Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 telah mengamanatkan bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Perumahan dan permukiman
yang layak, sehat, aman, serasi dan teratur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan
faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat, mutu kehidupan, serta kesejahteraan
rakyat, sehingga pembangunan perumahan dan permukiman sebagai bagian dari pembangunan
nasional perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan secara terpadu, terarah, berencana, dan
berkesinambungan.
Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia yang memiliki peran strategis dalam
pembentukan watak serta kepribadian bangsa yang utuh berjati diri, mandiri dan produktif.
Untuk itu, menjadi tanggung jawab Pemerintah dalam menjamin terpenuhinya kebutuhan
tersebut melalui penyelenggaraan perumahan agar masyarakat khususnya Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) mampu bertempat tinggal dan menghuni rumah yang layak
dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan
Untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan menengah bawah
dan berpenghasilan rendah terutama di kota metropolitan/besar, perlu dibangun rumah susun
sederhana bertingkat tinggi.Rumah susun sederhana bertingkat tinggi merupakan bangunan
gedung fungsi hunian yang harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis
bangunan gedung, salah satu diantaranya adalah persyaratan tentang Instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) yang sesuai agar mendapatkan kualitas hunian yang baik dan sehat

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran

Maksud dari penyusunan laporan ini Melakukan kajian komprehensif terhadap Instalasi
Pengolahan Air Limbah Rumah Susun Pulogebang

Penyusunan makalah ini bertujuan sebagai berikut :

1. Merumuskan sistem Instalasi pengolahan air limbah di Rumah Susun Pulogebang


2. Mampu memahami permasalahan permasalahan yang terjadi pada proses
pengolahan air limbah di Rumah Susun Pulogebang

Prasarana Wilayah dan Kota-1 |1


Sedangkan sasarannya adalah untuk mahasiswa teknik perencanaan wilayah dan kota
serta untuk masyarakat.

1.3 Ruang Lingkup


1.3.1. Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah/ lokasi yang digunakan untuk pembuatan makalah ini adalah Rumah Susun
Pulogebang.

1.3.2. Ruang Lingkup kegiatan

Lingkup kegiatan yang dilakukan secara garis besar adalah sebagai berikut
a. Melakukan survei lokasi untuk mendapatkandata-data awal (misal, kapasitas air
limbah yang dikeluarkan)
b. Kondisi fisik kawasan, terutama yang berkaitan dengan aspek penyehatan lingkungan.
c. Pengambilan sampel air limbah untuk diperiksa parameter pencemarnya.

1.4 Sistematika Penyajian

Penulis menyusun Laporan ini dengan mengelompokan mulai dari :

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran
1.3. Ruang Lingkup
1.4.Sistematika Penyajian

BAB II KAJIAN TEORI


2.1. Rumah Susun
2.2. Limbah
2.3. IPAL
2.4. Biofilter
2.5. COD
2.6. BOD
2.7. Sistem Biofilter Anaerob-Aerob

BAB III GAMBARAN UMUM IPAL RUMAH SUSUN PULOGEBANG


3.1. Lokasi Rusun Pulogebang

Prasarana Wilayah dan Kota-1 |2


3.2. Kondisi IPAL Rusun Pulogebang
3.3. Proses Pengolahan IPAL Rusun Pulogebang
3.4. Keuntungan Biofilter Anaerob-Aerob
3.5. Keunggulan Proses Biofilter Anaerob-Aerob
3.6. Sampel dan Ampas IPAL
3.7. Permasalahan Yang Dihadapi

BAB IV DATA TEKNIS IPAL


4.1 Bak Pemisah Lemak/Minyak
4.2. Bak Ekualisasi
4.3. Bak Pengendapan Awal
4.4. Biofilter Anaerob
4.5. Biofilter Aerob
4.6. Bak Pengendap Akhir
4.7. Media Pembiakan Mikroba
4.8. Pompa Air Limbah
4.9. Pompa Air Sirkulasi

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan

5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Prasarana Wilayah dan Kota-1 |3


BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Rumah Susun

Dalam UU No.16/1985 Tentang Rumah Susun, 1985, Bab 1 pasal 1 tertulis bahwa
rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang terbagi dalam bagian-bagian yang
distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal yang terbagi dalam
satu-satuan masing-masing jelas batasannya, ukuran dan luasnya, dan satuan/unit yang
masing-masing dimanfaatkan secara terpisah terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi
dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Jadi rumah susun merupakan
suatu pengertian yuridis arti bangunan gedung bertingkat yang senantiasa mengandung sistem
kepemilikan perseorangan dan hak bersama, yang penggunaannya bersifat hunian atau bukan
hunian. Secara mandiri ataupun terpadu sebagai satu kesatuan sistem pembangunan

Menurut Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 524/KMK.03/2001


Rumah Susun Sederhana adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian dengan luas minimum 21 m2 (dua
puluh satu meter persegi) setiap unit hunian, dilengkapi dengan KM/WC serta dapur, dapat
bersatu dengan unit hunian ataupun terpisah dengan penggunaan komunal, dan diperuntukan
bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang pembangunannya mengacu pada
Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonsesia, rumah susun berarti bangunan yang
direncanakan dan digunakan sebagai tempat kediaman oleh beberapa keluarga serta
mempunyai tingkat minimum dua lantai dengan beberapa unit hunian.

2.2 Limbah

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki di lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah terdiri dari zat
atau bahan buangan yang dihasilkan proses produksi industri yang kehadirannya dapat
menurunkan kualitas lingkungan. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki
sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan yang

Prasarana Wilayah dan Kota-1 |4


dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber
daya (Kristanto, 2004).
Limbah dapat dikenali berdasarkan karakteristiknya, adapun karaktiristik limbah adalah
sebagai berikut (Kristanto, 2004):
1. Berupa partikel dan padatan, baik yang larut maupun yang mengendap, ada yang
kasar dan ada yang halus. Berwarna keruh dan suhu tinggi.
2. Mengandung bahan yang berbahaya dan beracun, antara lain mudah terbakar,
mudah meledak, korosif, bersifat sebagai oksidator dan reduktor yang kuat,
mudah membusuk dan lain-lain.
3. Mungkin dalam jangka waktu singkat tidak akan memberikan pengaruh yang
berarti, namun dalam jangka panjang mungkin berakibat fatal terhadap
lingkungan.

A. Jenis-jenis Limbah
Berdasarkan wujud atau karakteristiknya, limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga
jenis, yaitu (Kristanto, 2004) sebagai berikut:
1. Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan.
2. Limbah gas dan partikel adalah limbah yang banyak dibuang ke udara.
Gas/asap, partikulat, dan debu yang dikeluarkan oleh pabrik ke udara akan
dibawa angin sehingga akan memperluas jangkauan pemaparannya. Partikel
adalah butiran halus yang mungkin masih terlihat oleh mata telanjang, seperti
uap air, debu, asap, fume dan kabut.
3. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, dan
bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan
menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat didaur-ulang (misalnya
plastik, tekstil, potongan logam) dan limbah padat yang tidak memiliki nilai
ekonomis.

Berdasarkan sumbernya, limbah dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu sebagai berikut
(Zulkifli, 2014):
1. Limbah domestik atau rumah tangga adalah limbah yang berasal dari kegiatan
pemukiman penduduk atau rumah tangga dan kegiatan usaha seperti pasar,
restoran, gedung perkantoran dan sebagainya.

Prasarana Wilayah dan Kota-1 |5


2. Limbah industri adalah merupakan sisa atau buangan dari hasil proses industri.
3. Limbah pertanian adalah limbah pertanian yang berasal dari daerah atau
kegiatan pertanian maupun perkebunan.
4. Limbah pertambangan adalah limbah pertambangan yang berasal dari kegiatan
pertambangan.
5. Limbah pariwisata adalah limbah limbah yang berasal dari sarana transportasi
yang membuang limbahnya.
6. Limbah medis adalah limbah yang berasal dari dunia kesehatan atau limbah
medis mirip dengan sampah domestik pada umumnya

Berdasarkan sifat kimianya, limbah dibagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut
(Wardhana, 2004)
1. Limbah organik adalah limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat membusuk atau
terdegradasi maka akan sangat bijaksana apabila bahan buangan yang
meningkatkan populasi mikroorganisme di dalam air. Dengan bertambahnya
populasi mikroorganisme di dalam air maka tidak tertutup pula kemungkinannya
untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia.
2. Limbah anorganik adalah limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit
didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini masuk
ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air.
Bahan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan penggunaan
unsur-unsur logam seperti Timbal(Pb), Arsen (As), Kadmium (Cd), Air raksa
(Hg), Krom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kobalt (Co), dan
lain-lain.

2.3 IPAL

IPAL adalah sebuah struktur teknik dan perangkat peralatan beserta perlengkapannya
yang dirancang secara khusus untuk memproses atau mengolah cairan sisa proses,
sehingga sisa proses tersebut menjadi layak dibuang ke lingkungan. Cairan sisa proses
atau limbah bisa berasal dari proses industri, pabrik, pertanian, dan perkotaan yang tidak
lain merupakan hasil limbah rumah tangga. Hasil dari pembuangan tersebut dapat

Prasarana Wilayah dan Kota-1 |6


membahayakan manusia maupun lingkungan, oleh karena itu diperlukan proses
pengolahan lebih lanjut sebelum dibuang ke saluran pembuangan.

Menyaring dan membersihkan cairan yang sudah tercemar baik oleh pencemar organik
atau kimia industri menjadi tujuan utama IPAL. Oleh sebab itu, IPAL memiliki urgensi
untuk dilakukan. IPAL yang dikelola secara benar pun menjanjikan sejumlah manfaat
atau kegunaan

A. Kegunaan IPAL
Kegunaan IPAL diketahui cukup merata. Tidak hanya untuk manusia namun juga
untuk makhluk hidup yang lain. Berikut ini beberapa kegunaan IPAL, diantaranya:
 Mengelola dan mengolah air limbah, terutama limbah industri yang
mengandung komponen bahan kimia, supaya limbah yang dibuang ke
lingkungan tidak mencemari lingkungan.
 Mengolah air limbah domestik dan juga industri supaya air bisa dimanfaatkan
kembali sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
 Menjaga kehidupan biota-biota yang hidup di sungai tetap lestari

B. Ketentuan Pemerintah Mengenai IPAL


Ketentuan atau regulasi mengenai Pengolahan limbah diatur dalam Peraturan
Pemerintah atau PP. Yakni PP No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
dan/atau Perusakan Laut. Tepatnya pasal 8, pasal 9, pasal 10, pasal 12, dan pasal 13.
Dan di Indonesia masih ada sekitar 74% perusahaan kecil yang belum mengolah
secara tepat air limbah mereka, Rendahnya pengawasan dari pemerintah
menyebabkan perusahaan atau pelaku usaha dengan mudah mengabaikan ketentuan
tersebut. Dan sekarang, oleh karena kurangnya pengendalian dari pemerintah dan
kesadaran dari para pelaku usaha akan pentingnya pengolahan limbah tersebut
menyebabkan banyaknya saluran air dan lingkungan yang terkontaminasi oleh
limbah industri. Pencemaran tersebut menyebabkan timbulnya penyakit dari yang
ringan hingga berat. Oleh karena diharapkan adanya pengawasan secara intensif yang
dilakukan oleh pemerintah terkait akan hal ini.

C. Pentingnya IPAL dalam Lingkungan dan Perairan

Prasarana Wilayah dan Kota-1 |7


IPAL memastikan cairan sisa proses domestik ataupun industri aman dimanfaatkan
kembali ataupun dibuang ke lingkungan. Dimana proses pengolahan diawali dengan
memompa air baku dari bak penampungan untuk diinjeksikan dengan PAC dan
ferrosulfat. Proses berlanjut dengan dilewatkan pada static mixer agar terjadi
pencampuran yang baik. Air baku yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan
kembali ke bak koagulasi-flokulasi yang kurang lebih membutuhkan waktu tinggal 2
jam. Sesudahnya air dari bak dipompa menuju saringan multimedia, saringan karbon
aktif, dan kemudian ke saringan penukar ion.

Dari serangkaian proses tersebut diperoleh air olahan yang ditampung ke dalam bak
penampungan yang bisa dimanfaatkan kembali sebagai air pencucian. Pentingnya
IPAL dalam lingkungan dan perairan ini sendiri sudah cukup tergambar dalam
pengertiannya. Ringkasnya cairan sisa proses domestik atau industri tidak perlu
dikhawatirkan akan mencemari lingkungan dan perairan karena sudah melewati
serangkaian proses pengolahan limbah yang terstruktur.

Instalasi pengolahan air limbah menjadi masalah yang sangat serius belakangan ini.
karena semakin banyaknya pabrik pabrik atau industri yang dibangun didekat sumber
mata air. Menyebabkan banyak perairan di indonesia yang semakin tercemar.
Kurangnya pengawasan dari pemerintah dan badan terkait mengakibatkan semakin
leluasanya pelaku industri bertindak nakal dan tidak memperhatikan prosedur
pembuangan air limbah yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan.

2.4 Biofilter

Biofilter adalah sistem pengolahan air limbah dengan memanfaatkan mikroorganisme


yang tumbuh dan berkembang terlekat pada permukaan media kontak sebagai media
kontak

2.5 Chemical Oxygen Demand (COD)

Ialah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik dalam
suatu larutan secara kimia/stoikiometri, baik yang dapat didekomposisi secara biologis
maupun yang sukar didekomposisi secara biologis. Oksigen yang diperlukan setara
dengan jumlah dikromat (senyawa kimia/reagent) yang diperlukan untuk mengoksidasi

Prasarana Wilayah dan Kota-1 |8


air sampel. Hasil pengukuran dinyatakan dalam mg/l; gr/m3 disebut juga part per
million(ppm)

2.6 Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri/mikroorganisme untuk melakukan


proses dekomposisi terhadap bahan organik dari suatu larutan, dibawah kondisi suhu
tertentu (umumnya 20 C) dan waktu tertentu (umumnya 5 hari). Hasil pengukuran
dinyatakan dalam BOD5 mg/l , ppm

2.7 Sistem Biofilter Anaerob-Aerob

Menurut Wahyu Hidayat dan Nusa Idaman (2005) proses ini merupakan pengembangan
dari proses biofilter anaerob dengan proses aerasi kontak. Pengolahan air limbah dengan
proses biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak pengendap awal,
biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan bak kontaktor khlor

Gambar 2.1 : Pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob-aerob secara
sederhana

Prasarana Wilayah dan Kota-1 |9


BAB III
GAMBARAN UMUM IPAL RUMAH SUSUN
PULOGEBANG

3.1. Lokasi Rumah Susun Pulogebang

Rumah Susun Pulo Gebang adalah Rumah Susun Sederhana Sewa yang berada di Jl.
Mutiara Raya No.96, RT.8/RW.6, Pulo Gebang, Cakung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. Rumah Susunawa Pulo Gebang ini memiliki 5 lantai, yang satu lantai teridiri
dari 16 unit terdiri dari 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi, satu ruang tamu, dan balkon.
Lantai satu di prioritaskan bagi manula/lansia

Gambar 3.1 Peta Lokasi Rumah Susun Pulogebang

3.2. Kondisi IPAL Rumah Susun Pulogebang

Instalasi pengolahan limbah (IPAL) di Rumah Susun (Rumah Susun) Pulogebang,


Cakung, Jakarta Timur, sudah beroperasi secara efektif. Kini, air limbah dari 694 KK
penghuni Rumah Susun sudah diolah oleh dua unit instalasi agar bisa dimanfaatkan kembali.

Prasarana Wilayah dan Kota-1 | 10


Pembangunan dua unit instalasi pengolah limbah di Rumah Susun Pulogebang
dibangun oleh Dinas Sumber Daya Air DKI yang mana berukuran Luas Bangunan P.20 dan
L.15 pada tiap Mesin IPAL. Kedua instalasi menggunakan Teknologi Biofilter Anaerob-
Aerob dan mampu mengolah 80 meter kubik air limbah per hari ( 80.000 liter/hari)

Gambar 3.2 Mesin IPAL Rumah Susun Pulogebang

3.3. Proses Pengolahan IPAL Rumah Susun Pulogebang

Seluruh air limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga (kamar mandi dan wastafel)
rumah susun Pulogebang dialirkan melalui saluran pembuang (pipa) dan dialirkan ke bak
kontrol. Setelah itu limbah dialirkan ke bak pengumpul kemudian ke bak pemisah lemak atau
minyak (Grease Trap). Bak pemisah lemak tersebut berfungsi untuk memisahkan lemak atau
minyak yang berasal dari kegiatan rumah tangga, serta untuk mengendapkan kotoran pasir,
tanah atau senyawa padatan yang tak dapat terurai secara biologis.

Selanjutnya limpasan dari bak pemisah lemak dialirkan ke bak ekualisasi yang
berfungsi sebagai bak penampung limbah. Air limbah di dalam bak ekualisasi selanjutnya
dipompa ke unit IPAL.

Prasarana Wilayah dan Kota-1 | 11


Di dalam unit IPAL tersebut, pertama air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap
awal/ Tanki Sedimen awal (INLET), untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran
organik tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengurai
senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan
penampung lumpur.

Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob
dengan arah aliran dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas. Jumlah bak kontaktor anaerob
terdiri dari dua buah ruangan. Penguraian zat -zat organik yang ada dalam air limbah
dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada
permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah
yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap.

Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak
kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon, sambil diaerasi
atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat
organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.
Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-organisme yang tersuspensi dalam
air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat
meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi,
sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di namakan
Aerasi Kontak (Contact Aeration).

Dari bak aerasi, air dialirkan ke Tanki sedimentasi akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif
yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan selanjutnya dialirkan ke bak
Memran + Aerasi .Air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-
organisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses ini kemudia di alirkan ke
Toren (bak Penguin) dan tahap akhir adalah menyalurkan air ke Bak HMP dan air dapat
langsung dipakai untuk menyiram tanaman ataupun untuk mencuci kendaraan.

Prasarana Wilayah dan Kota-1 | 12


(1) Bak Pengumpul
Black Water
(2) Bak Kontrol

(3) Toren Air

(4) Bak HMP


(5) Bak Pengumpul
Grey Water

(7) INLET (Bak Sedimen (8) Bak Biofilter Aerob - (6) Bak Memran +
(9) Bak Ekualisasi
Awal) Anaerob Aerasi

(10)Bak Pemisah
Lemak

Gambar 3.3 : Skema Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob di Rumah Susun Pulogebang

Prasarana Wilayah dan Kota-1 | 13


3.4. Keuntungan Biofilter Anaerob-Aerob

Pengolahan air limbah dengan proses biofilm Anaerob-Aerob mempunyai beberapa


keuntungan antara lain :

 Pada media kerikil terdapat lapisan lendir atau biological film sehingga zat organik
yang melaluinya akan mengalami proses penguraian secara biologis. Efisiensi
biofilter tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikroorganisme yang
menempel pada permukaan media filter. Makin luas bidang kontaknya maka
efisiensi penurunan konsentrasi zat organiknya (BOD) makin besar. Selain
menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BOD dan COD, cara ini dapat juga
mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids (SS) , deterjen
(MBAS), ammonium dan posphor.
 Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media ini.
Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri E.coli
setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan
sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan
sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat
pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan
di dasar bak filter. Sistem biofilter anaerob-aerob ini sangat sederhana, operasinya
mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan energy yang
terlalu besar.
 Dengan kombinasi proses "Anaerob-Aerob", efisiensi penghilangan senyawa
phospor menjadi lebih besar bila dibandingankan dengan proses anaerob atau proses
aerob saja. Selama berada pada kondisi anaerob, senyawa phospor anorganik yang
ada dalam sel-sel mikrooragnisme akan keluar sebagi akibat hidrolosa senyawa
phospor. Sedangkan energi yang dihasilkan digunakan untuk menyerap BOD
(senyawa organik) yang ada di dalam air limbah. Efisiensi penghilangan BOD akan
berjalan baik apabila perbandingan antara BOD dan phospor (P) lebih besar 10
(Metcalf and Eddy, 1991). Selama berada pada kondisi aerob, senyawa phospor
terlarut akan diserap oleh mikroorganisme dan akan disintesa menjadi polyphospat
dengan menggunakan energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi senyawa organik
(BOD). Dengan demikian dengan kombinasi proses anaerob-aerob dapat

Prasarana Wilayah dan Kota-1 | 14


menghilangkan BOD maupun phospor dengan baik. Proses ini dapat digunakan
untuk pengolahan air limbah dengan beban organik yang cukup besar

3.5. Keunggulan Proses Biofilter Anaerob-Aerob

Pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob-aerob tercelup mempunyai


beberapa keunggulan antara lain :

 Tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah maupun fluktuasi konsentrasi.


 Operasional dan perawatannya mudah dan sederhana.
 Konsumsi energi (listrik untuk blower) lebih rendah.
 Tahan terhadap fluktuasi debit maupun konsentrasi.
 Dapat diaplikasikan untuk pengolahan berbagai macam air limbah baik limbah
domestik maupun limbah industri.
 Dapat dirancang untuk skala kecil maupun skala besar.

3.6. Sampel dan Ampas IPAL

Untuk mengetahui hasil PH pengelolaaan air limbah tersebut, dilakukan cek


laboratorium minimal sekali dalam satu bulan dan batas maksimalnya adalah tiga
bulan. Proses cek laboratorium dilakukan di PTSP Kuningan, Jakarta. Sedangkan ampas
limbah IPAL bisa digunakan sebagai pupuk kompos.

Gambar 3.4. Sampel Air Limbah Pengolahan IPAL

Prasarana Wilayah dan Kota-1 | 15


Gambar 3.5. Ampas Hasil Pengolahan IPAL

3.7. Permasalahan Yang Dihadapi

Beberapa permasalahan yang timbul pada proses pemgolahan air limbah di Rumah
Susun Pulogebang antara lain :
1. Grey Water (mampet karena lemak terturup plastic dan benda – benda lainnya)
2. Black Water (mampet karena tersumbat pembalut wanita, plastic dll)
3. Pompa-pompa sering terjadi mampet karena tersumbat kotoran sehingga pompa
tidak bekerja dengan maksimal

Prasarana Wilayah dan Kota-1 | 16


BAB IV
DATA TEKNIS IPAL

4.1. Bak Pemisah Lemak/Minyak

Bak pemisah lemak atau grease removal adalah tipe gravitasi sederhana. Bak terdiri
dari dua buah ruangan yang dilengkapi dengan bar screen pada bagian inletnya.

Kriteria perencanaan :
1. Retention Time : + 30 menit.
2. Dimensi Bak
Panjang : 4m
Lebar : 1,5 m
Kedalaman air : 1,5 m
Ruang Bebas : 0,3 – 0,5 m

Desain bak pemisah lemak dapai dilihat pada Gambar dibawah ini

Gambar 4.1. Bak Pemisah Lemak

4.2. Bak Ekualisasi

1. Waktu Tinggal (T) : 6 jam


2. Dimensi Bak :
Panjang :4m

Prasarana Wilayah dan Kota-1 | 17


Lebar : 1,5 m
Kedalaman efektif : 2,5 m
Tinggi Ruang Bebas : 0.5 m

4.3. Bak Pengendapan Awal

1. BOD Masuk : 2000 mg/l


2. BOD Keluar : 1200 mg/l
3. Efisiensi : 40 %
4. Dimensi
Lebar : 5,0 m
Panjang : 3,0 m
Kedalaman air efektif : 2,5 m
Tinggi ruang bebas : 0,5 m (conditional)
5. Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata : 4,2 Jam
6. Waktu tinggal pada saat beban puncak : 2,1 Jam (asumsi jumlah limbah 2 x jumlah rata-
rata).
7. Beban permukaan (surface loading) rata-rata : 14,3 m3/m2.hari
8. Beban permukaan pada saat puncak : 28,6 m3/m2.hari.
9. Standar :
Beban permukaan : 20 –50 m3/m2.hari (JWWA).

4.4. Biofilter Anaerob

1. BOD Masuk : 1200 mg/l


2. Efisiensi : 80 %
3. BOD Keluar : 240 mg/l Debit Limbah : 80 m3/hari.
4. Dimensi :
Lebar : 7,0 m
Panjang : 4,5 m
Kedalaman air efektif : 2,5 m
Tinggi ruang bebas : 0,5 m
Jumlah ruang : 2 buah
Waktu tinggal total rata2 : 9,45 jam
5. Waktu tinggal total pada saat beban puncak : 4,7 jam
6. Tinggi ruang lumpur : 0,4 m
7. Tinggi Bed media pembiakan mikroba : 1,8 m
8. Tinggi air di atas bed media : 20 cm
9. Volume total media pada biofilter anaerob : 113,4 m3.
10. BOD Loading : 4,23 Kg BOD/m3.hari.
11. Standard high rate trickling filter : 0,4 – 4,7 kg BOD/m2.hari.

Prasarana Wilayah dan Kota-1 | 18


12. Jika media yang dipakai mempunyai luas spesifik + 225 m2/m3.
13. BOD Loading : 18.8 g BOD/m2 per hari.

4.5. Biofilter Aerob

1. BOD Masuk : 240 mg/l


2. Efisiensi : 80 %
3. BOD Keluar : 50 mg/l
4. Debit Limbah : 80 m3/hari
5. Dimensi total :
Lebar : 7,0 m
Panjang : 7,5 m
Kedalaman air efektif : 2,5m
Tinggi ruang bebas : 0,5 m
6. Jumlah Ruang : 2 buah, Ruang I untuk aerasi dan Ruang II untuk biofilter Aerob.
Dimensi Ruang aerasi : 7,0m X 2,5m X 2,5m (efektif) Dimensi Ruang Biofilter Aerob : 7m X
5m X 2,5m (efektif).
7. Waktu tinggal total rata-rata : + 8 jam
8. Tinggi ruang lumpur : 0,4 m
9. Tinggi Bed media pembiakan mikroba : 1,8 m
10. Tinggi air di atas bed media : 20 cm
11. Volume total media pada biofilter aerob : 63 m3.
12. BOD Loading : 1,52 Kg BOD/m3.hari.
13. Standard igh rate trickling filter : 0,4 – 4,7 kg BOD/m2.hari.
14. Jika media yang dipakai mempunyai luas spesifik + 225 m2/m3
15. BOD Loading : 6,7 g BOD/m2 luas per hari.

4.6. Bak Pengendap Akhir

1. Dimensi :
Lebar : 5,0 m
Panjang : 3,0 m
Kedalaman air efektif : 2,5 m
Tinggi ruang bebas : 0,5 m (sesuai kondisi)
2. Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata : 4,2 Jam
3. Waktu tinggal pada saat beban puncak : 2,1 Jam ( asumsi jumlah limbah 2 x jumlah
rata- rata).
4. Beban permukaan (surface loading) rata-rata : 14,3 m3/m2.hari
5. Beban permukaan pada saat puncak : 28,6 m3/m2.hari.
6. Standar beban permukaan : 20 –50 m3/m2.hari. (JWWA)

Prasarana Wilayah dan Kota-1 | 19


4.7. Media Pembiakan Mikroba

Material : PVC sheet


Ketebalan : 0,15 – 0,23 mm
Luas Kontak Spesifik : 200 – 226 m2/m3
Diameter lubang : 2 cm x 2 cm
Warna : hitam / transparan.
Berat Spesifik : 30 -35 kg/m3
Porositas Rongga : 0,98

4.8. Pompa Air Limbah

1. Pompa Utama :
Kapasitas : 80 M3/hari
Tipe : Pompa Celup
Total Head : 9 meter
Jumlah : 2 buah
Listrik : 500 watt, 220 volt
2. Pompa Cadangan :
Kapasitas : 200 M3/hari (140 liter/menit)
Tipe : Pompa Celup (Nocchi BIOX 375 A)
Total Head : 9 meter
Jumlah : 1 buah
Listrik : 375 watt, 220 volt.

4.9. Pompa Air Sirkulasi

Kapasitas : 200 M3/hari (140 liter/menit)


Tipe : Pompa Celup (Nocchi BIOX 375 A)
Total Head : 9 meter
Jumlah : 2 buah
Listrik : 375 watt, 220 volt

Prasarana Wilayah dan Kota-1 | 20


BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN

1. Pengolahan air limbah Rumah Susun Pulogebang dengan proses biofilter aerob –
anaerob dapat menghasilkan kualitas output yang cukup baik sehingga air olahan
limbahnya bisa dmanfaatkan kembali (untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan
dan untuk persediaan cadangan air untuk pemadam kebakaran).

5.2. SARAN

1. Saat melakukan proses pengolahan, dihimbau untuk rutin mengecek kondisi alat
penyaringan, seperti pada saluran pembuangan yang dilewatkan melalui saringan
kasar untuk menyaring sampah-sampah

Prasarana Wilayah dan Kota-1 | 21


DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.sanitasi.net/pedoman-teknis-pembangunan-rumah-susun-sederhana-
bertingkat-tinggi.html
2. https://www.google.co.id/maps/place/Rumah+Susun+Pulogebang/@-
6.200216,106.948798,16z/data=!4m8!1m2!2m1!1sRumah
Susun+pulogebang!3m4!1s0x0:0xedde37c85f16909!8m2!3d-
6.2008295!4d106.9501193
3. https://www.tanindo.net/instalasi-pengolahan-air-limbah/
4. http://www.enviro.bppt.go.id/Artikel/Berita/Data/14072010.htm
5. http://duniagula.blogspot.co.id/2013/05/istilah-dalam-pengolahan-limbah-cair.html
6. http://www.airlimbah.com/2010/08/pengolahan-aerob-vs-anaerob/

Prasarana Wilayah dan Kota-1 | 22

Anda mungkin juga menyukai