Anda di halaman 1dari 20

MUTU

Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara


efisien dan efektif sesuai dengan standart profesi, standart pelayanan yang di
laksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan
teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan
atau keperawatan sehingga mencapai derajat kesehatan yang optimal (Nursalam,
2015)

Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan


menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan dimata
masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan
jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan,
kesengsaraan yang di alami pasien dan keluarganya. Salah satu indikator dari mutu
pelayanan keperawatan itu adalah apakah pelayanan keperawatan yang diberikan itu
memuaskan pasien atau tidak. Kepuasan merupakan perbandingan antara kualitas
jasa pelayanan yang di dapat dengan keinginan, kebutuhan, dan harapan (Tjiptono,
2004).

Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses, dan outcome system pelayanan rumah sakit. Secara umum aspek
penilaian meliputi evaluasi, dokumentasi, instrument, dan audit (EDIA) (Nursalam,
2015). Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (2018) dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan pasien dan menjamin keselamatan pasien maka
rumah sakit perlu mempunyai program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
(PMKP) yang menjangkau ke seluruh unit kerja di rumah sakit

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah di lakukan pada tanggal 23.12.2019


di RSUD Kabupaten Sidoarjo di ruang mawar merah atas bagian barat telah
menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan pasien, dimana terdapat beberapa
aspek penilaian penting, diantaranya sebagai berikut :

A. Keselamatan pasien (Patient Safety)


a. Sasaran I ketepatan identifikasi pasien
Sasaran ini memiliki dua maksud dan tujuan yakni untuk memastikan
ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau tindakan dan untuk
menyelaraskan layanan atau tindakan yang di butuhkan oleh pasien.
Identifikasi pasien di lakukan untuk menghindari kesalahan pasien
Identifikasi dilakukan dengan menggunakan gelang untuk identitas pasien
di pasang saat pasien dilakukan penilaian risiko mulai dari IGD atau di
ruang perawatan.Gelang terdiri dari 4 warna yang memiliki definisi
tersendiri pada masing-masing warna.
1. Gelang pink digunakan untuk pasien perempuan.
2. Gelang biru digunakan untuk pasien laki-laki.
3. Gelang kuning digunakan untuk pasien risiko jatuh.
4. Gelang merah digunakan untuk pasien alergi.
5. Gelang ungu digunakan untuk pasien tidak dilakukan resusitasi.
Menurut Kemenkes (2011) standar gelang identitas berwarna pink atau
biru berisi identitas pasien meliputi nama lengkap pasien, nomor rekam
medik, jenis kelamin pasien, dan tanggal lahir. Identifikasi pasien dilakukan
dengan mencocokan gelang identitas yang dipakai pasien. Proses
identifikasi yang digunakan di rumah sakit mengharuskan terdapat paling
sedikit 2 (dua) dari 3 (tiga) bentuk identifikasi, yaitu nama pasien, tanggal
lahir, nomor rekam medik, atau bentuk lainnya (misalnya, nomor induk
kependudukan atau barcode). Nomor kamar pasien tidak dapat digunakan
untuk identifikasi pasien. Identifikasi pasien dilakukan ketika penerimaan
pasien baru, pemberian obat, pemberian terapi sebelum melakukan
prosedur/tindakan dan discharge planning.
Sasaran I ketepatan identifikasi pasien meliputi standart yaitu
a) Pasien di identifikasi menggunakan 2 identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor, kamar, atau lokasi pasien
b) Pasien di identifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau
produk darah
c) Pasien di identifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis
d) Pasien di identifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan atau prosedur
e) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi (Nursalam, 2015)
Berdasarkan hasil pengkajian 23 Desember 2019, penerapan gelang
identitas di Ruang mawar merah atas bagian barat sudah sesuai dengan
kriteria Kemenkes yakni berwarna pink atau biru berisi identitas pasien
meliputi nama lengkap pasien, nomor rekam medik, jenis kelamin pasien,
dan tanggal lahir, pada pengkajian semua pasien telah diberikan gelang
identitas oleh perawat.

b. Sasaran II Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)


Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (2018)
komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap, tidak
mendua (ambiguous), dan diterima oleh penerima informasi yang bertujuan
mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.
Komunikasi efektif yang digunakan yaitu menggunakan metode SBAR
(Situation, Background, Assesment, Recommendation). SBAR digunakan
pada saat berkomunikasi dengan tim kesehatan yang lain, timbang terima,
berkomunikasi dengan teman sejawat, konsultasi pasien, dan
melaksanakan informed consent. SBAR juga digunakan pada saat
komunikasi atau perintah secara verbal ataupun telepon, staf yang
menerima pesan harus menuliskan dan membacakan kembali kepada
pemberi pesan dan dalam pemberi pesan harus menandatangani dalam
waktu 1x 24 jam. Kolom comunicator yang ditandatangani oleh perawat
yang menerima dan kolom advisor yang ditandatangani oleh dokter yang
memberikan advice.
Sasaran II Peningkatan komunikasi yang efektif meliputi standart yaitu
a) Perintah lisan dan yang melalui telfon ataupun hasil pemeriksaan
yang di tuliskan secara lengap oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut
b) Perintah lisan dan melalui telfon atau hasil pemeriksaan secara
lengkap di bacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut
c) Perintah atau hasil pemeriksaan di konfirmasi oleh individu yang
memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
d) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten dalam
melakukan verifikasi terhadap akurasi dan komunikasi lisan
melalui telfon

Berdasarkan hasil pengkajian 23 Desember 2019 di Ruang mawar


merah atas bagian barat penerapan komunikasi efektif yang sudah
diterapkan yaitu menggunakan metode SBAR.

c. Sasaran III Peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai (High Allert
Medication)
Obat high alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi dan
dapat menyebabkan cedera serius pada pasien jika terjadi kesalahan
dalam penggunaannya. Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas obat risiko
tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat menimbulkan
kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin, atau kemoterapeutik ;
obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak atau kelihatan
sama (look alike), bunyi ucapan sama (sound alike), seperti Xanax dan
Zantac atau hydralazine dan hydroxyzine atau disebut juga nama obat rupa
ucapan mirip (NORUM) ; dan elektrolit konsentrat seperti potasium klorida
dengan konsentrasi sama atau lebih dari 2 mEq/ml, potasium fosfat dengan
konsentrasi sama atau lebih besar dari 3 mmol/ml, natrium klorida dengan
konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat dengan konsentrasi
20%, 40%, atau lebih (SNARS, 2018). Untuk meningkatkan keamanan obat
yang perlu diwaspadai, rumah sakit perlu menetapkan risiko spesifik dari
setiap obat dengan tetap memperhatikan aspek peresepan, menyimpan,
menyiapkan, mencatat, menggunakan, serta monitoringnya. Obat high
alert harus disimpan di instalasi farmasi/unit/depo. Bila rumah sakit ingin
menyimpan di luar lokasi tersebut, disarankan disimpan di depo farmasi
yang berada di bawah tanggung jawab apoteker. Selain itu, sebagai
perawat salah satu cara untuk mewaspadai pemberian obat, yaitu
menggunakan double crosscheck mulai dari proses persiapan sampai
pemberian ke pasien.
Sasaran III Peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai (High
Allert Medication) meliputi standart yaitu :
a) Kebijakan dan atau prosedur di kembangkan untuk mengatur
identifikasi, lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat yang
perlu di waspadai
b) Kebijakan dan prosedur di implementasikan
c) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali
jika di butuhkan secara klinis dan tindakan di ambil untuk
mencegah pemberian yang tidak sengaja di area tersebut, bila di
perkenankan kebijakan
d) Elektrolit konsentrat yang di simpan di unit pelayanan pasien di beri
label yang jelas dan di simpan dengan cara yang membatasi akses
(restrict acces)

Berdasarkan hasil pengkajian 23 Desember 2019 di Ruang mawar merah


atas bagian barat didapatkan kewaspadaan tentang obat yang perlu
diwaspadai sudah dilakukan menggunakan double cross check dan
dengan memisahkan obat obat high alert pada tempat yang telah
disediakan Namun untuk obat yang akan diinjeksikan penamaan belum
dilakukan dengan labeling (etiket) karena label belum tersedia.

d. Sasaran IV . Kepastian tepat- lokasi, tepat prosedur, tepat –pasien


operasi
Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu tepat
lokasi, tepat pasien, dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan tepat
lokasi yaitu menggunakan SPO pemberian marker atau penanda lokasi
operasi yang diberikan oleh dokter operator menggunakan spidol
permanen. Proses untuk memastikan tepat pasien yang dilakukan di
ruangan yaitu menggunakan crosscheck pada gelang identifikasi
sedangkan tepat prosedur dilakukan di ruang operasi menggunakan
beberapa check list untuk mencegah kesalahan prosedur. Prosedur
pembedahan dilakukan melalui tiga tahap yaitu:
1. Sign in, dilakukan sebelum pasien di anestesi konfirmasi ke pasien,
keluarga dan tim anestesi.
2. Time out, dilakukan sebelum melakukan insisi, dikonfirmasikan
kepada tim bedah.
3. Sign out, dilakukan sebelum ruang operasi.

Kepastian tepat- lokasi, tepat prosedur, tepat –pasien operasi meliputi


standart yaitu :

a) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali


untuk identifikasi opearasi dan melibatkan pasien dalam
penandaan atau pemberian tanda.
b) Rumah sakit menggunakan suatu cheklist atau proses lain untuk
melakukan verifikasi praoperasi tepat lokasi,tepat prosedur,dan
tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia,tepat atau benar, dan fungsional.
c) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat atau
mendokumentasikan prosedur sign in ( sebelum induksi).,
“sebelum inisisi atau time out”.
d) Tepat sebelum dimulainya suatu prosedur atau tindakan
pembedahan dan sign out (sebelum meninggalkan kamar
operasi)
e) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
keseragaman proses guna memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan
tindakan gigi atau dental yang dilaksanakan diruang operasi.

Berdasarkan hasil pengkajian 23 Desember 2019 di Ruang mawar merah


atas bagian barat untuk memastikan tepat pasien dilakukan menggunakan
crosscheck pada gelang identifikasi, tepat prosedur dilakukan dengan cara
ruangan sudah menyediakan form check list pre operasi sedangkan tepat
lokasi di ruangan ini belum menandai lokasi operasi yang akan di lakukan
pembedahan oleh dokter.

e. Sasaran ke V Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan sebuah tantangan di
lingkungan fasilitas kesehatan. Kenaikan angka infeksi terkait pelayanan
kesehatan menjadi keprihatinan bagi pasien dan petugas kesehatan.
Secara umum, infeksi terkait pelayanan kesehatan terjadi di semua unit
layanan kesehatan, termasuk infeksi saluran kencing disebabkan oleh
kateter, infeksi pembuluh/aliran darah terkait pemasangan infus baik
perifer maupun sentral, dan infeksi paru-paru terkait penggunaan
ventilator. Upaya terpenting menghilangkan masalah infeksi ini dan infeksi
lainnya adalah dengan menjaga kebersihan tangan melalui cuci tangan.
Pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) tersedia dari World Health
Organization (WHO). Rumah sakit mengadopsi pedoman kebersihan
tangan (hand hygiene) dari WHO ini untuk dipublikasikan di seluruh
rumah sakit.

Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan meliputi


standart yaitu :
a) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand
higiene terbaru yang baru-baru ini diterbitkan dan sudah diterima
secara umum (antara lain dari WHO patient safety ).
b) Rumah sakit menerapkan program hand higiene yang efektif.
c) Kebijakan dan atau prosedur dikembangakan untuk mendukung
pengurangan secara berkelanjutan resiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan.

Sebagai upaya pencegahan infeksi, di Ruang mawar merah atas bagian


barat telah terbentuk tim Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI), akan
tetapi tim PPI tidak setiap hari melakukan pendataan infeksi di setiap ruang.
Berdasarkan hasil pengkajian kepada pasien dan keluarga pada tanggal
24 Desember 2019 didapatkan bahwa perawat sudah menerapkan lima
momen mencuci tangan yang ditetapkan oleh WHO, namun masih ada
sebagian besar perawat belum patuh menerapkannya yakni saat setelah
bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien. Dalam pemberian health
education mengenai cara cuci tangan yang benar sudah dilakukan melalui
media berupa poster yang di tempel di dinding. Tetapi sosialisi dan
demonstrasi tentang mencuci tangan jarang dilakukan. Saat dikaji, 5
keluarga pasien tidak melakukan cuci tangan dengan benar (belum
memahami 6 langkah cuci tangan menurut WHO).
Kejadian Infeksi Nosokomial Instalasi Rawat Inap Mawar Merah Putih
Tribulan III Tahun 2019

Angka Angka
Kejadian Kejadian
NO KRITERIA URAIAN Tribulan Tribulan
III Tahun III Tahun
2018 2019

Jumlah hari pemasangan infus 13.917 19.675


1 PHLEBITIS Jumlah Phlebitis 2 0
‰ 0,144 0

Jumlah hari pemasangan Dhower 1.918


1.130
Chateter 0
2 ISK 1
Jumlah ISK 0
0,885

Jumlah hari tirah baring 0 0
3 HAP Jumlah HAP 0 0
‰ 0 0

Jumlah hari pemasangan ventilator 0 0


4 VAP Jumlah VAP 0 0
‰ 0 0

Jumlah hari tirah baring 0 0


DECUBITU 0
5 Jumlah decubitus 0
S 0
‰ 0

Jumlah Operasi 0 0
6 ILO Jumlah ILO 0 0
‰ 0 0

Jumlah 0% 0%

Dari tabel diatas didapatkan bahwa tidak ada kejadian infeksi phlebitis di
Instalasi Rawat Inap Mawar Merah Putih Tribulan III Tahun 2019 dari 19.675
hari pemasangan infus. Sedangkan untuk kejadian infeksi saluran kencing
selama 1.918 hari pemasangan dhower chateter tidak ada kejadian infeksi.
Sedangkan untuk kejadian infeksi decubitus, infeksi HAP dan VAP angka
kejadiannya adalah nihil.

Dari data plebitis ruang mawar merah putih masih merupakan


pemasalahan lazim dalam pemberian terapi cairan intervena, terapi cairan
rumatan serta nutrisi parenteral dan pemberian obat secara intravena.
Kejadian plebitis dapat disebabkan oleh kerusakan jaringan saat insersi alat
ke intravena dan masuknya mikroorganisme, maka tubuh akan merespon
dengan mengaktifkan imunitas yang ditandai dengan proses inflamasi. Angka
plebitis ruang Mawar Merah Putih adalah 0%. Sehingga dapat disimpulkan
angka plebitis ruang Mawar Merah Putih masih sesuai dengan standar yang
ditetapkan Depkes yaitu <1,5%.

Angka infeksi saluran kencing (ISK) berhubungan dengan faktor resiko


pemasangan kateter. Pemasangan kateter biasanya dilakukan sebagai
tindakan untuk mengeluarkan air kemih atau pemenuhan kebutuhan
eliminasi pasien. Pada pasien yang mengalami gangguan perkemihan dan
kemampuan mobilitas fisik. Angka ISK ruang Mawar Merah Putih adalah 0
permil atau 0 %. Sehingga dapat disimpulkan angka plebitis ruang Mawar
Merah Putih masih sesuai dengan standar yang ditetapkan Depkes yaitu
<1,5%.

f. Sasaran VI Pengurangan resiko pasien jatuh


Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah untuk jatuh
dapat mendadak berubah menjadi berisiko tinggi. Hal ini disebabkan oleh
operasi dan/atau anestesi, perubahan mendadak kondisi pasien, serta
penyesuaian pengobatan. Banyak pasien memerlukan asesmen selama
dirawat inap di rumah sakit. Rumah sakit harus menetapkan kriteria untuk
identifikasi pasien yang dianggap berisiko tinggi jatuh (SNARS, 2018).
Sasaran VI Pengurangan resiko pasien jatuh yang meliputi standart
yaitu :
a) Rumah sakit menerapkan proses assesmen awal resiko pasien
jatuh dan melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila di
indikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
b) Langkah-langkah diterapkan untk mengurangi resiko jatuh bagi
mereka yang pada hasil assesmen dianggap beresiko.
c) Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan
pengurangan cidera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan
secara tidak disengaja.
d) Kebijakan dan atau prosedur mendukung pengurangan
berkelanjutan beresiko cidera pasien akibat jatuh dirumah sakit.

Tabel Insiden Pasien Jatuh Selama Perawatan Rawat Inap di Rumah


Sakit pada tahun 2019
NO INDIKATOR STANDART Angka Angka
Kejadian Kejadian
Tribulan III Tribulan III
Tahun 2018 Tahun
2019
1 Kejadian Pasien Jatuh 0 0 0

2 Kejadian Pasien Jatuh 0 0 0


dari atas tempat tidur

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 23 Desember 2019 di


Ruang mawar merah atas bagian barat yang menggunakan form sesuai
dengan usia pasien dewasa yaitu menggunaan morse fall risk dari 5 pasien
didapatakan hasil tidak ada yang beresiko jatuh.

B. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit


Kepuasan pelanggan untuk instalasi rawat inap, baik Eksternal (pasien)
ataupun Internal (staf) dilakukan oleh sub Bagian Pendidikan dan Penelitian
RSUD Sidoarjo. Survei kepuasan pelanggan dilakukan setiap 1 semester atau 6
bulan sekali. Khusus untuk instalasi rawat inap, penilaian kepuasan pelanggan
dikelompokkan menjadi satu, yang terdiri dari Instalasi Mawar Merah Putih,
Instalasi Mawar Kuning, Instalasi Teratai serta Instalasi Tulip.
Terdapat lima aspek yang dinilai dalam penilaian kepuasan pelanggan ini yaitu
dimensi Reliability, Responsiveness, Assurance, Emphaty, dan Tangible.
Sampai dengan Tribulan III tahun 2018, penilaian dilakukan terhadap 41
responden dari rawat inap. Dari sejumlah responden tersebut didapatkan hasil
bahwa 72% responden menyatakan puas serta 24% menyatakan sangat puas
terhadap aspek-aspek yang dinilai. Sehingga total persentase kepuasan
pelanggan adalah 96% di Instalasi Rawat Inap RSUD Sidoarjo.

NO Keterangan Sangat Tidak puas Puas Sangat


tidak puas puas
1 Pelayanan 0% 72% 24%
kesehatan
C. Patient safety ( keselamatan pasien )
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di
rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyak jenis obat,
jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf rumah sakit yang
cukup besar merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis.
Dalam upaya meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan maka perlu adanya
pencatatan dan pelaporan angka keselamatan pasien. Angka keselamatan
pasien Instalasi Rawat Inap Mawar Merah Putih Tahun Tribulan III Tahun 2019
dapat dilihat dalam tabel berikut.

Angka Angka

Kejadian Kejadian

NO INDIKATOR STANDAR Tribulan Tribulan

III Tahun III Tahun

2018 2019

Kejadian Infeksi Pasca


1 ≤ 0,5 % 0% 0%
Operasi
2 Kejadian Infeksi Nosokomial ≤ 1,5 % 0,135% 0%

3 Kejadian Pulang Paksa ≤5% 0,045 % 0,89%

4 Kejadian Pasien Jatuh 0 0 0

5 Kejadian Tertusuk Jarum 0 0 3

6 Kejadian Tergores Ampul 0 0 0

Kejadian Pasien Terjatuh dari


7 0 0 0
Bed

8 Kesalahan Pemberian Obat 0 0 0

9 Kesalahan Identifikasi pasien 0 0 0


Dari tabel diatas didapatkan bahwa tidak ada kejadian infeksi pasca operasi
dan kejadian infeksi nosokomial di Instalasi Rawat Inap Mawar Merah Putih sampai
dengan Tribulan III Tahun 2019. Pelayanan rawat inap untuk pasien operasi kelas 3
di pusatkan di Instalasi Rawat Inap Mawar Kuning, sehingga kejadian infeksi pasca
operasi adalah nihil. Kejadian pulang paksa yang terjadi selama Tribulan III Tahun
2019 berada dibawah standar minimal yang ditentukan yaitu sebesar 0,89%.
Untuk kejadian tertusuk jarum, terdapat 3 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
yang dialami 1 orang perawat saat akan melakukan injeksi obat ke pasien serta 2
orang mahasiswa praktek, yang tertusuk jarum suntik pasien HIV dan pasien hepatitis
B. Kejadian tersebut langsung ditindak lanjuti sesuai standar prosedur penangan KTD
di RSUD Sidoarjo. Pemantauan dan penanganan terhadap petugas yang terkena KTD
dilakukan secara terus menerus sampai dengan waktu yang ditentukan. Dengan
penanganan yang tepat, maka kerugian akibat kejadian tersebut dapat dihindari.
Selain itu pemahaman terhadap Standar Prosedur Operasional pemasangan jarum
infus juga perlu ditingkatkan tak terkecuali bagi mahsiswa keperawatan yang sedang
praktek agar tidak terjadi kembali kejadian-kejadian yang tidak diharapkan saat
praktek di lapangan. Sedangkan untuk kejadian tergores ampul, pasien terjatuh dari
bed, dan kesalahan identifikasi pasien selama periode yang sama tidak terjadi sama
sekali. Begitu pula dengan kejadian kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien
yang disebabkan kesalahan dalam pembacaan resep obat, pada Tribulan III Tahun
2019 tidak ada kejadian dan cedera dalam kasus ini dikarenakan upaya double check
telah dimaksimalkan oleh para petugas yang ada.

D. Indikator Pelayanan Instalasi Rawat Inap Mawar Merah Putih Tribulan III
Tahun 2019
Indikator rawat inap dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan,
mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator rawat Inap terdiri dari BOR
(Bed Occupation Rate), LOS (length Of Stay), TOI (Turn Over Interval), BTO
(bed Turn Over) serta NDR (Net Death Rate) dan GDR (Gross Death rate).
TRIBUL TRIBUL
AN III AN III
NO URAIAN STANDAR TREN
TAHUN TAHUN
2018 2019

1 BOR 79,3% 79,0% 60 % - 80 % Turun 0,3%

Turun 0,3
2 LOS 4,1 3,8 6 -9 hari
hari

3 TOI 1,1 1,0 1 -3 hari Turun 0,1 hari

4 BTO 17,6 19,1 40 – 50 kali /tahun Naik 1,5 kali

5 NDR 9,7% 9,2% < 25/1000 Pasien KRS Turun 0,5 %

6 GDR 14,1% 12,2% 45/1000 Pasien KRS Turun 1,9 %

a. ALOS (Average Length of Stay)


ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.
Secara umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

Rumus :
LOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Dari tabel diatas didapatkan bahwa ALOS Instalasi Rawat Inap Mawar
Merah Putih pada Tribulan III Tahun 2019 masih dibawah standar yang telah
ditentukan yaitu 3,8 hari. Lama pasien dirawat sangat tergantung dari diagnosa
penyakit yang diderita si pasien. Semakin berat dan kompleks penyakit yang
diderita maka akan semakin lama pasien dirawat. Kasus penyakit terbanyak
dengan yang membutuhkan hari perawatan yang lebih lama antara lain DM
gangren, anemia, hypoalbumin, TB MDR, dan kasus penyakit lain yang
membutuhkan perbaikan kondisi umum yang lama. Sedangkan untuk diagnosa
yang tidak membutuhkan waktu lama untuk pengobatan antara lain hemofilia,
GEA, dyspepsia dan sebagainya.

b. BTO (Bed Turn Over)


BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur
pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50
kali.

Rumus :
BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur

Dari tabel diatas didapatkan bahwa BTO Instalasi Rawat Inap Mawar
Merah Putih pada Tribulan III Tahun 2019 diatas standar yang telah ditentukan
yaitu 19,1 atau dibulatkan menjadi 19 kali. Namun jika dibandingkan dengan
periode yang sama Tribulan III Tahun 2018 (17 kali) BTO Instalasi Rawat Inap
Mawar Merah Putih mengalami peningkatan sebanyak 2 kali pemakaian per
tempat tidur selama satu semester.

c. TOI (Turn Over Interval)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur
tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

Rumus :

TOI =((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien


keluar (hidup +mati)
Dari tabel diatas didapatkan bahwa TOI Instalasi Rawat Inap Mawar Merah
Putih pada Tribulan III Tahun 2019 berada diantara standar yang telah
ditentukan yaitu 1,0 hari. Jika dibandingkan dengan periode yang sama
Tribulan III Tahun 2018 (1,1 hari) TOI Instalasi Rawat Inap Mawar Merah Putih
mengalami penurunan sebesar 0,1 hari. Namun upaya menjaga kualitas
layanan terutama dalam hal sarana prasarana tetap dijaga. Salah satunya
adalah pembersihan tempat tidur menggunakan meliseptol tiap kali tempat tidur
selesai dipakai.

d. Mahasiswa praktek
Berdasarkan data pada tanggal 23 desember 2019 didapatkan bahwa :

No Klasifikasi Jumlah
1 Mahasiswa Profesi Ners 69

e. Analisa SWOT M5 (MUTU)

ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING

a. Internal Faktor

b. Strength
1. Kepuasan 0,5 3 1,5
2. Rata-rata bor
cukup baik 0,025 3 0,075
3. Sebagai S-W
tempat 0,025 3 0,075 1,65 - 2=
praktik -0,35
mahasiswa
keperawatan
D-3 maupun
S-1

TOTAL 1 1,65
Weakness
Los yang menunjang
karena perawatan yang 1 2 2
lama

TOTAL 1 2

a. Ekternal faktor
(EFAS).

Opportunity
1.mahasiswa S-
1 keperawatan 0,5 3 1,5
praktik
managemen.
2.Kerja sama
yang baik antara 0,5 4 2
perawat dan
mahasiswa

TOTAL 1 3,5 O–T


3,5 – 1,25=
Threatened. 2,25
1. Adanya
peningkatan
standar 0,75 1 0,75
masyarakat
yang harus
dipenuhi
2. Persaingan
RS dalam 0,25 2 0,5
memberikan
pelayanan
keperawatan.

TOTAL 1 1,25

M5 (Mutu)
a. Internal Faktor
( IFAS ).
Strength.
1. Kepuasan
pasien
terhadap 0,5 3 1,5
pelayanan
kesehatan
dirumah sakit
2. Rata-rata
BOR cukup 0,025 3 0,075
baik
3. Sebagai
tempat
praktik
mahasiswa 0,025 3 0,075
keperawatan
D-3 maupun
S-1.

TOTAL 1 0,15 S-W


0,15 – 2=
Weakness. -1,85
LOS yang
memanjang 1 2 2
karena
perawatan
yang lama

TOTAL 1 2
b. Eksternal Faktor
(EFAS).
Opportunity.
1. Mahasiswa
S-1
Keperawatan
management
dan 0,5 3 1,5
mahasiswa.
2. Kerjasama
yang baik
antar 0,5 2 1
perawata
dan
mahasiswa

TOTAL
1 2,5
Threatened.
1.Adanya
peningkatan
standar
masyarakat O–T
yang harus 0,75 2 1,5 2,5 – 2 =
dipenuhi. 0,5
2.persaingan
RS dalam
memberikan
pelayanan 0,25 2 0,5
keperawatan.

TOTAL 1 2

Anda mungkin juga menyukai