Kira-kira 75% asam amino digunakan untuk sintesis protein. Asam-asam amino dapat
diperoleh dari protein yang kita makan atau dari hasil degradasi protein di dalam tubuh kita.
Degradasi ini merupakan proses kontinu, karena protein di dalam tubuh secara terus menerus
diganti (protein turnover).
Secara garis besar fungsi protein dalam sistem biologis dibedakan menjadi 8 fungsi, yaitu:
1) Sebagai biokatalis: enzim ialah katalis biologi utama dalam semua sistem kehidupan
bahkan hingga yang terkecil seperti virus. Tidak ada satu langkah pun reaksi-reaksi
biokimia yang dikatalisis oleh enzim, hal ini disebabkan semua reaksi-reaksi tersebut
terjadi pada suhu yang relatif rendah (30oC), enzim berperan juga menurunkan energi
aktivasi suatu reaksi.
2) Sebagai pengangkut: hemoglobin merupakan contoh protein yang berfungsi sebagai
pengangkut. Oksigen dan CO2 dalam darah diangkut dalam bentuk oksihemoglobin
(berwarna merah cerah) dan karboksihemoglobin (warna merah gelap), begitu pula
lipoprotein plasma yang beratanggung jawab mengangkut lipida dalam darah.
3) Sebagai reseptor: berbagai pesan biologis seperti protein yang terdapat di permukaan
sel mampu menerima pesan dari protein lain seperti hormon. Rhodopsin adalah
protein khusus sebagai fotoreseptor pada sel retina mata.
4) Sebagai pembawa pesan: hormon merupakan salah satu contoh. Banyak hormon
berfungsi sebagai pembawa pesan biokimiawi yang strukturnya berupa protein seperti
insulin dan hormon pertumbuhan. Protein kinase merupakan pembawa pesan (pesan
skunder).
5) Sebagai pembangun/struktural: ini merupakan protein dongan peran khusus sebagai
pembangun jaringan. Kolagen dan elastin merupakan contoh yang membentuk
jaringan ikat bahkan tulangpun dibangun oleh protein yang berinteraksi dengan
mineral.
6) Sebagai pelindung: contoh protein yang terdapat di saliva, dan lendir-lendir tubuh
yang terdapat dalam saluran cerna, saluran pernafasan, saluran urin dan endometrium
rahim.
Metabolisme protein merupakan deskripsi dari proses fisik dan juga kimia yang
menyebabkan baik pembentukan ataupun sintesis, asam amino menjadi protein dan
pemecahan, atau katabolisme, protein membentuk asam amino.
Protein dalam sel hidup terus menerus diperbaharui melalui proses pertukaran protein,
yaitu suatu proses berkesinambungan yang terdiri atas penguraian protein yang sudah ada
menjadi asam amino bebas dan resintesis selanjutnya dari asam-asam amino bebas menjadi
protein. Dalam tubuh sekitar 1-2 % protein mengalami peruraian setiap hari. Sekitar 75- 80 %
dari asam amino yang dibebaskan akan digunakan kembali untuk sintesis protein yang baru.
Nitrogen sisanya akan dikatabolisasi menjadi urea (pada mamalia) dan kerangka karbon bagi
senyawa-senyawa amfi bolik (Murray,K., 2002).
Untuk mempertahankan kesehatan, manusia memerlukan 30- 60 g protein setiap hari atau
ekivalen dalam bentuk asam amino bebas.. Asam-asam amino yang berlebih tidak akan
disimpan, tetapi diuraikan dengan cepat. Di dalam sel, protein akan diuraikan menjadi asam-
asam amino oleh protease dan peptidase. Protease intrasel akan memutus ikatan peptida
internal protein sehingga terbentuk senyawa peptida (Murray,K., 2002).
Selanjutnya, oleh peptidase, peptida akan diuraikan menjadi asam-asam amino bebas.
Endopeptidase akan memutus ikatan peptida internal sehingga terbentuk peptida-peptida
yang lebih pendek, selanjutnya ammopeptidase dan karboksi peptidase akan membebaskan
asam-asam amino masing-masing dalam gugus terminal-N dan –C pada peptida-peptida
tersebut. Penguraian protein seperti yang disebutkan di atas adalah untuk protein ekstrasel
dan intrasel yang mana penguraiannya tidak memerlukan ATP. Untuk protein yang berusia
pendek dan yang abnormal penguraiannya terjadi pada sitosol dan memerlukan ATP atau
ubikuitin. Asam amino yang terbentuk dari katabolisme protein ini akan dimetabolisasi
Tahap awal pembentukan metabolisme asam amino, melibatkan pelepasan gugus amino,
kemudian baru perubahan kerangka karbon pada molekul asam amino. Dua proses utama
pelepasan gugus amino yaitu, transaminasi dan deaminasi. Dilanjutkan dengan memisahkan
gugus karbosil dari asam amino melalui proses dekarboksilasi.
1. Proses Transaminasi
alanin
transaminase
glutamate
transaminase
Reaksi transminasi bersifat reversible. Pada reaksi ini tidak ada gugus amino yang
hilang, karena gugus amino yang dilepaskan oleh asam amino diterima oleh asam keto
(Poedjiadi, 1994).
Enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi tersebut ialah alanin-glutamat
transminase (Poedjiadi, 1994). Dari reaksi-reaksi diatas dapat dilihat bahwa walaupun ada
beberapa jalur reaksi transminase, namun asam ketoglutarat merupakan akseptor gugus
amino yang terakhir. Dengan demikian hasil reaksi transminasi keseluruhan ialah asam
glutamate (Poedjiadi, 1994).
Reaksi transminasi ini terjadi dalam mitokondria maupun dalam cairan sitoplasma.
Semua enzim transminasi tersebut dibantu oleh piridoksalfosfat sebagai koenzim.
Piridoksalfosfat tidak hanya merupakan koenzim pada reaksi transaminasi, tetapi juga pada
reaksi-reaksi metabolisme yang lain (Poedjiadi, 1994).
Asam amino dengan reaksi transaminasi dapat diubah menjadi asam glutamat. Dalam
beberapa sel misalnya bakteri, asam glutamat dapat mengalami proses diaminasi oksidatif
yang menggunakan glutaman dehidrogenase sebagai katalis.
Dalam proses ini asam glutamat melepaskan gugus amino dalam bentuk NH4+ . selain
NAD+ glutamat dehidrogenase dapat pula menggunakan NADP+ sebagai akseptor elektron.
Oleh karena asam glutamat merupakan hasil akhir proses transaminasi, maka glutamat
dehidrogenase merupakan enzim yang penting dalam metabolisme asam amino. Dua jenis
dehidrogenase lain yang penting ialah L-asam amino oksidase dan D-asam amino oksidase.
L-asam amino oksidase adalah enzim flavoprotein yang mempunyai gugus prostetik
flavinmononukleotida (FMN). Enzim ini terdapat dalam sel hati pada endoplasmik retikulum
dan bukan merupakan enzim yang penting. D – asam amino oksidase adalah juga enzim
flavoprotein dan merupakan katalis pada reaksi :
Enzim ini mempunyai FAD sebagai gugus prospetik dan terdapat dalam sel hati. Oleh
karena D-asamamino jarang terdapat dalam tubuh manusia, maka fungsi D-asam amino
oksidase.
Proses diaminasi asam amino dapat terjadi secara oksidatif dan non oksidatif. Contoh
asam amino yang mengalami proses deaminasi oksidatif adalah asam glutamat. Reaksi
degradasi asam glutamat dikatalis oleh enzim L-glutamat dehidrogenase yang dibantu oleh
NAD atau NADP.
Deaminasi non oksidatif adalah penghilangan gugus amino dari asam amino serin yang
dikatalis oleh enzim serindehidratase. Asam amino teronin juga dapat mengalami deaminasi
non oksidatif dengan katalis kreonin dehidratase menjadi keto butirat.
3. Proses Dekarboksilasi
Memisahkan gugusan karboksil dari asam amino, sehingga terjadi ikatan baru yang
merupakan zat antara yang masih mengandung N. Proses Dekarboksilasi yang berlangsung
di membran luar mitocondria merupakan fase antara sebelum Siklus Krebs (Pra Siklus
Krebs) sehingga DO sering dimasukkan langsung dalam Siklus krebs. Reaksi oksidasi
piruvat hasil glikolisis menjadi asetil koenzim-A, merupakan tahap reaksi penghubung yang
MAKALAH BIOKIMIA KELOMPOK 1
POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN Page 9
penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme lingkar asam trikarboksilat (daur Krebs).
Reaksi yang dikatalisis oleh kompleks piruvat dehidrogenase dalam matriks mitokondria
melibatkan tiga macam enzim yaitu piruvat dehidrogenase, dihidrolipoil transasetilase, dan
dihidrolipoil dehidrogenase dan lima macam koenzim yaitu tiaminpirofosfat, asam lipoat,
koenzim-A, flavin adenin dinukleotida, dan nikotinamid adenin dinukleotida yang
berlangsung dalam lima tahap reaksi.
1) Pada tahap pertama reaksi ini akan dikatalisis oleh enzim piruvat dehidrogenase dan
menggunakan tiamin pirofosfat sebagai koenzimnya. Dekarboksilasi piruvat
menghasilkan senyawa α-hidroksietil yang terkait pada gugus cincin tiazol dari tiamin
pirofosfat.
2) Pada tahap reaksi kedua α-hidroksietil dehidrogenase menjadi asetil yang kemudian
dipindahkan dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang berikutnya, yaitu
asam lipoat, yang terikat pada enzim dihidrolipoil transasetilase. Dalam hal ini gugus
disulfida dari asam lipoat diubah menjadi bentuk reduksinya, gugus sulfhidril.
3) Pada tahap reaksi ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan perantara enzim dari gugus
lipoil pada asam dihidrolipoat, kegugus tiol (sulfhidril pada koenzim-A). Kemudian
asetil ko-A dibebaskan dari sistem enzim kompleks piruvat dehidrogenase.
4) Pada tahap reaksi keempat gugus tiol pada gugus lipoil yang terikat pada dihidrolipoil
transasetilase dioksidasi kembali menjadi bentuk disulfidanya dengan enzim
dihidrolipoil dehidrogenase yang berikatan dengan FAD (flavin adenin dinukleotida).
5) Akhirnya tahap reaksi kelima, FADH+ (bentuk reduksi dari FAD) yang tetap terikat
pada enzim, dioksidasi kembali oleh NAD+ (nikotinamid adenin dinukleotida)
menjadi FAD, sedangkan NAD+ berubah menjadi NADH (bentuk reduksi dari
NAD+) akan digunakan dalam siklus krebs.
Karbohidrat, asam lemak dan hampir semua asam amino akhirnya dioksidasi menjadi
CO2 dan H2O melalui siklus asam sitrat. Namun demikian sebelumnya, kerangka
karbonnya harus dipecahkan sehingga molekul ini menghasilkan gugus asetil (asetil KOA).
Pada reaksi ini, piruvat mengalami dekarboksilasi oksidatif, yaitu suatu proses
dehidrogenasi yang melibatkan pemindahan gugus karboksil sebagai molekul CO2 dan
gugus asetil sebagai asetil-KOA. Kedua atom hidrogen yang dilepaskan dari piruvat muncul
sebagai NADH dan H+. NADH yang terbentuk ini lalu memberikan elektronnya kepada
rantai transpor elektron, yang selanjutnya membawa elektron ini ke molekul oksigen.
Asam amino glukogenik adalah asam-asam amino yang dapat masuk ke jalur produksi
piruvat atau intermediat siklus asam sitrat seperti α-ketoglutarat atau oksaloasetat.
Semuaasam amino ini merupakan prekursor untuk glukosa melalui jalur glukoneogenesis.
Semuaasam amino kecuali lisin dan leusin mengandung sifat glukogenik. Lisin dan leusin
adalahasam amino yang semata-mata ketogenik, yang hanya dapat masuk ke intermediat
asetil KoA atau asetoasetil KoA.
Sekelompok kecil asam amino yaitu isoleusin, fenilalanin, threonin, triptofan, dan tirosin
bersifat glukogenik dan ketogenik. Akhirnya, seharusnya kita kenal bahwa ada 3
kemungkinan penggunaan asam amino. Selama keadaan kelaparan pengurangan rangka
karbon digunakan untuk menghasilkan energi, dengan proses oksidasi menjadi CO2 dan
H2O.
Dari 20 jenis asam amino, ada yang tidak dapat disintesis oleh tubuh kita sehingga harus
ada di dalam makanan yang kita makan. Asam amino ini dinamakan asam amino esensial,
selebihnya adalah asam amino yang dapat disintesis dari asam amino lain. Asam amino ini
dinamakan asam amino non-esensial.
Glutamat dan aspartat disintesis dari asam α-keto dengan reaksi tranaminasi sederhana.
Katalisator reaksi ini adalah enzim glutamat dehidrogenase dan selanjutnya oleh aspartat
aminotransferase, AST.
Reaksi biosintesis glutamat : Aspartat juga diturunkan dari asparagin dengan bantuan
asparaginase. Peran penting glutamat adalah sebagai donor amino intraseluler utama untuk
reaksi transaminasi. Sedangkan aspartat adalah sebagai prekursor ornitin untuk siklus urea.
b) Biosintesis alanin
Alanin dipindahkan ke sirkulasi oleh berbagai jaringan, tetapi umumnya oleh otot.
Alanin dibentuk dari piruvat. Hati mengakumulasi alanin plasma, kebalikan transaminasi
yang terjadi di otot dan secara proporsional meningkatkan produksi urea. Alanin
dipindahkan dari otot ke hati bersamaan dengan transportasi glukosa dari hati kembali ke
otot. Proses ini dinamakan siklus glukosa-alanin. Fitur kunci dari siklus ini adalah bahwa
dalam 1 molekul, alanin, jaringan perifer mengekspor piruvat dan amonia ke hati, di mana
rangka karbon didaur ulang dan mayoritas nitrogen dieliminir.
c) Biosintesis sistein
Sulfur untuk sintesis sistein berasal dari metionin. Kondensasi dari ATP dan metionin
dikatalisis oleh enzim metionin adenosiltransfrease menghasilkan S-adenosilmetionin
(SAM).
Reaksi transmetilasi melibatkan SAM sangatlah penting, tetapi dalam kasus ini peran
S-adenosilmetionin dalam transmetilasi adalah sekunder untuk produksi homosistein
(secara esensial oleh produk dari aktivitas transmetilase). Dalam produksi SAM, semua
fosfat dari ATP hilang: 1 sebagai Pi dan 2 sebagai Ppi. Adenosin diubah menjadi metionin
bukan AMP. Dalam sintesis sistein, homosistein berkondensasi dengan serin
menghasilkan sistationin dengan bantuan enzim sistationase. Selanjutnya dengan bantuan
enzim sistationin liasesistationin diubah menjadi sistein dan α-ketobutirat. Gabungan dari
2 reaksi terakhir ini dikenal sebagai trans-sulfurasi.
d) Biosintesis tirosin
Glutamat adalah prekursor ornitin dan prolin. Dengan glutamat semialdehid menjadi
intermediat titik cabang menjadi satu dari 2 produk atau lainnya. Ornitin bukan salah satu
dari 20 asam amino yang digunakan untuk sintesis protein. Ornitin memainkan peran
signifikan sebagai akseptor karbamoil fosfat dalam siklus urea. Ornitin memiliki peran
penting tambahan sebagai prekursor untuk sintesis poliamin. Produksi ornitin dari
glutamat penting ketika diet arginin sebagai sumber lain untuk ornitin terbatas.
Penggunaan glutamat semialdehid tergantung kepada kondisi seluler. Produksi ornitin dari
semialdehid melalui reaksi glutamat-dependen transaminasi. ketika konsentrasi arginin
meningkat, ornitin didapatkan dari siklus urea ditambah dari glutamat semialdehid yang
menghambat reaksi aminotransferase. Hasilnya adalah akumulasi semialdehid.
Semialdehid didaur secara spontan menjadi Δ1 pyrroline-5-carboxylate yang kemudian
direduksi menjadi prolin oleh NADPH-dependent reductase.
Jalur utama untuk serin dimulai dari intermediat glikolitik 3-fosfogliserat. NADH-
linked dehidrogenase mengubah 3-fosfogliserat menjadi sebuah asam keto yaitu 3-
fosfopiruvat, sesuai untuk transaminasi subsekuen. Aktivitas aminotransferase dengan
glutamat sebagai donor menghasilkan 3-fosfoserin, yang diubah menjadi serin oleh
fosfoserin fosfatase.
g) Biosintesis glisin
Jalur utama untuk glisin adalah 1 tahap reaksi yang dikatalisis oleh serin
hidroksimetiltransferase. Reaksi ini melibatkan transfer gugus hidroksimetil dari serin
untuk kofaktor tetrahidrofolat (THF), menghasilkan glisin dan N5, N10-metilen-THF.