian
yang digunakan, maka penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu
penelitian yang sekurang-kurangnya terdapat satu variabel bebas yang disebut
sebagai variabel eksperimental yang sengaja dimanipulasi. Penelitian ini disebut
dengan penelitian eksperimen karena kegiatan penelitian dilakukan untuk
mengetahui pengaruh treatment yaitu metode pembelajaran TAPPS pada
pembelajaran Fisika materi pembelajaran Fluida Statik di kelas XI MA NU
Sumber Agung.
Penelitian ini melibatkan dua kelompok sampel yaitu kelas XI-1 dan
kelas XI-2 MA NU Sumber Agung. Kelas XI-1 adalah kelompok eksperimen dan
ditetapkan sebagai sampel penggunaan metode pembelajaran TAPPS,
sedangkan kelas XI-2 adalah kelompok kontrol dan ditetapkan sebagai sampel
dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional. Pembelajaran
dilaksanakan selama 8 kali pertemuan dengan alokasi waktu 16 x 40 menit.
Pembelajaran dilaksanakan 4 kali pertemuan di kelas XI-1 menggunakan
metode pembelajaran TAPPS dan 4 kali pertemuan di kelas XI-2 menggunakan
metode pembelajaran konvensional. Pembelajaran pada kedua kelas dilakukan
pada materi pembelajaran Fluida Statik. Pada akhir kegiatan pembelajaran
dilakukan evaluasi dengan memberikan soal-soal tertulis pada kedua kelas.
Setelah pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi selesai, maka koreksi
terhadap hasil kerja peserta didik bersama pendidik mata pelajaran Fisika
setempat. Hasil koreksi kemudian dianalisis guna keperluan penelitian. Hasil
analisis terhadap hasil tes peserta didik dijadikan sebagai pedoman dalam
penarikan kesimpulan sesuai rumusan masalah yang diajukan.
Berdasarkan analisis hasil tes diketahui bahwa hasil belajar mata
pelajaran Fisika materi pembelajaran Fluida Statik peserta didik kelas
eksperimen adalah tinggi yaitu dari 28 peserta didik terdapat 17 peserta didik
atau 60,71% memperoleh nilai kategori tinggi, 10 peserta didik atau 35,71%
memperoleh nilai kategori sedang, dan hanya terdapat 1 peserta didik atau
3,57% memperoleh nilai kategori rendah. Data sebagaimana tersebut
menunjukkan bahwa hasil belajar Fisika materi pembelajaran Fluida Statik
peserta didik kelas eksperimen yang pembelajarannya menerapkan metode
TAPPS adalah sedang dengan nilai rata-rata sebesar 78,79.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran TAPPS
efektif diterapkan pada pembelajaran Fisika materi pembelajaran Fluida Statik di
kelas XI MA NU Sumber Agung. Hasil tes menunjukkan dari 28 peserta didik
terdapat 27 orang atau 96,43% mencapai ketuntasan dengan memperoleh nilai
>70, sedangkan 1 orang atau 3,57% belum memperoleh nilai sesuai kriteria
ketuntasan minimal sehingga harus melaksanakan remedial. Data tersebut
menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran TAPPS menjadikan
peserta didik lebih termotivasi mengikuti kegiatan pembelajaran, lebih
memahami materi pembelajaran sehingga dapat memperoleh hasil belajar
secara maksimal.
Penerapan metode pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah
plus penugasan dilakukan di kelas XI-2 MA NU Sumber Agung melalui
pembelajaran empat kali pertemuan. Pada akhir kegiatan pembelajaran
dilakukan tes untuk mengetahui hasil belajar Fisika materi pembelajaran Fluida
Statik. Berdasarkan analisis hasil tes diketahui bahwa hasil belajar mata
pelajaran Fisika materi pembelajaran Fluida Statik peserta didik kelas kontrol
adalah rendah yaitu dari 27 peserta didik terdapat 38 peserta didik atau 48,15%
memperoleh nilai kategori rendah, 12 peserta didik atau 44,44% memperoleh
nilai kategori sedang, dan hanya terdapat 2 peserta didik atau 7,41% yang
memperoleh nilai kategori tinggi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar Fisika materi pembelajaran Fluida Statik peserta didik kelas kontrol
adalah rendah dengan nilai rata-rata sebesar 68,28.
Setelah masing-masing data hasil tes kelas eksperimen dan kelas
kontrol diketahui, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Analisis
data hasil tes kedua kelas menunjukkan bahwa hasil belajar Fisika materi
pembelajaran Fluida Statik peserta didik kelas eksperimen lebih baik dari
peserta didik kontrol. Hal tersebut terbukti dari tabel persentase yang
menunjukkan bahwa pada kelas.
Hasil belajar peserta didik kelas eksperimen umumnya berada pada
kategori tinggi, sedangkan hasil belajar peserta didik kelas kontrol berada pada
kategori rendah. Selain itu, dari tabel persentase menunjukkan bahwa pada
kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran
TAPPS terdapat 17 peserta didik atau 60,71% mendapatkan nilai kategori tinggi,
sedangkan pada kelas kontrol hanya terdapat 2 orang peserta didik atau 7,41%
yang memperoleh nilai kategori tinggi. Pada kelas eksperimen yang
pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran TAPPS hanya terdapat 1
peserta didik atau 3,57% bmemperoleh nilai kategori rendah, sedangkan pada
kelas kontrol terdapat 13 peserta didik atau 48,15% yang memperoleh hasil
belajar kategori rendah. Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil belajar mata
pelajaran Fisika materi pembelajaran Fluida Statik peserta didik yang
pembelajarannya menerapkan metode TAPPS lebih baik dari hasil belajar
peserta didik kelas kontrol. Hasil belajar peserta didik kelas eksperimen
umumnya berada pada kategori tinggi, sedangkan hasil belajar peserta didik
kelas kontrol berada pada kategori rendah. Selain itu, dari tabel persentase
menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen yang pembelajarannya
menggunakan metode pembelajaran TAPPS terdapat 17 peserta didik atau
60,71% mendapatkan nilai kategori tinggi, sedangkan pada kelas kontrol hanya
terdapat 2 orang peserta didik atau 7,41% yang memperoleh nilai kategori
tinggi. Pada kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode
pembelajaran TAPPS hanya terdapat 1 peserta didik atau 3,57% bmemperoleh
nilai kategori rendah, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 13 peserta didik
atau 48,15% yang memperoleh hasil belajar kategori rendah. Hasil analisis
menunjukkan bahwa hasil belajar mata pelajaran Fisika materi pembelajaran
Fluida Statik peserta didik yang pembelajarannya menerapkan metode TAPPS
lebih baik dari hasil belajar peserta didik kelas kontrol. Hasil belajar peserta didik
kelas eksperimen masuh dalam kategori tinggi, sedangkan hasil belajar peserta
didik kelas kontrol masuk dalam kategori rendah.
Setelah masing-masing data hasil tes baik kelas eksperimen yang
pembelajarannya menerapkan metode pembelajaran TAPPS maupun kelas
kontrol yang pembelajarannya menerapkan metode ceramah plus penugasan
diketahui, langkah selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis. Pengujian
hipotesis dilakukan menggunakan uji t polled varian. Berdasarkan hasil uji t
polled varian diperoleh harga thitung sebesar 7,56. Setelah diketahui nilai thitung,
langkah selanjutnya adalah menentukan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5%
atau interval kepercayaan 95% atau 0,05 dengan db = (N1 + N2 – 2) = 28 + 27 –
2 = 53. Oleh karena pada tabel t tidak diketemukan db 53, maka dilakukan
perhitungan menggunakan interpolasi. Berdasarkan perhitungan interpolasi di
atas diketahui bahwa nilai ttabel untuk df 28 + 27 – 2 = 53 adalah 1,99. Kriteria
pengujian hipotesis penelitian ini adalah terima H0 apabila - ttabel < thitung < +ttabel
dan tolak H0 dalam hal lainnya. Oleh karena thitung 7,56 tidak terletak diantara –
ttabel < thitung < +ttabel yaitu -1,99 dan +1,99 maka H0 yang menyatakan tidak
terdapat pengaruh yang signifikan penerapan metode TAPPS terhadap hasil
belajar Fisika peserta didik pada materi pembelajaran Fluida Statis di kelas XI
MA NU Sumber Agung Tahun Pembelajaran 2018/2019 ditolak. Karena H0
ditolak, maka Ha yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan
penerapan metode TAPPS terhadap hasil belajar Fisika peserta didik pada
materi pembelajaran Fluida Statis di kelas XI MA NU Sumber Agung Tahun
Pembelajaran 2018/2019 diterima.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran TAPPS
diterapkan pada pembelajaran Fisika materi pembelajaran Fluida Statik di kelas
XI MA NU Sumber Agung. Penerapan metode pembelajaran TAPPS ditekankan
pada keterlibatan langsung peserta didik secara aktif dalam pembelajaran.
Aktivitas metode TAPPS dilakukan dalam kelompok kecil yang heterogen, hal ini
memungkinkan interaksi positif antar peserta didik sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam
pembelajaran. Setiap kelompok berpasangan sesuai dengan kependekan
TAPPS yaitu pair (berpasangan).
Metode TAPPS merupakan merupakan salah satu metode pembelajaran
yang menantang peserta didik untuk belajar melalui pemecahan masalah yang
dilakukan secara berpasangan dan saling bertukar peran yaitu satu peserta
didik memecahkan masalah dan peserta didik lain mendengarkan pemecahan
masalah tersebut sehingga peserta didik menjadi pembelajar mandiri yang
handal serta aktif dalam proses pembelajaran. Metode TAPPS memungkinkan
peserta didik untuk berlatih konsep, menghubungkan konsep dengan
permasalahan yang ada, dan menghasilkan pemahaman materi lebih dalam.
Metode TAPPS melibatkan berpikir tingkat tinggi dan dapat memonitor peserta
didik sehingga peserta didik dapat mengetahui apa yang dipahami dan apa
yang belum dipahaminya. Proses tersebut cenderung membuat proses berpikir
peserta didik lebih sistematik dan membantu peserta didik menemukan
kesalahan sebelum mereka melangkah lebih jauh kearah yang salah sehingga
membantu peserta didik untuk menjadi pemikir yang lebih baik.
Penerapan metode TAPPS mampu meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Penerapan metode
TAPPS memungkinkan peserta didik dapat berlatih memahami berbagai materi
pembelajaran Fisika dengan berbagai teknik tertentu seperti saling menjelaskan
untuk bertukar pemahaman, sehingga setiap peserta didik dapat lebih
memahami materi pembelajaran secara komprehensif dan diharapkan dapat
berimplikasi pada pencapaian hasil belajar yang maksimal. Metode TAPPS
memiliki karakter bahwa peserta didik diberi kesempatan untuk mengungkapkan
berbagai gagasan tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran,
mengungkapkan gagasan serta membandingkan gagasan dengan gagasan
peserta didik lain dan mendiskusikan untuk menyamakan persepsi. Metode
TAPPS memiliki beberapa kelebihan dalam pelaksanaannya seperti dapat
membiasakan peserta didik dalam memecahkan suatu masalah, dapat
menciptakan kreativitas peserta didik sehingga dalam pelaksanaan
pembelajaran dapat lebih menarik dan tidak membosankan, dapat tercipta
pembelajaran yang bermakna.
Berdasarkan pegamatan terhadap pelaksanaan penelitian diketahui
bahwa metode TAPPS adalah metode yang efektif dan efisien membangun
kemampuan menjelaskan analitis peserta didik karena metode ini melibatkan
pertukaran konsepsi antar peserta didik, yang membantu mereka meningkatkan
pembelajaran dan pemahaman mereka dalam memahami konsep dengan
pemahaman yang lebih baik. Metode TAPPS melibatkan berpikir tingkat tinggi
juga dapat memonitor peserta didik sehingga peserta didik dapat mengetahui
apa yang dipahami dan apa yang belum dipahaminya. Proses TAPPS
cenderung membuat proses berpikir peserta didik lebih sistematik dan
membantu mereka menemukan kesalahan sebelum mereka melangkah lebih
jauh kearah yang salah sehingga membantu peserta didik untuk menjadi pemikir
yang lebih baik. Metode TAPPS pada pelaksanaannya memiliki berbagai
keunggulan sebagaimana dikemukakan Uno (2014: 65) yaitu:
1. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan
masalah.
2. Meningatkan pemahaman konsep.
3. Mengurangi pemikiran impulsif.
4. Meningkatkan keahlian mendengarkan aktif.
5. Meningkatkan keahlian berkomunikasi.
6. Membangun rasa puas ketika memecahkan suatu masalah.
7. Membangun rasa percaya diri dalam memecahkan masalah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran TAPPS


efektif diterapkan pada pembelajaran Fisika materi pembelajaran Fluida Statik di
kelas XI MA NU Sumber Agung. Keunggulan metode TAPPS adalah melalui
metode TAPPS peserta didik belajar untuk bertanggung jawab dalam kegiatan
belajar, tidak sekedar menjadi penerima informasi yang pasif, namun harus aktif
mencari informasi yang diperlukan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki.
Peserta didik dalam metode TAPPS dituntut bergerak aktif untuk terampil
bertanya dan mengemukakan pendapat, menemukan informasi yang relevan
dari sumber yang tersembunyi, mencari berbagai cara alternatif untuk
mendapatkan solusi, dan menentukan cara yang paling efektif untuk
menyelesaikan masalah, sehingga dari hal-hal tersebut dapat terlihat jelas
aktivitas yang dilakukan peserta didik dalam memecahkan masalah yang
dihadapi ketika proses pembelajaran berlangsung.

4. Simpulan
Hasil belajar Fisika peserta didik yang pembelajarannya menerapkan
metode TAPPS pada materi pembelajaran Fluida Statis di kelas XI MA NU
Sumber Agung Tahun Pembelajaran 2018/2019 adalah tinggi yaitu dari 28
peserta didik terdapat 17 peserta didik atau 60,71% memperoleh nilai kategori
tinggi, 10 peserta didik atau 35,71% memperoleh nilai kategori sedang,
sedangkan 1 peserta didik lain atau 3,57% memperoleh nilai kategori rendah
dengan nilai rata-rata hasil tes sebesar 78,79.
Hasil belajar Fisika peserta didik yang pembelajarannya menerapkan
metode ceramah plus penugasan pada materi pembelajaran Fluida Statis di
kelas XI MA NU Sumber Agung Tahun Pembelajaran 2018/2019 adalah rendah
yaitu dari 27 peserta didik terdapat 13 peserta didik atau 48,15% memperoleh
nilai kategori rendah, 12 peserta didik atau 44,44% memperoleh nilai kategori
sedang, dan hanya terdapat 2 peserta didik atau 7,41% memperoleh nilai
kategori tinggi dengan nilai rata-rata hasil tes sebesar 68,28.
Terdapat pengaruh penerapan metode TAPPS terhadap hasil belajar
Fisika peserta didik pada materi pembelajaran Fluida Statis di kelas XI MA NU
Sumber Agung Tahun Pembelajaran 2018/2019 dengan harga thitungl 7,56
sedangkan ttabel 1,99. Karena thitung 7,56 tidak terletak diantara – ttabel < thitung <
+ttabel yaitu -1,99 dan +1,99 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Armin, Wildan. 2017. Proses Pembelajaran Inovatif, Kreatif, dan Kelas.


Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.

Aunurrohman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Budiningsih, Asri C. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto. 2008. Penyusunan Instrumen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Djamaluddin, Kamal. 2009. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman


Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka


Cipta.

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Ihsan, Fuad. 2010. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Jufri, Wahab. 2013. Belajar dan Pembelajaran SAINS. Jakarta: Pustaka


Rineka Cipta.

Kanginan, Marthen. 2014. Fiska untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.


Muharomah, Yani. 2013. Mari Belajar Ilmu Alam Sekitar. Jakarta: Pusat
Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Munawar, Indra. 2010. Belajar dan Prestasi Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi dan Azhar. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Pratiwi, Ningrum Sri. 2014. Pembelajaran Berbasis Masalah. Jakarta: Media


Utama.

Primasari, Tia Triana. 2012. Kecerdasan Emosional dan Belajar. Palembang:


Grafika Telindo Press.

Purwanto, M. Ngalim. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Rahmanto. 2011. Metode Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Rusyan, Tabrani. 2010. Kesejahteraan dan Motivasi dalam Meningkatkan


Kinerja Guru. Jakarta: Intimedia.

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Saleh, Abdurrahman, dan Wahab, Abdul. 2012. Nuansa-nuansa Psikologi.


Jakarta: Kalam Mulia.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana.

Shadily, Hasan. 2015. Kamus Inggris - Indonesia. Yogyakarta: Balai Pustaka.

Siregar, Mari'. 2012. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2012. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.


Bandung: Nusa Media.

Stice, Willy. 2012. Problem Solving & Based Learning. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Proses dan Hasil Belajar. Jakarta: Algesindo.

Sudrajat. 2015. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiarto. 2012. Metodologi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&B. Bandung:


Alfabeta.

Sukardi. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan:Komptensi dan Praktik.


Jakarta: Bumi Aksara.

Sukardi. 2014. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2009. Pelaksanaan Penilaian Pendidikan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Suryobroto. 2014. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Uno, Hamzah B. 2014. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran.


Jakarta: Bumi Aksara.

Wulandari, Rini. 2013. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah. Jakarta:


Kencana.

Anda mungkin juga menyukai