Anda di halaman 1dari 5

Analisis Jurnal

Pengaruh Terapi Musik Audio Visual Terhadap Stres hospitalisasi Pada


Anak Usia 6-8 Tahun Di Rspau Hardjolukito Yogyakarta
(Anggriasha Nastiti, Listyana Natalia R, Endang Lestiawati)

A. Analisis Jurnal
1. Pendahuluan
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan menimbulkan
krisis pada kehidupan anak. Di rumah sakit anak harus menghadapi lingkungan yang
asing dan pemberi asuhan yang tidak dikenal. Anak yang dirawat mengalami prosedur
yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang tidak
menyenangkan. Persepsi dan respon anak terhadap pengalaman selama di rumah sakit
akan diasumsikan sebagai pengalaman yang kurang baik, yang secara tidak langsung
akan mempengaruhi tingkat perkembangan anak. Pada saat seperti itu perasaan anak
akan penuh dengan beban emosional, seperti rasa cemas, ketakutan, perasaan rendah
diri, perasaan marah, depresi, perasaan tidak berdaya, ketergantungan yang berlebihan
pada orang lain dan tidak mampu berfikir dengan baik1. Hasil penelitian menyatakan
bahwa usia sekolah yang mengalami kecemasan karena hospitalisasi didominasi oleh
usia terendah 6-9 tahun. Keberadaan anak di lingkungan baru seperti rumah sakit
merupakan stressor bagi anak untuk mengalami ketidaknyamanan, ketakutan dan
kecemasan.
Stres yang dialami oleh anak akibat hospitalisasi dapat disebabkan oleh perubahan
lingkungan yang berbeda dengan lingkungan rumah, kehilangan kendali atas tubuhnya,
ancaman dari penyakit serta adanya persepsi yang tidak menyenangkan tentang rumah
sakit disebabkan oleh pengalaman dirawat sebelumnya maupun pengalaman orang lain.
Musik dapat mengubah fungsi-fungsi fisik dalam tubuh, seperti perubahan detak
nadi, kekuatan otot, dan sirkulasi darah.Selain berpengaruh terhadap kinerja jantung,
ritme atau irama juga mempengaruhi gerakan otot dan setiap sel, molekul dan atom
dalam tubuh, sehingga musik yang didengar bisa merangsang atau menenangkan,
menyeimbangkan atau dapat pula mengganggu atau mengacaukan. Terapi musik
audiovisual merupakan terapi komplementer yang menjadi salah satu alternatif yang
melibatkan indera penglihatan dan pendengaran yang dapat menumbuhkan
keseimbangan emosi. Selain memiliki aspek estetika juga memiliki aspek terapeutik
yang banyak digunakan untuk membantu menenangkan, menyembuhkan dan
memulihkan kondisi fisiologis pasien maupun tenaga medis.Mekanisme kerja musik
yang mempunyai efek distraksi untuk mengurangi rasa sakit, stress, kecemasan maupun
menurunkan tekanan darah.Terapi musik audio visual juga merupakan salah satu terapi
bermain yang merupakan aktivitas yang sangat sesuai dengan perkembangan emosi
anak
Perawatan anak selama di rumah sakit membutuhkan perhatian khusus dari
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif termasuk asuhan
keperawatan tentang hospitalisasi pada anak. Perawat diharapkan mampu memberikan
asuhan keperawatan yang holistik dan komprehensif guna memenuhi kebutuhan
psikologis pada anak maupun keluarga akibat hospitalisasi.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasi experimental
Penelitian ini menggunakan rancangan One Group pre and posttest design. Populasi
target pada penelitian ini adalah seluruh anak usia 6 – 8 tahun yang dirawat di RSPAU
Hardjolukito Yogyakarta.Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 18 Responden
dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling.
3. Hasil
Rata-rata stress hospitalisasi sebelum diberikan terapi musik audio visual adalah 62.00
dengan standar deviasi 3,630. Setelah diberikan terapi musik audio visual rata-rata
stress hospitalisasi pada anak adalah 44,61 dengan standar deviasi 6,938. Terlihat ada
perbedaan nilai mean perbedaan antara stress hospitalisasi sebelum dan sesudah
diberikan terapi musik audio visual sebesar 18,61 dengan standar deviasi 3,308. Hasil
uji statistik didapatkan nilai p = 0,000.
4. Pembahasan
Anak sekolah sangat rentan terhadap stress karena kemampuan anak untuk
mengatasi stress masih sangat terbatas selain itu anak belajar beradaptasi dengan
lingkungan dan orang-orang yang dianggap asing. Lingkungan dan orang yang baru
dikenalnya akan menimbulkan stress sehingga berdampak pada perkembangan anak.
Hospitalisasi menimbulkan suatu kondisi krisis baik bagi anak maupun bagi
keluarganya. Stress yang dialami anak karena kondisi sakit dan hospitalisasi juga
dialami oleh anak dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan yang berbeda dengan
lingkungan rumah, kehilangan kendali atas tubuhnya, ancaman dari penyakit serta
adanya persepsi yang tidak menyenangkan tentang rumah sakit disebabkan oleh
pengalaman dirawat sebelumnya maupun pengalaman orang lain.
Hospitalisasi dan penyakit merupakan pengalaman yang penuh tekanan,
utamanya karena perpisahan dengan lingkungan normal, seleksi perilaku, koping
terbatas dan perubahan status kesehatan, Stress hospitalisasi yang dialami anak selama
dirawat di rumah sakit dapat diturunkan melalui terapi musik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata stress hospitalisasi yang dialami anak setelah diberikan
terapi musik audio visual sebesar 44.61 minimal 38 dan maksimal stres 76. Adapun
penurunan stress hospitalisasi setelah diberikan terapi musik audio visual sebesar 18,61.
Terapi musik audio visual yang diberikan berupa lagu anak-anak dapat
mengalihkan perhatian anak dan memberikan persepsi yang baik bagi anak bahwa
dirawat di rumah sakit sama seperti berada di rumah. Musik mempengaruhi denyut
jantung, denyut nadi dan tekanan darah.Denyut jantung manusia terutama disesuaikan
dengan bunyi dan musik.Denyut jantung menanggapi variabel-variabel musik seperti
frekuensi, tempo dan volume dan cenderung menjadi lebih cepat atau menjadi lebih
lambat guna menyamai ritme suatu bunyi.Semakin cepat musiknya semakin lambat
detak jantung.Sama dengan laju pernapasan, detak jantung yang lebih lambat
menciptakan tingkat stress dan ketegangan fisik yang lebih rendah, menenangkan
pikiran dan membantu tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri
Penelitian sebelumnya yang mengemukakan bahwa ada pengaruh pemberian
terapi musik Mozart terhadap tingkat kecemasan pada anak yang mengalami
hospitalisasi saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital di RSUD Banyumas. Suara
dan musik dapat menggetarkan serta meresonan irama alamiah tersebut agar kondisi
kesehatan kembali menjadi harmonis. Setiap sel di dalam tubuh manusia adalah
resonator suara dan hidupdalam pola ritmis serta masing-masing organ memiliki siklus,
impuls, dannada musikal. Berbagai sistem dalam tubuh akan bereaksi terhadapgetaran
suara seperti yang terjadi pada mental, emosi dan kesadaran spiritual seseorang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi musik audio visual terhadap stress
hospitalisasi pada anak usia 6-8 tahun di RSPAU Hardjolukito Yogyakarta. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terapi musik audio visual merupakan salah satu
terapi yang dapat digunakan untuk menurunkan stress hospitalisasi pada anak. Hal ini
sesuai dengan penelitian lain yang menyatahkan bahwa ada pengaruh terapi musik
audio visual dalam menurunkan kecemasan karena hospitalisasi pada anak usia sekolah
paska bedah.. Penelitian lain yang mendukung penelitian ini yang mengemukakan
bahwa bimbingan imajinasi rekaman audio dapat menurunkan stress hospitalisasi pada
anak usia sekolah. Stress hospitalisasi pada anak terjadi karena adanya suatu tekanan
atau krisis pada anak. Jika seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut
akan mudah mengalami krisis yang disebabkan akan mengalami stress akibat
perubahan, baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungan dalam kebiasaan
sehari-hari. Selain itu, anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme
koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang sifatnya menekan.
Stress hospitalisasi pada anak dipengaruhi olehpengalaman dirawat di rumah sakit.
Pengalaman ini membuat anak menjadi tahu apa yang akan dilakukan pada anak,
sehingga membuat anak takut atau cemas.
5. Kesimpulan
Ada pengaruh terapi musik audio visual terhadap stress hospitalisasi pada anak usia
B. Kelebihan
1. Penelitian ini memberikan keleluasan dan tidak ada pembatasan yang ketat terhadap
randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas.
Kemampuan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan sebab-akibat yang dihasilkan
pada penelitian eksperimen lebih kuat atau bahkan paling kuat dibandingkan penelitian
non-eksperimental. artinya, variabel terikat yang terjadi atau muncul dalam penelitian
eksperimen hanya disebabkan oleh variabel bebas dan bukan oleh faktor-faktor lainnya
2. Rancangan eksperimen dengan desain satu kelompok Pre-Post Test (one group pre-post
test design) yang digunakan merupakan penelitian yang memiliki kemampuan yang
lebih kuat untuk membuktikan ada tidaknya hubungan sebab-akibat yang dihasilkan
dibandingkan penelitian non-eksperimental.
3. Penelitian ini dilakukan pre dan post test sehingga diperoleh gambaran yang lebih
akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
4. Sampel yang digunakan adalah total populasi sehingga lebih memberikan hasil yang
dapat dipercaya karena populasi terwakili secara keseluruhan
5. Hasil penelitian telah di uji dengan akurat dan di dukung oleh beberapa referensi
penelitian dengan jenis yang serupa sehingga dapat dipertnggungjawabkan bagi
masyarakat luas
C. Kekurangan
1. Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati
eksperimen atau eksperimen semu. Penelitian dengan rancangan pra eksperimen
dengan desain satu kelompok Pre-Post Test (one group pre-post test design) tanpa
kelompok kontrol / tidak ada kelompok pembanding mengakibatkan tidak ada
pengontrolan variabel sehingga dapat menghasilkan hasil penelitian yang lemah,
pelaksana eksperimen tidak dapat beranggapan bahwa perubahan yang terjadi antara
hasil prates dan pasca-tes itu disebabkan oleh perlakuan eksperimental dan tidak ada
jaminan bahwa perubahan yang terjadi pada variable dependen karena intervensi atau
perlakuan yang telah diberikan
2. Waktu penelitian untuk metode eksperimen biasanya berlangsung lama sehingga
subyek yang diteliti dapat mengalami kelelahan, kebosanan, dan pada akhirnya dapat
mempengaruhi hasil
3. Implikasi Dalam Dunia Keperawatan
Perawatan anak selama di rumah sakit membutuhkan perhatian khusus dari perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif termasuk asuhan keperawatan
tentang hospitalisasi pada anak. Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan yang holistik dan komprehensif guna memenuhi kebutuhan psikologis pada
anak maupun keluarga akibat hospitalisasi. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi
pertimbangan untuk perawat ruang anak agar dapat melakukan teknik ini sebagai salah
satu rencana keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak yang sedang
menjalani perawatan.
4. Lampiran Jurnal : Terlampir

Anda mungkin juga menyukai