Disusun oleh
Dzakiyyatul Mufidah (P1337434119046)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah
yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi Kunyit (Curcuma Longa) Terhadap Daya
Hambat Pertumbuhan Bakteri Staphpylococcus Aureus” ini dibuat dalam rangka
pemenuhan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, penyusunan makalah ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:
Akhir kata penulis berdoa semoga Allah SWT selalu memberikan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak tersebut di atas, dan mudah-mudahan
tesis ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Rimpang kunyit memiliki kandungan senyawa kimia yang penting dan dapat
digunakan sebagai obat-obatan diantaranya: kurkumin, minya atsiri, resin,
desmetoksirkumin, oleoresin, bidesmetosirkumin, damar, gom, lemak, protein,
kalium, fosfor, dan besi. Kandungan kimia diatas menunjukkan bahwa kunyit dapat
digunakan sebagai antimikroba alami.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
patogenitas karena penggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim ini
terakumulasi disekitar bakteri sehingga agen pelindug inang kesulitan mencapai
bakteri dan fagotosis terhambat.
Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan pada jaringan yang disertai
abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah
bisul, jerawat impertigo, infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya
pneumonia, mastitis, phelibitis, meningitis, infeksi saluran kemih. Bisul atau abses
setempat, seperti jerawat dan borok merupakan infeksi kulit di daerah folikel
rambut, kelenjar sebasea, atau keringat. Mula-mula terjadi nekrosis jaringan
setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin disekitar lesi dan pembuluh getah bening,
sehingga terbentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi dapat
menyebar kebagian tubuh yang lain melalui pembuluh getah bening dan pembuluh
darah, sehingga terjadi peradangan pada vena, thrombosis, bahkan bakterimia.
Bakterimia dapat menyebabakan terjadinya endokartidis, osteomyelitis akut
hematogen, meningitis atau infeksi paru-paru.
1. Katalase
Katalase berperan dalam daya tahan bakteri terhadap proses fagotosis.
2. Koagulase
4
Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat,
Karena adanya faktor koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi dengan
enzim tersebut. Esterase yang dihasilkan dapat meningkatkan aktivitas
penggumpalan, sehingga terbentuk deposit fibrin pada permukaan sel
bakteri yang dapat menghambat fagotosis.
3. Hemolisin
Hemolisin adalah toksin yang dapat membentuk suatu zona hemolisis
disekitar koloni bakteri. Hemolisisn pada S. aureus terdiri dari 𝛼 hemolisin,
𝛽 hemolisin dan 𝛿 hemolisin. 𝛼 hemolisin merupakan toksin yang
bertanggung jawab terhadap pembentukan zona hemolisis diskitar koloni
S. aureus pada medium agar darah. Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis
pada kulit hewan dan manusia. 𝛽 hemolisin adalah toksin terutama
dihasilkan Stafilokokus yang diisolasi dari hewan, yang menyebabkan lisis
pada sel darah merah domba dan sapi. Sedangkan 𝛿 hemolisin merupakan
toksin yang dapat melisiskan sel darah merah manusia dan kelinci, tetapi
efek lisisnya kurang terdapat sel darah merah domba.
4. Leukosidin
Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan.
Tetapi perannya dalam pathogenesis pada manusia tidak jelas, karena
Stafilokokus pathogen tidak dapat mematikan sel-sel darah putih manusia
dan dapat difagotosis.
5. Toksin Eksfolitatif
Toksin ini mempunyai aktivitas proteolitik dan dapat melarutkan
matriks mukopolisakarida epidermis, sehingga menyebabkan pemisahan
intraepithealial pada ikatan sel di stratum granulosum. Toksin eksfoliatif
merupakan penyebab Staphylococcal Scalded Skin Syndrome, yang
ditandai dengan melepuhnya kulit.
6. Toksin Sindrom Syok Toksik
Sebagian besar S. aureus yang diisolasi dari penderita sindrom syok
toksik menghasilkan eksotoksin pirogenik. Pada manusia, toksin ini
5
menyebabkan demam, syok, ruam kulit, dan gangguan multisistem organ
dalam tubuh.
7. Enterotiksin
Enzim ini tahan terhadap panas dan tahan terhadap suasana basa di
dalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama dalam keracunan
makanan, terutama pada makanan yang mengandung karbohidrat dan
protein.
Hampir semua semua S. aureus resisten terhadap penisilin. Hal ini disebabkan
oleh keberadaan oleh keberadaan enzim 𝛽-laktamase yang dapat merusak struktur
𝛽-laktam pada penisilin. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan penisislin yang
bersifat resisten 𝛽-laktamase, contohnya nafcillin atau oksasilin. Sebagian isolate S.
aureus juga resisten terhadap methisilin karena adanya modifikasi protein pengikat
penisilin. Protein ini mengkode peptidoglikan transpeptidase baru yang mempunyai
afinitas rendah terhadap antibiotik 𝛽-laktam, sehingga terapi 𝛽-laktam tidak
responsive. Salah satu contoh antibiotik yang digunakan terhadap MRSA.
Penisilin merupakan kelompok antibiotik 𝛽-laktam yang digunakan dalam
penyembuhan infeksi karena bakteri biasanya berjenis gram positif. Penisislin
bekerja menghambat pembentukan dindidng sel bakteri dengan menghambat
digabungkannya asam N-asetilmuramat non esensial ke dalam struktur mukopeptida
yang biasanya membuat sel menjadi kaku dan kuat.cara kerja ini berarti bahwa
penisilin hanya akan aktif bekerja pada satuan pathogen yang sedang tumbuh
dengan aktif. Sebutan penisislin juga digunakan dalam menyebutan anggota
spesifik dari kelompok penisislin. Semua penisislin memiliki dasar rangka penam,
yang memiliki rumus molekul R-C12H11N2O4S (R merupakan rangka samping yang
beragam). Banyak penisilin alami yang dapat ditemukan disekitar kita seperti,
kunyit, bawah putih, bawang merah, jahe, madu, kayu manis, kubis, minyak kelapa,
oregano, daun basil dan masih banyak lagi.
6
B. Pengertian dan Kandungan Kimia Kunyit
Kunyit merupakan tanaman berupa semak dan bersifat tahunan dan tersebar
diseluruh daerah tropis. Kunyit termasuk dalam tanaman rempah dan obat, habitat
asli tanaman ini meliputi daerah Asia khususnya daerah Asia Tengara. Hampir
setiap orang di Indonesia menggunakan kunyit dalam masakan sehari-hari dan
menggunakannya sebagai bahan dasar pembutan jamu untuk kesehatan dan
kecantikan. Manfaat kunyit yaitu sebagai tanaman obat tradisional, bahan baku
industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, pertenakan dan lainnya. Selain itu
rimpang kunyit bermanfaat sebagai zat anti inflamasi, anti mikroba, anti oksidan
pecegah kanker, anti tumor,dan sebagai pembersih darah.
Kandungan kimia yang terdapat di rimpang kunyit akan lebih tinggi apabila
berasal dari dataran rendah dibandingkan dengan kunyit yang berasal dari dataran
tinggi. Kandungan utama kurkuminoid dan minyak atsiri yang dapat berfungsi
sebagai antimikroba (broad spectrum). Kandungan kimia yang lain dari rimpang
kunyit adalah resin, desmetoksikurkumin, oleoresin, bidesmetoksikurkumin, damar,
gom, lemak, protein, kalsium, fosfor dan besi.
Kunyit memiliki kandungan kimia yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh dan
mengandung senyawa yang berkhasiat sebagai obat, yaitu kurkuminoid yang terdiri
dari (kurkumin atau 1,7-bis(4-hidroksi-3metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,6-dion,
10% desmetoksikumin atau 1-(4-hidroksi3-metoksifenil)-7-(4-hidroksifenil)-
7
1,6heptadiena-3,5-dion dan 1-5% bisdesmetoksikurkumin atau 1,7-
bis(4hidroksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion) dan zat- zat manfaat lainnya seperti
minyak atsiri yang terdiri dari (keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%,
zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil)[3].
Etanol merupakan salah satu pelarut yang dapat digunakan untuk mengikat
semua zat aktif yang terkandung dalam rimpang kunyit karena bersifat netral, tidak
beracun dan berabsorpsi baik.13,14 Pemberian ekstrak rimpang Curcuma longa.
dalam berbagai konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75% dan 100% memiliki pengaruh
terhadap bakteri E. coli. Hasil penelitian terlihat penurunan jumlah koloni seiring
peningkatan konsentrasi. Secara keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan
antara konsentrasi walaupun pada kelompok perlakuan 25% dan kelompok
perlakuan 50% tidak terjadi perbedaan merata jumlah koloni bakteri E. coli yang
signifikan. Hasil penelitian yang dilakukan secara in vitro, membuktikan bahwa
senyawa aktif dalam rimpang Curcuma longa. mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Bacillus sp. dan Shigella dysentriae karena kunyit mengandung senyawa
kurkuminoid dan minyak atsiri.
8
Penelitian uji daya hambat ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma longa)
terhadap pertumbuhan S. aureus menunjukkan bahwa ekstrak rimpang (Curcuma
longa) dengan konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 40% b/v, 80% b/v dapat menghambat
pertumbuhan bakteri tersebut. Hal ini menunjukkan adanya senyawa aktif dalam
ekstrak rimpang Curcuma longa yang diduga diperoleh dari kandungan kimia yang
terdapat didalamnya yaitu kurkumin yang mengandung gugus hidroksil fenolat dan
minyak atsiri yang mengandung senyawa terpen mirip alkohol.
9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian diatas hasil dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol rimpang
Curcuma longa memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus. Ekstrak
etanol rimpang Curcuma longa dalam berbagai konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 40% b/v
80% b/v memiliki daya hambat yang berbeda terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus.
Daya hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus Aureus dengan menggunakan
kunyit menunjukkan urutan kekuatan penghambatan dari setiap konsentrasi yaitu 10%
b/v, 20% b/v, 40% b/v 80% b/v. Konsentrasi yang memiliki diameter daya hambat
tertinggi adalah konsentrasi 80 % b/v.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut efek antimikroba rimpang kunyit (Curcuma
longa) terhadap bakteri yang lain. Perlu dilakukan uji aktivitas antimikroba lanjutan
secara in vivo untuk menentukan dosis dan efek toksisitas, serta efek samping dari
ekstrak polar rimpang kunyit (Curcuma longa).
10
DAFTAR PUSTAKA
Anandika, Danar Dwi., 2011, Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) Menurunkan
Jumlah Leukosit pada Mencit Model Sepsis Akibat Paparan Staphylococcus Aureus.
www.wikipedia.org
11