(Swakelola)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, laporan akhir kegiatan “Pengembangan
Kebijakan dan Strategi Konservasi Energi” akhirnya dapat diselesaikan. Kegiatan ini merupakan
kegiatan yang dilakukan secara swakelola oleh Direktorat Energi, Telekomunikasi dan
Informatika Badan Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai masukan bagi pengembangan
kebijakan dan strategi konservasi energi.
Laporan akhir ini terdiri dari Bab 1 Pendahuluan, Bab 2 Kondisi Eksisting dan Permasalahan
Energi, Bab 3 Regulasi dan Kebijakan Energi, Bab 4 Konservasi dan Analisis Dampak, dan Bab
5 Penutup.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
penulisan laporan akhir ini. Dalam laporan ini terdapat rekomendasi untuk semua pihak yang
kami anggap terkait untuk pelaksanaan konservasi energi. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan memiliki perhatian dalam upaya pengembangan
konsevasi energi.
Dunia kini juga telah bersepakat untuk melakukan kegiatan mengantisipasi gejala
pemanasan global (global warming) dengan melakukan banyak perjanjian internasional
(termasuk Protokol Kyoto, 1997) serta berbagai upaya lain di bidang teknologi maupun
perdagangan untuk menekan kemungkinan terjadinya pemanasan global tersebut. Sebagai
negara yang ekonominya sedang tumbuh, konsumsi energi di Indonesia terus meningkat
dengan kecepatan pertumbuhan yang sangat tinggi untuk berbagai jenis bahan bakar,
terutama untuk BBM dan tenaga listrik.
Konsumsi energi nasional terus akan tumbuh sedangka sumber energi terbatas dan
dana pemerintah untuk meningkatkan pasokan energi masyarakat juga terbatas. Oleh
karena itu sangat urgen dan darurat bahwa kebijakan konservasi energi perlu didorong
bersama. Potensi efisiensi energi dengan penerapan kebijakan konservasi energi cukup
besar dengan mengingat nilai intensitas dan elastisitas energi yang masih besar. Saat ini
pemerintah sedang menysusun RIKEN (Rencana Induk Konservasi Energi Nasional), yang
mana diharapkan kebijakan ini akan membuat program konservasi energi akan semakin
menuju keberhasilan yang melibatkan semua pemangku kepentingan dan pelaku pasar
Daftar Isi
Kajian Pengembangan Kebijakan dan Strategi Konservasi Energi
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 3
BAB 2 TUJUAN
2.1. Tujuan, Sasaran dan Manfaat Studi 6
2.2. Ruang lingkup dan Keluaran 7
BAB 3 METODLOGI
3.1. Metodologi Pekerjaan 9
3.2. Pelaksana Kegiatan 10
3.3. Pelaksanaan Kegiatan 10
i
Daftar Isi
Kajian Pengembangan Kebijakan dan Strategi Konservasi Energi
ii
Daftar Isi
Kajian Pengembangan Kebijakan dan Strategi Konservasi Energi
TABEL Halaman
Tabel 1.1 Potensi Energi osil dan Non Fosil 4
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 11
Tabel 4.1 Pencapaian Bauran dan Efisiensi Energi Tahun 2008 13
Tabel 4.2 Potensi Energi Fosil dan Non Fosil 15
Tabel 4.3 Prosentase Potensi Energi Fosil Indonesia Terhadap Cadangan Dunia 15
Tabel 4.4 Perkembangan Subsidi serta Biaya Bahan Bakar dan Pelumas 16
Tabel 4.5 Kapasitas dan Produksi Energi Alternatif 19
Tabel 4.6 Pencapaian Bauran dan Efisiensi Energi 20
Tabel 5.1 Matriks Rekomendasi 1, Untuk Para Pemangku
Kepentingan Eksternal Terkait (Stakeholders) 33
Tabel 5.2 Matriks Rekomendasi 2 Untuk Para Pemangku Kepentingan
Internal Terkait 35
GAMBAR
Gambar 1.1 Konsumsi Energi Final Indonesia 2008 2
Gambar 1.2 Konsumsi Energi Perkapita dan Intensitas Energi 4
Gambar 4.1 Besarnya Subsidi tahun 2004-2009 16
Gambar 4.2 Produksi Energi Fosil (ribu BOEPD) 17
Gambar 4.3 Produksi Energi dan Pemanfaatan (ribu BOEPD) tahun 2008 18
Gambar 4.4 Gambar 4.4 Komposisi Konsumsi Energi Final 2008 18
Gambar4.5 Komposisi Produksi Listrik 2008 Berdasarkan Jenis Bahan Bakar 19
Gambar4.6 Konsumsi dan elastisitas energi beberapa negara 23
Gambar 4.7 Kebutuhan Energi Indonesia 24
iii
Bab 1
Pendahuluan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
Bab 1
Pendahuluan
Bauran energi (energy mix) yang tidak sehat secara nasional di Indonesia
memperlihatkan bahwa minyak bumi masih mendominasi pemanfaatan energi nasional
(tabel 1-1). Saat ini untuk proses penyusunan laporan kajian masih digunakan data
bauran energi sesuai dengan Perpres No. 5 Th. 2006 mengingat data yang sedang
diperbarui akan disajikan di dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang akan
diterbitkan oleh Dewan Energi Nasional (DEN). Bila melihat kekayaan sumberdaya
energi di Indonesia yang beraneka ragam, gejala bauran energi yang tidak sehat yang
terus terjadi di Indonesia –termasuk fuel mix yang berbiaya mahal-- sesungguhnya
merupakan suatu ironi.
Tenaga Air,
3.11%
Panas Bumi,
1.32%
Gas Bumi,
28.57%
Minyak Bumi,
51.66%
Batubara, 15.34%
Pada sisi lain potensi energi baru terbarukan yang ada sangat memadai namun
belum optimal pemanfaatannya. Potensi panas bumi, mikro hidro, surya dan biomassa
belum sepenuhnya dimanfaatkan terutama untuk pembangkit listrik khususnya pada
sistem Luar Jawa Madura Bali (Jamali) dan daerah perdesaan, perbatasan dan terpencil.
Lebih lanjut berdasarkan intensitas dan elastisitas energi saat ini Indonesia masih lebih
tinggi dibandingkan negara-negara lain termasuk Asia dan ASEAN (gambar 1.2). Hal ini
menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara yang boros penggunaan energi dan
2
Bab 1
Pendahuluan
kurang produktif. Namun hal ini harus dicermati lebih jauh mengingat tingkat
produktifitas juga terkait dengan penciptaan nilai tambah yang berdimensi multi sektor.
1.2 Permasalahan
Dengan melihat beberapa hal diatas maka saat ini diperlukan langkah-langkah
untuk mengembangkan dan memantapkan kebijakan strategis energi yang ada. Salah
satunya yang utama adalah konservasi energi. Kebijakan konservasi bertujuan
memelihara kelestarian sumber daya yang ada melalui penggunaan sumberdaya secara
bijaksana bagi tercapainya keseimbangan antara pembangunan, pemerataan dan
pengembangan lingkungan hidup. Upaya konservasi energi diarahkan untuk
meningkatkan pembangunan yang merata dan berkelanjutan. Dalam hubungan dengan itu
akan dikembangkan penggunaan teknologi produksi dan penggunaan energi yang lebih
efisien dari segi teknis, ekonomis dan kesehatan lingkungan. Usaha konservasi energi
harus didukung dan dilaksanakan oleh semua pemangku kepentingan di semua sektor.
Untuk menunjang kebijakan ini perlu disusun pengaturan pelaksanaan secara praktis dan
mudah agar tujuan konservasi dapat dicapai secara optimal. Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral telah menyusun Rencana Induk Konservasi Nasional (RIKEN)
yang memuat rencana tindakan konservasi energi sektoral yang secara teknis dapat
dilaksanakan. Pokok-pokok program konservasi dalam RIKEN terdiri dari tiga program
pokok, yaitu penyebarluasan informasi, memberikan insentif dan membuat aturan-aturan
yang diperlukan.
3
Bab 1
Pendahuluan
600
500
indeks (Jepang = 100)
400
300
200
100
0
Jepang OECD Thailand Indonesia Malaysia North Am. Germany
Intensitas Energi Energy Per Kapita
4
Bab 1
Pendahuluan
Namun demikian sejauh ini kebijakan konservasi hampir selalu terabaikan baik
dari sisi pasokan (supply) maupun sisi permintaan (demand) dalam perencanaan dan
praktek pembangunan nasional dalam waktu yang cukup lama. Berdasarkan hal-hal
tersebut diatas diperlukan pemetaan dan evaluasi terhadap kebijakan dan strategi
konservasi energi nasional yang ada sejalan dengan dinamika nasional dan global.
Selanjutnya hal ini dapat digunakan sebagai bahan masukkan bagi penyusunan
pengembangan kebijakan energi nasional guna menciptakan ketahanan dan kemandirian
penyediaan energi sebagai pendorong utama pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Di sektor rumah tangga, penerapan konservasi energi secara umum telah menunjukkan
kemajuan yang berarti seperti dalam hal pemilihan peralatan listrik rumah tangga antara
lain dalam memilih lampu. Mereka lebih menyukai menggunakan lampu CFL (Compact
Fluorescent Lamp) karena lebih hemat penggunaan listriknya, namun ada sebagian
kelompok masyarakat masih menggunakan lampu pijar, dengan pertimbangan harga yang
lebih murah.
Dari uraian di atas, maka secara umum kegiatan konservasi energi, memberi dampak
penurunan laju konsumsi energi nasional (perbaikan efisiensi penggunaan energi).
5
Bab 2
Tujuan
BAB 2
TUJUAN
2.1 TUJUAN, SASARAN DAN MANFAAT STUDI
Dalam studi ini akan dikumpulkan dan dikaji berbagai rencana pengembangan
kebijakan dan strategi konservasi energi nasional yang pernah diterbitkan oleh berbagai
pihak secara sendiri-sendiri, untuk diintegrasi, disintesis dan dianalisis secara kritis,
untuk kemudian dapat dihasilkan rencana pengembangan kebijakan dan strategi
konservasi yang lebih komprehensif dan dapat diimplementasikan dengan baik.
Dalam studi ini akan dilakukan: studi literatur dari kajian-kajian terdahulu;
melakukan policy review terhadap kebijakan energi khususnya tentang konservasi energi;
inventarisasi infrastruktur existing bagi pemanfataan energi; proyeksi suplai dan demand
kebutuhan energi di dalam negeri; memberikan rekomendasi kebijakan; dan rencana
konservasi energi nasional dan infrastrukturnya untuk jangka menengah sampai tahun
2014.
Lebih lanjut studi ini diharapkan akan bermanfaat bagi pemangku kepentingan
internal di lingkup Bappenas maupun lingkup eksternal yang berkaitan dengan
kepentingan pemanfaatan dan konservasi energi. Pada lingkup internal Bappenas para
pemangku kepentingan terkait seperti Direktorat Energi, Telekomunikasi dan
Informatika, Direktorat Sumber Daya Energi, Mineral dan Pertambangan, Direktorat
Lingkungan Hidup, Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral dan Direktorat
6
Bab 2
Tujuan
Pendanaan Luar Negeri Multilateral. Adapun pada lingkup eksternal terkait adalah
KESDM, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, Kementerian Negara BUMN,
Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan dan
Kementerian Pekerjaan Umum. Manfaat dan dampak adanya kajian dimaksud terutama
sebagai masukkan guna pemanfaatan dan konservasi energi melalui penyelesaian
permasalahan dan hambatan yang ada khususnya pada lingkup regulasi dan kebijakan.
7
Bab 2
Tujuan
menyusun basis data dan informasi kebijakan dan strategi konservasi energi; (c)
melakukan analisis dan evaluasi kebijakan dan strategi konservasi energi; (d) melakukan
pengembangan model kebijakan dan strategi komprehensif konservasi energi; dan (e)
menyusun rekomendasi pengembangan kebijakan dan strategi konservasi energi (f)
melakukan analisa menyeluruh atas pemetaan dan evaluasi yang dilakukan dan (d)
menyusun rekomendasi kebijakan dan strategi yang diperlukan untuk mendukung
pengembangan kebijakan dan strategi konservasi energi.
Keluaran kajian ini adalah evaluasi terhadap kebijakan dan strategi konservasi
energi yang telah dan sedang dilaksanakan serta alternatif pengembangan kebijakan dan
strategi untuk masa yang akan datang guna mengantisipasi perkembangan situasi dan
kondisi yang ada saat ini serta mengikuti dinamika sektor energi pada umumnya.
Selain itu adalah rekomendasi mengenai rencana tindak (action plan) untuk
berbagai pihak terkait terhadap kebijakan dan strategi dimaksud untuk menyehatkan
konsumsi energi dan meningkatkan keamanan dan ketahanan energi nasional.
8
Bab 3
Metodologi
BAB 3
METODOLOGI
3.1 METODOLOGI PEKERJAAN
9
Bab 3
Metodologi
Untuk mengarahkan studi ini, maka pada setiap tahapan akan dilakukan kegiatan
pengarahan (kick off meeting), roundtable discussions, dan focus group discussions (FGD),
sebagai forum klarifikasi dan untuk mendapatkan masukan-masukan dari berbagai pihak
sebagai yang hasil-hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki hasil-hasil studi. Kegiatan-
kegiatan tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Roundtable discussion merupakan pertemuan internal tim dan Pemberi Kerja yang
digunakan untuk membahas hasil-hasil dan kemajuan pekerjaan;
b. FGD pertama dilaksanakan setelah penyerahan Laporan Pendahuluan untuk mendapat
masukan-masukan dan klarifikasi terhadap asumsi-asumsi dan pendekatan-pendekatan
yang digunakan dalam kajian.
c. FGD kedua dilaksanakan untuk membahas hasil-hasil analisis pada kegiatan nomor yang
dituangkan dalam Draft Laporan Akhir.
d. Seminar hasil kajian untuk memperoleh masukan dari pemangku kepentingan sektor
energi guna penyempurnaan laporan akhir.
e. Penyempurnaan Laporan Akhir.
Kegiatan ini akan dilaksanakan dalam waktu 5 (lima) bulan mulai dari bulan Juni sampai
dengan Oktober 2010. Secara garis besar jadwal kegiatan adalah sebagai berikut:
10
Bab 3
Metodologi
No. Uraian kegiatan Apr Mei Juni Juli Agts Sept Okt Nov
6. Pertemuan/Diskusi/Seminar
7. Finalisasi
11
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
BAB 4
HASIL KAJIAN DAN ANALISA
Pengelolaan energi di Indonesia saat ini berlandaskan pada UU No. 30 Tahun 2007
tentang Energi yang mengubah pola pengelolaan energi dari semula hanya terfokus di sisi
penyediaan, saat ini juga memfokuskan pada sisi permintaan di antaranya melalui upaya
konservasi dan diversifikasi.
Pola pemanfaatan energi primer di dalam negeri masih didominasi oleh minyak bumi
sebesar 46,7 persen, gas bumi 20,6 persen, batubara 27,4 persen, dan EBT 5,3 persen.
Demikian pula pemanfaatan energi finalnya. Total kosumsi energi final yang mencapai 805,6
juta SBM masih didominasi oleh BBM sebesar 47,1 persen.
Sementara itu pemanfaatan energi untuk pembangkit listrik juga masih didominasi
oleh BBM. Sampai dengan tahun 2008 komposisi produksi listrik berdasarkan bahan bakar
didominasi oleh Batubara sebesar 45 persen dan BBM sebesar 25 persen. Sementara itu, pada
tahun yang sama, PT. PLN membelanjakan 56 persen dari total beban usaha untuk membeli
bahan bakar minyak
Dengan semakin terbatasnya sumber energi fosil, dilakukan upaya diversifikasi
penyediaan dan pemanfaatan energi agar bauran energi menjadi lebih optimal. Hal tersebut
juga sejalan dengan upaya pengurangan dampak perubahan iklim (climate change) yang ada
sehingga diperlukan untuk segera memanfaatkan energi alternatif secara bertahap dan
berorientasi pasar.
Selain itu, dilakukan upaya konservasi dan efisiensi energi yang lebih intensif.
Pemerintah telah melaksanakan program konservasi energi, dan dalam pelaksanaannya telah
dilakukan audit energi untuk kalangan industri dan gedung bertingkat. Pada sisi konsumen,
pemerintah telah melaksanakan program hemat energi, program ini mencakup labelisasi
peralatan rumah tangga yang hemat energi.
12
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
Pemanfaatan energi alternatif (termasuk energi baru dan terbarukan) juga ditujukan
bagi diversifikasi energi dan optimalisasi energi mix policy. Beberapa hasil yang telah
dilakukan adalah telah dioperasikan Pilot Plant UBC dengan kapasitas 5 ton/hari di
Palimanan-Cirebon pada tahun 2003. Untuk pengembangan biodiesel telah disusun Naskah
Akademis rancangan kebijakan biodiesel, penetapan SNI No. 03-7182-2006 untuk Biodiesel,
serta kampanye implementasi biodiesel dengan penggunaan perdana pada kendaraan bus
operasional berbahan bakar B-10 oleh Menteri ESDM. Selain itu, juga telah dilaksanakan
program percepatan substitusi BBM dengan memanfaatkan LPG.
Optimalisasi pengaturan tarif, subsidi, kewajiban pelayanan umum, dan penyertaan
modal. Kenaikan harga minyak mentah (crude oil) pada tahun 2005 menyebabkan naiknya
subisidi energi yang harus ditanggung oleh anggaran negara. Dalam upaya untuk
menyehatkan sistem tarif BBM dan didorong oleh kenaikan harga minyak dunia tersebut,
pada tahun 2005 pemerintah telah menyesuaikan tarif BBM menuju harga keekonomiannya
(menaikkan harga jual BBM lebih dari 100%). Dampaknya cukup baik yaitu menurunnya
tingkat konsumsi BBM pada awal tahun 2006 sebesar 9% dibandingkan tahun sebelumnya
yang berarti mengurangi impor BBM dan sekaligus menurunnya subsidi. Upaya lainnya
dalam rangka percepatan pengurangan subsidi BBM telah diupayakan substitusi minyak
tanah dengan elpiji di sektor rumah tangga, substitusi solar dengan biosolar, dan penggunaan
batubara untuk pembangkit tenaga listrik.
13
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
14
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
Tabel 4.3 Prosentase Potensi Energi Fosil Indonesia Terhadap Cadangan Dunia
15
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
ditentukan oleh pemerintah. ubsidi energi (BBM dan Listrik) setiap tahun meningkat, pada
tahun 2008 mencapai lebih dari Rp. 200 triliun.
Total Subsidi
300
250
200
Rp.
150
(Trilliun)
100 Total
50
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
16
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
5.206 ribu BOEPD masih didominasi oleh Batubara sebesar 52,4%, diikuti gas bumi sebesar
28,2%, dan minyak bumi sebesar 19,4%.
6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
-
2004 2005 2006 2007 2008
Total 3,888 4,269 4,672 4,819 5,026
Minyak bumi 1,095 1,062 1,006 954 977
Gas bumi 1,478 1,461 1,445 1,369 1,416
Batubara 1,315 1,746 2,221 2,496 2,634
Namun pola pemanfaatan energi fosil tersebut (tahun 2008) di dalam negeri masih
didominasi oleh minyak bumi sebesar 46,7%, Gas Bumi 20,6%, Batubara 27,4%, dan EBT
5,3%.
17
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
Gambar 4.3 Produksi Energi dan Pemanfaatan (ribu BOEPD) tahun 2008
1.200,00
1.000,00
800,00
juta BOE
Produksi
600,00
Pemanfaatan
400,00
200,00
-
Minyak Bumi Gas Bumi Batubara EBT
(Produksi) (Produksi)
Demikian pula dengan pemanfaatan energi finalnya. Pada tahun 2008, total kosumsi
energi final yang mencapai 805,6 juta SBM masih didominasi oleh BBM sebesar 47,1%.
Sedangkan pemanfaatan energi untuk pembangkit listrik juga masih di dominasi oleh
bahan bakar minyak (BBM). Pada tahun 2008, komposisi produksi listrik berdasarkan bahan
bakar didominasi oleh Batubara sebesar 45% dan BBM sebesar 25%. Sementara itu, pada
tahun yang sama, PT. PLN membelanjakan 56% dari total beban usaha untuk membeli bahan
bakar minyak.
18
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
Gambar 4.5 Komposisi Produksi Listrik 2008 Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
Kom pos is i Produk s i Lis trik 2008
Be rdas ark an Je nis Bahan Bak ar
Hidro PS PLTP
7.5% 0.0% 5.5% BBM
24.8%
Batubara
44.8% Gas
LNG 17.5%
0.0%
19
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
upgraded brown coal (UBC) dari Pilot Plant menuju demo plant UBC di Palimanan Cirebon
guna mendukung pemanfaatan batubara dari 5 ton/hari menjadi kapasitas 1.000 ton/hari pada
tahun 2008; (b) untuk pencairan batubara (Coal Liquefaction) direncanakan akan dibangun
beberapa pabrik pencairan batubara yang nantinya akan memberikan sumbangan yang berarti
kepada pengurangan kebutuhan BBM di dalam negeri; dan (c) melanjutkan ujicoba (pilot
project) pengembangan coal bed methane (CBM) di Sumatra Selatan.
Selain itu juga dilakukan upaya konservasi dan efisiensi energi yang lebih intensif.
Pemerintah telah melaksanakan program konservasi energi, dan dalam pelaksanaannya telah
dilakukan audit energi untuk kalangan industri dan gedung bertingkat. Pada sisi konsumen,
pemerintah telah melaksanakan program hemat energi, program ini mencakup labelisasi
peralatan rumah tangga yang hemat energi.
Tabel 4.6 Pencapaian Bauran dan Efisiensi Energi
4.1.2 Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi sepanjang periode RPJMN 2004-2019 adalah :
4.1.2.1 Bauran energi (energy mix) belum optimal.
Ketergantungan akan energi fosil/konvensional berdasarkan kondisi bauran energi
tahun 2008 masih tinggi. Selain itu komposisi energi final di Indonesia pada tahun 2008
ditandai dengan ketergantungan yang masih besar terhadap bahan bakar fosil (terutama
minyak bumi) sebesar 47,1 persen dari total bauran energi. Hal ini selain mengakibatkan
dampak buruk terhadap lingkungan juga biaya penyediaan energi sangat menjadi mahal
karena penyediaan energi (terutama minyak bumi) saat ini tidak hanya terkait pasokan dan
permintaan namun telah menjadi komoditas untuk motif transaksi dan berspekulasi.
20
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
Prosentase pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) untuk pembangkit listrik baik
skala besar maupun skala kecil dan menengah juga masih rendah. Pemanfaatan panas bumi
baru sebesar 1.052 MW dari total potensi sebesar 27 GW atau baru sebesar 3,9 persen. Untuk
mikrohidro baru sebesar 17,2 persen dari total potensi sebesar 500 MW, dan biomassa hanya
sebesar 0,8 persen dari total potensi yang ada sebesar 49,81 GW.
Selain itu, proporsi bauran energi primer untuk pembangkit listrik juga masih belum
sehat. Penggunaan BBM untuk pembangkit listrik sampai saat ini masih cukup besar yaitu
34%. Namun, biaya operasi pembangkit BBM tersebut mencapai 79% dari total biaya operasi
total pembangkit. Di sisi lain, pangsa energi baru terbarukan untuk pembangkit listrik masih
sangat terbatas, misalnya pembangkit tenaga panas bumi hanya memiliki porsi sebesar 3%.
Sedangkan pemanfaatan batubara dan gas bumi sebagai sumber energi pembangkit listrik
masih terkendala pada terbatasnya pasokan akibat struktur pasarnya yang liberal (masalah
kesepakatan harga) dan adanya kontrak-kontrak jangka panjang.
4.1.2.2 Konsumsi Energi yang Tinggi.
Sebagai negara yang ekonominya sedang tumbuh, konsumsi energi di Indonesia terus
meningkat dengan kecepatan pertumbuhan yang sangat tinggi untuk berbagai jenis bahan
bakar, terutama untuk BBM dan tenaga listrik. Konsumsi energi meningkat rata-rata 7
persen per tahun yang diakibatkan oleh pertambahan penduduk, kegiatan ekonomi dan
perkembangan industri. Kebutuhan energi yang tumbuh sangat tinggi di Indonesia belum
dapat terlayani dengan baik, terutama karena penyediaan infrastruktur untuk mencari,
membangkitkan, dan mendistribusikan energi tersebut belum dapat dilakukan secepat
perkembangan permintaan yang terjadi. Akses rakyat terhadap energi masih merupakan
masalah besar di Indonesia.
Demikian pula halnya dengan permintaan tenaga listrik di Indonesia juga masih
tinggi mengingat sampai dengan tahun 2008 rasio elektrifikasi diperkirakan baru mencapai
65,1% 1 , atau dengan kata lain terdapat sekitar 36 juta 2 rumah tangga Indonesia masih
membutuhkan tenaga listrik. Selain itu, pemenuhan tenaga listrik beberapa tahun terakhir
masih dibatasi oleh kemampuan pasokan tenaga listrik karena minimnya tambahan pasokan
tenaga listrik.
1
Sumber : presentasi Ditjen LPE
2
Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus tahun 2005 (SUPAS 2005) jumlah penduduk Indonesia adalah
sebesar 218.868.791 orang, sedangkan jumlah rumah tangga adalah sebesar 55.127.716 KK.
21
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
3
Sumber : DESDM, Kinerja sektor ESDM 2008
22
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
4.1.2.5 Program Efisiensi dan konservasi energi masih belum berjalan dengan
baik.
Berdasarkan data mengenai konsumsi energi di Indonesia, intensitas dan elastisitas
energi saat ini masih tinggi tapi disisi lain konsumsi energi per kapita yang rendah
menunjukkan pemakaian energi tidak produktif dan boros. Namun hal ini harus dicermati
lebih jauh mengingat tingkat produktifitas juga terkait dengan penciptaan nilai tambah yang
berdimensi multi sektor. Perbandingan dengan negara lain terlihat pada Gambar 4.6 berikut
ini.
600
500
indeks (Jepang = 100)
400
300
200
100
0
Jepang OECD Thailand Indonesia Malaysia North Am. Germany
Intensitas Energi Energy Per Kapita
Konservasi energi belum berkembang di tanah air dipengaruhi oleh pandangan bahwa
Indonesia dikaruniai sumberdaya energi berlimpah sehingga menggunakan energi secara
hemat bukanlah sebuah keharusan, dan pemahaman mengenai konservasi energi sebagai
tindakan praktis juga belum berkembang di masyarakat karena masih langkanya
penyebarluasan informasi atau kampanye mengenai teknik-teknik konservasi energi. Berikut
ini grafik yang memperlihatkan perkiraan kebutuhan energi Indonesia 2005-2025 tanpa
kebijakan konservasi dibandingkan jika dilakukan kebijakan konservasi energi.
23
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
3.500,0
3.000,0
2.500,0
Million BOE
2.000,0
1.500,0
1.000,0
500,0
24
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
4.2.1 Undang-undang
Beberapa undang-undang yang secara langsung terkait dengan pembangunan energi
nasional dan konservasi energi yaitu :
1. Undang-undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi
Undang-undang ini menjadi payung bagi kebijakan energi nasional termasuk di dalamnya
kebijakan konservasi energi. Beberapa butir yang terkait antara lain :
a. Dalam rangka mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan dan
meningkatkan ketahanan energi, tujuan pengelolaan energi adalah:
i. Tercapainya kemandirian pengelolaan energi
ii. Terjaminnya ketersedian energi dalam negeri baik dari sumber dalam negeri maupun
luar negeri
iii. Tersedianya sumber energi dalam negeri untuk :
• Pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri
• Pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dalam negeri
• Peningkatan devisa negara
iv. Terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu dan
berkelanjutan
v. Termanfaatkannya energi secara efisien di semua sektor
b. Penyediaan energi dilakukan melalui inventarisasi sumber daya energi serta
diversifikasi, konservasi dan intensifikasi sumber energi dan energi.
c. Pemerintah wajib menyediakan cadangan penyangga energi
d. Penyediaan energi baru dan energi terbarukan wajib ditingkatkan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
e. Harga energi ditetapkan berdasarkan nilai keekonomian berkeadilan
f. Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dana subsidi untuk kelompok
masyarakat tidak mampu.
25
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
26
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
27
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
Konservasi energi sebagai sebuah pilar manajemen energi nasional belum mendapat
perhatian yang memadai di Indonesia. Manajemen energi di tanah air selama ini lebih
memprioritaskan pada bagaimana menyediakan energi atau memperluas akses terhadap
energi kepada masyarakat. Hal ini diwujudkan antara lain melalui peningkatan eksploitasi
bahan bakar fosil atau pembangunan listrik perdesaan. Konsumsi energi di sisi yang lain
masih dibiarkan meningkat dengan cepat, lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi. Ini
ditunjukkan misalnya oleh permintaan terhadap tenaga listrik.
Konservasi energi bermanfaat bukan hanya untuk menekan konsumsi dan biaya konsumsi
energi, namun juga memberikan dampak yang lebih baik terhadap lingkungan. Sebagai
dimaklumi, sumber utama pemanasan global yang dikhawatirkan masyarakat planet bumi
kini adalah pembakaran bahan bakar fosil, atau aktivitas manusia yang berkaitan dengan
penggunaan energi. Kegiatan pembakaran bahan bakar fosil, misalnya yang ditunjukkan oleh
kegiatan transportasi, menghasilkan berbagai polutan seperti COx, NOx maupun SOx di
samping partikel debu yang mengotori udara.
Konservasi energi akan mendatangkan manfaat bukan hanya untuk masyarakat yang
konsumsi energi per kapitanya telah sangat tinggi, namun juga oleh negara yang konsumsi
energi per kapitanya rendah, seperti Indonesia. Dengan melakukan konservasi maka seolah-
olah kita menemukan sumber energi baru. Bila Indonesia dapat menghemat konsumsi
28
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
BBMnya sekitar 10 persen saja, maka itu berarti “menemukan” lapangan minyak baru yang
dapat memproduksi BBM sebesar itu juga, yang dalam kenyataannya membutuhkan biaya
yang cukup besar untuk eksplorasi dan memproduksinya. Biaya yang dapat dihemat dengan
melakukan konservasi sangat besar.
Salah satu faktor yang membuat konservasi energi tidak berkembang di Indonesia adalah
adanya pandangan di kalangan masyarakat bahwa Indonesia adalah negara yang dianugerahi
dengan kekayaan sumberdaya energi yang berlimpah, dan karena itu menggunakan energi
secara hemat tidak dianggap sebagai sebuah keharusan. Pemahaman konservasi energi
sebagai tindakan praktis juga belum berkembang di kalangan masyarakat karena masih
langkanya penyebarluasan informasi atau kampanye mengenai teknik-teknik konservasi
energi. Peraturan perundang-undangan mengenai konservasi energipun belum dikembangkan.
Demikian pula, pembentukan badan khusus di kalangan pemerintah/ swasta yang menangani
masalah konservasi energi juga belum didirikan.
Kerugian karena tidak menerapkan program konservasi energi sebetulnya sudah
dirasakan di tanah air. Berapa kerugian karena tidak melakukan konservasi energi dengan
benar merupakan angka yang belum pernah kita hitung. Penyakit yang dilahirkan dari pola
konsumsi BBM nasional yang tidak sehat (“subsidi BBM”, penyelundupan, pengoplosan,
serta biaya politik yang ditimbulkannya) sedikit banyak dapat diatasi bila kita melakukan
konservasi energi dengan ketat, khususnya di sektor transportasi. Rugi-rugi (losses) dalam
pengusahaan listrik nasional dapat ditekan bila kesadaran melakukan efisiensi dan konservasi
energi telah berkembang di kalangan masyarakat dan perusahaan listrik itu sendiri. Banyak
industri dapat menekan biaya produksi mereka bila perhatian mengenai bagaimana dapat
menggunakan energi secara hemat dipraktekkan dalam kegiatan industri sehari-hari.
Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kebijakan energi, melalui Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), melalui Direktorat Jenderal Energi Baru,
Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE), menekankan kepada seluruh pengguna
sumber energi dan pengguna energi termasuk industri untuk wajib melakukan konservasi
energi setiap tahunnya melalui manajemen energi. Sehubungan dengan itu maka KESDM
mengeluarkan surat edaran.
Surat dengan nomor 302.E/07/DJE/2010 tersebut ditandatangani oleh Direktur Jenderal
EBTKE, Luluk Sumiarso pada Selasa 28 Desember 2010 sebagai impelentasi pasal 12 ayat
29
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
(2) Peraturan Pemerintah (PP) No.70/2009 tentang Konservasi Energi sebagai turunan dari
Undang-Undang (UU) No.30/2007 tentang energi.
Surat edaran itu ditujukan kepada seluruh pengguna sumber energi dan pengguna energi
yang menggunakan sumber energi dan/atau sumber energi yang berupa listrik maupun non
listrik lebih besar atau sama dengan 6.000 setara ton minyak (Tonne Oil Equivalent) atau
setara dengan 69.780 MWh per tahun, bahwa mereka wajib melakukan konservasi energi
melalui manajemen energi.
Adapun kewajiban untuk melakukan pelaksanaan manajemen energi ini, sesuai dengan
yang ditulis dalam surat edaran, terkait dalam rangka mengimplementasikan pasal 12 ayat (2)
Peraturan Pemerintah No. 70/2009 tentang Konservasi Energi sebagai turunan dari UU No.
30/2007 tentang Energi.
Nantinya, pelaksanaan manajemen energi ini perlu melakukan beberapa tindakan, yakni:
• Menunjuk manajer energi
• Menyusun program konservasi energi
• Melaksanakan audit energi secara berkala
• Melaksanakan rekomendasi hasil audit energi
• Melaporkan pelaksanaan program konservasi energi setiap tahun kepada Menteri,
Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya masing-masing
Surat edaran disesuaikan berdasarkan amanat undang-undang yang sudah disampaikan
dalam surat edaran tersebut. Jadi sejauh ini lebih kepada informasi dan sosialisasi agar
nantinya ada persiapan dari para pengguna energi terkait. Meskipun ini baru sebatas
sosialisasi dan masih menunggu peraturan tersebut terbit, nantinya hal ini akan menjadi wajib
untuk melaksanakan konservasi energi melalui manajemen energi. Sehingga nanti jika
peraturan sudah diterbitkan, ada sangsi yang berlaku juga.
Langkah-langkah penghematan serta konservasi penggunaan energi ini lebih murah dan
signifikan disamping membangun fasilitas yang menghabiskan dana. Penghematan bukan
berarti mengurangi konsumsi energi, namun lebih ditekankan kepada dihasilkannya output
yang meningkat tapi dengan menggunakan energi yang sama.
Pada tahun 2010 ini sedang berada dalam tahap menyiapkan peraturan dengan
melibatkan para stakeholder dan diharapkan pada tahun 2011 nanti sudah terbit peraturan
tersebut.
30
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
Berkaitan dengan program konservasi energi nasional yang bertujuan untuk mewujudkan
budaya masyarakat yang hemat energi, maka kebijakan pemanfaatan energi perlu diarahkan
ke arah sebagai berikut :
Sesuai dengan uraian di atas, maka instrumen kebijakan konservasi energi yang
diperlukan adalah :
31
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
Untuk menjaga agar pelaksanaan program konservasi energi lebih efektif dan realistis
serta memberi dampak positif yang cukup berarti terhadap perekonomian nasional, maka
arah pelaksanaan program konservasi energi perlu disusun berdasarkan pertimbangan
sebagai berikut :
• Konservasi energi harus dilihat sebagai kegiatan yang memberi manfaat finansial dan
harus dipromosikan berdasarkan azas manfaat tersebut.
• Kesadaran masyarakat dan implementasi proyek konservasi energi akan meningkat
apabila stakeholders dengan tujuan yang sama dapat berpartisipasi dan bekerjasama
dalam suatu program kemitraan.
• Sasaran pelaku yang ingin dijangkau meliputi semua tingkatan mulai dari pimpinan
puncak hingga operator, sehingga komitmen pimpinan puncak mutlak diperlukan.
• Program konservasi energi yang menjadi prioritas pelaksanaan adalah kegiatan yang
implementasinya relatif mudah, sesuai dengan kemampuan, memberi manfaat dan
dampak nasional cukup besar serta bersifat mendorong dan memberi efek ganda ke arah
peningkatan efisiensi energi.
• Sumber daya manusia (SDM) merupakan elemen penting yang harus ditempatkan
sebagai komponen kunci dalam mencapai keberhasilan program konservasi energi. Oleh
karena itu sumber daya manusia harus ditempatkan sebagai sasaran jangka panjang
program konservasi energi.
• Tolok ukur pencapaian sasaran program konservasi energi harus tercermin dalam
kegiatan nyata di semua sektor kegiatan - mulai dari perencanaan, pengoperasian dan
pengawasan dalam suatu unit usaha atau organisasi.
32
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
yang ditempuh adalah dengan strategi “Stick and Carrot”. Strategi ini merupakan kombinasi
antara pengaturan (stick) yaitu norma–norma yang harus ditaati oleh masyarakat dan
insentif (carrot) untuk mendorong kegiatan implementasi efisiensi energi. Penerapan strategi
ini disesuaikan dengan kondisi dan situasi energi nasional. Jika harga energi sudah
mengikuti harga pasar maka porsi kebijakan insentif dapat dibuat lebih dominan, sebaliknya
pada kondisi dimana harga energi masih disubsidi maka porsi pengaturan menjadi lebih
dominan mengingat kesadaran masyarakat untuk menghemat energi biasanya rendah.
Untuk saat ini, penerapan strategi Stick and Carrot belum sepenuhnya dapat dilaksanakan,
sehingga penekanannya lebih banyak pada faktor insentif dan disinsentif. Hal ini
dimaksudkan untuk mendorong masyarakat melakukan kegiatan konservasi energi atas dasar
manfaat ekonomi dan bukan karena regulasi dari pemerintah.
Pelaksanaan program konservasi energi tidak dapat berdiri sendiri karena energi
digunakan di semua kegiatan ekonomi yang terkait dengan isu-isu nasional maupun
internasional misalnya perkembangan teknologi, mekanisme pasar, standardisasi, globalisasi,
lingkungan hidup dan adanya paradigma-paradigma baru. Untuk itu strategi yang digunakan
adalah yang memadukan program dengan isu-isu tersebut.
Salah satu kebijakan yang bisa dilakukan adalah kebijakan informasi dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang mencakup program:
33
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
Training atau pelatihan dapat juga digunakan untuk mensosialisasikan Standar Nasional
Indonesia (SNI) tentang konservasi energi yang sudah ada seperti SNI konservasi energi
pada bangunan gedung.
34
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
• Pelaku aktif saling memberikan informasi tentang program konservasi energi nasional,
sektoral dan atau sub sektoral, penyedia energi, peralatan/ teknologi hemat energi,
keberhasilan konservasi energi dan yang berkaitan dengan investasi dalam suatu
forum. Forum tersebut digunakan untuk saling memberikan informasi dan masukan
penting kepada pemerintah mengenai kegiatan peningkatan efisiensi energi yang
diminati dan di dukung oleh pihak terkait.
35
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
• Lampu fluorescent
Lampu fluorescent atau dikenal dengan lampu neon adalah jenis lampu yang hemat
energi dan paling banyak digunakan konsumen di semua sektor. Jenis lampu fluorescent
ini mempunyai dua tipe yaitu ; lampu fluoerescent dengan diameter tabung kecil dan
fluorescent diameter besar. Lampu fluorescent diameter kecil memiliki efisiensi lebih
besar sehingga tipe ini lebih hemat energi dibandingkan dengan lampu fluorescent tipe
diameter besar.
• Low - loss magnetic ballast
Ballast magnetic mengkonsumsi sekitar 30% dari daya yang dibutuhkan oleh lampu
fluorescent. Ballast hemat energi yang dikenal dengan low-loss ballast adalah
ballast magnetik dengan daya relatif kecil yaitu kurang dari 6 watt, dibandingkan
dengan ballast konvensional untuk daya lampu yang sama dapat mencapai 18 watt.
• Motor Efisiensi Tinggi
Salah satu cara mengoptimalkan pemakaian listrik di sektor industri dan komersial
adalah mengadopsi motor efisiensi tinggi dan variable speed drive motor. Kedua jenis
motor ini sudah tersedia di pasar, namun karena harganya relatif lebih mahal
dibandingkan dengan motor standar, maka penetrasi pasar motor tersebut mengalami
kendala. Meskipun harga motor efisiensi tinggi sedikit lebih mahal, namun
dibandingkan dengan penghematan biaya operasi/energi yang dihasilkan penggunaan
motor efisien tersebut sangat disarankan karena layak dengan pay-back kurang dari satu
tahun tergantung dari jam operasi dan ukuran motor. Informasi yang lengkap dan
menyeluruh mengenai perbandingan cost dan benefit peralatan energi harus tersedia di
masyarakat.
Selain itu juga harus ada kebijakan pengaturan yang bertujuan untuk mempercepat
pelaksanaan pokok-pokok program konservasi energi, yang meliputi:
1. Audit Energi, untuk membantu konsumen energi khususnya industri padat energi dan
gedung komersil, dalam menentukan pola pemakaian energi, dan potensi penghematan
energi, maka advisory service seperti audit energi cuma- cuma perlu disediakan.
Pelayanan ini penting untuk mempercepat implementasi potensi konservasi energi
khususnya yang bersifat cost effective.
36
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
37
Bab 4
Hasil Kajian dan Analisa
akan terjadi transparasi pasar dari peralatan yang kurang efisien ke peralatan yang lebih
efisien pemakaian energinya. Dengan demikian secara bertahap produsen akan menjual
produk dengan peralatan yang efisiensinya lebih tinggi guna mempertahankan daya saing
produknya. Dan apabila program ini berjalan baik maka selanjutnya setiap priode
tertentu standar efisiensi energi minimum dapat ditinjau kembali untuk ditingkatkan ke
level lebih tinggi. Namun jika program ini tidak berhasil dengan baik maka program
tersebut perlu ditinjau kembali atau diganti dengan program lain yang lebih sesuai.
6. Inisiatif , dimaksudkan agar teknologi/peralatan hemat energi yang sudah ada di pasar,
namun belum mencapai skala ekonomisnya dapat dipromosikan melalui program yang
meliputi :
• Peningkatan promosi produk hemat energi yang sudah ada di pasaran, agar produk
tersebut dapat mencapai tingkat penjualan pada skala ekonomisnya.
38
Bab 5
Keimpulan dan rekomendasi
BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
39
Bab 5
Keimpulan dan rekomendasi
5.2 Rekomendasi
a. Perlunya regulasi dan peraturan yang jelas dan implementasi yang tegas.
b. Melibatkan seluruh komponen bangsa untuk mensukseskan program
konservasi energi secara bersama-sama.
c. Memberikan program insentif dan disentif yang mendukung upaya konservasi
energi.
d. Penggunaan teknologi yang lebih hemat energi terutama teknologi informasi
untuk mendukung konservasi energi.
40
Bab 5
Keimpulan dan rekomendasi
41
Bab 5
Keimpulan dan rekomendasi
42
Bab 5
Keimpulan dan rekomendasi
7. Kementerian
1. Integrasi pengetahuan konservasi energi ke dalam
Pendidikan Nasional
kurikulum pendidikan mulai dari pendidikan dasar
hingga perguruan tinggi.
43
Bab 5
Keimpulan dan rekomendasi
44
Bab 5
Keimpulan dan rekomendasi
luar lingkup Bappenas bagi penyusunan dokumen seperti Rencana Induk Konservasi
Berdasarkan hasil kajian dimaksud maka terdapat beberapa rencana yang perlu
dilaksanakan yaitu :
45
Bab 5
Keimpulan dan rekomendasi
1. Melaksanakan kajian lebih lanjut untuk konservasi energi khususnya dalam rangka
3. Mengajukan usulan dan rekomendasi kepada pihak terkait beberapa hal seperti
46
DAFTAR PUSTAKA