Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

ASKEP KERACUNAN OBAT DAN BAHAN KIMIA

OLEH
NI LUH AYU ADNYANI
NIM 201801226

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU


PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ASKEP KERACUNAN OBAT DAN BAHAN KIMIA

A. Konsep medis
1. Definisi
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan
adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam
tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan
lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya
pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan dalam jangka panjang. Intoksikasi atau keracunan merujuk pada suatu kejadian
berupa efek samping obat, zat kimia,atau substansi asing lainnya yang berhubungan
dengan dosis. Terdapat variasi respon dan kecenderungan individual terhadap dosis obat
yang diberikan. Variasi ini terjadi baik secara genetik maupun yang didapat, karena induksi
enzim, inhibisi, maupun toleransi (Djammudin, 2014).
Keracunan obat adalah suatu efek obat yang timbul pada pasien karena beberapa
faktor seperti miss use (salah penggunaan), miss dose (salah dosis), salah pemberian
obat,dan lain – lain yang sifatnya tidak di sengaja atau disengaja. Sedangkan alergi obat
adalah suatu reaksi yang ditimbulkan oleh tubuh akibat pemberian senyawa asing
(Djammudin, 2014).
Keracunan bahan kimia adalah keracunan yang melibatkan bahan-bahan kimia biasa
seperti bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau produk industri.
Keracunan zat-zat kimia pada tubuh manusia dapat membahayakan kelangsungan hidup.
Bahan kimia beracun tersebut akan merusak jaringan tubuh terpenting sehingga
menggangu atau bahkan menghentikan fungsinya. Beberapa jaringan tubuh yang rentan
terhadap keracunan diantaranya kulit, susunan syaraf, sumsum tulang, ginjal, hati, dan alat-
alat pencernaan. Jika organ tersebut terganggu, terjadilah penurunan tingkat kesehatan
yang akan membahayakan jiwa manusia, terutama bila pertolongan terlambat diberikan
(Djammudin, 2014).
2. Etiologi
Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal, berdasarkan wujudnya, zat yang dapat
menyebabkan keracunan antara lain : zat padat (obat-obatan, makanan), zat gas (CO2), dan
zat cair (alkohol, bensin, minyak tanah, zat kimia, pestisida, bisa/ racun hewan)
(Djammudin, 2014). Racun racun tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui
beberapa cara, diantaranya :
a. Melalui kulit
b. Melalui jalan napas (inhalasi)
c. Melalui saluran pencernaan (mulut)
d. Melalui suntikan
e. Melalui mata (kontaminasi mata)
3. Patofisiologi
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan kimia,
mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik
sehingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari
keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung, gangguan pernafasan,
gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat dan bahan
kimia ). Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam
lambung meningkat. Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat
menghambat enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE
bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang
bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi, ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi.
Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat – tempat tertentu, sehingga timbul
gejala-gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik,
nikotinik, dan ssp ( menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP ) (Peate, 2015)
Pathway Keperawatan

faktor penyebab

masuk dalam darah, paru, hati, ginjal

Intoksikasi penatalaksanaan medis

inktivasi ensin KhE tindakan kumbah lambung

penumpukan enzim KhE

gejala rangsang Akh berlebihan


g3 organ tertentu
Depresi SSP (lambung, usus)

distres pernapasan penurunan kesadaran mual, muntah, diare

kekurangan O2 Ketidakefektifan pengeluaran cairan aktif


Perfusi Jaringan
apnoe Cerebral Devisit
Volume Cairan
Resiko Syok
Ketidakefektifan Ketidakefektif
Pola Napas an Pola Napas
Ketidakefektifan Ketidakefektif
Pola Napas an Pola Napas
Ketidakefektifan Ketidakefektif
(Djammudin, 2014) an Pola Napas
Pola Napas
Ketidakefektifan
Pola Napas
4. Manifestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian,
apakah melalui mata, paru, lambung atau melalui suntikan. Karena hal ini mungkin
mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik,tetapi juga
jenis dan kecepatan metabolismenya, pertimbangan lain meliputi perbedaan respon
jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti pupil sangat
kecil (pinpoint), muntah, depresi,dan hilangnya pernapasan pada keracunan akut morfin
dan alkaloid. Kulit muka merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardia dan
hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin) (Morton, 2012)
Riwayat menurunnya kesadaran yang jelas dan cepat, disertai dengan gangguan
pernapasan dan kadang-kadang henti jantung pada orang muda sering dihubungkan dengan
keracunan akut dekstroprokposifen, terutama bila digunakan bersamaan dengan alkohol.
Untuk zat aditif,gejala terdiri dari dua kelompok besar yaitu :
a. Kelompok Sindrom Simpatotimetik
Gejala yang sering ditemukan adalah dilusi, paranoid, takikardia, hipertensi, keringat
banyak midriasis, hiperefleksi, kejang (pada kasus berat), hipotensi (pada kasus berat)
dan aritmia. Obat-obat dengan gejala tersebut adalah :Amfetamin, Kokain,
Dekongestan, Intoksikasi teofilin,Intoksikasi kafein
b. Golongan Opiat (morfin,petidin,heroin,kodein) dan sedatif
Tanda dan gejala yang sering ditemukan adalah koma, depresi napas, miosis, hipotensi,
bradikardi, hipotermia,edema paru, bising usus menurun, hiporefleksi dan kejang. Obat
pada kelompok ini yaitu :Narkotik, Barbiturat, Benzodiazepin, Meprebamat,Etanol
5. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis pada keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium. Bahan analisis dapat
berasal dari bahan cairan,cairan lambung atau urin (Djammudin, 2014)
a. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan terutama bila curiga adanya aspirasi zat racun
melalui inhilasi atau adanya dugaan perforasi lambung.
b. Laboratorium klinik
Pemeriksaan ini penting dilakukan terutama analisis gas darah. Beberapa gangguan gas
darah dapat membantu penegakan diagnosis penyebab keracunan. Pemeriksaan fingsi
hati, ginjal dan sedimen urin harus pula dilakukan karena selain berguna untuk
mengetahui dampak keracunan juga dapat dijadiakan sebagai dasar diagnosis penyebab
keracunan seperti keracunan parasetamol atau makanan yang mengandung asam
jengkol.
c. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti
terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi,
takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi
elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan adalah
keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan
elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantunmg iskemik.
6. Komplikasi
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
d. Henti napas
e. Syok
(Padila, 2013)
7. Penatalaksanaan (Djammudin, 2014)
a. Pengobatan penunjang
 Tetap pantau ABCD dalam keadaan baik
 Merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemberian sirup ipecac 15-30 ml. dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil
 Semua pakaian ketat dibuka
 Posisi kepala miring untuk mencegah aspirasi pada lambung
 Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
 Pantau fungsi vital seperti kesadaran, suhu, TD, RR, dan fungsi jantung harus
diawasi secara ketat
 Cairan intra vena sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk menilai adanya
kelainan metabolic dan elektrolit
 Berikan obat anti dotum
 Antropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi pada tempat
penumpukan
 Mula-mula diberikan bolus IV 1 – 2,5 mg
 Dilanjutkan dengan 0,5-1 mg setiap 5-10-15 menit sampai timbul gejala-gejala
atropinisasi (muka merah, mulut kering, takikardi, midriasis, febris, dan psikosis)
 Kemudian interval diperpanjang setiap 15-30-60 menit selanjutnya setiap 2-4-6-8
dan 12 jam.
b. Penatalaksanaan tambahan dalam kasus keracunan adalah sebagai berikut :
 Penatalaksanaan Kegawatan
Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan,setiap kasus keracunan harus
diperlakukan seperti keadaan kegawatan yang mengancam nyawa. Penilaian terhadap
tanda-tanda Vital seperti jalan napas, sirkulasi,dan penurunan kesadaran harus
dilakukan secara cepat.
 Penatalaksanaan Keracunan Melalui Kontak Kulit Atau Mata
 Kontaminasi kulit
 Lepaskan semua pakaian dan barang pribadi dan cuci menyeluruh seluruh
daerah yang terkontaminasi dengan air hangat yang banyak. Gunakan sabun
dan air untuk bahan berminyak.
 Petugas kesehatan yang menolong harus melindungi dirinya terhadap
kontaminasi sekunder dengan menggunakan sarung tangan dan celemek.
 Pakaian dan barang pribadi yang telah dilepas harus diamankan dalam kantung
plastik transparan yang dapat disegel, untuk dibersihkan lebih lanjut atau
dibuang.
 Kontaminasi Mata
 Bilas mata selama 10-15 menit dengan air bersih yang mengalir atau garam
normal, jaga curahannya tidak masuk ke mata lainnya.
 Penggunaan obat tetes mata anestetik akan membantu irigasi mata.
 Balikkan kelopak mata dan pastikan semua permukaannya terbilas. Pada kasus
asam atau alkali irigasi mata hingga pH mata kembali dan tetap normal
(periksa kembali pH mata 15-20 menit setelah irigasi dihentikan).
 Jika memungkinkan, mata harus diperiksa secara seksama dengan pengecatan
fluorescein untuk mencari tanda kerusakan kornea. Jika ada kerusakan
konjungtiva atau kornea, anak harus diperiksa segera oleh dokter mata.
 Sistem Pernapasan
dilakukan melalui cara resusitasi. Setelah jalan nafas dibebaskan dan
dibersihkan,periksa pernafasan dan nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit,
nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan
depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari
pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni
lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask
atau menggunakan alat bag – valve – mask.
 System Pencernaan
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak
berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun
telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada
penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif.
Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan
terjadi kurang dari 4 – 6 jam. Pada koma derajat sedang hingga berat tindakan
kumbah lambung sebaiknya dikerjakan dengan bantuan pemasangan pipa
endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.
8. Prognosis
Prognosis dari kasus ini pada umumnya baik, bila pengobatan dilakukan secepat mungkin,
namun akan berdampak fatal hingga pada kematian jika terjadi kesalahan dalam
pengobatan (Djammudin, 2014). Beberapa kesalahan pengobatan yang sering terjadi,
berupa :
a. Resusitasi kurang baik dikerjakan.
b. Eliminasi racun kurang baik.
c. Dosis atropin kurang adekuat, atau terlalu cepat dihentikan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut (Djammudin (2014), pengkajian pasien dengan intoksikasi obat dan bahan kimia
dapat dilakukan dengan tahap:
a. Pengkajian Primer
 Airway
Periksa kelancaran jalan napas, gangguan jalan napas sering terjadi pada klien
dengan keracunan baygon, botulisme karena klien sering mengalami depresi
pernapasan seperti pada klien keracunan baygon, botulinun.
 Breathing
Kaji keadekuatan ventilasi dengan observasi usaha ventilasi melalui analisa gas darah
atau spirometri.
 Circulation
Kaji TTV, kardiovaskuler dengan mengukur nadi, tekanan darah, tekanan vena
sentral dan suhu. mungkin ini berhubungan dengan kerja kardio depresan dari obat
yang ditelan, pengumpulan aliran vena di ekstremitas bawah, atau penurunan
sirkulasi volume darah, sampai dengan meningkatnya permeabilitas kapiler.
 Disability (evaluasi neurologis)
Pantau status neurologis secara cepat meliputi tingkat kesadaran dan GCS, ukuran
dan reaksi pupil serta tanda-tanda vital. Penurunan kesadaran dapat terjadi pada klien
keracunan alcohol dan obat-obatan. Penurunan kesadaran dapat juga disebabkan
karena penurunan oksigenasi, akibat depresi pernapasan seperti pada klien keracunan
baygon, botulinum.
b. Anamnese
Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis yang rinci. Beberapa
pegangan anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi keracunan, ialah mengkaji
riwayat kesehatan :
 Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang digunakan,termasuk
yang sering dipakai
 Kumpulkan informasi dari anggota keluarga,teman dan petugas tentang obat yang
digunakan.
 Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk pemeriksaan
toksikologi
 Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilaktik
d. Pada pemeriksaan fisik diupayakan untuk menemukan tanda/kelainan fungsi autonom
yaitu pemeriksaan tekanan darah, nadi, ukuran pupil, keringat, air liur, dan aktivitas
peristaltik usus.
e. Pemeriksaan ADL (Activity Daily Living)
 Aktifitas dan istirahat : keletihan, kelemahan, malaise
 Sirkulasi : nadi lemah (hipovolemia), takikardi, hipotensi (pada kasus berat) , aritmia
jantung, pucat, sianosis, keringat banyak.
 Eliminasi : perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising usus
menurun,kerusakan ginjal, perubahan warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat
 Makanan cairan : dehidrasi, mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati, perubahan
turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak
 Neurosensori : sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis,miois, pupil mengecil, kram
otot/kejang, gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi kehilangan memori,penurunan tingkat kesadaran(azotemia), koma,
syok.
 Nyaman / nyeri : nyeri tubuh, sakit kepala, perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
 Pernafasan : nafas pendek, depresi napas, hipoksia, takipnoe, dispnoe, peningkatan
frekuensi,kusmaul,batuk produktif
 Keamanan : penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia
2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi cerebral berhubungan dengan penurunan kesadaran
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan distress pernapasan
c. Devisit volume cairan berhubungan dengan cairan aktif
d. Resiko syok Hipovolemik. faktor resiko pengeluaran cairan aktif
(Djammudin, 2014)
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Ketidakefektifan Circulation Status Monitorang neurologis
perfusi jaringan Tissue Prefusion :  Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi
Cerebral dan bentuk pupil
cerebral berhubungan kriteria hasil:  Monitor tingkat kesadaran klien
dengan penurunan  Nyeri kepala / vertigo  Monitir tanda-tanda vital
kesadaran berkurang sampai de-  Monitor keluhan nyeri kepala, mual,
ngan hilang muntah
 Berfungsinya saraf  Monitor respon klien terhadap
dengan baik pengobatan
 Tanda-tanda vital stabil  Hindari aktivitas jika TIK meningkat
 Observasi kondisi fisik klien
Terapi oksigen
 Bersihkan jalan nafas dari sekret
 Pertahankan jalan nafas tetap efektif
 Berikan oksigen sesuai intruksi
 Monitor aliran oksigen, kanul oksigen
dan sistem humidifier
 Beri penjelasan kepada klien tentang
pentingnya pemberian oksigen
 Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
 Monitor respon klien terhadap
pemberian oksigen
 Anjurkan klien untuk tetap memakai
oksigen selama aktifitas dan tidur

Ketidakefektifan pola Respiratory status : Airway Management


napas berhubungan Ventilation  Buka jalan nafas, guanakan teknik
Respiratory status : Airway chin lift atau jaw thrust bila perlu
distress pernapasan patency  Posisikan pasien untuk
Vital sign Status memaksimalkan ventilasi
Kriteria Hasil :  Identifikasi pasien perlunya
 Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas buatan
batuk efektif dan suara  Pasang mayo bila perlu
nafas yang bersih, tidak  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
ada sianosis dan dyspneu  Keluarkan sekret dengan batuk atau
(mampu mengeluarkan suction
sputum, mampu bernafas  Auskultasi suara nafas, catat adanya
dengan mudah, tidak ada suara tambahan
pursed lips  Lakukan suction pada mayo
 Menunjukkan jalan nafas  Berikan bronkodilator bila perlu
yang paten (klien tidak
 Berikan pelembab udara Kassa basah
merasa tercekik, irama
NaCl Lembab
nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang  Atur intake untuk cairan
normal, tidak ada suara mengoptimalkan keseimbangan.
nafas abnormal)  Monitor respirasi dan status O2
 Tanda Tanda vital Terapi Oksigen
dalam rentang normal  Bersihkan mulut, hidung dan secret
(tekanan darah, nadi, trakea
pernafasan)  Pertahankan jalan nafas yang paten
 Atur peralatan oksigenasi
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign

Devisit volume cairan Fluid balance Fluid management


berhubungan dengan Hydration  Timbang popok/pembalut jika
Nutritional Status : Food diperlukan
cairan aktif and Fluid  Pertahankan catatan intake dan output
Intake yang akurat
Kriteria Hasil :  Monitor status hidrasi ( kelembaban
 Mempertahankan urine membran mukosa, nadi adekuat,
output sesuai dengan tekanan darah ortostatik ), jika
usia dan BB, BJ urine diperlukan
normal, HT normal  Monitor hasil lab yang sesuai
 Tekanan darah, nadi, dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
suhu tubuh dalam batas osmolalitas urin )
normal  Monitor vital sign
 Tidak ada tanda tanda  Monitor masukan makanan / cairan
dehidrasi, dan hitung intake kalori harian
 Elastisitas turgor kulit  Kolaborasi pemberian cairan IV
baik, membran mukosa  Monitor status nutrisi
lembab, tidak ada rasa  Berikan cairan
haus yang berlebihan  Berikan diuretik sesuai interuksi
 Berikan cairan IV pada suhu ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian nesogatrik sesuai
output
 Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
 Tawarkan snack ( jus buah, buah segar
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul meburuk
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi

Resiko Syok Syok prevention Syok Prevention


Syok management  monitor status sirkulasi HR, warna
Kriteria hasil kulit, suhu, nadi perifer dan CRT
 Nadi, pernapasan, dalam  monitor tanda inadekuat oksigenasi
batas yang diharapkan  monitor suhu dan pernapasan
 Irama jantung dalam  monitor input dan output
batas normal  pantai nilai laboratorium
 Laboratorium dalam  monitor tanda asites
batas normal (Na, K, Cl,  monitor tanda awal syok
Mg, PH, Hct)  tempatkan pasien dalam posisis supine
 Tidak ada tanda dehidrasi  pantau kepatenan jalan napas
 berikan cairan IV yang tepat
 ajarkan keluarga dan pasien tanda
awal syok
 ajarkan keluarga dan klien cara
mengatasi syok
syok management
 monitor fungsi neurologis
 monitor fungis renal
 monitor tekanan nadi
 monitor status cairan
 catat gas darah arteri dan oksigen
 monitor nilai laboratorium

(Amin H, 2015)
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda (2015), Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasrkan Diagnosa Medis. Jilid 1.
Jogjakarta. Medi Action.

Djammudin, Sahrul.2014 Askep Gangguan system Pencernaan . Nuha Medika. Jogjakarta

Morton, G. (2012). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 dan 2. Media Aesculapius. Jakarta

Padila, (2013), Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika. Jogjakarta

Peate, M. N. (2015). Dasar-dasar Patofisiologi Terapan edisi 2. Bumi Medika. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai