Anda di halaman 1dari 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN TEORI


2.1.1 Diabetes Melitus
2.1.1.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) (dari kata Yunani diabainein, “’tembus’
atau “pancuran air”, dan kata Latin mellitus, “rasa manis” yang umum
dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan
hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan
bervariasi, terutama setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa
yang dimaksud dengan diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia
kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal,
yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes
melitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai
dengan tingginya kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi
akibat gangguan sekresi insulin, penurunan kerja insulin, atau akibat dari
keduanya (ADA, 2011). Diabetes melitus ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia secara terus menerus dan
disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein akibat
kekurangan insulin baik kuantitatif ataupun kualitatif, kelainan sekresi
hormon insulin, kelainan kerja insulin atau keduanya (Yullizar, 2005;
Topan,2005).
2.1.1.2 Klasifikasi Diabetes
Klasifikasi dan etiologi diabetes melitus Menurut ADA, 2011
klasifikasi DM ada 4 tipe penyakit diabetes melitus, yaitu :
1) Tipe I (T1DM)
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin oleh sel beta oleh pankreas yang rusak karena
proses autoimun, sehingga pada tipe ini pasien sangat tergantung
dengan pemberian insulin.
2) Tipe II (T2DM)
Pada dabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan
dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Pada kondisi resistensi insulin terjadi gangguan ikatan antara insulin
dan reseptornya pada dinding sel sehingga insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan peningkatan glukosa dalam
darah, sel sel beta pankreas akan meningkatkan produksi insulin
sehingga kadar glukosa darah akan di pertahankan dalam keadaan
normal. Namun jika sel sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan terhadap insulin, maka kadar glukosa darah
meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
3) DM Gestasional (GDM)
Diabetes ini terjadi pada masa kehamilan, biasanya terjadi pada
trimester kedua atau ketiga, disebabkan oleh hormon yang
disekresikan oleh plasenta dan menghambat kerja insulin. Biasanya
mengakibatkan komplikasi perinatal seperti melahirkan bayi
makrosomia (bayi yang berukuran besar di atas rata rata bayi
normal).
4) DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
Diabetes ini disebut juga diabetes sekunder, kemungkinan
disebabkan oleh penyakit tertentu seperti pankreatitis, neoplasia
pankreas, trauma pankreas, efek obat-obatan seperti glukokortikoid,
hormon tiroid, dilantin, tiazid dan reparat yang mengandung
estrogen. Pada kondisi cacat genetik juga dapat terjadi, seperti
sindrom down, sindrom klinefelter, dan sindrom huntington’s chorea

2.1.1.3 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala Adanya penyakit diabetes melitus pada awalnya
sering tidak di rasakan dan tidak di sadari oleh pasien. Beberapa tanda
dan gejala yang perlu di perhatikan bagi pasien diabetes melitus
menurut Gustaviani (2007) dalam Sudoyo yaitu :
1. Poliuria
Jika kadar gula darah meningkat, maka glukosa akan
dikeluarkan melalui air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi,
ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan
sejumlah besar glukosa yang hilang, karena ginjal
menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebih maka
klien sering berkemih dalam jumlah yang banyak.
2. Polidipsi
Rasa haus sering dialami oleh penderita karena
banyaknya cairan yang keluar melalui air kemih. Untuk
menghilangkan rasa haus tersebut klien banyak minum.
3. Penurunan berat badan dan rasa lemah
Penurunan berat badan berlangsung dalam waktu yang
relative singkat. Hal ini disebabkan karena sejumlah besar
kalori hilang ke dalam air kemih. Juga disebabkan karena
glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga
sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.
Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa di ambil
dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya, klien
kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
4. Polifagi
Pasien sering kali merasa lapar yang luar biasa karena
kalori dari makanan yang di makan, setelah di
metabolisasikan menjadi glukosa darah tidak seluruhnya
dapat dimanfaatkan, serta akibat dari sejumlah besar kalori
telah hilang ke dalam air kemih. Untuk mengkompensasi hal
ini, pasien banyak makan.
5. Lemah
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Suyono
(2002), bahwa penyakit diabetes melitus tidak hanya ditandai
dengan glukosuria, poliuria, polidipsi, polifagi dan penurunan
berat badan serta lemah. Tanda dan gejala lain dari diabetes
melitus adalah :
a) Gangguan saraf tepi / kesemutan
Pasien mengeluh rasa sakit atau kesemutan
terutama pada kaki di waktu malam sehingga
mengganggu tidur.
b) Gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan pada pasien diabetes
melitus sering di jumpai pada fase awal.
c) Gatal atau bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi pada
daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak
dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan
timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya.
d) Keputihan
e) Gangguan ereksi
f) Pusing
g) Mual, dan berkurangnya ketahanan tubuh

2.1.1.4 Patofisologi
Pankreas, yang disebut kelenjar ludah parut, adalah kelenjar
penghasil insulin yang terletak dibelakang lambung. Didalamnya
terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena
itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang
mengeluarkan hormon insulin yang sangat berperan dalam mengatur
kadar glukosa darah.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai
anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam
sel. Untuk kemudian didalam sel glukosa dimetabolismekan menjadi
tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk
kedalam sel yang akan mengakibatkan glukosa tetap berada
dipembuluh darah yang artinya kadar glukosa dalam darah
meningkat. Dalam keadaan ini badan akan menjadi lemah karean
tidak ada energi didalam sel. Inilah yang terjadi pada penderita
penyakit diabetes melitus tipe I.
Pada keadaan diabetes melitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal,
bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin
dipermukaan sel kurang. Reseptor insulin dapat diibaratkan sebagai
lubang kunci pintu masuk kedalam sel. Pada keadaan diabetes tipe 2,
jumlah lubang kuncinya kurang sehingga walaupun anak kuncinya
(insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang,
maka glukosa yang masuk kedalam sel sedikit sehingga sel
kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar glukosa dalam darah
meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan DM
tipe I, bedanya adalah pada DM tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah
insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya kuraang baik, sehingga
gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di samping penyebab
sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme
energi (Imam Subekti, 2005:2531).
2.1.1.5 Faktor Resiko
Faktor resiko diabtes melitus bisa di kelompokkam menjadi
faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat
dimodifikasi.
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi :
a. Ras dan etnik
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Riwayat keluarga dengan diabetes melitus
e. Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lebih
dari 4000 gram
f. Riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (kurang
dari 2500 gram)
Faktor resiko yang dapat dimodifikasi :
a. Berat badan lebih
b. Obesitas abdominal/sentral
c. Kurangnya aktivitas fisik
d. Hipertensi
e. Dislipidemia
f. Diet tidak sehat/tidak seimbang
g. Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau gula
darah puasa terganggu (GDP terganggu)
h. Merokok

2.1.1.6 Komplikasi Diabetes


Hiperglikemia yang berkepanjangan dapat menimbulkan
komplikasi, komplikasi makrovaskuler ataupun mikrovaskuler
kronis Komplikasi mikrovaskuler kronis seperti nefropati,
retinopati, renopati. Komplikasi makrovaskuler seperti infark
miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer (Smeltzer & Bare,
2002).
Black & Hawks (2009) membagi komplikasi DM menjadi dua
kelompok yaitu :
1) Komplikasi akut, terdiri atas:
a. Hiperglikemia dan ketoasidosis diabetikum
Kondisi ini disebabkan oleh tidak adanya
insulin atau insulin yang tersedia dalam darah
tidak cukup untuk metabolisme karbohidrat,
keadaan ini mengakibatkan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Gejala klinis yang tampak pada ketoasidosis
yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan
asidosis.
b. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik
Merupakan suatu kondisi dimana pasien
mengalami hiperosmolaritas dan hiperglikemia
yang disertai perubahan tingkat kesadaran. Yang
membedakan sindrom ini dengan ketoasidosis
adalah tidak terdapat gejala ketosis dan asidosis.
Gambaran klinis pada kondisi ini biasanya
ditandai dengan hipotensi, dehidrasi berat,
takikardi dan tanda – tanda defisit neurologis
yang bervariasi (perubahan sensori, kejang dan
hemiparesis).
c. Hipoglikemik
Terjadi bila kadar glukosa darah kurang
dari 50-60 mg/dl, hal ini dapat terjadi akibat
pemberian obat diabetes oral atau insulin yang
berlebihan, asupan makanan yang terlalu sedikit
atau karena aktivitas fisik yang terlalu berat.
2) Komplikasi kronis, terdiri atas :
a. Komplikasi makrovaskuler
Merupakan komplikasi yang mengenai
pembuluh darah arteri yang lebih besar sehingga
dapat menyebabkan aterosklerosis. Kondisi
aterosklerosis dapat menimbulkan penyakit
seperti: Coronary Artery Disease (CAD),
penyakit serebrovaskuler, hipertensi, penyakit
vaskuler perifer dan infeksi.
b. Komplikasi mikrovaskuler
Merupakan komplikasi pada pembuluh
darah kecil dan komplikasi unik yang hanya
terjadi pada penderita DM. Penyakit
mikrovaskuler diabetik terjadi akibat penebalan
membran basalis pembuluh kapiler. Beberapa
akibat dari gangguan pembuluh darah kapiler,
antara lain : retinopati, nefropati, ulkus kaki,
neuropati sensorik dan neuropati otonom.

Anda mungkin juga menyukai