PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Racun adalah
zat / bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung / inhalasi, suntikan
dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif
kecil akan merusak kehidupan / menggangu dengan serius fungsi satu / lebih organ atau
jaringan.
Kasus keracunan merupakan masalah masyarakat modern dan kejadiannya terus
meningkat dari tahun ke tahun, sehingga sering disebut sebagai epidemic modern.
Keracunan adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan fungsi organ tubuh karena
kontak dengan bahan kimia.
B. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan teori tentang intoksikasi obat
1
C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan pada intoksikasi obat
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori tentang intoksikasi obat
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan
adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam
tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal
dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung
sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek
yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
Intoksikasi atau keracunan merujuk pada suatu kejadian berupa efek samping
obat, zat kimia,atau substansi asing lainnya yang berhubungan dengan dosis. Terdapat
variasi respon dan kecenderungan individual terhadap dosis obat yang diberikan. Variasi
ini terjadi baik secara genetik maupun yang didapat, karena induksi enzim, inhibisi,
maupun toleransi.
Keracunan obat adalah suatu efek obat yang timbul pada pasien karena beberapa
faktor seperti miss use (salah penggunaan), miss dose (salah dosis), salah pemberian
obat,dan lain – lain yang sifatnya tidak di sengaja atau disengaja. Sedangkan alergi obat
adalah suatu reaksi yang ditimbulkan oleh tubuh akibat pemberian senyawa asing.
B. Etiologi
Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal, berdasarkan wujudnya, zat yang
dapat menyebabkan keracunan antara lain : zat padat (obat-obatan, makanan), zat gas
(CO2), dan zat cair (alkohol, bensin, minyak tanah, zat kimia, pestisida, bisa/ racun
hewan)
Racun racun tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara, diantaranya :
1. Melalui kulit
3
3. Melalui saluran pencernaan (mulut)
4. Melalui suntikan
C. Manifestasi Klinis
4
kejang. Obat pada kelompok ini yaitu :Narkotik, Barbiturat, Benzodiazepin,
Meprebamat,Etanol
D. Patofisiologi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat
penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin
juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah
perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi yang
terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,
hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas
syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia,
Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia
E. Patoflow
F. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis pada keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium. Bahan analisis
dapat berasal dari bahan cairan,cairan lambung atau urin.
1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan terutama bila curiga adanya aspirasi zat racun
melalui inhilasi atau adanya dugaan perforasi lambung.
2. Laboratorium klinik
Pemeriksaan ini penting dilakukan terutama analisis gas darah. Beberapa gangguan
gas darah dapat membantu penegakan diagnosis penyebab keracunan. Pemeriksaan
fingsi hati, ginjal dan sedimen urin harus pula dilakukan karena selain berguna untuk
mengetahui dampak keracunan juga dapat dijadiakan sebagai dasar diagnosis
penyebab keracunan seperti keracunan parasetamol atau makanan yang mengandung
asam jengkol.
3. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti
terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi,
5
takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi
elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan
adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia,
gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantunmg iskemik.
G. Komplikasi
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok
6
Semua pakaian ketat dibuka
Posisi kepala miring untuk mencegah aspirasi pada lambung
Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
Pantau fungsi vital seperti kesadaran, suhu, TD, RR, dan fungsi jantung harus
diawasi secara ketat
Cairan intra vena sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk menilai
adanya kelainan metabolic dan elektrolit
Berikan obat anti dotum
Antropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi pada tempat
penumpukan
Mula-mula diberikan bolus IV 1 – 2,5 mg
Dilanjutkan dengan 0,5-1 mg setiap 5-10-15 menit sampai timbul
gejala-gejala atropinisasi (muka merah, mulut kering, takikardi,
midriasis, febris, dan psikosis)
Kemudian interval diperpanjang setiap 15-30-60 menit selanjutnya
setiap 2-4-6-8 dan 12 jam.
7
3. Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak
berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun
telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada
penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif.
Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan
terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga berat tindakan
kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa
endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.
4. Pemberian antidot/penawar
Tidak semua racun ada penawarnya sehingga prinsip utama adalah mengatasi
keadaan sesuai dengan masalah.
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada tempat
penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk gejala-gejala
atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 – 4 –
6 – 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak
dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan
akut yang sering fatal.
5. Penilaian Klinis
6. Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis yang rinci. Beberapa
pegangan anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi keracunan,ialah :
a. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang digunakan,termasuk
yang sering dipakai
8
b. Kumpulkan informasi dari anggota keluarga,teman dan petugas tentang obat yang
digunakan.
c. Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk pemeriksaan
toksikologi
d. Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilaktik
Pada pemeriksaan fisik diupayakan untuk menemukan tanda/kelainan fungsi
autonom yaitu pemeriksaan tekanan darah,nadi,ukuran pupil,keringat,air liur, dan
aktivitas peristaltik usus.
7. Dekontaminasi
Umumnya bahan kimia tertentu dapat dengan cepat diserap melalui kulit sehingga
dekontaminasi permukaan sangat diperlukan. Di samping itu,dilakukan
dekontaminasi saluran cerna agar bahan yang tertelan hanya sedikit
diabsorpsi,biasanya hanya diberikan pencahar,obat perangsang muntah,dan bilas
lambung.
Induksi muntah atau bilas lambung tidak boleh dilakukan pada keracunan
parafin,minyak tanah, dan hasil sulingan minyak mentah lainnya.
Upaya lain untuk megeluarkan bahan/obat adalah dengan dialisis.
8. Terapi suportif,konsultasi,dan rehabilitasi
Terapi suportif,konsultasi dan rehabilitasi medik harus dilihat secara holistik dan
efektif dalam biaya.
9. Observasi dan konsultasi
10. Rehabilitasi
I. Prognosis
Prognosis dari kasus ini pada umumnya baik, bila pengobatan dilakukan secepat
mungkin, namun akan berdampak fatal hingga pada kematian jika terjadi kesalahan
dalam pengobatan. Beberapa kesalahan pengobatan yang sering terjadi, berupa :
1. Resusitasi kurang baik dikerjakan.
2. Eliminasi racun kurang baik.
3. Dosis atropin kurang adekuat, atau terlalu cepat dihentikan.
9
J. Pencegahan
10
pengguna yang perlu dilakukan adalah menumbuhkan niat dan tekat yang kuat untuk
tidak lagi menjadi pegguna dan kiat-kiat yang dapat dilakukan adalah:
Hindari teman pengguna Napza
Dalami spiritual
Diperlukan dukungan dan perhatian keluarga
K. Askep Teori
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Periksa klancaran jalan napas, gangguan jalan napas sering terjadi pada klien
dengan keracunan baygon, botulisme karena klien sering mengalami depresi
pernapasan seperti pada klien keracunan baygon, botulinun.
b. Breathing
Kaji keadekuatan ventilasi dengan observasi usaha ventilasi melalui analisa
gas darah atau spirometri.
c. Circulation
Kaji TTV, kardiovaskuler dengan mengukur nadi, tekanan darah, tekanan
vena sentral dan suhu. mungkin ini berhubungan dengan kerja kardio
depresan dari obat yang ditelan, pengumpulan aliran vena di ekstremitas
bawah, atau penurunan sirkulasi volume darah, sampai dengan meningkatnya
permeabilitas kapiler.
d. Disability (evaluasi neurologis)
Pantau status neurologis secara cepat meliputi tingkat kesadaran dan GCS,
ukuran dan reaksi pupil serta tanda-tanda vital. Penurunan kesadaran dapat
terjadi pada klien keracunan alcohol dan obat-obatan. Penurunan kesadaran
dapat juga disebabkan karena penurunan oksigenasi, akibat depresi
pernapasan seperti pada klien keracunan baygon, botulinum.
11
2. PengkajianSekunder
a. Riwayat Kesehatan
riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui
setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma
toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
b. Pemeriksaan fisik head to toe
c. Pemeriksaan ADL (Activity Daily Living)
1. Aktifitas dan Istirahat
Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise
Tanda : Kelemahan,hiporefleksi
2. Sirkulasi
3. Eliminasi
4. Makanan Cairan
5. Neurosensori
12
Tanda : Gangguan status mental,penurunan lapang
perhatian,ketidakmampuan berkonsentrasi kehilangan
memori,penurunan tingkat kesadaran(azotemia), koma,syok.
6. Nyaman / Nyeri
7. Pernafasan
8. Keamanan
9. Penyuluhan/pembelajaran
13
C. RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria
Diagnosa Intervensi Rasional
Hasil
1. Tidak Tujuan : a. Pantau tingkat, a. Efek insektisida mendepresi
efektifnya Mempertahankan irama SSP yang mungkin dapat
pola nafas keefektifan pola pernapasan & mengakibatkan hilangnya
berhubungan nafas. suara napas kepatenan aliran udara atau
dengan serta pola depresi pernapasan,
distress Kriteria hasil : pernapasan pengkajian yang berulang
pernapasan RR dalam batas kali sangat penting karena
normal, jalan kadar toksisitas
nafas bersih, mungkin berubah-ubah
sputum tidak secara drastis.
ada b. Tinggikan b. Menurunkan kemungkinan
kepala tempat aspirasi, diafragma bagian
tidur bawah untuk menigkatkan
inflasi paru.
d. Auskultasi
d. Pasien beresiko atelektasis
suara napas
dihubungkan dengan
hipoventilasi & pneumonia.
e. Berikan O2 jika
e. Hipoksia mungkin terjadi
dibutuhkan
akibat depresi pernapasan
14
f. Kolaborasi f. Memantau kemungkinan
untuk sinar X munculnya komplikasi
dada, Blood sekunder seperti
Gas Analysis atelektasis/pneumonia,
evaluasi kefektifan dari
usaha pernapasan.
15
kekurangan cairan
(dehindrasi/hipovolemia).
16
3. Perubahan Tujuan : a. Kaji adanya a. Data tersebut berguna
perfusi Mempertahankan perubahan dalam menentukan
jaringan perfusi jaringan tanda-tanda perubahan perfusi
berhubungan yang adekuat vital.
dengan efek b. Kaji daerah b. Ekstremitas yang
toksik pada ekstremitas dingin,sianosis
mioakrd dingin,lembab, menunjukan penurunan
dan sianosis perfusi jaringan
17
4. Tidak Tujuan : a. Observasi a. Untuk mengetahui
efektifnya tanda-tanda keadaan umum pasien
pola napas Mempertahankan vital. dalam menentukan
berhubungan pola napas tetap tindakan selanjutnya
dengan efektif b. Berikan O2 b. Terapi oksigen
depresi sesuai anjuran meningkatkan suplai
pernapasan dokter oksigen ke jantung
18
dengan tindakan perawatan kesadaran
depresi diharapkan dapat b. Catat tingkat b. Penurunan kesadaran
sistem saraf mempertahankan kesadaran sebagai indikasi
pusat tingkat kesadaran pasien penurunan aliran darah
klien otak.
(komposmentis) c. Kaji adanya c. Gejala tersebut merupakan
tanda-tanda manifestasi dari perubahan
distress pada otak, ginjal, jantung
pernapasan,na dan paru.
di
cepat,sianosis
dan kolapsnya
pembuluh
darah
d. Monitor d. Tindakan umum yang
adanya bertujuan untuk
perubahan keselamatan hidup,
tingkat meliputi resusitasi :
kesadaran Airway, breathing,
sirkulasi
e. Kolaborasi e. Anti dotum (penawar
dengan tim racun) dapat membantu
medis dalam mengakumulasi
pemberian anti penumpukan racun
dotum
6. Cemas Tujuan : a. Kaji tingkat a. Tingkat kecemasan ringan
berhubungan kecemasan dan sedang bisa
dengan Setelah pasien ditoleransi dengan
koping yang dilakukan pemberian pengertian
tidak efektif tindakan sedangkan yang berat
perawatan diperlukan tindakan
19
kecemasan medikamentosa
berkurang b. Jelaskan b. Pengetahuan terhadap
mekanisme mekanisme pengobatan
pengobatan diharapkan dapat
mengurangi kecemasan
pasien
c. Tingkatkan c. Kecemasan akan dapat
mekanisme teratasi jika mekanisme
koping yang koping yang dimiliki
efektif efektif
d. Jika keracunan d. Konsultasi psikiatri atau
sebagai usaha perawat psikiatri klinis
untuk bunuh dapat membantu proses
diri maka pengobatan
lakukan safety
precautions.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan
adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam
tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal
dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung
sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek
yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan ilmu mengenai
keracunan dan penanganannya, apalagi kita sebagai calon pendidik harus mengetahui apa
saja penyebab dan solusi dari keracunan ini.
Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum dan penanganan
racun berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan pertolongan yang cepat dan
benar.
Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian terhadap tanda vital seperti jalan
nafas / pernafasan, sirkulasi dan penurunan kesadaran, sehingga penanganan tindakan
risusitasu ABC (Airway, Breathing, Circulatory) tidak terlambat dimulai.
21
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Nur. 2008. Buku Panduan Pelatihan BC & TLS (Basic Cardiac & Trauma Life
Support). Jakarta : EMS 119
https://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia-berbahaya/
diakses tanggal 25 Februari 2016. Jam 15:32:15 WITA
http://keperawatan-wn.blogspot.co.id/2012/10/asuhan-keperawatan-pada-kasus.html diakses
tanggal 25 Februari 2016. Jam 15:40:10 WITA
http://lukmanfebriantonurse.blogspot.co.id/2013/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan_3229.html diakses tanggal 25 Februari 2016. Jam 16:40:30 WITA
http://dokumen.tips/documents/penanganan-pre-hospital-dan-intra-hospital-pada-intoksikasi.html
di akses tanggal 27 februari 2016 jam 18:05:00
22