Anda di halaman 1dari 6

PEMUAIAN

A. Pengertian Pemuaian
Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan
suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor.
Pemuaian terjadi ketika zat dipanaskan (menerima kalor), partikel-partikel zat
bergetar lebih cepat sehingga saling menjauh dan benda memuai. Sebaliknya,
ketika zat didinginkan (melepas kalor) partikel-partikel zat bergetar lebih lemah
sehingga saling mendekati dan benda menyusut.
Pemuaian terjadi pada 3 zat yaitu pemuaian pada zat padat, pada zat cair, dan
pada zat gas.
Pemuaian pada zat gas ada 3 jenis yaitu pemuaian panjang (untuk satu
demensi), pemuaian luas (dua dimensi) dan pemuaian volume (untuk tiga dimensi).
Sedangkan pada zat cair dan zat gas hanya terjadi pemuaian volume saja, khusus
pada zat gas biasanya diambil nilai koofisien muai volumenya sama dengan 1/273.

Pemuaian Zat Padat

Coba kamu amati bingkai kaca jendela di ruang kelasmu! Adakah bingkai
jendela yang melengkung? Tahukah kamu apa sebabnya? Bingkai jendela tersebut
melengkung tidak lain karena mengalami pemuaian. Pemuaian yang terjadi pada
benda, sebenarnya terjadi pada seluruh bagian benda tersebut. Namun demikian,
untuk mempermudah pemahaman maka pemuaian dibedakan tiga macam, yaitu
pemuaian panjang, pemuaian luas, dan pemuaian volume.

1. Pemuaian panjang
Pemuaian panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena
menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal sangat kecil
dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut. Sehingga lebar dan tebal
dianggap tidak ada. Contoh benda yang hanya mengalami pemuaian panjang saja
adalah kawat kecil yang panjang sekali.
Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang
awal benda, koefisien muai panjang dan besar perubahan suhu. Koefisien muai
panjang suatu benda sendiri dipengaruhi oleh jenis benda atau jenis bahan.

Secara matematis persamaan yang digunakan untuk menentukan pertambahan


panjang benda setelah dipanaskan pada suhu tertentu adalah

Bila ingin menentukan panjang akhir setelah pemanasan maka digunakan


persamaan sebagai berikut :

Yang perlu diperhatikan adalah didala rumus tersebut banyak sekali


menggunakan lambang sehingga menyulitkan dalam menghapal. Disarankan untuk
sering menggunakan rumus tersebut dalam mengerjakan soal dan tidak perlu
dihapal.
Pemuaian volume
Pemuaian volume adalah pertambahan ukuran volume suatu benda karena
menerima kalor. Pemuaian volume terjadi benda yang mempunyai ukuran panjang,
lebar dan tebal. Contoh benda yang mempunyai pemuaian volume adalah kubus,
air dan udara. Volume merupakan bentuk lain dari panjang dalam 3 dimensi karena
itu untuk menentukan koefisien muai volume sama dengan 3 kali koefisien muai
panjang. Sebagaimana yang telah dijelskan diatas bahwa khusus gas koefisien
muai volumenya sama dengan 1/273
Persamaan yang digunakan untuk menentukan pertambahan volume dan
volume akhir suatu benda tidak jauh beda pada perumusan sebelum. Hanya saja
beda pada lambangnya saja. Perumusannya adalah
ANALISIS KADAR FREELIME (FCaO) TERHADAP UJI PEMUAIAN SEMEN
PORTLAND TIPE I OPC DAN PCC DI PT. SEMEN BATURAJA PERSERO (Tbk) SITE
PANJANG
1. DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Data Pengamatan
Adapun data pengamatan yang diperoleh berdasarkan analisis kandungan Freelime
(FCaO) terhadap uji pemuaian semen OPC dan PCC menggunakan Autoclave adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Data analisis Freelime sampel semen OPC terhadap Pemuaian
NO Freelime (FCaO) standar max 2% Pemuaian (%) standar max 0.8%
1 1.58 0.0470
2 1.54 0.0360
3 1.64 0.0900

4 1.60 0.0390

5 1.72 0.0390

6 1.45 0.0520

7 1.28 0.0380

8 1.70 0.0490
Tabel 2. Data analisis Freelime sampel semen PCC terhadap Pemuaian

NO Freelime (%FCaO) standar max 2% Pemuaian (%) standar max 0.8%


1 1.64 0.031
2 1.58 0.012
3 1.60 0.055
4 1.58 0.039
5 1.66 0.068
6 1.72 0.033
7 1.49 0.092
8 1.57 0.046

Pembahasan

Semen yang digunakan dalam analisis Praktik Kerja Lapangan ini berupa semen portland Tipe I OPC dan
PCC. PT. Semen Baturaja Persero (Tbk) melakukan pengujian semen di laboratorium pengendalian mutu,
pengujian ini dilakukan dengan cara menguji sifat fisika dan kimia semen tersebut setelah produksi dan
sebelum dipasarkan secara luas. Salah satunya dengan menganalisis kadar freelime (kapur bebas) yang
terkandung dalam semen supaya tidak menimbulkan pemuaian atau penyusutan terhadap semen jika
terkena cuaca ekstrim. Hal ini dilakukan karena kadar freelime dapat mengurangi kualitas dari semen itu
sendiri. Tujuan dilakukan analisis terhadap kadar freelime ialah untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
uji fisik pemuaian semen. Analisis dilakukan dengan mentitrasi sampel semen OPC dan PCC untuk
mendapatkan kadar freelime dari sampel produksi semen setiap harinya. Sehingga didapatkan kadar
freelime yang sesuai standar mutu SNI 15-2049-2004 untuk semen OPC dan SNI 15-7064-2004 untuk
semen PCC dengan reaksi pembentukan antara CaO bebas dengan unsur–unsur lain seperti SiO2, Al2O3,
Fe2O3.

Kekalan (Pemuaian) didefinisikan sebagai kemampuan pasta semen yang mengeras untuk
mempertahankan volumenya setelah proses pengikatan berakhir. Kestabilan volume ini dapat
terganggu karena adanya CaO bebas (free lime) dan MgO bebas (periclase) yang berlebihan
(mengakibatkan ekspansi).

Metode analisis kadar freelime yang digunakan adalah metode volumetri. Sampel semen OPC
dan PCC ditimbang sebanyak 0,5 gram, kemudian ditambahkan larutan gliserol-etanol (1:5) yang
bertujuan untuk melarutkan kapur bebas yang terkandung dalam semen. Kemudian ditambahkan
0,5 gr BaCl2 kering. Penambahan BaCl2 ini berfungsi untuk membentuk warna merah muda pada
larutan setelah dipanaskan. Destruksi kemudian dilakukan di atas pemanas dan ditunggu hingga
berwarna merah muda. Ion Ca2+ akan menjadi kompleks berwarna merah muda dengan Cl dalam
pelarut gliserol-etanol. Setelah itu dilakukan titrasi dengan menggunakan larutan amonium asetat
hingga terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi bening. Pentiteran dihentikan apabila
larutan tersebut sudah tidak berwarna merah muda lagi. Pada pentiteran, terjadi reaksi sebagai
berikut :
Kompleks Ca+CH3COONH4 (CH3COO)2 Ca+NH4+

Kapur bebas yang terdapat dalam terak atau semen adalah CaO yang tidak bersenyawa atau berikatan
dengan oksida-oksida lainnya, seperti SiO2, Al2O3 dan Fe2O3. Reaksi yang terjadi adalah:

CaO + H2O Ca(OH)2

Reaksi hidrasi berlangsung lambat sekali, baru selesai pada waktu pengikatan akhir semen sudah
terlampaui. Padahal Ca(OH)2 yang terbentuk mempunyai volume lebih besar dari CaO. Pertambahan
volume ini (ekspansi) terjadi pada saat semen sudah tidak plastis lagi. Akibatnya timbul keretakan yang
dapat merendahkan mutu semen

Pasta semen yang telah dibuat kemudian dicetak dalam cetakan berukuran 25x25x285 mm setelah itu
menempatkan cetakan yang berisi pasta di ruang lembab 23±1,7ºC dengan kelembaban di atas 95%
selama ± 20 jam. Setelah itu mengukur panjang benda uji dengan segera menggunakan pembanding
panjang (Lenght Comparator). Dan memasukkan benda uji yang sudah diukur ke dalam Autoclave
setelah itu mengukur panjang akhir benda uji dengan Length Comparator supaya dapat dibandingkan
antara panjang awal dan panjang akhir benda uji.

Persentase kadar kapur bebas yang didapat berdasarkan analisisi berkisar antara 1,00-1,72%
dengan rata-rata hasil analisis selama 8 hari sebesar 1,56% untuk semen OPC dengan pemuaian
rata-rata 0.049% dan untuk semen PCC diperoleh sebesar 1.60% dengan pemuaian rata-rata
0.047%, dimana standar persentase kadar F.CaO maksimal adalah 2% dan standar Pemuaian
maksimal 0.8%.

Gambar 5.1. Grafik Kadar FCaO Terhadap Pemuaian Semen OPC

Gambar 5.2. Grafik Kadar FCaO Terhadap Pemuaian Semen PCC

Pada Gambar 5.1 dan 5.2 di atas menunjukkan bahwa kadar pemuaian dan kadar FCaO semua
sampel semen baik OPC maupun PCC tidak melebihi standar yang telah ditetapkan. Ini
menunjukkan bahwa semen Baturaja lolos standar uji dan layak untuk dipasarkan.

Hubungan antara FCaO dengan uji Pemuaian pada sampel semen berdasarkan teori seharusnya
berbanding lurus, ketika nilai FCaO semakin tinggi maka nilai dari Pemuaian akan semakin
tinggi pula. Namun grafik di atas tidak demikian, karena tidak selamanya pemuaian dipengaruhi
oleh kadar freelime yang tinggi. Bisa saja karena terdapat faktor lain dari komposisi semen itu
sendiri, semisal kadar MgO (periclase). MgO yang terbentuk tidak bereaksi dengan oksida-
oksida utama seperti SiO2, Al2O3, dan Fe2O3, sebagian akan terlarut dalam mineral-mineral
potensial terak sebagian lagi membentuk kristal perisicle. Seperti halnya CaO bebas, perisicle
juga terkena hard-bund. Akibat reaksinya perisicle dengan air berjalan sangat lambat dan pada
suhu kamar akan berlangsung terus dalam jangka waktu setahun. Pertambahan volume akibat
terbentuknya Mg(OH)2, seperti halnya Ca(OH)2 akan menyebabkan keretakan-keretakan
(cracking) pada semen yang digunakan.
Dari hasil Grafik 5.1 pada point 6 ketika kadar freelime bernilai 1.64% semen OPC mengalami
pemuaian yang tinggi bernilai 0.09% dibandingkan dengan sampel yang lain. Sedangkan
pemuaian terendah 0.036% terjadi dipoint ketiga saat kadar freelime bernilai 1.54%. Komposisi-
komposisi bahan pembuat semen yang digunakan sebagai sampel juga berpengaruh terhadap
kadar freelime. Kadar freelime dapat ditekan seminimal mungkin dengan cara menstabilkan
temperatur pada saat penggilingan klinker.

Pada Gambar 5.2 terlihat beberapa point yang menunjukkan kadar FCaO terhadap pemuaian
tidak selalu berbanding lurus. Pada point satu kadar FCaO paling rendah 1.49% namun
pemuaiannya paling tinggi yaitu 0.092%, di point tujuh kadar FCaO 1.66% pemuaiannya bernilai
0.068%, sedangkan pemuaian terendah 0.012% pada point kedua dengan kadar FCaO 1.58%.
Hal ini terjadi akibat CaO bebas (free lime) yang sangat reaktif dengan air, sehingga selama
proses penggilingan maupun penyimpanan, CaO bebas yang ada akan mengikat air dari udara.
Meskipun demikian, CaO bebas akan bereaksi dengan cepat pada saat air ditambahkan ke dalam
semen dan volume akhir reaksi lebih besar bila di bandingkan sebelum reaksi.

Semakin besar volume amonium asetat yang digunakan untuk titrasi, semakin besar pula kadar
kapur bebas yang terkandung dalam semen. F.CaO adalah kadar kapur bebas yang terkandung
dalam semen yang apabila kadarnya melebihi persyaratan, maka akan sangat merugikan
konsumen, karena jika kadar kapur bebas yang dimiliki oleh semen berlebih, berakibat semen
tersebut tidak kuat dan rapuh (Yulianto, 1995).

Anda mungkin juga menyukai