MAKALAH
Dosen Pembimbing:
Oleh:
Kelompok 3
NOVEMBER 2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum W.W.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Serta puji
dan syukur atas kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga
terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, seluruh keluarga, sahabat-sahabat dan
pengikut Beliau hingga akhir jaman ila yaumil qiyamah.
Amin.
Wassalamualaikum W. W.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai beriku:
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
besar-besaran di Amerika Serikat. Saus tomat buatan perusahaan
Jonas Yerks sudah dijual secara nasional pada tahun 1837. Jejak
Jonas Yerks banyak diikuti perusahaan lain seperti F. & J. Heinz
yang memulai produksi saus tomat pada tahun 1876.
Persyaratan mutu saus tomat adalah seperti pada tabel di bawah ini.
4
Tabel Persyaratan Saus Tomat (Sumber : SNI 01-3546-1994)
1. Keadaan
Brix, 20
2. Jumlah padatan terlarut o Min. 30
C
Sesuai dengan
4.1 Pengawet SNI 01-0222-1995 dan
peraturan dibidang
makanan yang berlaku
Sesuai dengan
4.2 Pewarna tambahan SNI 01-0222-1995 dan
peraturan dibidang
makanan yang berlaku
5. Cemaran logam
7. Cemaran mikroba
5
7.2 Kapang dan khamir Koloni/g Maks. 50
*Dikemas di dalam botol
**Dikemas di dalam kaleng
a. Tomat
6
Tomat merupakan komoditas yang cepat rusak (perishable),
sehingga memerlukan penanganan yang tepat sejak dipanen.
Pengolahan tomat menjadi berbagai produk pangan menjadi salah satu
pilihan untuk dapat mengkonsumsi tomat dan memperoleh manfaat
dari sifat fungsional tomat, salah satu bentuk olahan tomat yaitu saus
tomat. Saus tomat terbuat dari pasta tomat, yaitu tomat yang dijadikan
bubur kental (puree tomat). Pasta tomat adalah tomat konsentrat yang
mengandung 24% atau lebih padatan terlarut tomat alami. Sifat kimia
puree maupun pasta tomat diperlukan agar produk tersebut diketahui
kandungan gizi dan zat alami yang ada di dalamnya.
7
mikroba. Dalam pembuatan saus tomat digunakan bahan pengasam
jenis asam sitrat.
c. Bahan Pengawet
d. Garam
8
e. Air
f. Bumbu
a) Pemilihan Tomat
Sebelum pembuatan bubur, hal yang harus diperhatikan yaitu Buah tomat
yang akan digunakan dan diolah adalah buah segar yang sehat dengan
tingkat kematangan yang merata, tidak lembek, cukup besar dan tidak
cacat.
b) Pembersihan Tomat
Buah tomat yang telah dipilih dicuci dengan air bersih agar terbebas dari
segala kotoran yang masih melekat pada buah tomat. Selain itu, tangkai
buah yang masih menempel pada tomat juga dibersihkan. Buah tomat
yang telah bersih ditampung dalam tempat penirisan.
9
c) Pemanasan Pendahuluan
Sebelum diproses lebih lanjut, buah tomat dipanasi lebih dahulu, tujuan
dari pemanasan pendahuluan yaitu untuk mengurangi jumlah mikroba
pada tomat dan sekaligus menonaktifkan enzim penyebab perubahan
warna. Pemanasan awal dilakukan dengan cara mencelupkan buah tomat
ke dalam air mendidih selama 10 menit atau dengan pengukusan.
10
yang telah mengental, ditambahkan gula pasir dan garam sambil diaduk
sampai merata. Selanjutnya, bumbu yang telah saring dicampurkan ke
dalam bubur tomat yang sedang dimasak.
c) Pemberian Pengawet
Bubur tomat yang telah diberi bumbu, dimasak sampai diperoleh
kekentalan yang sesuai. Dalam proses pengentalan, ditambahkan zat
pewarna, asam cuka 25 %, dan natrium benzoat.
3. Pengemasan
a) Sterilisasi Botol Kemasan.
Sebelum saus tomat selesai dimasak dan siap dikemas, botol
kemasan harus siap pakai dan dalam keadaan steril. Oleh karena itu,
pemberian botol harus dilakukan sebelum atau bersamaan dengan proses
pemasakan saus.
Botol dan tutup direndam dalam ember besar atau bak cucian.
Kemudian botol digosok dengan sabun, baik bagian luar maupun dalam.
Setelah dibilas sampai bersih dan tak berbau, botol ditiriskan sampai
kering.
Menjelang digunakan, botol disterilkan dengan cara botol dikukus
selama 20 menit terhitung sejak air mendidih. Selama pengukusan, tutup
botol tidak boleh terpasang. Pencucian dan pensterilan berlaku untuk
botol yang baru atau botol yang pakai ulang.
b) Pengisian.
Dalam keadaan masih panas, saus dituang ke dalam botol yang
telah disterilkan. Permukaan saus berjarak 1 cm 1.5 cm di bawah mulut
botol. Botol yang telah diisi dengan saus tomat segera ditutup.
c) Pasteurisasi.
Cara pengawetan saus dalam kemasan dengan cara dipanaskan.
Botol berisi saus direndam dalam air mendidih selama 30 menit.
Selanjutnya, botol diangkat dan diletakkan pada posisi terbalik selama 15
11
menit. Bila terjadi perembesan, tutup botol harus diganti dan dilakukan
pasteurisasi ulang.
d) Pemasangan Segel dan Label.
Segel merupakan jaminan bahwa botol saus belum pernah dibuka.
Botol-botol yang telah disegel, diberi label. Pada label tertera merek
dagang saus, komposisi bahan yang digunakan, dan isi bersih saus.
Setelah diberi label, botol-botol saus disimpan dalam suhu kamar dan siap
untuk dipasarkan.
12
awal solid dalam air limbah dengan cara
gravitasi
Bioreator anaero Mengolah atau menguraikan polutan-
polutan organik yang ada dalam air limbah
dengan bantuan mikroba yang bersifat
anaerob
Bioreaktor aero Mengolah atau menguraikan polutan-
polutan organik yang belum sempat terurai
pada bioreaktor anaerob dengan bantuan
mikroba yang bersifat aerob
Bak pengendap Memisahkan padatan (mikroba) yang ikut
akhir mengalir bersama air limbah yang telah
diolah secara gravitasi
13
dari pencucian botol untuk kemasan produk dan kotoran organik tersuspesi
lainnya dalam air limbah. Selain itu bak pengendap juga berfungsi sebagai bak
pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan (sludge digestion) karena
didalam bak ini juga akan tumbuh mikroba pengurai polutan limbah. Air limpasan
dari bak pengendap awal selanjutnya mengalir kedalam bioreaktor anaerob
(biofilter anaerob) dengan arah aliran dari atas ke bawah. Bioreaktor anaerob
tersebut diisi dengan media khusus biofilter tipe sarang tawon dari bahan plastik
yang berfungsi untuk tempat melekat, tumbuh dan berkembangbiak mikroba.
Disini polutan-polutan organik yang ada dalam air limbah akan diuraikan oleh
bakteri anaerob melalui reaksi biokimia menjadi gas metana (CH4) dan gas karbon
dioksida (CO2). Beberapa lama setelah beroperasi, pada permukaan media
biofilter akan tembentuk lapisan tipis yang merupakan gumpalan mikro-
organisme. Mikroba (mikro organisme) inilah yang berfungsi menguraikan
polutan-polutan organik yang ada dalam air limbah.
Air limbah dari bioreaktor anaerob kemudian mengalir kedalam bioreaktor
aerob yang juga dilengkapi media isian biofilter berupa sarang tawon. Disini yang
bekerja adalah mikroba aerobik yang memerlukan oksigen dalam aktifitasnya.
Kebutuhan oksigen dipenuhi dengan mensuplai udara dari luar melalui unit
blower dengan system aerasi. Sambil diaerasi atau dihembuskan udara dari luar,
mikro organisme aerob akan menguraikan polutan-polutan organik yang belum
sempat terurai pada bioreaktor anaerob. Dalam system ini air limbah akan
bersentuhan dengan mikro-orgainisme baik yang tersuspensi dalam cairan
maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat
meningkatkan efisiensi penguraian polutan organik. Disamping itu disini juga
akan terjadi proses nitrifikasi senyawa-senyawa anmonia (NH4+) oleh mikroba,
sehingga system ini disamping mengurangi polutan dari senyawa karbon juga
mampu mengeliminir polutan senyawa-senyawa anmonia. Proses ini sering
dinamakan aerasi kontak (Contact Aeration). Dari bioreaktor aerob, air dialirkan
ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini mikroba yang ikut mengalir
diendapkan, kemudian dipompa balik kembali ke bagian inlet bioreaktor aerob
untuk mempertahankan konsentrasi mikroba tetap selalu tinggi. Air limpasan
14
(over flow) dari bak pengendap akhir mengalir ke bak kontrol biologis yang telah
diisi dengan ikan sebagai media kontrol hidup. Disini ikan-ikan akan tetap hidup
segar apabila kualitas air olahan bagus, namun sebaliknya ikan-ikan akan mati
apabila kualitas air olahannya jelek. Dari bak kontrol biologis, air olahan sudah
dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum karena telah memenuhi
baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Kombinasi proses biologi anaerob dan
aerob ini, selain dapat menguraikan polutan-polutan organik (BOD, COD) dan
padatan tersuspensi (SS), juga mampu menghilangkan senyawa-senyawa
ammonia, phospat dan polutan lainnya sampai ketingkat dibawah baku mutu yang
ditetapkan oleh pemerintah.
2. Mencerahkan Kulit
Konsumsi Saus tomat secara rutin yang mempunyai kandungan
vitamin C dalam jumlah banyak dapat membantu mencerahkan kulit.
3. Penurun Kadar Kolesterol. Saus tomat dengan takaran 400 ml (bisa
ditambah jus tomat) selama 3 minggu bisa menurunkan kolesterol
seseorang sebanyak 13%.
4. Penurun Risiko Katarak
Dalam saus tomat, ada kandungan zat karotenoid. Zat ini
mempunyai manfaat perlindungan mata atas radikal bebas dan
pertambahan umur. Jenisnya ialah lutein dan zeksantin
5. Pelindung Paru-paru
15
Tomat memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar likopena
di dalam darah. Dengan demikian, paru-puru pun bisa terlindungi dari
radikal bebas. Akan tetapi, perlu diingat bahwa kandungan garam
dalam saus tomat yang dibeli dalam kemasan atau botol biasanya
tinggi. Saus tomat yang baik adalah saus tomat buatan sendiri dengan
kadar garam yang rendah.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
1. Saus berasal dari kata sauce yang berarti digarami. Saus berasal dari
Amerika
2. Saus tomat memiliki 7 syarat mutu yang harus ada dalam suatu saus
tomat yang baik dan layak dikonsumsi.
3. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat saus tomat terdiri dari
bahan baku utama dan bahan baku tambahan. Bahan baku utama
pembuatan saus tomat adalah tomat segar sedangkan bahan baku
16
tambahan pembuatan saus tomat ada 6 macam yaitu bahan
Pengental, bahan Pengasam, bahan Pengawet, garam, air, dan bumbu.
4. Proses pembuatan saus tomat terdiri dari 3 tahap utama yaitu tahap
pembuatan bubur tomat, tahap pemasakan tomat dan tahap
pengemasan.
5. Mengkonsumsi saus tomat memiliki beberapa manfaat yaitu
Mencegah Kerusakan Sel Kulit, mencerahkan Kulit, penurun Kadar
Kolesterol, penurun risiko katarak, dan sebagai pelindung Paru-paru
3.2. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat
membuat saus tomat sendiri yang aman dan dapat membuat saus tomat
dengan macam dan tampilan yang menarik.
DAFTAR PUSTAKA
17
Trisnawati, Y. 1993. Tomat: Pembudidayaan Secara Komersial. Penebar
Swadaya, Jakarta
Winarno, F. G. 1994. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
18