Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

KONSEP RECOVERY

OLEH
NI LUH AYU ADNYANI
NIM 201801226

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU


PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal.
Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta
diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien.
Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan
terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah
menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan
menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini
merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya,
sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang
sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya
klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi
berbagai masalah

2
BAB II
KONSEP RECOVERY

A. Konsep Recovery
Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan
transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna
di komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya. Recovery
merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja, belajar dan
berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi terhadap
penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan. Orang dengan gangguan jiwa
berat yang mendapatkan dukungan tepat dan secara individual, dapat pulih dari
penyakitnya dan memiliki kehidupan yang memuaskan serta produktif (Damaiyanti, 2012)
Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang berpusat
pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery didefinisikan oleh
setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa dan orang-orang
yang sangat penting dalam kehidupannya. Individu menerima dukungan pemulihan
melalui aktivitas yang didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang merupakan proses
menolong seseorang kembali kepada level fungsi tertinggi yang dapat dicapai. Recovery
gangguan jiwa merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan
kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan kecukupan
diri (damaiyanti, 2012)
Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan pemulihan meliputi :
treatment asertif komunitas, dukungan bekerja, manajemen dan pemulihan penyakit,
treatment terintegrasi untuk mendampingi kejadian berulang gangguan jiwa dan
penyalahgunaan zat, psikoedukasi keluarga, manajemen pengobatan. Dukungan
pemulihan dalam asuhan keperawatan jiwa meliputi bekerja dengan tim treatment
multidisiplin yang meliputi psikiater, psikolog, pekerja sosial, konselor, terapis okupasi,
pakar konsumen dan teman sejawat, manajer kasus, pengacara keluarga, pakar pengambil
kebijakan. Dukungan ini juga membutuhkan perawat untuk berfokus pada tiga elemen
yaitu : individu, keluarga dan komunitas (Keliat, 2008)

3
B. Karakteristik Recovery
Karakteristik recovery antara lain : self direction, person centered, empowerment
(pemberdayaan), holistik, non-linier, strengths based, peer support, respect, responsibility
dan hope (Tuwota, 2014). Berikut penjelasan dari masing-masing karakteristik tersebut :
1. Self Direction
Mengontrol diri sendiri merupakan bagian dari manajemen diri yang dapat diartikan
meskipun kehidupan dipengaruhi keadaan eksternal, namun kontrol tetap ada pada diri
kita sendiri. Walaupun intervensi dilakukan oleh professional kesehatan, namun
inisiatif ada pada diri, bukan menjadikan pasien ketergantungan. self direction adalah
dimana klien memimpin, mengendalikan, dan menentukan jalan mereka sendiri dalam
proses pemulihan. kontrol diri berkaitan dengan penentuan nasib sendiri, pilihan dan
tanggung jawab atas hal yang dilakukan, individu memegang kontrol atas bagaimana
cara mengatasi, mengelola atau meminimalkan segala sesuatu yang menghambat dan
membatasi kondisi gangguan jiwa, mengontrol bagaimana cara berkembang, merasa
bahagia dan puas meskipun pasien berada dalam keterbatasan
2. Person centered
Artinya didalam proses pemulihan, setiap individu memilih jalur yang berbeda-beda,
memiliki keunikan dan pengalaman yang berbeda pula. Dalam merawat pasien perawat
harus berpusat pada pasien atau patien centre care dimana perawatan bersifat individual
dan pasien secara utuh dapat bebas memilih bagaimana perawatan yang akan
dilakukan, memilih penyedia pelayanan kesehatan, dalam prosesnya individu
mendapatkan perawatan yang respek dan hangat. Klien sebagai pembuat keputusan dan
terlibat penuh dalam pelayanan keperawatan. Selain itu, perawat sebagai penyedia
pelayanan keperawatan harus memperhatikan hal-hal seperti pelayanan harus mudah
diakses oleh pasien, respek terhadap pasien, pelayanan dapat diberikan dimana saja,
melihat permasalahan dari sisi klien, melakukan pengkajian terhadap kondisi kognitif
pasien, status kesehatan pasien, inform consent dll.
3. Pemberdayaan
Pemulihan erat kaitannya dengan pemberdayaan pasien yang mengalami gangguan
jiwa. Pemberdayaan artinya klien memiliki kewenangan untuk menentukan pilihan dan
membuat keputusan yang akan berdampak pada kehidupan mereka. Pemberdayaan
didalamnya terdapat potensi faktor internal dan eksternal dikombinasikan, dimana
individu memfasilitasi dirinya sendiri, melindungi dirinya sendiri, peduli atas apa yang

4
terjadi. Sumber daya internal dan eksternal yang berfungsi untuk memulai dan
mempertahankan recovery itu sendiri.
4. Holistik. artinya proses recovery berfokus pada semua aspek dalam kehidupan manusia
termasuk emosi, sosial, body mind spirit. Proses pemulihan sendiri tidaklah linier,
artinya mengalami pertumbuhan dan kemunduran. Periode perubahan dapat cepat
ataupun lambat tergantung individu. Secara keseluruhan pertumbuhan terus maju ke
atas walaupun terkadang dalam prosesnya mengalami kemunduran.
5. Proses recovery bersifar non-linear artinya bahwa dalam proses pemulihan setiap
individu memiliki perbedaan dalam perkembangannya meskipun melalui langkah-
langkah yang sama. pemulihan bukanlah selangkah demi selangkah, akan tetapi satu
kesatuan yang pertumbuhannya yang terus menerus dengan kemunduran sesekali.
6. Dalam proses pemulihan hal lain yang penting yaitu strengths based. Dimana
pemulihan berfokus pada individu sendiri dalam menilai kekuatan yang dimiliki.
strengths based artinya ketahanan dan kemampuan dalam mengatasi masalah. kekuatan
dan mekanisme koping setiap individu berbeda-beda, kondisi kesehatan mental juga
berbeda maka kondisi ini perlu dilakukan pendekatan sesuai dengan kekuatan individu
itu sendiri.
7. Peer support
Peran sesama pasien yang juga mengalami gangguan jiwa sangat penting dalam
memberikan support bagi klien. Orang tersebut mendukung, menjadi orang terdekat,
dan ada saat dibutuhkan. Memberi dukungan namun tidak memaksa, mendengarkan,
memahami ketika ada permasalahan. peer support bagi gangguan jiwa membuat klien
merasa dihargai. Dalam proses pemulihan klien tidak berdiri sendiri, dibutuhkan
partisipasi masyarakat. Individu dengan gangguan jiwa ingin menjadi bagian dari
masyarakat, agar dihormati oleh masyarakat, memberikan kontribusi terhadap
masyarakat dan memiliki hubungan baik dengan masyarakat tersebut.
8. Dalam proses pemulihan juga diperlukan tanggung jawab klien atas dirinya sendiri.
Tanggung jawab tersebut meliputi manajemen diri, obat-obatan, otonomi dalam pilihan
hidup, tanggung jawab ketika mencoba kemudian gagal dan mencoba kembali.
Seseorang yang mengalami gangguan jiwa harus menentukan perjalanan hidupnya
sendiri, dengan bantuan dan bimbingan. tanggung jawab berperan penting dalam proses
pemulihan. Tanggung jawab yang dimaksud antara lain : manajemen diri & obat-
obatan, otonomi terhadap pilihan hidup, tanggung jawab terhadap tindakan, resiko atas
tindakan yang diambil, dll.

5
9. Orang dapat beranggapan bahwa klien tidak dapat dihargai secara sosial. Artinya klien
tidak dapat menjalankan perannya secara sosial. sebuah ktipan bijak disebutkan bahwa
“kita telah belajar bahwa kita bertanggung jawab atas hidup kita sendiri dan bisa maju
dan melakukan apa yang kita inginkan
10. Harapan. Proses pemulihan mustahil tanpa adanya harapan, harapan dilakukan untuk
mempertahankan motivasi, harapan juga mendukung individu dalam menjalani proses
pemulihan itu sendiri. harapan dapat berasal dari dalam diri individu, maupun dipicu
hal di luar individu. Harapan dapat muncul dari orang yang menjadi panutan, orang
yang di cintai, dan merupakan langkah awal proses pemulihan. Harapan bukan hanya
sebagai pemicu proses pemulihan tetapi juga dapat mempertahankan proses pemulihan
itu sendiri
C. Mental Health Recovery Model & The Recovery Model in Psychiatric Nursing
Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan kembali sehat atau
sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan jiwa kita sepakati bahwa recovery
memiliki arti yang berbeda. Recover Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus pada
pengobatan, tetapi sebagai gantinya lebih menekankan dapat hidup beradaptasi dengan
sakit jiwa yang sifatnya kronis. Pada model ini lebih menekankan kepada hubungan sosial,
pemberdayaan, strategi koping, dan makna hidup.
Peplau (1952 dalam Yosep 2014) menciptakan teori bahwa pentingnya hubungan
interpersonal terapeutik, model recovery berubah dari hubungan nurse-patient menjadi
nurse-partner. Model recovery menurut para ahli :
Models, Theories, and Therapies in Current Practice
No Theorist Model/Theory Focus of Nursing
1 Dorothy Behavioral system Membantu pasien kembali pada
Johnson keadaan seimbang ketika
mengalami stess melalui
pengurangan atau menghilangkan
sumber stress dan mendukung
proses adaptif (Johnson, 1980)
2 Imogene King Goal attainment Membangun hubungan
interpersonal dan membantu
pasien untuk mencapai tujuan nya
berdasakan peran nya dalam

6
konteks sosial (King, 1981)
4 Betty Neuman System Model Membangun hubungan perawat-
pasien untuk membantu
menghadapi respon stres (1982)
5 Dorothes Orem Self-Care Deficit Mengatasi defisit perawatan diri
dan mendorong pasien untuk
terlibat secara aktif pada
perawatan diri mereka (Orem,
2001)
6 Hildegard Interpersonal Menggunakan hubungan
Peplau Relations interpersonal sebagai alat
terapeutik untuk menyembuhkan
dan mengurangi kecemasan
(Peplau, 1992)

7 Jean Watson Transpersonal Caring merupakan prosedur dan


Caring tugas penting; membangun
hubungan perawat-pasien
sehingga menghasilkan
Therapeutic Outcome (Watson,
2007)

D. Terapi Supportive Environment (Turwota, 2014)


1. Definisi
Lingkungan didefinisikan dengan berbagai pandangan, lingkungan merujuk pada
keadaan fisik, psikologis, dan sosial diluar batas sistem, atau masyarakat dimana sistem
itu berada. Terapi lingkungan (Milieu Therapy) berasal dari bahasa Perancis yang
berarti perencanaan ilmiah dari lingkungan untuk tujuan yang bersifat terapeutik atau
mendukung kesembuhan.
Pengertian lainnya adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan
modifikasi unsur-unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap
fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan.

7
Terapi lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kita, yang
diciptakan untuk pengobatan termasuk fisik dan sosial atau dapat dikatakan sebagai
suatu manipulasi ilmiah pada lingkungan yang bertujuan untuk menghasilkan
perubahan pada perilaku pasien dan untuk mengembangkan keterampilan emosional
dan sosial.
2. Tujuan terapi supportive environment
Membantu individu untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai
orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.
a. Tujuan umum
Membekali kemampuan pasien untuk kembali ke masyarakat dan dapat menjalankan
kehidupan fisik dan sosial seoptimal mungkin.
b. Tujuan khusus
Membatasi gangguan dan perilaku maladaptif. Mengajarkan keterampilan
psikososial dengan cara :
 Orientasi yaitu pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap realita yang
lebih baik. Orientasi berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman pasien
terhadap waktu, tempat, tujuan, sedangkan kesadaran dapat dikuatkan melalui
interaksi dan aktifitas pada semua pasien.
 Asertation yaitu kemampuan mengekspresikan perasaan sendiri dengan tepat. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara mendorong pasien dalam mengekspresikan diri
secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima oleh masyarakat.
 Accuption yaitu kemampuan pasien untuk dapat percaya diri dan berprestasi
melalui keterampilan membuat kerajinan tangan.
 Recreation yaitu kemampuan membuat dan menggunakan aktifitas yang
menyenangkan dan relaksasi. Hal ini memberi kesempatan pada pasien utnuk
mengikuti bermacam-macam reaksi dan membantu pasien untuk menerapkan
keterampilan yang telah dipelajari, misalnya interaksi sosial.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998 dalam Yosep 2014), tujuan terapi lingkungan
sebagai berikut:
a. Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami gangguan
mental, dengan cara membantu individu dalam mengembangkan harga diri.
b. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain.

8
c. Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain .
d. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat.
e. Mencapai perubahan yang positif.
3. Karakteristik terapi supportive environment
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka lingkungan harus bersifat terapeutik
yaitu mendorong terjadi proses penyembuhan, lingkungan tersebut harus memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkannya.
b. Pasien merasa senang /nyaman dan tidak merawsa takut dengan lingkungannya.
c. Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah dipenuhi.
d. Lingkungan rumah sakit/bangsal yang bersih.
e. Lingkungan menciptakan rasa aman dari terjadinya luka akibat impuls-impuls
pasien.
f. Personal dari lingkungan rumah sakit/bangsal menghargai pasien sebagai individu
yang memiliki hak, kebutuhan dan pendapat serta menerima perilaku pasien sebagai
respon adanya stress.
g. Lingkungan yang dapat mengurangi pembatasan-pembatasan atau larangan dan
memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan pilihannya dan
membentuk perilaku yang baru.
4. Karakteristik lingkungan
a. Lingkungan Fisik
Aspek terapi lingkungan meliputi semua gambaran yang konkrit yang merupakan
bagian eksternal kehidupan rumah sakit. Tiga aspek yang mempengaruhi
terwujudnya lingkungan fisik terapeutik:
 Lingkungan fisik yang tetap.
Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun internal. Bagian
eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu lokasi dan letak gedung sesuai
dengan program pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa
masyarakat. Berada di tengah-tengah pemukiman penduduk atau masyarakat
sekitarnya serta tidak diberi pagar tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan
dapat membantu memelihara hubungan terapeutik pasien dengan masyarakat.
Memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap mengakui keberadaan pasien
serta menghindari kesan terisolasi.

9
Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai keadaan rumah tinggal
yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi tertutup, WC, dan ryang
makan. Masing-masing ruangan tersebut diberi nama dengan tujuan untuk
memberikan stimulasi pada pasien khususnya yang mengalami gangguan mental,
merangsang memori dan mencegah disorientasi ruangan.
Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal terapi
aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal kegiatan khusus
misalnya rapat ruangan.
 Lingkungan fisik semi tetap.
Fasilitas-fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi lemari, kursi, meja,
peralatan dapur, peralatan makan, mandi, dsb. Semua perlengkapan diatur
sedemikian rupa sehingga memungkinkan pasien bebas berhubungan satu dengan
yang lainnya serta menjaga privasi pasien.
 Lingkungan fisik tidak tetap.
Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu serta sangat
dipengaruhi oleh sosial budaya.
b. Lingkungan Psikososial
Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan pasien
berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi
terhadap tekanan eksternal. Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan
dalam berinteraksi dengan pasien:
 Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan, mengubah
tingkah laku pasien.
 Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari tingkah laku
partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien dalam kegiatan belajar.
 Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai anggota
kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan.
 Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antara pasien.
 Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya kalender harian
dan adanya papan nama dan tanda pengenal bagi petugas kesehatan.

10
5. Jenis-jenis terapi supportive environment
a. Terapi rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien
dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial.
b. Terapi kreasi seni
Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama denagn orang lain
yang ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat dan minat.
 Dance therapy/menari : untuk mengkomunikasikan tentang perasaan dan
kebutuhan pasien.
 Terapi musik : untuk mengekspresikan perasaan marah, sedih, kesepian, dan
gembira.
 Terapi dengan menggambar/melukis : dengan menggambar akan menurunkan
ketegangan dan memusatkan pikiran yang ada.
c. Literatur/biblio therapy
Terapi dengan kegiatan membaca seperti novel, majalah, buku-buku dan kemudian
mendiskusikannya.Tujuannya adalah untuk mengembangkan wawasan diri dan
bagaimana mengekspresikan perasaan/pikiran dan perilaku yang sesuai dengan
norma-norma yang ada.
d. Pettherapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu
mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa
kesepian, menyendiri.
e. Planttherapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala sesuatu/mahluk
hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi
lainnya.
6. Kondisi pasien pada terapi supportive environment
Pasien yang dilakukan terapi ini adalah :
a. Pasien rendah diri (low self esteem) , depresi (depression) bunuh diri (suicide).
Syarat lingkungan :
 secara psikologis harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
 Ruangan aman dan nyaman.

11
 Terhindar dari ala-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri
atau orang lain.
 Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan
terkunci.
 Ruangan harus ditempatkan di lantai satu dan keseluruhan ruangan mudah
dipantau oleh petugas kesehatan.
 Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah dan
meningkatkan gairah hidup pasien.
 Warna dinding cerah.
 Adanya bacaan ringan, lucu, dan memotivasi hidup.
 Hadirkan musik ceria, tv, dan film komedi.
 Adanya lemari khusus untuk menyimpan barang-barang pribadi pasien.
 Lingkungan sosial:
 Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering
mungkin.
 Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau
kegiatan medis lainnya.
 Menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta merendahkan.
 Meningkatkan harga diri pasien.
 Membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap.
 Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya.
 Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan
pasien sendiri terlalu lama di ruangannya.
b. Pasien dengan amuk
 Lingkungan fisik:
 Ruangan aman, nyaman, dan mendapat pencahayaan yang cukup.
 Pasien satu kamar, satu orang, bila sekamar lebih dari satu jangan dicampur
antara yang kuat dengan yang lemah.
 Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci.
 Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protocol pengikatan dan
pengasingan secara aman, serta protocol pelepasan pengikatan.
 Lingkungan Psikososial:
 Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat dan perasaan empati.

12
 Observasi pasien tiap 15 menit.
 Jelaskan tujuan pengikatan/pengekangan secara berulang-ulang.
 Penuhi kebutuhan fisik pasien.
 Libatkan keluarga.
7. Komponen Yang Perlu Diperhatikan Dalam Terapi Lingkungan
a. Fisik : Terkait dengan desain dan renovasi.
b. Intelektual : Aspek intelektual dari lingkungan meliputi; warna, sinar, suara, suhu,
bau, dan rasa.
c. Sosial : Komponen sosial; peran pasien pola komunikasi dan perbandingan staf
dengan pasien.
d. Emosional : Faktor fisik, intelektual dan sosial menciptakan suasana emosional,
misalnya: merasa sangat senang berada di ruangan/lingkungan, merasa sangat santai,
setiap orang bekerjasama dengan baik, segala sesuatu terawat baik. peran terapis :
tidak devensif, empati, dapat menciptakan keamanan, tidak menakutkan, peran
terapis dalam terapi lingkungan adalah mendukung spontanitas pasien dan
merangsang pasien agar merasa bebas dan terbuka.
e. Spiritual
Sarana tempat ibadah, buku-buku suci, dll. Harus terpisah, sepi dan tertutup agar
memusatkan perhatian untuk pengobatan dan menemukan harapan baru bagi masa
depan pasien.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan
transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna
dikomunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya. Recovery model
pada kesehatan jiwa tidak berfokus pada pengobatan, tetapi sebagai gantinya lebih
menekannkan dapat hidup beradaptasi dengan sakit jiwa yang sifatnya kronis. Pada model
ini lebih menekankan kepada ubungan sosial, pemberdayaan, strategi koping, dan makna
hidup.
Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa yang
bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwa dengan
perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku adaptif. Perawat sebagai terapis mendasarkan
potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan dengan
memberikan berbagai macam terapi generalis maupun spesialis. Terapi lingkungan adalah
segala sesuatu yang ada di lingkungan kita, yang diciptakan untuk pengobatan termasuk
fisik dan sosial. Suatu manipulasi ilmiah pada lingkungan yang bertujuan untuk
menghasilkan perubahan pada perilaku pasien dan untuk mengembangkan keterampilan
emosional dan sosial.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk menambah pengalaman
pembaca. Selain itu dengan adanya ini, berbagai wawasan baru yang mungkin didapat
pembaca dapat diterapkan dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti M, dkk , ( 2012 ) , Asuhan Keperawatan Jiwa, Refika Aditama, Bandung

Kilat budiana, ( 2008 ), Asuhan Keperawatan Jiwa, Salemba Medika, Jakarta

Turwota dkk, ( 2014 ), Buku Ajar Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta

Yosep.(2014. Keperawatan Jiwa . Edisi revisi. PT Refika Aditama. Bandung

15

Anda mungkin juga menyukai