jurnal skripsi Tibran PENGARUH PENERAPAN METODE AUDITORY INTELLECTUALITY REPETITION (AIR) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN FIQIH MATERI HAJI DAN UMRAH DI KELAS X MA AL IKHLAS PEMETUNG BASUKI
jurnal skripsi Tibran PENGARUH PENERAPAN METODE AUDITORY INTELLECTUALITY REPETITION (AIR) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN FIQIH MATERI HAJI DAN UMRAH DI KELAS X MA AL IKHLAS PEMETUNG BASUKI
ARTIKEL/JURNAL
Oleh
SITI MARIA ULFA
NIM: 15.723.058
Program Studi Pendidikan Agama Islam
1
ABSTRAK
.
Kata Kunci: Metode Auditory Intellectuality Repetition (AIR), Hasil Belajar, Fiqih
2
PENGARUH PENERAPAN METODE AUDITORY INTELLECTUALITY
REPETITION (AIR) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
PADA MATA PELAJARAN FIQIH MATERI HAJI DAN UMRAH
DI KELAS X MA AL IKHLAS PEMETUNG BASUKI
PENDAHULUAN
Pendidikan dalam masyarakat yang dinamis memegang peranan yang
menentukan terhadap eksistensi dan perkembangan masyarakat sehingga dapat
mengemban amanat Allah sebagai khalifah sebagaimana disebutkan dalam surat Al
Baqarah ayat 30 sebagai berikut:
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui" (Qs. Al Baqarah:30).
3
Salah satu bentuk pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan formal
Indonesia adalah Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam pada Madrasah
Aliyah terbagi menjadi sub-sub mata pelajaran seperti mata pelajaran Fiqih.
Berkaitan mata pelajaran Fiqih, Affandi (2009:3) mengatakan, "Fiqih merupakan
salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan
hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi,
bermasyarakat, maupun hubungan manusia dengan penciptanya." Kurikulum 2013
edisi 2016 menjelaskan bahwa mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum Madrasah
Aliyah didefinisikan sebagai salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik mengenal, memahami,
menghayati, dan mengamalkan hukum Islam yang kemudian menjadi dasar
pandangan hidup melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan
pengalaman dan pembiasaan.
Mata pelajaran Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat
penting dalam Pendidikan Agama Islam. Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam
Hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
من يرد للا به: قال النبي صلي للا عليه وسلم: عن ابي هريرة رضي للا عنه قال
)خيرا يفقهه في الدين (رواه مسلم
Artinya: Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw bersabda: Apabila Allah
menginginkan kebaikan bagi seseorang, Dia akan memberikan
pemahaman agama atau kefaqihan kepadanya (HR. Muslim) (Bahreisj,
1990:143).
Keberhasilan dan ketercapaian pembelajaran Fiqih ditandai pencapaian hasil
belajar peserta didik. Hamalik (2010:30) mengatakan, ”Hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku dari sebelum belajar dan setelah belajar seperti dari tidak tahu
menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”. Pencapaian hasil belajar
sebagaimana tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Nasution (dalam Djamarah,
2008:175) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar berikut:
4
Terdapat unsur-unsur yang mempengaruhi hasil belajar yaitu raw input,
learning teaching process, environmental input dan instrumental input.
Masukan mentah (raw input) merupakan bahan pengalaman belajar tertentu
dalam proses pembelajaran (learning teaching process), dengan harapan dapat
berubah menjadi keluaran (output) dengan kualifikasi tertentu. Oleh karena itu
dalam proses pembelajaran ikut berpengaruh sejumlah faktor dari luar seperti
sistem, pendekatan, model, metode, maupun teknik pembelajaran yang
diterapkan oleh pendidik.
5
berpusat pada pendidik atau menggunakan sistem teacher centered learning. Hampir
pada semua materi pembelajaran, pendidik menyampaikan materi dengan metode
ceramah, tanya jawab, dan diskusi dengan porsi waktu sangat sedikit bagi peserta
didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan aktif peserta didik
diberikan oleh pendidik hanya ketika pembelajaran akan berakhir yaitu pendidik
mempersilahkan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dari penjelasan yang
telah diberikan.
Hasil observasi kegiatan pembelajaran Fiqih di kelas X MA Al Ikhlas
Pemetung Basuki yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat kelemahan
sistem pembelajaran Fiqih baik dari faktor pendidik maupun dari faktor peserta didik.
Dari faktor pendidik kelemahan yang terjadi dalam pembelajaran Fiqih di kelas X
MA Al Ikhlas Pemetung Basuki adalah pelaksanaan pembelajaran oleh pendidik
dilakukan menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada pendidik yaitu
metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab. Penerapan metode ceramah, tanya
jawab, dan diskusi oleh pendidik dilaksanakan tanpa variasi dengan metode
pembelajaran lain. Pembelajaran demikian menjadikan pendidik sebagai sentral
pembelajaran yang aktif, sedangkan peserta didik hanya menjadi pendengar pasif.
Kelemahan pembelajaran Fiqih di kelas X MA Al Ikhlas Pemetung Basuki
juga terjadi pada faktor peserta didik. Hasil observasi menunjukkan bahwa selama
kegiatan pembelajaran peserta didik bersikap pasif. Ketika pendidik memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, hanya beberapa
orang peserta didik yang dapat mengajukan pertanyaan. Selain itu, ketika pendidik
menjelaskan materi pembelajaran, tampak terjadi kejenuhan dan kebosanan pada diri
peserta didik. Sebagian kecil peserta didik yang memperhatikan penjelasan pendidik,
sedangkan peserta didik lain terlihat cuek atau bersikap apatis. Sikap apatis peserta
didik ditunjukkan sikap peserta didik yang terlihat berbicara dengan teman sebangku,
ribut di dalam kelas seperti saling melempar kertas dengan peserta didik lain, terdapat
juga peserta didik melakukan kegiatan lain seperti menggambar tidak jelas pada buku
pelajaran, bahkan terdapat peserta didik keluar kelas dengan berbagai alasan.
6
Keadaan peserta didik pada pembelajaran Fiqih di kelas X MA Al Ikhlas
Pemetung Basuki menjadikan pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran hanya bersifat verbalis teoritis dalam arti peserta didik mengetahui
materi pembelajaran namun tidak dapat mengaplikasikan materi pembelajaran dalam
menyelesaikan permasalahan. Selain itu, berdasarkan hasil nilai murni midle semester
gazal diketahui bahwa hasil belajar mata pelajaran Fiqih peserta didik masih
tergolong rendah yaitu dari 106 peserta didik hanya terdapat 49 peserta didik atau
46,22% dapat mencapai ketuntasan dengan memperoleh nilai >70, sedangkan 57
peserta didik atau 53,77% belum mencapai ketuntasan atau memperoleh nilai <70.
Nilai rata-rata hasil midle semester gazal peserta didik pada pembelajaran Fiqih di
MA Al Ikhlas Pemetung Basuki adalah 53,36.
Kondisi pembelajaran dan hasil belajar Fiqih peserta didik kelas X MA Al
Ikhlas Pemetung Basuki sebagaimana tersebut menunjukkan ada permasalahan dalam
kegiatan pembelajaran yaitu aktivitas belajar peserta didik yang rendah sehingga
berimplikasi pada pencapaian hasil belajar yang rendah pula. Oleh karena itu, peneliti
bermaksud mengadakan suatu penelitian berbentuk eksperimen dengan menawarkan
metode pembelajaran baru yang sesuai dengan Kurikulum 2013 edisi revisi 2016
yaitu metode Auditory Intellectuality Repetition (AIR). Berkaitan metode Auditory
Intellectuality Repetition (AIR), Juliani (2012:8) menjelaskan, "Auditory
Intellectuality Repetition diartikan sebagai metode pembelajaran yang menekankan
tiga aspek belajar yaitu auditory atau dengan mendengar, intellectuality atau dengan
berfikir, dan repetition atau pengulangan agar belajar menjadi efektif." Penjelasan
sebagaimana tersebut menunjukkan bahwa metode Auditory Intellectuality Repetition
(AIR) merupakan metode pembelajaran yang dilaksanakan melalui kegiatan
pengembangan kemampuan mendengar atau menyimak, kemampuan intelektual
peserta didik melalui berbagai kegiatan pengulangan.
Peserta didik dalam pembelajaran menggunakan metode pembelajaran
Auditory Intellectuality Repetition (AIR) akan dibiasakan untuk menggunakan indera
telinga dan kemampuan berpikir guna melakukan pemecahan masalah dan
7
berdasarkan hukum latihan (law of exercise). Pengembangan kemampuan indera
telinga dan kemampuan berpikir dilakukan melalui pengulangan. Jika proses
pengulangan sering terjadi, makin banyak kegiatan ini dilakukan maka hubungan
yang terjadi akan bersifat otomatis, sehingga peserta didik yang diberi metode
pembelajaran Auditory Intellectuality Repetition (AIR) diharapkan memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan sehari-hari yang
diformulasikan kedalam bentuk materi pembelajaran serta mampu merepresentasikan
hasil pemecahan masalah tersebut.
Penjelasan metode pembelajaran Auditory Intellectuality Repetition (AIR)
menunjukkan bahwa metode pembelajaran Auditory Intellectuality Repetition (AIR)
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar peserta didik yang berkaitan
dengan Auditory atau proses mendengarkan, Intellectuality atau proses berpikir, dan
Repetition atau pengulangan materi pembelajaran. Auditory berati bahwa belajar
haruslah melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,
mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intellectuality berarti bahwa belajar
dengan menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, memecahkan masalah dan
menerapkan. Repetition adalah pengulangan yang berarti pendalaman, perluasan,
pemantapan dengan cara peserta didik dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. Oleh
karena itu, metode pembelajaran Auditory Intellectuality Repetition (AIR) dipandang
sebagai metode yang efektif untuk diterapkan pada pembelajaran Fiqih.
Implementasi metode Auditory Intellectuality Repetition (AIR) pada
pembelajaran akan menghasilkan berbagai keunggulan atau kelebihan-kelebihan yang
dijadikan sebagai dasar alasan pemilihan metode Auditory Intellectuality Repetition
(AIR). Diantara kelebihan-kelebihan metode Auditory Intellectuality Repetition (AIR)
disebutkan Meirawati (dalam Humaira, 2012:22) berikut:
1. Peserta didik berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering
mengekspresikan ide.
2. Peserta didik memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif.
8
3. Peserta didik dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan
dengan cara mereka sendiri.
4. Peserta didik secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau
penjelasan.
5. Peserta didik memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu
dalam menjawab permasalahan.
9
Berdasarkan alasan-alasan sebagaimana tersebut, maka dilakukan penelitian
berbentuk eksperimen dengan mengujicobakan metode Auditory Intellectuality
Repetition (AIR) pada pembelajaran Fiqih di kelas X MA Al Ikhlas Pemetung
Basuki. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada observasi pendahuluan yang
menunjukkan bahwa pembelajaran Fiqih di kelas X MA Al Ikhlas Pemetung Basuki
masih menggunakan sistem verbalis dan terpusat pada pendidik sehingga aktivitas
belajar peserta didik dan hasil belajar mata pelajaran Fiqih yang diperoleh peserta
didik masih tergolong rendah. Oleh karena itu pada penelitian ini dirumuskan judul
"Pengaruh Penerapan Metode Auditory Intellectuality Repetition (AIR) Terhadap
Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Fiqih Materi Haji dan Umrah di
Kelas X MA Al Ikhlas Pemetung Basuki."
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini jika dilihat tingkat eksplanasi termasuk jenis penelitian
eksperimen. Dantes (2012:85) menjelaskan bahwa "Penelitian eksperimen merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang
dikenakan pada subjek selidiki". Sesuai metode penelitian yang digunakan, maka
jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment. Arikunto (2010:20)
mengatakan, "Quasi eksperiment adalah eskperimen yang memiliki perlakuan
tertentu pada suatu subjek untuk menciptakan perbandingan dalam rangka
menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan". Penelitian ini memiliki satu
variabel bebas yaitu penerapan metode Auditory Intellectuality Repetition (AIR).
Penelitian juga memiliki satu variabel terikat yaitu hasil belajar peserta didik pada
mata pelajaran Fiqih materi Haji dan Umrah. Penelitian ini berupaya mengetahui ada
tidak pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen.
Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X MA Al Ikhlas
Pemetung Basuki Kabupaten OKU Timur yang berjumlah 106 peserta didik terbagi
dalam 3 kelas. sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas X IPA dan kelas X IPS
1 MA Al Ikhlas Pemetung Basuki. Kelas X IPA ditetapkan sebagai kelas eksperimen
10
yang pembelajarannya menggunakan metode Auditory Intellectuality Repetition
(AIR), sedangkan kelas X IPS 1 ditetapkan sebagai kelas kontrol yang
pembelajarannya tanpa menggunakan metode Auditory Intellectuality Repetition
(AIR).
Data merupakan bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan
informasi atau keterangan baik kualitatif meupun kuantitatif menunjukkan fakta.
Data-data pada penelitian ini dikumpulkan menggunakan dua teknik yaitu tes dan
dokumentasi. Sebelum instrumen pengumpulan data digunakan, maka terlebih dahulu
instrumen harus diuji tingkat kebenaran serta keterpercayaan melalui uji instrumen
yaitu memberikan soal kepada peserta didik bukan sampel. Hasil uji instrumen
kemudian dijadikan sebagai dasar pengujian validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran
soal, serta daya pembeda soal. Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat analisis data yang meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas.
Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji t. Uji t adalah salah satu uji
statistika yang pengujian hipotesisnya didekati dengan distribusi normal.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka analisis data pada penelitian ini digunakan uji
t polled varian atau sampel berpasangan. Alasan penggunaan uji t polled varian
adalah jumlah n1 ≠ n2, data pada penelitian ini berdistribusi normal, serta varian data
(σ2) diketahui (Sugiyono, 2013:197). Pengujian hipotesis menggunakan uji t polled
varian dilakukan menggunakan rumus:
t X X 1 2
n 1S n 1S 1 1
1
2
1 2
2
2
n n 2
1 2 n n 1 2
Keterangan:
̅1
X = Rata-rata skor kelompok eksperimen.
̅
X2 = Rata-rata skor kelompok kontrol.
𝑆2 = Varian kedua data.
11
n1 = Jumlah sampel kelompok eksperimen.
n2 = Jumlah sampel kelompok kontrol.
Kriteria pengujian hipotesis adalah terima H0 apabila - ttabel < thitung < +ttabel dan tolak
H0 dalam hal lainnya. Adapun alasan penggunaan uji t polled varian adalah jumlah
n1 ≠ n2, data pada penelitian ini berdistribusi normal, serta varian data (σ2) diketahui
(Sugiyono, 2013:197).
12
Berdasarkan analisis hasil tes diketahui bahwa dari 36 orang peserta didik
terdapat 20 peserta didik atau 55,56% berada pada rangking atas atau memperoleh
nilai kategori tinggi, 14 peserta didik atau 38,89% memperoleh nilai kategori
sedang, dan hanya terdapat 2 peserta didik atau 5,56% memperoleh nilai kategori
rendah dengan nilai rata-rata 78,61. Data tersebut menunjukkan bahwa hasil
belajar mata pelajaran Fiqih materi Haji dan Umrah peserta didik kelas eksperimen
yang pembelajarannya menggunakan metode Auditory Intellectuality Repetition
(AIR) adalah tinggi. Data hasil tes pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa
metode Auditory Intellectuality Repetition (AIR) efektif diterapkan pada mata
pelajaran Fiqih materi Haji dan Umrah. Melalui penerapan metode Auditory
Intellectuality Repetition (AIR) peserta didik berupaya berperan aktif mengikuti
seluruh kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik lebih memahami materi
pembelajaran. Setelah dilakukan pembelajaran dan evaluasi, dari 36 peserta didik
hanya terdapat 2 orang peserta didik atau 5,56% yang memperoleh nilai kategori
rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode Auditory Intellectuality
Repetition (AIR) efektif untuk diterapkan pada pembelajaran Fiqih materi Haji dan
Umrah di kelas X MA Al Ikhlas Pemetung Basuki.
2. Kelas Kontrol
Kelas kontrol adalah kelas yang pembelajarannya menggunakan metode
ceramah plus penugasan yaitu kelas X IPS 1 dengan jumlah peserta didik sebanyak
35 orang. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan tiga kali pertemuan. Kegiatan
pembelajaran dilakukan sesuai dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
yang telah digunakan di kelas X IPS 1 yaitu menggunakan metode ceramah plus
penugasan. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan memberikan catatan kepada
seluruh peserta didik kemudian peneliti yang bertindak sebagai pendidik
menjelaskan materi pembelajaran secara lisan. Setelah kegiatan pembelajaran
berakhir, dilakukan tes untuk mengetahui hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan analisis hasil tes diketahui bahwa dari 35 orang peserta didik
terdapat 3 peserta didik atau 8,57% yang memperoleh nilai kategori tinggi, 14
13
peserta didik atau 40,00% memperoleh nilai kategori sedang, sedangkan 18 peserta
didik atau 51,43% memperoleh nilai kategori rendah dengan nilai rata-rata kelas
sebesar 67,71. Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik kelas
kontrol yang pembelajarannya menerapkan metode pembelajaran ceramah plus
penugasan adalah rendah. Data hasil tes pada kelas kontrol menunjukkan bahwa
metode pembelajaran ceramah plus penugasan kurang efektif diterapkan pada
mata pelajaran Fiqih. Penerapan metode ceramah plus penugasan memposisikan
peserta didik sebagai objek belajar yang hanya mendengarkan penjelasan pendidik.
Keadaan tersebut menjadikan aktivitas belajar peserta didik menjadi rendah.
Bahkan, selama kegiatan pembelajaran terdapat peserta didik yang tidak
mendengarkan penjelasan pendidik, berbicara atau mengobrol dengan teman
sebangku dan tidur. Keadaan tersebut berimplikasi pada pencapaian hasil belajar
peserta didik yang kurang maksimal dimana hanya terdapat 3 peserta didik atau
8,57% yang memperoleh nilai kategori tinggi, sedangkan 18 peserta didik atau
81,53% memperoleh nilai kategori rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
metode ceramah plus penugasan kurang efektif untuk diterapkan pada
pembelajaran Fiqih materi Haji dan Umrah di kelas X MA Al Ikhlas Pemetung
Basuki.
3. Pengaruh Metode Auditory Intellectuality Repetition (AIR) Terhadap Hasil
Belajar Fiqih Materi Haji dan Umrah Peserta Didik
Setelah data masing-masing kelas diketahui dan dianalisis, langkah
selanjutnya adalah melalukan analisis data untuk mengetahui ada atau tidak
pengaruh metode Auditory Intellectuality Repetition (AIR) terhadap hasil belajar
mata pelajaran Fiqih materi Haji dan Umrah peserta didik. Analisis data dilakukan
menggunakan uji t polled varian. Berdasarkan hasil uji t polled varian diperoleh
harga thitung sebesar = 8,32. Jika dikonsultasikan dengan harga kritik t pada taraf
signifikansi 5% atau interval kepercayaan 95% dengan db = (N1 + N2 – 2) = 36 +
35 – 2 = 69 maka diperoleh ttabel = 2,00. Data tersebut menunjukkan bahwa thitung >
ttabel atau 8,32 > 2,00. Karena thitung 8,32 lebih besar dari harga ttabel = 2,00 pada
14
taraf signifikan 5% maka Ho yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang
signifikan penerapan metode Auditory Intellectuality Repetition (AIR) terhadap
hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqih materi Haji dan Umrah di
Kelas X MA Al Ikhlas Pemetung Basuki ditolak, sedangkan Ha yang menyatakan
terdapat pengaruh yang signifikan penerapan metode Auditory Intellectuality
Repetition (AIR) terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqih
materi Haji dan Umrah di Kelas X MA Al Ikhlas Pemetung Basuki diterima.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa secara nyata terdapat terdapat
pengaruh yang signifikan metode Auditory Intellectuality Repetition (AIR)
terhadap hasil belajar mata pelajaran Fiqih materi Haji dan Umrah peserta didik
kelas X MA Al Ikhlas Pemetung Basuki Tahun Pelajaran 2018/2019. Peserta didik
yang pembelajarannya menerapkan metode Auditory Intellectuality Repetition
(AIR) memiliki hasil belajar mata pelajaran Fiqih lebih baik dibandingkan dengan
peserta didik yang pembelajarannya menerapkan metode ceramah plus penugasan.
Hal tersebut terbukti dari tabel persentase yang menunjukkan bahwa pada
kelompok peserta didik yang pembelajarannya menerapkan metode Auditory
Intellectuality Repetition (AIR) terdapat 20 peserta didik atau 55,56% berada pada
rangking atas atau memperoleh nilai kategori tinggi, 14 peserta didik atau 38,89%
memperoleh nilai kategori sedang, dan hanya terdapat 2 peserta didik atau 5,56%
memperoleh nilai kategori rendah. Adapun pada kelas kontrol hanya terdapat 3
peserta didik atau 8,57% yang memperoleh nilai kategori tinggi, 14 peserta didik
atau 40,00% memperoleh nilai kategori sedang, sedangkan 18 peserta didik atau
51,43% memperoleh nilai kategori rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Auditory Intellectuality
Repetition (AIR) efektif diterapkan pada pembelajaran Fiqih. Implementasi
metode Auditory Intellectuality Repetition (AIR) pada pembelajaran akan
menghasilkan berbagai keunggulan atau kelebihan-kelebihan yang dijadikan
sebagai dasar alasan pemilihan metode Auditory Intellectuality Repetition (AIR).
15
Diantara kelebihan-kelebihan metode Auditory Intellectuality Repetition (AIR)
disebutkan Meirawati (dalam Humaira, 2012:22) berikut:
1. Peserta didik berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering
mengekspresikan ide.
2. Peserta didik memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif.
3. Peserta didik dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan
dengan cara mereka sendiri.
4. Peserta didik secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau
penjelasan.
5. Peserta didik memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu
dalam menjawab permasalahan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bahreisj, Hussein. 1990. Petunjuk Menuntut Ilmu dalalm Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Juliani, Sri Rahayu. 2012. Variasi Metode Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Andi
Offide.
17