Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KOMUNIKASI KEPERAWATAN I

Oleh
NI LUH AYU ADNYANI
Nim 201801226

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU


PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang
komunikasi dalam keperawatan.
Dalam penyusunan makalah ini mulai dari awal sampai akhir penulisan, penulis
menyadari bahwa isi dan bentuknya masih jauh dari sempurna, masih banyak terdapat
kekurangan dan kekeliruan. Untuk itu penulis dengan ikhlas mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun yang mengarah pada perbaikan penyusunan makalah ini sehingga
dapat jadi lebih sempurna
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Palu, April 2019


Penulis

NI LUH AYU ADNYANI


TUGAS KOMUNIKASI KEPERAWATAN I

1. Faktor Penunjang Komunikasi Yang Mempengaruhi Komunikasi Efektif


a. Penguasaan bahasa
Kita ketahui bersama bahwa bahasa merupakan sarana dasar komunikasi. Baik
komunikator maupun audience (penerima informasi) harus menguasai bahasa yang
digunakan dalam suatu proses komunikasi agar pesan yang disampaikan bisa dimegerti
dan mendapatkan respon sesuai yang diharapkan. Jika komunikator dan audience tidak
menguasai bahasa yang sama, maka proses komunikasi akan menjadi lebih panjang
karena harus menggunakan media perantara yang bisa menghubungkan bahasa
keduanya atau yang lebih dikenal sebagai translator (penerjemah)
b. Sarana komunikasi
Sarana yang dimaksud di sini adalah suatu alat penunjang dalam berkomunikasi baik
secara verbal maupun non verbal. Kemajuan IPTEK telah menghadirkan berbagai
macam sarana komunikasi sehingga proses komunikasi menjadi lebih mudah.
Semenjak ditemukannya berbagai media komunikasi yang lebih baik selain direct
verbal (papyrus di Mesir serta kertas dari Cina ), maka komunikasi bisa lebih di
sampaikan secara tidak langsung walau jarak cukup jauh dengan tulisan atau surat.
Semenjak penemuan sarana komunikasi elektrik yang lebih canggih lagi (televisi, radio,
pager, telepon genggam dan internet) maka jangkauan komunikasi menjadi sangat luas
dan tentu saja hal ini sangat membantu dalam penyebaran informasi. Dengan semakin
baiknya koneksi internet dewasa ini, maka komunikasi semakin lancer dan up to date
c. Kemampuan berpikir
Tingkat pengetahuan seseorang menjadi faktor utama dalam komunikasi. Seseorang
dapat menyampaikan pesan dengan mudah apabila ia memiliki pengetahuan yang luas.
Seorang komunikator yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, ia akan lebih mudah
memilih kata-kata (diksi) untuk menyampaikan informasi baik verbal maupun non
verbal kepada komunikan. Hal ini berlaku juga untuk seorang komunikan. Seorang
komunikan dapat merespon atau menginterpretasikan informasi yang diberikan
komunikator dengan baik apabila ia memiliki pengetahuan. Misalnya seorang
akademisi tidak mungkin menggunakan kata-kata yang intelektual apabila ia
menghadapi seorang yang pendidikannya lebih rendah darinya. Hal tersebut justru
menjadi penghambat dalam proses komunikasi
d. Lingkungan yang baik
Lingkungan yang baik juga menjadi salah satu factor penunjang dalam berkomunikasi.
Komunikasi yang dilakukan di suatu lingkungan yang tenang bisa lebih dipahami
dengan baik dibandingkan dengan komunikasi yang dilakukan di tempat bising/berisik.
Lingkungan interaksi memiliki pengaruh dalam komunikasi. Lingkungan yang nyaman
dan kondusif biasanya dapat berpengaruh baik terhadap proses komunikasi. Adapun
faktor yang mempengaruhi lingkungan adalah sebagai berikut.
 Nilai dan budaya/ adat
Nilai dan budaya/ adat menjadi kacamata yang dijadikan tolak ukur untuk
komunikasi (pantas atau tidak pantas) agar komunikasi terjalin dengan baik.
Sebelum berbicara dengan orang lain, lebih baik kita mengetahui bagaimana latar
belakang budaya/ adat yang mereka anut. Misalnya orang batak yang terbiasa
dengan suara keras dan intonasi yang tinggi. Sedangkan orang jawa terbiasa dengan
bahasa yang halus dengan intonasi yang rendah.
 Stimulus Eksternal
Stimulus eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dari luar.
Misalnya kebisingan suara dapat mempengaruhi respon yang kurang baik karena
adanya penurunan indera pendengaran, sehingga dapat menjadi penghambat dalam
proses komunikasi.
 Jarak
Jarak antara komunikator dan komunikan mempengaruhi komunikasi. Jika
komunikator dan komunikan berjarak cukup jauh maka komunikator akan sulit
menciptakan komunikasi yang baik kepada komunikan. Namun di zaman yang
sudah modern ini memiliki alternatif lain untuk menciptakan komunikasi yang baik,
yaitu komunikator dan komunikan dapat menggunakan komunikasi secara lisan,
tulisan, atau media lainnya. Tetapi masih ada beberapa gangguan atau hambatan
yang terjadi ketika memiliki komunkasi jarak jauh.
(Ernawati, 2013)
2. Tekhnik Komunikasi Sesuai Tingkat Perkembangan Anak
a. Bayi
Komunikasi pada bayi umumnya dilakukan dengan melalui gerakan-gerakan bayi,
gerakan tersebut sebagai alat komunikasi efektif , disamping itu komunikasi pada bayi
dapat dilakukan secara non verbal. Selain melakukan komunikasi seperti di atas
terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan
komunikasi non verbal dengan tekhnik sentuhan seperti mengusap , menggendong,
memangku, mencium dan lain- lain. Perkembangan komunikasi pada bayi dapat
dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi
digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Tujuan
berkomunikasi dengan bayi, yaitu:
 Memberi rasa aman pada bayi
 Memenuhi kebutuhan bayi akan kasih sayang, dan melatih bayi mengembangkan
kemampuan bicara , mendengar, dan menerima rangsangan.
b. Balita
Karakteristik anak usia balita (terutama anak usia di bawah tiga tahun) mempunyai
sikap egosentris,. Selain itu, anak juga memiliki perasaan takut pada ketidaktahuannya
sehingga anak perlu diberi tahu apa yang akan terjadi padanya.
Dari aspek bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Oleh karena itu saat
menjelaskan, gunakan kata – kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang
dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat berbicara padanya adalah jongkok, duduk
dukursi kecil, atau berlutut sehingga pandangan mata kitz akan sejajar denganya
c. Pra sekolah
Masa prasekolah atau masa anak-anak awal adalah periode pada saat anak berusia 2-6
tahun. Pada masa ini, anak mulai mandiri,dan mengembangkan keterampilan dirinya
untuk berinteraksi dengan orang lain.
Pada usia ini cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi
pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan
yang akan digunakan, menggunakan nada suara , bicara lambat jika tidak dijawab
harus diulang lebih jelas dengan pengarahan sederhana, hindarkan sikap mendesak
untuk dijawab, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat
komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi. Saat kita berkomunikasi
dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus
menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan.
Salah satu karir komunikasi pada anak ini adalah bahwa sebagian anak mengalami
“stranger anxiety” yaitu bahwa anak menjadi cemas dan takut bila berhadapan dengan
orang yang tidak dikenalnya. Pada situasi ini anak akan sangat sensitip terhadap
berbagai bentuk perilaku orang yang tidak dikenalnya baik secara perbal maupun non
perbal.
Adakalanya, perilaku dan gerak gerik yang dilakukan orang lain sangat diperhatikannya
untuk mengambil kesimpulan, apakah orang tersebut mengancam integritas dirinya atau
tidak. selain itu, anak juga mengalami peningkatan kecemasan bila ia mendengar
informasi yang membingungkan atau tidak diketahuinya.
Anak menjadi terancam dengan komunikasi yang dilakukan manakala ia merasa gagal
mendeskripsikan pesan yang diterimanya. Untuk itu dalam penerapan komunikasi
hendaknya gunakan kata-kata yang sederhana, kalimat yang pendek, pengurangan kata
yang familier dan memberi keterangan dengan penjelasan yang konkrit.
Dalam pengembangan komunikasi pada anak, perlu diperhtikan tidak hanya
diperhatikan pesan yang diucapkan saja, tetapi juga memperhatikan situasi nonverbal
yang disampaikan.
Tujuan komunikasi pada masa prasekolah
 Melatih keterampilan penggunaan pancaindra
 Meningkatkan keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotor
 Sebagai bentuk pembelajaran dan permainan dalam melakukan hubungan dengan
orang lain
 Mengembangkan konsep diri
d. Sekolah
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak
mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang
dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca
disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah
mulai berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada anak usia sekolah adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak-anak yaitu menggunakan kata-kata
sederhana yang spesifik menjelaskan sesuatu yang menjadi ketidak jelasan pada anak
atau sesuatu yang tidak diketahui pada usia ini keingin tahuan pada aspek fungsional
dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi.
Maka jelaskan arti, fungsi, dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari suatu yang
ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat
anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif . Komunikasi dengan anak merupakan
sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini
pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak
yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan
keperawatan.
Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain :
 Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menum-buhkan
kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan
melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping anak.
 Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan
hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan
melalui tulisan maupun gambar.
 Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau
respon anak terhadap pesan dapat diterima.
 Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan
perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang
akan disampaikan kepada anak.
 Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak
untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak
dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
e. Remaja
Tekhnik komunikasi yang dikembangkan pada masa remaja dengan mengembangkan
komunikasi sebagai media transfer informasi. Komunikasi pada masa remaja
mengalami puncaknya karena kematangan fisik, mental, dan kemampuan sosial
mencapai optimal peran dan tanggung jawab serta tuntutan sosial telah membentuk
orang dewasa melakukan komunikasi dengan orang lain.
Tekhnik komunikasi yang di kembangkan pada masa dewasa telah mencapai tahap
optimal, baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal.
Materi komunikasi pada masa ini adalah :
 Pekerjaan dan tugas : pembagian tugas, deskripsi kerja, dan transaksi kerja.
 Kegiatan kerumahtanggaan : pembagian tugas dalam keluarga, pendidikan terhadap
anak, pemenuhan/pengaturan terhadap kegiatan sosial ekonomi.
 Kegiatan professional : pembagian kerja, transakai.
 Kegiatan social : hubungan sosial, peran dan tugas sosial.
(Mahmud, 2014)
3. Komunikasi Dalam Konteks Sosial klien sebagai individu dan kelompok
Dalam konteks sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lain.
Karena itu, dalam menjalin hubungan dengan manusia lain memerlukan komunikasi.
Komunikasi yang digunakan terdiri dari berbagai macam bentuk. Ada yang melalui audio,
visual, audiovisual, dan sebagainya. Perbedaan perlakuan antara kaya dan miskin, atasan
dan bawahan, ahli dan awam menjadi hambatan-hambatan komunikasi dalam konteks
social.
Komunikasi sosial adalah kemampuan seorang individu untuk berkomunikasi secara
sosial. Komunikasi sosial dapat dipahami dengan baik melalui pengetahuan dan
pemahaman tentang definisi social reciprocity dan komunikasi. Yang dimaksud dengan
social reciprocity adalah interaksi sosial yang ditampilkan melalui penggunaan perhatian
bersama untuk saling berbagi pengalaman dan emosi dengan anggota yang lain dalam
berbagai peristiwa dan konteks. Perhatian bersama adalah kemampuan untuk
mengkoordinasikan perhatian visual dari satu pihak melalui kontak mata dan gestur
dengan seorang mitra sosial berdasarkan obyek atau peristiwa.
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan tersesat,
karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasi yang
memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya
sebagai pantuan untuk menafsirkan, situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang
memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi
situasi-situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi,
seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicar sebagai manusia dan
memperlakukan manusi lain secara beradap, karena cara-cara berprilaku tersebut harus
dipelajari lewat pengasuhan kluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah
komunikasi.
Fungsi komunikasi sosial bisa terbentuk dengan adanya pembentukan dari dalam:
pembentukan konsep diri, pernyataan eksistenssi diri dan untuk kelangsungan hidup,
memupuk hubungan & memperoleh kebahagiaan (Nurhasana, 2012)
4. Komunikasi Dalam Konteks Latar Belakang Budaya Klien Sebagai Individu Dan
Kelompok
Makna suatu pesan baik verbal maupun nonverbal pada dasarnya terikat budaya. Hal ini
berarti bahwa komunikasi dapat dipengaruhi oleh budaya. Jika dua orang melakukan
komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan
dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua
pihak akan mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling
dipertukarkan (Nurhasana, 2012)
DAFTAR PUSTAKA

Ermawati. 2013. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta. Trans Info Media

Mahmud. 2014. Komunikasi Keperawatan (Komunikasi Terapeutik). Yogyakarta. Ganbika

Nurhasana N. 2012 .Ilmu Komunikasi Dalam Kontreks Keperawatan. Jakarta. Trans info
media

Anda mungkin juga menyukai