Anda di halaman 1dari 42

STEP 3

1. Kenapa anak tampak kurus, lemah, nafsu makan sangat kurang, hanya suka minum air
putih, dan sering rewel ?

2. Mengapa anak sering diare dan batuk pilek?


pilek :
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi untuk mencegahnya terjangkit dari infeksi.
ASI memiliki kandungan gizi yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan otak
bayi. ASI mengandung karbohidrat, lemak, dan protein. Karbohidrat utama dalam ASI
adalah laktosa yang bermanfaat untuk perkembangan otak bayi. Karbohidrat lain yang
terdapat dalam ASI mampu menghambat pertumbuhan kuman patogen seperti
Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenzae.

Diare :
Bayi yang tidak diberi ASI eksklusif selama enam bulan berisiko dua kali lebih sering
menderita diare rotavirus dibanding bayi dengan ASI eksklusif. Diare jarang terjangkit
pada bayi berumur tiga bulan ke bawah, diduga karena antibodi ibu yang diturunkan
kepada anak melalui plasenta dan ASI. Status gizi kurang terutama kurang energi,
vitamin A, Zn, dan Fe akan menyebabkan bayi dan anak-anak sering mengalami infeksi
dan berlangsung lama.

Kandungan ASI baik untuk kesehatan saluran cerna. ASI mengandung oligosakarida
yang merupakan faktor bifidus yaitu dapat menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas
bakteri Bifidobacteria dalam saluran cerna. Asupan ASI akan menciptakan lingkungan
asam yang ideal untuk pertumbuhan bakteri baik seperti bifidobacteria dan
lactobacillus tetapi tidak untuk bakteri pathogen seperti Escheria coli (E.coli),
Clostridium, Proteus, dan Staphylococcus.

Arifeen pada penelitiannya di Dhaka yang membandingkan antara pemberian ASI


eksklusif dengan non-ASI esklusif dan non-ASI menyimpulkan bahwa pemberian ASI
esklusif juga dapat mencegah kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan
diare. Hal ini disebabkan karena ASI mengandung antibodi brochusasociated
lympocyte tissue (BALT) antibodi pernapasan, gut asociated lympocyte tissue (GALT)
antibodi saluran pernapasan.

Nur, Marissa, 2014. Riwayat Pemberian Air Susu Ibu dengan Penyakit Infeksi pada
Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol. 9, No. 2.

Karena tidak diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. ASI memiliki beberapa manfaat,
diantaranya :

a. mengurangi risiko berbagai jenis kekurangan nutrisi karena zat besi yang yang
terkandung dalam ASI diserap secara lebih baik dari pada sumber zat besi lainnya
b. ASI mengandung “faktor pematangan usus” yang melapisi bagian dalam saluran
pencernaan dan mencegah kuman penyakit serta protein berat untuk terserap ke
dalam tubuh
c. ASI juga mengandung “faktor pematangan cerebrosida” yang membuat bayi lebih
cerdas dikemudian hari
d. ASI mendorong partumbuhan bakteri sehat dalam usus yang disebut Lactobacillus
bifidus. Bakteri ini mencegah bakteri penyebab penyakit lainnya untuk bertumbuh
dalam saluran pencernaan dan untuk mencegah diare
e. ASI mengandung zat yang disebut laktoferin yang dikombinasikan dengan zat besi
dan mencegah pertumbuhan kuman penyakit
f. ASI juga mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan substansi antiinfeksi
lainnya yang melindungi bayi dari infeksi. Antibodi adalah substansi yang dikeluarkan
oleh tubuh ketika penyebab penyakit memasuki tubuh. Antibodi yang ada dalam
kolostrum juga melindungi bayi yang baru lahir dari alergi, asma, dan lain-lain.
g. ASI mengandung faktor pertumbuhan seperti “faktor kematangan epidermal”.
Faktor ini melapisi bagian dalam saluran pernapasan dan mencegah kuman penyakit
memasuki saluran pernapasan.
Sumber : Wargiana Risa et all. 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Status
Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember.

KOMPONEN ASI

DAMPAK PROTEKSI ASI TERHADAP INFEKSI

Air susu ibu merupakan suatu cairan kompleks dengan sejumlah besar protein, sel, dan
komponen lainnya. Pengetahuan tentang dampak menyusui pada bayi terus meningkat,
termasuk dampak langsung dan tidak langsung pada sistem imun. Pengaruh imunologis
berhubungan dengan kenyataan bahwa ASI kaya dengan berbagai faktor aktif khususnya
antibodi. Sekretori IgA (sIgA) melindungi membran mukosa saluran pencernaan dan
pernafasan, antibodi IgG dan IgM, hormon, antioksidan, vitamin, sitokin, faktor
pertumbuhan, komponen, prostaglandin, granulosit, makrofag, serta limfosit B dan T.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa ASI dapat mengurangi kejadian infeksi


selama masa bayi dan balita terhadap gastroenteritis, infeksi saluran pernafasan,
otitis media, sepsis neonatorum, dan infeksi saluran kemih. Chen dkk menyatakan
bahwa bayi yang tidak mendapat ASI, dua kali lebih sering masuk rumah sakit
dibandingkan bayi mendapat ASI. Suatu meta-analisis di negara maju dari bayi dengan
penyakit saluran pernafasan berat yang diberi susu formula membutuhkan rawat inap
lebih dari tiga kali lipat dibandingkan bayi yang diberi ASI eksklusif 4 bulan atau lebih.

IMUNOGLOBULIN PADA ASI

Air susu ibu mengandung imunoglobulin M, A, D, G, dan E, namun yang paling banyak
adalah IgA. Sekretori IgA pada ASI merupakan sumber utama imunitas didapat secara
pasif selama beberapa minggu sebelum produksi endogen sIgA, konsentrasi paling tinggi
pada beberapa hari pertama post partum. Selama masa pasca lahir, bayi rentan
terhadap infeksi patogen yang masuk, oleh sebab itu IgA adalah faktor protektif penting
terhadap infeksi.

Studi dari Swedia menyatakan bahwa kadar antibodi IgA dan IgM secara bermakna lebih
tinggi pada bayi mendapat ASI dibandingkan yang tidak mendapat ASI. Imunoglobulin A
(Ig A) yang terdapat di dalam antibodi maternal didapat dari sistem imun saluran cerna
dan pernafasan yang dibawa melalui sirkulasi darah dan limfatik ke kelenjar payudara,
akhirnya dikeluarkan melalui ASI sebagai IgA.

ZAT IMUNOLOGI LAIN YANG DIMILIKI ASI

Air susu ibu mempunyai sejumlah faktor yang mempengaruhi mikroflora usus bayi,
sehingga menambah kolonisasi dari jumlah bakteri sementara menghambat kolonisasi
yang lainnya. Komponen- komponen imunologik ini termasuk :

a. Laktoferin, merupakan protein yang terikat dengan zat besi, diproduksi oleh
makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar payudara bersifat bakteriostatik dan
bakterisid. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan dengan zat
besi sehingga tidak tersedia untuk bakteri patogen. Kadar dalam ASI 1–6 mg/ml dan
tertinggi pada kolostrum (600 mg/dL). Laktoferin juga terbukti menghambat
pertumbuhan kandida.
b. Lisozim, suatu enzim yang diproduksi oleh makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar
payudara, dapat memecah dinding sel bakteri Gram positif yang ada pada mukosa
usus dan menambah aktifitas bakterisid sIgA terhadap E. coli dan beberapa
Salmonella. Kadar dalam ASI 0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun kedua laktasi,
bahkan sampai penyapihan. Dibandingkan susu sapi, ASI mengandung 300 kali lebih
banyak lisozim per satuan volume.
c. Komplemen, berupa komplemen C3 yang dapat diaktifkan oleh bakteri melalui jalur
alternatif sehingga terjadi lisis bakteri. Juga mempunyai sifat opsonisasi sehingga
memudahkan fagosit mengeliminasi mikroorganisme pada mukosa usus yang
terikat dengan C3 aktif. Kadar C3 dan C4 dalam kolostrum sekitar 50%–70% kadar
serum dewasa. Pada masa laktasi dua minggu, kadar komplemen menurun dan
kemudian menetap, yaitu kadar C3 dan C4 masing- masing 15 mg/dL dan 10 mg/dL.
d. Granulocyte colony – stimulating factor (G-CSF) merupakan sitokin spesifik yang
dapat menambah pertahanan anti bakteri melalui efek proliferasi, diferensiasi dan
ketahanan neutrofil. Mengeluarkan reseptornya dalam vili usus bayi dan kadar
meningkat pada dua hari post partum. Oligosakarida, menghadang bakteri dengan
cara bekerja sebagai reseptor dan mengalihkan bakteri patogen atau toksin
mendekat ke faring dan usus bayi.
e. Musin, melapisi membran lemak susu dan mempunyai sifat antimikroba, dengan
cara mengikat bakteri dan virus serta segera mengeliminasi dari tubuh. Musin dapat
menghambat adhesi E.coli dan rotavirus. Disamping itu ASI mengandung enzim PAF-
hidrolase yang dapat memecah PAF yang berperan pada enterokolitis nekrotikans.
Lactadherin protein globule fat pada ASI dapat merusak membran pembungkus
virus. Kvistgaard dkk mendapatkan bahwa PAF-hidrolase dapat melindungi bayi dari
infeksi Rotavirus.
f. Lipase, membentuk asam lemak dan monogliserida yang menginaktivasi organisme,
sangat efektif terhadap Giardia lamblia dan Entamoeba histolytica.
g. Interferon dan fibronektin mempunyai aktifitas antiviral dan menambah sifat lisis dari
leukosit susu.
h. Protein pengikat vitamin B12 dan asam folat, dapat menjadi antibakteri dengan
menghalangi bakteri seperti E.coli dan bacteroides untuk mengikat vitamin bebas sebagai
faktor pertumbuhan.
i. Probiotik, bayi yang mendapat ASI mempunyai kandungan Lactobacilli yang tinggi, terutama
Lactobacillus bifidus (Bifidobacterium bifidum). Glikan merupakan komponen ASI yang men-
stimulasi pert umbuhan dan kolonisasi L. bifidus. Kuman ini akan mengubah laktosa
menjadi asam laktat dan asam asetat, situasi asam dalam cairan usus akan menghambat
pertumbuhan E. Coli.

SEL YANG TERDAPAT PADA ASI

Leukosit (90% dari jumlah sel) di dalam ASI terutama terdiri dari makrofag (90%). Sel
makrofag ASI merupakan sel fagosit aktif sehingga dapat menghambat multiplikasi
bakteri pada infeksi mukosa usus. Selain sifat fagositik, sel makrofag juga memproduksi
lisozim, C3 dan C4, laktoferin, monokin seperti IL-1 serta enzim lainnya. Makrofag ASI
dapat mencegah enterokolitis nekrotikans pada bayi. Limfosit (10% dari jumlah sel) 50%
terdiri atas limfosit T dan 34% limfosit B. Fungsi limfosit untuk mensintesis antibodi IgA,
memberikan respons terhadap mitogen dengan cara berproliferasi, meningkatkan
interaksi makrofag – limfosit dan pelepasan mediator. Leukosit ASI dapat bertahan
terhadap perubahan pH, suhu dan osmolaritas, sama dengan yang terjadi pada binatang
bertahan selama seminggu pada orang utan dan domba.

IMUNITAS PASIF DARI IBU

Sementara menunggu sistem imunologi endogen bayi matang, berbagai komponen


imunologi dan bioaktif susu bekerja secara sinergis untuk memberikan sistem
penyokong imunologi pasif dari ibu ke bayinya pada hari dan bulan pertama kelahiran.
Beberapa studi secara jelas mengatakan keuntungan secara klinis menunjukkan
penurunan risiko infeksi saluran cerna dan pernapasan terutama selama tahun pertama
kehidupan. Kejadian meningkatnya faktor bioaktif dan imun dapat menjelaskan
penurunan risiko alergi saluran cerna dan pernapasan serta penyakit autoimun pada
anak yang diberi ASI.

Kegunaan faktor-faktor yang terkandung di dalam ASI tertera pada Tabel 1, 2, 3, dan 4.
Sumber : Omar Sazaly Aldy, et all. 2009. Dampak Proteksi Air Susu Ibu Terhadap Infeksi
Sari Pediatri, Vol. 11, No. 3, Oktober 2009

3. Bagaimana hubungan diberikannya MP-ASI pada usia 2 bulan dan tidak diberikannya
asi eksklusif pada keluhan diskenario?
Defisini MPASI, Jadwal pemberian MPASI, ketentuan terkait MPASI (frekuensi, waktu
pemberian, tahapan MPASI dll)
Definisi :
MP-ASI merupakan makanan pendamping ASI yang diberikan pada bayi umur 6-23
bulan. Bayi siap untuk makan makanan padat, baik secara pertumbuhan maupun secara
psikologis, pada usia 6-9 bulan. Kemampuan bayi baru lahir untuk mencerna,
mengabsorpsi, dan memetabolisme bahan makanan sudah adekuat, tetapi terbatas
hanya pada beberapa fungsi.
Jadwal pemberian

Ada beberapa tanda yang mengindikasi bahwa bayi siap menerima MP-ASI,
diantaranya adalah :

a. Memiliki control terhadap kepala, jika bayi bisa mempertahankan posisi yang tegak
dan mantap, lebih mudah memberi makanan padat melalui sendok
b. Kemampuan untuk duduk, ketika bayi belajar duduk dengan nyaman setidaknya
selama 10 menit, akan lebih mudah memberi makanan melalui sendok
c. Membuat gerakan mengunyah, penting bagi bayi untuk belajar mendorong
makanan ke bagian belakang mulutnya lalu menelannya
d. Pertahankan berat badan, sangat dianjurkan bahwa memperkenalkan makanan
padat setelah bayi mencapai dua kali berat badan lahirnya, biasanya terjadi sekitar
usia enam bulan.
e. Tertarik pada makanan, ketika bayi tumbuh makin besar, ia akan mulai menjulurkan
tangan untuk mengambil makanan.

Sumber : Wargiana Risa et all. 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Status
Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember.

PEMBERIAN MAKANAN ANAK UMUR 0-24 BULAN YANG BAIK DAN BENAR

Sesuai dengan bertambahnya umur bayi, perkembangan dan kemampuan bayi


menerima makanan, maka makanan bayi atau anak umur 0-24 bulan dibagi menjadi 4
tahap yaitu:

(1) MAKANAN BAYI UMUR 0-6 BULAN

a. Hanya ASI saja (ASI Eksklusif)

Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit
pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan
gizi bayi, ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi
dan ibu, dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak

b. Berikan kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna
kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang
tinggi.
c. Berikan ASI dari kedua payudara
Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara
lainnya, ASI diberikan 8-10 kali setiap hari.

(2) MAKANAN BAYI UMUR 6-9 BULAN


a. Pemberian ASI diteruskan
b. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara
bertahap, karena merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga
c. Berikan makanan selingan 1 kali sehari, seperti bubur kacang hijau, buah dan
lain-lain.
d. Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan, seperti lauk
pauk dan sayuran secara berganti-gantian.

(3) MAKANAN BAYI UMUR 12-24 BULAN


a. Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah berkurang,
tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.
b. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari
dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu
tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.
c. Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan makanan.
Misalnya nasi diganti dengan mie, bihun, roti, kentang dan lain-lain. Hati ayam
diganti dengan telur, tahu, tempe dan ikan. Bayam diganti degan daun kangkung,
wortel dan tomat. Bubur susu diganti dengan bubur kacang ijo, bubur sum-sum,
biskuit dan lain- lain.
d. Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi
frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.

Pada prinsipnya makanan tambahan untuk bayi atau yang biasa dikenal sebagai
makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang kaya zat gizi, mudah dicerna,
mudah disajikan, mudah menyimpannya, higienis dan harganya terjangkau. Makanan
tambahan pada bayi dapat berupa campuran dari beberapa bahan makanan dalam
perbandingan tertentu agar diperoleh suatu produk dengan nilai gizi yang tinggi.

Sumber : Lailina Mufida, et all. 2015. Prinsip Dasar MP ASI untuk Bayi Usia 6-24 Bulan.
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1646-1651, September 2015

Kegagalan pertumbuhan bayi merupakan suatu fenomena yang biasa terjadi di


negaranegara berkembang setelah anak berumur 3 bulan.
Hal ini terjadi disebabkan 3 faktor yaitu :
- tidak terpenuhinya asupan energi dari air susu ibu saja setelah anak umur 3 atau
4 bulan
- rendahnya kualitas energi dan mikronutrien dalam makanan tambahan yang
diberikan pada bayi dibanyak negara berkembang
- dampak negatif infeksi terhadap asupan energi yang diperlukan oleh tubuh,
khususnya bayi

Air susu ibu (ASI) eksklusif (hanya diberikan ASI) direkomendasikan sejak lahir sampai
usia 6 bulan. Pada usia selanjutnya diberikan makanan padat bertahap sebagai
pendamping ASI sementara itu ASI diteruskan pemberiannya sampai usia 2 tahun

Pemberian MP_ASI dapat dimulai ketika :

- Anak dapat duduk dengan leher tegak dan mengangkat kepalanya sendiri tanpa
memerlukan bantuan
- Anak menunjukkan ketertarikan terhadap makanan, misalnya mencoba meraih
makanan yang ada di hadapannya
- Anak menjado lebih lapar dan tetap menunjukkan tanda lapar, seperti gaelihas
dan tidak tenang walaupun inu sudah memberikan ASI secara rutin.

Strategi memberian MP-ASI

- Tepat waktu (timely), artinya MP-ASI harus diberikan saat ASI eksklusif sudah
tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, yaitu 6 bulan. Pemberian ASI sejak
bayi usia 6 bulan tidak dapat mencukupi kebutuhan energi, protein, zat besi,
vitamin D, seng dan vitamin A bayi sehingga dibutuhkan pemberian Makanan
Pendamping ASI
- Adekuat, artinya MP-ASI memiliki kandungan energi, protein, dan mikronutrien
yang dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bayi sesuai
usianya
- Aman, artinya MP-ASI disiapkan dan disimpan dengan cara-cara yang higienis,
diberikan menggunakan tangan dan peralatan makan yang bersih.
- Diberikan dengan cara yang benar (responsive feeding), artinya MP-ASI diberikan
dengan memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang seorang anak.
(Al Rahmad, Agus Hendra. Pemberian ASI dan MP-ASI Terhadap Pertumbuhan Bayu
Usia 6-24 Bulan. JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA. Volume 17. Nomor 1. April
2017)

(SIDIARTHA, I. Gusti Lanang; WIDIANTO, Romy. Pengenalan makanan padat dini dan
lambat pada bayi merupakan risiko gagal tumbuh pada masa toddler. MEDICINA,
2016, 50.2: 176-81)

(Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu [MP-ASI]. Indonesian Pediatric


society)

(Peraturan Menteri Kesehatan RI Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS)


Bagi Balita Tahun 2010)

4. Apa hubungan anak tidak pernah makan daging atau ikan dan telur dengan kondisi
sekarang?
Protein berperan sebagai komponen utama yang terdapat dalam jaringan tubuh
manusia dan hewan. Protein merupakan zat gizi esensial dalam menunjang pertumbuhan
yang optimal, perkembangan, manajemen berat badan, dan kesehatan manusia. Bahan
makanan yang kaya akan protein hewani adalah daging, ikan, telur, unggas, serta produk
susu dan olahannya. Kekurangan zat gizi yang bersumber dari protein menyebabkan
stunting, anemia, kelemahan fisik, edema, disfungsi vaskuler, dan gangguan imunitas.
Gangguan imunitas jelas berhubungan dengan atrofi pada organ limfoid primer yang
berperan dalam sistem imun, yaitu sumsum tulang belakang dan timus. Efek tercepat
dari atrofi pada timus salah satunya adalah leukopenia (penurunan jumlah leukosit).
(Anggraeny, dkk. 2016. Korelasi Pemberian Diet Rendah Protein Terhadap Status Protein,
Imunitas, Hemoglobin, dan Nafsu Makan Tikus Wistar Jantan. Indonesian Journal of Human
Nutrition. Vol. 3 No.2: 105 – 122)

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan
antara asupan protein dengan status gizi menurut Indikator BB/U dengan nilai OR=
2,638, artinya balita yang berstatus gizi kurang menurut indikator BB/U 2,6 kali lebih
banyak ditemukan pada balita yang asupan proteinnya kurang dibandingkan dengan
balita yang asupan proteinnya cukup.

KEP (kurang energi protein) merupakan salah satu defisiensi gizi yang masih sering
ditemukan di Indonesia dan merupakan masalah gizi utama khususnya terjadi pada
balita, Dan ketika ketidakcukupan zat gizi tersebut (protein) berlangsung lama maka
cadangan jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu, kemudian
timbul penurunan jaringan yang ditandai dengan penurunan berat badan, dan akan
terjadi perubahan secara anatomi yang tampak sebagai gizi kurang (Supariasa, 2002).

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DENGAN STATUS GIZI

Hasil analisis hubungan antara asupan lemak dengan status gizi menurut BB/U diketahui
ada hubungan antara asupan lemak dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
Margototo tahun 2012 dengan nilai OR= 4,096, artinya balita yang berstatus gizi kurang
menurut indikator BB/U 4,09 kali lebih banyak ditemukan pada balita dengan asupan
lemak kurang dibandingkan dengan balita yang asupan lemaknya cukup.

Saat tubuh kekurangan lemak, persediaan lemak akan kurang sehingga tubuh menjadi
kurus. Terjadi pula kekurangan asam lemak essensial, yaitu asam lemak linoleat dan
linolenat. Kekurangan linoleat menyebabkan pertumbuhan menurun, kegagalan
reproduktif, perubahan struktur kulit dan rambut serta patologi hati. Kekurangan asam
lemak omega 3 menyebabkan penurunan kemampuan belajar (Dewi, 2010).
Sumber : Helmi Rosmalia. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Margototo Kecamatan Metro Kibang Kabupaten
Lampung Timur. Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 1. April 2013. hlm 23

5. Bagaimana cara menilai status gizi anak dan klasifikasinya?


BB/U

TB/U
BB/TB

Sumber : Standar WHO 2005.

Definisi pertumbuhan anak sehat/normal


Sumber : Tumbuh Kembang Anak dr. Soetjiningsih, Sp Ak

6. Bagaimana definisi dan cara membaca KMS?


Tampilkan gambar,
Peraturan Menteri Kesehatan RI Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi
Balita Tahun 2010
7. Bagaimana interpretasi dari hasil yang didapatkan?
Pemeriksaan penunjang:
Hb 8,1 g/dl  N: 11,5-15,5 g/dl  anemia
Lekosit 2500 mmk  N: 6-17,5 x 103  leukopenia
Hematocrit 35%,  N: 35-45%  normal
Trombosit 650.000 mmk, N: 150-400 x 103  trombositosis
GDS 40 mg/dl.  N: 60-100 mg/dl  hipoglikemi

Pemeriksaan thoraks: paru suara dasar vesikuler, tidak didapatkan suara tambahan,
jantung: bunyi jantung I-II normal, bising (-).  N
Abdomen cekung, N: datar
Hepar just palpable, hepar teraba, mungkin ada pembesaran hepar
lien tidak teraba.  N
Ekstremitas udem (-), akral dingin (-).  N

Nadi 124x/menit, isi dan tegangan kurang,  N: 70-110 x/menit  meningkat, isi
tegangan tidak normal
TD 85/60 mmHg,  menurun
RR 52x/menit,  N: 20-30 x/menit  meningkat
suhu 35,2°C.  hipotermi

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum kesadaran apatis  penurunan


kesadaran

8. Bagaimana alur penegakkan diagnosis dari skenario?


DX

Definisi kep
KEP (Kurang Energi Protein) merupakan kondisi tubuh yang spesifik pada
kekurangan energi dan protein. KEP terbagi menjadi tiga jenis yaitu kwashiorkor,
marasmus, dan marasmus-kwashiorkor.
KWASHIORKOR
a. Kwashiorkor adalah keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan makanan sumber
protein.
b. Tipe ini banyak dijumpai pada anak usia 1 sampai 3 tahun.
c. Gejala utama kwashiorkor adalah :
- Pertumbuhan Terhalang
- Badan Bengkak, Tangan, Kaki, Serta Wajah Tambak Sembab Dan Ototnya Kendur
- Wajah Tampak Bengong Dan Pandangan Kosong
- Tidak Aktif Dan Sering Menangis
- Rambut Menjadi Berwarna Lebih Terang Atau Coklat Tembaga
- Perut Buncit
- Kaki Kurus Dan Bengkok
- Karena Adanya Pembengkakan, Maka Tidak Terjadi Penurunan Berat Badan,
Tetapi Pertambahan Tinggi Terhambat
- Lingkar Kepala Mengalami Penurunan
- Serum Albumin Selalu Rendah, Bila Turun Sampai 2,5 Ml Atau Lebih Rendah,
Mulai Terjadi Pembengkakan (Budiyanto, 2002).
d. Gejala klinis kwashiorkor adalah :
- Penampilan anak seperti anak gemuk (sugar baby), tetapi bagian tubuh lain
terutama pantat terlihat atrofi
- Pertumbuhan tubuh mengalami gangguan yang ditunjukkan dengan nilai z- skor
indeks BB/U berada di bawah -2 SD
- pada tinggi badan anak juga mengalami keterlambatan
- Mental anak mengalami perubahan mencakup banyak menangis dan pada
stadium yang lanjut anak sangat apatis
- Penderita kwashiorkor diikuti dengan munculnya edema dan terkadang menjadi
asites
- Selain itu juga terjadi atrofi otot sehingga penderita terlihat lemah (Par’i, 2016).
- Pada penderita kwashiorkor mengalami gangguan sistem gastrointestinal, seperti
penderita menolak semua makanan sehingga kadang makanan harus melalui
sonde lambung
- Penderita kwashiorkor mudah mengalami kelainan kulit yang khas (crazy
pavement dermatosis), yaitu munculnya kelainan dimulai dari bintik-bintik merah
bercampur bercak, lama-kelamaan menghitam kemudian mengelupas. Kejadian
ini umumnya terjadi di punggung, pantat, dan sekitar vulva yang selalu
membasah karena keringat atau urin
- Pada hati terjadi pembesaran, terkadang batas pembesaran sampai ke pusar, hal
ini disebabkan karena sel-sel hati terisi lemak. Penderita kwashiorkor juga
menderita anemia. Albumin dan globulin serum sedikit menurun di bawah 2,
terkadag sampai 0
- Kadar kolesterol serum rendah, hal ini mungkin disebabkan karena asupan gizi
yang rendah atau terganggunya pembetukan kolesterol tubuh (Par’i, 2016).
MARASMUS

Marasmus adalah gejala kelaparan yang hebat karena makanan yang dikonsumsi tidak
menyediakan energi yang cukup untuk mempertahankan hidupnya sehingga badan menjadi
sangat kecil dan tinggal kulit pembalut tulang.

a. Marasmus biasanya terjadi pada bayi berusia setahun pertama. Hal ini terjadi apabila ibu
tidak dapat menyusui karena produksi ASI sangat rendah atau ibu memutuskan untuk
tidak menyusui bayinya.
b. Tanda-tanda marasmus yaitu:

- Berat badan sangat rendah


- Kemunduran pertumbuhan otot (atrophi)
- Wajah anak seperti orang tua (old face)
- Ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh
- Cengeng dan apatis (kesadaran menurun)
- Mudah terkena penyakit infeksi
- Kulit kering dan berlipat-lipat karena tidak ada jaringan lemak di bawah kulit
- Sering diare
- Rambut tipis dan mudah rontok. (Budiyanto, 2002).

MARASMUS-KWASHIORKOR

a. Marasmik-kwashiorkor disebabkan karena makanan sehari-hari kekurangan energi dan


juga protein.
b. Berat badan anak sampai di bawah -3 SD sehingga telihat kurus
c. Ada gejala edema
d. Kelainan rambut
e. Kulit mengering dan kusam
f. Otot menjadi lemah
g. Menurunnya kadar protein (albumin) dalam darah (Par’i, 2016).
(Anggraeny, Olivia. Et al. KOrelasi Pemberian Diet Rendah Protein Terhadap Status
Protein, Imunitas, Hemoglobin, dan Nafsu Makan Tikus Wistas Jantan, Indonesian
Journal of Human Nutrition, Desember 2016)
(Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2016)

Tanda gejala
1.
9. Bagaimana patofisiologi dari penyakit di skenario?
Pengaruh ke GIT, saraf, uro, kardiovaskular,
10. Bagaimana tatalaksana anak gizi buruk?
11.
Proses stabilisasi, transisi, rehabilitasi
12. Komplikasi dan prognosis
13. Pencegahan dan edukasi

Anda mungkin juga menyukai