Snars
Snars
1
25 Kebersihan Tangan 29
VISI, MISI, MOTO DAN 7 NILAI KARYAWAN
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
B. Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terstandarisasi.
2. Mengembangkan pelayanan unggulan urologi dan PONEK
3. Mengembangkan manajemen yang efektif dan dinamis.
4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan secara optimal.
5. Melaksanakan promosi dan pemasaran secara massif.
C. Motto
”Brayan waras, brayan mulya, Rohmatan Lil ’Alamin”.
2
STUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT
SPI
KELOMPOK KERJA
FUNGSIONAL NON
STRUKTURAL
KASUBAG. HUMSAR,
BINROH & KEAMANAN
3
PENGELOMPOKAN STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 (SNARS EDISI 1)
4
MUTU PRIORITAS
5
MUTU LOKAL / UNIT
6
MUTU LOKAL / UNIT
7
PENANGGUNG JAWAB DATA / PERSON IN CHARGE (PIC) INDIKATOR MUTU
Tanggung jawab PIC sebagai pengelola data indikator mutu dan insiden keselamatan pasien (mengumpulkan dan menginput data di aplikasi SISMADAK)
NO NAMA TUGAS
1. Rifki Nafisani PIC Unit Rawat Inap
2. Ahmad Nur Banjari, S. Kep Ns PIC HCU
3. Deka Prasetyanti, SKM PICUnit Rekam Medik
4. Atik Wakiyah, AMK PIC Unit Kamar Operasi
5. Ais Oktalina, Amd. PIC Unit Rawat Jalan
6. Mister, AMK PIC Unit Gawat Darurat
7. Khamidah, S. Kep. Ns PIC Urusan Logistik Keperawatan
8. Septi Indriani , AMG PIC Unit Gizi
9. Devi Novita Triana, Amd, AK PIC Unit Laboratorium
10. Lulu Khoirunita L, Amd, Rad PIC Unit Radiologi
11. Dyah Ratna, S.Farm, Apt PIC Unit Farmasi
12. Riris Afianto, AMK PIC Komite PPI
13. Eko Setiono, S.Kep PIC Komite Medik
14. Diana Melisawati, S.Kep, Ns PIC Administrasi Umum & K3L
15. Nur Aini Oktaviana, SE PIC Keuangan
16. M. Agung Prastowo PIC Unit CSSD
8
BUDAYA KESELAMATAN
Budaya keselamatan di rumah sakit adalah sebuah lingkungan yg kolaboratif karena staf klinis
memperlakukan satu sama lain secara hormat dengan melibatkan serta memberdayakan pasien dan
keluarga
Insiden keselamatan pasien (IKP) / patient safety incident, adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera / harm yang tidak seharusnya terjadi.
Jenis Insiden :
1. Kejadian tidak diharapkan (KTD) / adverse event, adalah suatu insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan
medis yang tidak dapat dicegah.
2. Kejadian nyariscedera (KNC) / Near Miss, adalah suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera pada pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dapat terjadi karena
“keberuntungan” (misalnya: pasien terima suatu obat kontraindikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), karena
“pencegahan” (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkan
sebelum obat diberikan), atau “peringatan” (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini
lalu diberikan antidotumnya).
3. Kejadian Potensial Cedera ( KPC ), adalah suatu insiden yang berpotensial menyebabkan cedera pada pasien.
4. Kejadian Tidak Cedera ( KTC ), adalah suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera, meskipun sudah terpapar
kepada pasien.
5. Sentinel, adalah suatu insiden yang mengakibatkan kehilangan nyawa seseorang.
ATASAN
UNIT TIM KP RS DIREKSI KKP PERSI
LANGSUNG
Atasan
Langsung
Strategi
segera Gradin
g
Biru/hijau Merah/kuning
Investigasi
sederhana
Rekomendasi Laporan
kejadian hsl
isvestigasi
Analisis/
regrading
R
C
A
CODE PINK
Adalah kode emergency terjadinya penculikan atau pencurian bayi / anak
Operator menghubungi
security, Ketua Komite Sekuriti menelpon
PMKP (081285741445), MAPOLRES
Terjadi penculikan Berikan info bayi anak
Ketua P2K3 Banjarnegara
bayi/anak, petugas yang diculik : foto bayi
(081317262383), (0286)591110 dan
meneriakkan “CODE (kalo ada), waktu, Lapor Direktur dalam
Kepala Bidang POLSEK Bawang (0286)
PINK-CODE PINK” lokasi dan pakaian waktu 1x24 jam
Pelayanan 597114 : sebutkan jenis
kemudian telpon no. terakhir bayi/anak
(08123305949), Kepala kejadian,lokasi
100 terliat
Bagian Hukum kejadian, nama anda
(08122815656) dan staf dan profesi/tugas anda
senior lainnya
CODE RED
Adalah kode emergency untuk kondisi kebakaran yang membutuhkan kesiapan dan kesigapan petugas untuk melakukan tindakan penanggulangan.
Staf melihat api Security mengamankan Matikan api dgn Evakuasi pasien, pengunjung,
diarea kebakaran Operator menghubungi area kejadian & buka jalur APAR jika api tidak dokumen dan alat2 penting
segera meneriakkan security (No.125), Ketua evakuasi bisa dikuasai lapor
P2K3 (081317262383) dan ketua P2K3 untuk Awasi pasien dan lakukan
CODE RED….CODE
unit kerja terdekat Matikan aliran listrik mengubungi absensi
RED
(pertimbangkan ps yg DAMKAR (0286) Semua petugas kooperatif dgn
Lapor operator membutuhkan listrik) 592113 instruksi Manager on Duty/P2K3
no. 0 / 100
Jauhkan barang yg mudah
terbakar
Bila tidak
memungkinkan
Remain calm Operator menghubungi melangkah mundur
(Tetap tenang) Minta bantuan dgn pihak terkait (sekuriti, turuti perintah
Retreat (Mundur berteriak “Code Black – P2K3, Kabag Hukum pengancam.
Orang bersenjata atau bila lebih aman) Code Black” dan Keamanan, Humas
tidak bersenjata Raise the alarm dan Binarohani, staf Jika bahaya sudh
Melangkah mundur bila
mengancam melukai (Bunyikan alarm) senior lain) berlalu telpon 0/100 :
lebih aman
seseorang atau diri Record details laporkan ciri
sendiri Informasikan jenis penyerang, senjata,
(Catat rincian Hubungi No. 0 atau 100
kejadian, lokasi cara bicara/logat,
kejadian)
kejadian, nama dan tingkah laku,tato, ciri
tempat tugas anda kendaraan, arah
pelarian
CODE BLACK (ANCAMAN BOM)
Adalah Kode emergency terjadinya tindak ancaman yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa baik ancaman dengan senjata tajam, non senjata tajam, senjata api BOM, dll.
Operator menghubungi
Gunakan telpon lain
pihak terkait
utk menghubungi
sampaiakn :
Orang menelpon Tetap tenang Mapolresta Lapor Direktur dalam
Nama anda dan
mengancam adanya dengarkan suara Banjarnegara waktu 1 x 24 jam
lokasi kerja
BOM penelpon (0286) 591110
anda/profesi anda
Polsek Bawang
Bahwa terdapat
(0286) 597114
ancaman bom
Operator 0/100
HAK PASIEN Lokasi ancaman
HAK PASIEN
(Undang Undang No 4 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit)
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana.
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEWAJIBAN PASIEN
(Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, PMK No 1691 Tahun 2011 Tentang Kesalamatan Pasien)
Proses kredensial (credentialing) adalah proses evaluasi oleh suatu rumah sakit terhadap seseorang untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi kewenangan klinis (clinical
privilege) menjalankan tindakan tertentu dalam lingkungan rumah sakit tersebut untuk suatu periode tertentu.
Proses rekredensial (re-credentialing) adalah proses re-evaluasi oleh suatu rumah sakit terhadap tenaga profesi yang telah bekerja dan memiliki kewenangan klinis di rumah sakit tersebut
untuk menentukan apakah yang bersangkutan masih layak diberi kewenangan klinis terseb utuntuk suatu periode tertentu.
Kewenangan klinis (clinical privelege) adalah kewenangan klinis untuk melakukan tindakan tertentu dalam lingkungan sebuah rumah sakit tertentu berdasarkan penugasan yang
diberikan kepala rumah sakit.
Surat penugasan (clinical appoinment) adalah surat yang diterbitkan oleh kepala rumah sakit kepada seorang tenaga profesi untuk melakukan tindakan medis di rumah sakit tersebut
berdasarkan daftar kewenangan klinis yang ditetapkan baginya.
Mitra bestari (Peer Group) adalah sekelompok orang dengan reputasi tinggi yang memiliki kesamaan profesi, spesialisasi dengan seorang tenaga profesi yang sedang menjalani proses
kredensial dan atau dianggap dapat menilai kompetensi untuk melakukan tindakan tertentu.
PERLINDUNGAN HARTA BENDA
TPPRI
menginformasikan serah terima perlu hubungi pihak
pasien sebelum penyimpanan berwajib untuk
masuk rawat inap sementara untuk hubungi petugas menangani kasus
bahwa rumah harta benda pribadi keamanan untuk kehilangan harta
sakit tidak milik pasien apabila kasus kehilangan benda milik pasien/
bertanggung tidak ada pengunjung jika
jawab jika ada keluarganya kasus berlanjut
harta benda yang
hilang
KELUHAN/KONFLIK maka
lakukan : Unit terkait
menyelesaikan
Terima keluhan masalah
Penyelesaian / tindak lanjut
dan catat Jk ka. Unit terendah Dilaporkan ke Direktur
didokumentasikan
Identifikasi tak bisa selesaikan
keluhan koordinasikan dgn
Koordinasikan kepala diatasnya
unit terkait
SKRINING MDR TB
SKRINING PASIEN TB
• Hanya merespon nyeri atau tidak ada respon Pasien yang datang di IGD dengan kondisi
Contoh kasus esi level 1 pada pediatric
(akut) yang dapat memburuk sewaktu-waktu
Henti napas/ henti jantung
Pasien dengan kondisi yang berpotensi
Cedera kepala berat dengan hipoventilasi
Kejang (aktif)
mengancam jiwa, anggota gerak, atau organ
Tidak ada respon Memerlukan penanganan medis dalam
Penurunan kesadaran dengan rash petekie waktu segera (time-sensitive treatment)
Gagal napas
Syok/sepsis dengan tanda hipoperfusi Contoh Kasus
Reaksi anafilaksi • Angina pectoris
• Epistaksis karena hipertensi tak terkontrol
• Biomekanisme trauma yang berisiko tinggi
• Sepsis
• Torsio testis
• Gaduh gelisah / mengamuk
• Stroke
• KET
Kebingungan/ letargis/ disorientasi
DISTRES BERAT
Pasien yang datang ke IGD dalam kondisi Korban kekerasan seksual
kebingungan / letargis / disorientasi yang Korban KDRT
mengarah pada penurunan kesadaran akut Pasien dengan percobaan bunuh diri ESI Level 3, 4, dan 5
(karena sebab apapun)
Pasien yang Tidak memenuhi kriteria ESI level 1 dan 2
Contoh kasus esi 2 pada pediatric
Pasien yang memiliki ambang kesadaran di
Sinkop ESI level 3 : pasien diprediksi membutuhkan banyak
bawah normal secara kronis tidak termasuk
Demam pada pasien immunocompromised (dua atau lebih) jenis sumber daya di IGD guna
dalam kriteria ESI level 2, contohnya
Hemofilia dengan kemungkinan perdarahan mencapai keputusan akhir
demensia kronis, dsb.
akut
ESI level 4 : pasien diprediksi membutuhkan satu
Contoh Kasus Bayi <28 haridengan suhu rectal >38.0°C
jenis sumber daya di IGD guna mencapai keputusan
Stroke Bayi <90 hariyang hipotermi dengan suhu
akhir
TIA rektal<36.5°C
Bayi yang letargis Upaya bunuh diri ESI level 5 : pasien diprediksi tidak membutuhkan
Hipoglikemia/ Hiperglikemia Meningitis sumber daya di IGD guna mencapai keputusan akhir
Gangguan elektrolit, misal : hiponatremia Penurunan kesadaran post KEJANG
Obstruksi jalan napas bawah Contoh kasus esi level 3
Intoksikasi
22
TRANSFER PASIEN
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang perawatan/ ruang tindakan lain didalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan pasien dari satu
rumah sakit ke rumah sakit lain (antar rumah sakit).
23
2. Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit
Pasien Petugas pendamping Keterampilan yang dibutuhkan Peralatan Utama dan Jenis Kendaraan
(minimal)
Derajat 0 petugas ambulan Bantuan hidup dasar (BHD) Kendaraan High Dependency Service (HDS)/
Ambulan
Derajat 0,5 (orang petugas ambulan dan Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS/ Ambulan
tua/delirium) paramedis
Derajat 1 Petugas ambulan dan 1. Bantuan hidup dasar 1. Kendaraan HDS/ Ambulan
perawat 2. Pemberian oksigen 2. Oksigen
3. Pemberian obat-obatan 3. Suction
4. Kenal akan tanda deteriorasi 4. Tiang infus portabel
5. Keterampilan perawatan trakeostomi dan suction 5. Infus pump dengan baterai
6. Oksimetri
Derajat 2 Dokter, perawat,dan 1. Semua ketrampilan di atas, ditambah; 1. Ambulans EMS Mercedes 515
petugas ambulans 2. Penggunaan alat pernapasan 2. Semua peralatan di atas, ditambah;
3. Bantuan hidup lanjut 3. Monitor EKG dan tekanan darah
4. Penggunaan kantong pernapasan (bag-valve mask) 4. Defibrillatorbila diperlukan
5. Penggunaan defibrillator
6. Penggunaan monitor intensif
Derajat 3 Dokter, perawat, dan Dokter: 1. Ambulans lengkap/ AGD 118
petugas ambulan 1. Minimal 6 bulan pengalaman mengenai perawatan pasien 2. Monitor ICU portabel yang lengkap
intensif dan bekerja di ICU 3. Ventilator dan peralatan transfer yang memenuhi
2. Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut standar minimal.
3. Keterampilan menangani permasalahan jalan napas dan
pernapasan, minimal level ST 3 atau sederajat.
4. Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit
berat / kritis
Perawat:
1. Minimal 2 tahun bekerja di ICU
2. Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut
3. Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
(lengkapnya lihat Lampiran 1)
24
NORUM
Adalah obat-obat yang memiliki nama, rupa dan ucapan yang mirip, sehingga dapat menimbulkan kesalahan
Daftar obat dengan rupa mirip Daftar obat dengan rupa mirip
25
HIGH ALERT MEDICATIONS (HAM)
Adalah obat-obatan yang memiliki resiko lebih tinggi untuk menyebabkan / menimbulkan adanya komplikasi / membahayakan pasien secara signifikan
jika terdapat kesalahan penggunaan (dosis, interval, dan pemilihannya).
EVALUASI RESIKO
27
PUTUS MATA RANTAI PENULARAN INFEKSI
LAKUKAN KEBERSIHAN TANGAN
2. Sebelum
Tindakan
Aseptik
1. Sebelum
Kontak Dengan
Pasien
4. Setelah
Kontak Dengan
Pasien
3. Setelah
Terkena
Cairan
Tubuh
Pasien 5. Setelah Kontak
dengan
lingkungan
Sekitar Pasien
28
KEBERSIHAN TANGAN
DENGAN
AIR MENGALIR & SABUN ANTISEPTIK
12 1
2
11
6 Hitungan tiap 3
Langkah
10
9
3-8
Waktu
5
40 – 60 detik
8
7 6
“ CEGAH PENULARAN
INFEKSI LAKUKAN
KEBERSIHAN TANGAN “
29
ETIKA BATUK & PERNAPASAN
Saat Anda Batuk Atau Bersin
1 2
Tutup
hidung & Atau
mulut
dengan Tutup dg lengan
tisue baju bagian dalam
Buang
Tisue
ketempat
Sampah 3
Gunakan Cairan
Sabun &Air berbasis Gunakan
Mengalir Alkohol Masker
Atau Menutup
Hidung &
Mulut
30
SAMPAH RUMAH SAKIT
BERDASARKAN KANTUNG PLASTIK PEMBUNGKUS
MERAH Tajam
KUNING Medis
Infeksius
HITAM Non
Medis
Sampah
Rumah
Tangga
31
APD APD
Alat Pelindung Diri Alat Pelindung Diri
1
1
2
8 2
7 3
8
4
Pemakaian 6
Pelepasan 4
5
7
5
6
32
34
KOMUNIKASI EFEKTIF
Untuk mengurangi kesalahan maka system yang diterapkan adalah CaBaK yaitu Catat (write),
Baca ulang (read back), Konfirmasi (confirm).
2. BAGROUND
Riwayat alergi, riwayat pengobatan
Hasil pemeriksaan penunjang: Lab, USG, Rongten atau Scan
Tindakan atau pengobatan yang sudah diberikan
Obat yang sudah diberikan
3. ASSESMENT
Menyampaikan pendapat mengenai analisa permasalahan (kesimpulan dari Situation
dan Baground) yang terjadi pada pasien saat ini
4. RECOMMENDATIONS
Menyampaikan usulan pengobatan / tindakan yang harus dilakukan ke pasien
35
PELAYANAN YANG BERESIKO TINGGI
Pelayanan yang beresiko tinggi merupakan pelayanan yang memerlukan peralatan yang
kompleks untuk pengobatan penyakit yang mengancam jiwa, resiko bahaya pengobatan,
potensi yang membahayakan pasien atau efek toksik dari obat beresiko tinggi
KEWASPADAAN ISOLASI
Penempatan pasien seharusnya sesuai temuan klinis sambil menunggu hasil kultur
laboratorium. Pertimbangan pada saat penempatan pasien :
1. Pemberian labeling pada rekam medis pasien yang sudah tegak diagnosis penyakit
menular dan pasien dengan immunosupressed, yaitu :
a. Warna kuning untuk Hepatitis,
b. Warna merah untuk HIV AIDS,
c. Warna ungu untuk TBC.
2. Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar dengan exhaust ke area
tidak ada orang lalu-lalang, misalnya : TBC.
3. Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai transmisi airborne luas,
misalnya: varicella.
4. Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai transmisi melalui udara ke kontak,
misalnya : luka dengan infeksi kuman gram positif.
5. Kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi luas terhadap lingkungan, misalnya :
luka lebar dengan cairan keluar, diare, perdarahan tidak terkontrol.
6. Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan, misalnya : anak-anak,
gangguan mental.
7. Bila kamar terpisah tidak memungkinkan dapat kohorting. Bila pasien terinfeksi
dicampur dengan non infeksi, maka pasien, petugas, dan pengunjung menjaga
kewaspadaan untuk mencegah transmisi infeksi.
36