PENDAHULUAN
Setiap kebutuhan dasar manusia merupakan hal yang tidak bisa ditinggalkan
manusia. Kebutuhan nutrisi, kebutuhan cairan, kebutuhan istirahat dan tidur, harus
dipenuhi setiap harinya agar individu dapat merasakan kenyamanan dalam hidup.
Salah satu kebutuhan yang tidak kalah pentingnya dan harus terpenuhi setiap hari
adalah eliminasi. Setiap individu butuh untuk mengeluarkan kotoran atau sisa
makanan, serta zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh. Namun kenyamanan
hanya akan terjadi jika fungsi sistem perkemihan tidak terganggu.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK
dimasyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40-
60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau di
atas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20 %. Infeksi
saluran kemih dapat mengenai laki-laki maupun wanita dari semua umur baik
anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi, ternyata wanita lebih
sering terinfeksi dibandingkan pria dengan angka populasi umum kurang lebih 5-
15 %.
Menurut WHO, Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah penyakit infeksi yang
kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3
juta kasus dilaporkan pertahun. Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita
daripada laki-laki.
24
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
1.3 Manfaat
Bagi Mahasiswa
Untuk menambah wawasan sekaligus memenuhi tugas kuliah Skill Lab
semester V.
24
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 GINJAL
24
Gambar 1. Anatomi Ginjal
Unit fungsional ginjal adalah nefron. Pada manusia setiap ginjal mengandung
1-1,5 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama.
a. Glomerulus
Suatu jaringan kapiler yang berbentuk bola, berasal dari arteriol afferent
yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent. Berfungsi sebagai tempat
filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah yang melewatinya.
b. Kapsula bowman
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerulus untuk mengumpulkan
cairan yang akan difiltrasi oleh kapiler glomerulus.
c. Tubulus
Terbagi menjadi 3 yaitu :
1) Tubulus proksimal, berfungsi mengadakan reabsorbsi dan
mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan tubuli.
2) Lengkung henle, berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubulus
dan sekresi bahan-bahan ke dalam cairan tubulus. Selain itu, berperan
penting dalam mekanisme konsentrasi dan dilusi urin.
24
Lengkung henle terdiri dari pars desendens yaitu bagian yang menurun
terbenam dari korteks ke medula, dan pars ascendens yaitu bagian
yang naik kembali ke korteks.
3) Tubulus distal, berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.
d. Duktus pengumpul
Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan
nefron yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam
medula untuk mengosongkan cairan isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.
24
2.3. Anatomi Vesika Urinaria
Vesika urinaria terletak dibelakang simpisis pubis, berfungsi menampung
urin untuk sementara waktu. Terdapat segitiga bayangan yang tediri atas 3
lubang yaitu 2 lubang saluran ureter dan satu lubang saluran uretra pada dasar
kandung kemih yang disebut trigonum renalis, bagian ini berwarna lebih pucat
dan tidak memiliki rugae. Dalam keadaan kosong, vesika urinaria berbentuk
tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian yaitu apex, fundus/ basis dan collum.
Serta mempunyai tiga permukaan yaitu superior, inferolateral dekstra dan
sinistra. Vesika urinaria juga mempunya empat tepi yaitu anterior, posterior,
lateral dekstra dan sinistra. Dinding nya terdiri dari otot M.destrusor (otot
spiral, longitudinal, sirkular).
24
Selain itu pada pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna dan
eksterna, sedangkan pada wanita hanya memiliki M.sphincter eksterna.
Tiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas bagian
yang melebar yaitu : korpuskel renalis, tubulus kontortus proksimal, segmen tipis
dan tebal, ansa henle, tubulus kontortus distal, dan duktus koligens.
Nefron terdiri dari korpus malphigi dan tubulus-tubulus. Korpus malphigi
terdiri atas glomerulus dan kapsula bowman. Lapisan dalam kapsul ini
menyelubungi kapiler glomerulus disebut lapisan visceral. Lapisan luar
membentuk batas luar korpuskel renalis disebut lapisan parietal. Lapisan ini
terdiri atas epitel selapis gepeng yang di tunjang lamina basalis dan selapis tipis
serat retikulen. Pada kutub urinarius epitelnya menjadi selapis kuboid atau
silindrid rendah.
24
Gambar 4. Histologi Kapsula Bowman
1) Filtrasi
24
2) Reabsorbsi
3) Sekresi
Sisa dari proses reabsorbsi pada tubulus akan diteruskan ke papila renalis
selanjutnya diteruskan ke ureter lalu masuk ke vesika urinaria.
3) Augmentasi
Adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus
kontortus distal. Urine ini akan turun menuju saluran pengumpul (duktus
kolektivus), selanjutnya di bawa ke pelvis renalis lalu melalui ureter urine menuju
ke vesika urinaria yang merupakan tempat penyimpanan sementara bagi urine.
Jika vesika urinaria telah penuh terisi urin, dindingnya akan tertekan sehingga
timbul rasa ingin buang air kecil yang keluar melalui uretra.
B. Pemekatan urine
24
konsentrasi air). ADH bekerja pada tubulus pengumpul untuk meningkatkan
permeabilitas air. Apabila tekanan darah rendah atau osmolalitas plasma tinggi,
maka pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan di reabsorbsi kedalam
kapiler peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan osmolalitas
ekstrasel berkurang, begitupula sebaliknya.
24
Secara umum, ginjal memiliki fungsi yaitu :
1. pengeluaran zat sisa organik
2. pengaturan konsentrasi ion-ion
3. pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh
4. pengaturan produksi sel darah merah
5. pengaturan tekanan darah
6. pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino
darah
7. pengeluaran zat beracun
2.2.1 Definisi
2.2.2 Klasifikasi
a. Perempuan
- Sistitis
Presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna.
- Sindrom Uretra Akut (SUA)
Presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril),
sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini menyatakan
SUA disebabkan mikroorganisme anaerobik.
24
b. Laki-laki
Presentasi klinis ISK bawah pada laki-laki mungkin sistitis, prostatitis,
epidimidis dan uretritis.
ISK primer
ISK ini terbagi menjadi dua yaitu ISK lokal yang diterapi dengan
antibiotika lokal dan ISK sistemik dengan amoksisilin.
ISK sekunder
ISK yang muncul karena penyakit lain misalnya obstruksi saluran kencing.
Ciri-cirinya adalah ISK berulang dan terdapat penyakit lain yang
mendahului.
24
a. ISK uncomplicated (simple)
Yang disebabkan faktor anatomis dan fungsionil normal. ISK ini pada usia
lanjut dan terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai
superfisial kandung kemih. Penyebab kuman tersering (90 %) adalah E.Coli.
b. ISK complicated
ISK ini sering menimbulkan banyak masalah karena sering kuman penyebab
sering resisten terhadap beberapa macam antibiotik, sering terjadi bakteriemia,
sepsis dan syok. Penyebab kuman pada ISK complicated adalah Pseudomonas,
Proteus, dan Klebsiela. ISK complicated terjadi bila terdapat keadaan-keadaan
berikut :
2.2.3 Etiologi
Penyebab ISK lainnya dan terutama dialami pada usia lanjut, antara lain :
24
c) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
d) Adanya hambatan pada aliran urin
e) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
f) Penggunaan kateter yang tidak tepat
2.2.4 Patofisiologi
24
2.2.5 Manifestasi Klinik
Demam
Mukosa memerah dan edema
Ada ulserasi pada uretra
Terdapat cairan eksudat yang purulent
Adanya rasa gatal yang menggelitik
Disuria (nyeri saat miksi)
Nyeri pada bagian abdomen, punggung bawah atau suprapubic
Adanya sel-sel darah putih/ leukosit dalam urin, atau adanya darah pada
kasus yang parah
2.2.6 Diagnosa
Pemeriksaan penunjang :
Urinalisis
a. Leukosuria atau puria : merupakan salah satu bentuk adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/Lapang Pandang
Besar (LPB) sedimen urin.
b. Hematuria : positif bila 5-10 eritrosit/ LPB sedimen urin.
Disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
Bakteriologis
a. Mikroskopis dengan mengidentifikasi adanya organisme spesifik
24
b. Biakan bakteri
Metode tes
1. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase leukosit) = jika positif,
pasien mengalami piuria dan melakukan tes nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat) = jika positif, berarti urin pasien terdapat bakteri.
2.2.8 Komplikasi
2.2.9 Penatalaksanaan
Pencegahan
1. Perbanyaklah mengkonsumsi air putih
2. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim
24
3. Setiap buang air seni, bersihkan dari depan ke belakang. Hal ini
mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin dari rektum.
4. Membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH
balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup
bersih.
5. Jangan menunda buang air seni, karena perbuatan ini justru penyebab
terbesar ISK.
6. Pilih toilet umum dengan toilet jongkok, sebab tidak menyentuh langsung
permukaan toilet dan lebih higienis.
7. Jangan gunakan air yang ditampung di bak mandi atau ember. Pakailah
shower atau air langsung dari keran.
8. Ganti pakaian dalam setiap hari agar bakteri tidak berkembang biak.
9. Untuk pencegahan nasokomial, sebagai dokter sebaiknya pastikan kateter
dalam keadaan steril dan hanya di pasang pada pasien yang tepat
Pengobatan
Farmakoterapi, lama pengobatan 7-10 hari.
Pemberian antibiotik peroral dengan dosis tungggal biasanya efektif,
selama belum timbul komplikasi. Pada pasien ini diberikan ampisilin 3 mg
atau trimetoprin 200 mg selama 2 hari. Atau jika mengalami resisten dapat
di gunakan antibiotik berikut ini :
24
2.2.10 Prognosis
Jika tanpa kelainan anatomis dan pengobatan yang adekuat serta pengawasan
terhadap infeksi berulang maka prognosisnya baik.
24
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Trigger
“ Seorang wanita dengan umur 30 tahun, seorang ibu rumah tangga datang ke
Rumah Sakit dengan keluhan nyeri buang air kecil sejak 3 hari yang lalu. Nyeri
dirasakan pada suprapubic atau kadang di punggung sebelah bawah, nyerinya
seperti rasa terbakar dengan frekuensi yang bertambah dan juga disertai dengan
demam. Pasien sering buang air kecil dimalam hari. Juga memiliki riwayat
penggunaan kateter saat pasca persalinan sekitar 8 bulan yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan suhu tubuh 38,5 ºC. Tekanan darah 120/80 mmHg.
Nadi 128x/menit. Pada pemeriksaan lanjutan terjadi peningkatan leukosit sekitar
10-30/LPB, tes Nitrat (+)”.
a. Anamnesa
Nama : Ibu Rani
Umur : 30 tahun
Keluhan utama : sejak 3 hari yang lalu
- Nyeri seperti terbakar pada suprapubic atau pada punggung bagian
bawah saat buang air kecil
- Demam
- Sering buang air kecil dimalam hari (nokturia)
Riwayat perawatan di RS :
Penggunaan kateter pasca persalinan
Pemeriksaan Fisik
- Pasien tampak gelisah
- Suhu : 38,5 ºC
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 128 x/menit
Pemeriksaan lanjutan
- Urinalisa Lekosituria = peningkatan leukosit 10-30/LPB
- Tes Nitrat positif = urin pasien terdapat bakteri
24
b. Diagnosa : Sistitis
c. Penatalaksanaan
Untuk sistitis ringan, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah
minum banyak cairan. Aksi pembilasan ini akan membuang banyak
bakteri dari tubuh, bakteri yang tersisa akan dilenyapkan oleh pertahanan
tubuh.
Selain itu, juga diberikan terapi simtomatik untuk menghilangkan
gejala demam dan nyeri dengan antipiretik seperti paracetamol.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hall & Guyton. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Junqueira LC, Carneiro J. 2007. Teks dan Atlas Histologi Dasar. Edisi 10.
Jakarta: Penerbit Buku EGC.
Pearce, evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Penerbit
Buku Gramedia.
Sherwood, lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta:
EGC.
24
Siregar, Harris, dkk. 1995. Sistem Urogenitalia Fisiologi Ginjal, Edisi ketiga.
Makassar: Bagian Ilmu Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
Swartz, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Tessy A, Ardaya, Suwanto. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3.
Jakarta : FKUI.
Ward, jerremy, dkk. 2009. At Glance Fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Erlangga
24