1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Seperti kita ketahui, Ibu hamil adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio
atau fetus di dalam tubuhnya. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu
menstruasi terakhir dan kelahiran. Saat masa kehamilan, ibu harus dijaga dengan sangat ketat
agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan pada masa kehamilan, sebelum melahirkan dan
juga sesudah melahirkan. Salah satu hal yang sangat tidak diinginkan adalah pendarahan.
Pendarahan terbagi menjadi pendarahan sebelum melahirkan (antepartum) dan pendarahan
sesudah melahirkan (postpartum). Dalam makalah ini saya akan membahas tentang pendarahan
setelah melahirkan (postpartum).
1.2 Rumusan Masalah
Seorang perempuan berusia 28 tahun kurang sadar dan pucat setelah melahirkan anaknya
yang ke – 3.
2. Isi
2.1 Anamnesis
Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari
rangkaian pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung.
Tujuan dari anamnesis ibu hamil adalah untuk mengetahui status kesehatan ibu hamil, konseling
persiapan persalinan, penyuluhan kesehatan, pengambilan keputusan dalam rujukan dan
membimbing usaha untuk membangun keluarga sejahtera serta unt menegakkan diagnosa
pasien.1 Memudahkan dokter dan bidan dalam menentukan tindakan yang akan dilaksanakan,
Membantu ibu mengatasi masalah yang menyertai kehamilan, Untuk mengenali komplikasi –
komplikasi dan menyiapkan untuk persalinan dengan mempelajari keadaan kehamilan ibu
sekarang, kehamilan dan kelahiran terdahulu, kesehatan secara umum dan keadaan sosial
ekonomi.1
Identitas
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat lengkap.
Alasan Datang/Keluhan ibu
Alasan datang : Apakah ibu datang untuk pemeriksaan kehamilan rutin?.
Keluhan ibu : apakah ada hal yang berkaitan dengan kehamilan, yang dirasakan oleh ibu?.
Riwayat menstruasi
Menarche, siklus teratur / tidak, lamanya, banyaknya darah, warna, bau, keluhan nyeri +/-.
Riwayat Perkawinan
Menikah/tidak, berapa kali, usia saat menikah, berapa lama/lama perkawinan.
Riwayat KB
Pernah pakai kontrasepsi/tidak? Jenis kontrasepsi? Kapan dipakai? Di mana? Oleh
siapa? Lama pemakaian? Adakah keluhan? Kapan dilepas? Di mana? Oleh siapa? Alasan
berhenti/ganti kontrasepsi.
Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang sebelumnya
o Riwayat Kehamilan
Anak keberapa? Ada masalah tidak dengan kehamilan yang lalu?.
o Riwayat persalinan
Spontan/buatan? Aterm/Premature? Kapan? Lahir dimana? Ditolong siapa? Ada
masalah saat persalinan?.
o Riwayat Nifas
Adakah masalah pada masa nifas? Infeksi? Perdarahan?.
o Anak
Jenis kelamin? BB? Hidup/mati? Kalau meninggal kenapa? Sehat? Adakah
kecacatan? Pemberian ASI? Bagaimana kondisinya sekarang?.1
Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT? Umur kehamilan? HPL? Sudah pernah periksa /belum? Jika sudah berapa kali?
Dimana? Adakah keluhan? Baik TM I, II, III? Adakah penanganan khusus keluhan tersebut?
Sudah terasa gerakan janin/blm? Imunisasi TT?.1
Riwayat Penyakit
o Riwayat penyakit sekarang
Apakah ibu sekarang dalam kondisi sakit? Keluhan? Adakah penyakit sistemik lain
yang mungkin mempengaruhi atau diperberat oleh kehamilan (penyakit jantung, paru,
ginjal, hati, diabetes mellitus)? Apakah ibu dalam masa pengobatan?
o Riwayat penyakit yang lalu
Riwayat penyakit sistemik lain yang mungkin mempengaruhi atau diperberat oleh
kehamilan (penyakit jantung, paru, ginjal, hati, diabetes mellitus), riwayat alergi
makanan / obat tertentu dan sebagainya. Ada/tidaknya riwayat operasi umum /
lainnya maupun operasi kandungan (miomektomi, sectio cesarea dan sebagainya).
o Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit sistemik, metabolik, cacat bawaan,? Penyakit keturunan +/- (DM,
kelainan genetik), penyakit menular +/- (TBC)
o Riwayat Keturunan Kembar
Dalam keluarga adakah yang mempunyai keturunan kembar.1
Data kebiasaan sehari-hari
Dilakukan pengkajian dari pola kebiasaan sehari-hari ibu baik dari sebelum hamil dan selama
hamil. Dikaji tentang bagaimana nutrisi ibu (frekuensi, jenis, porsi, keluhan, pantangan)?
Pola eliminasi (frekuensi, warna, bau, konsistensi, keluhan)? Personal hygiene (mandi, gosok
gigi, keramas, ganti pakaian? Istirahat/tidur (tidur siang, tidur malam, keluhan)? Kebutuhan
sexual (seminggu berapa kali, keluhan)? Pola aktivitas (aktivitas yang dilakukan sehari-
hari).1
Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
Apakah ibu mempunyai kebiasaan merokok, minum jamu atau minum minuman beralkohol,
minum obat-obatan.1
Riwayat Psikososial, spiritual dan ekonomi
Bagaimana kondisi psikologis ibu menghadapi kehamilan? Dukungan keluarga? aktifitas/
kegiatan ibu diluar rumah? persiapan persalinan? Pengetahuan ibu tentang kehamilan?
Memberi ASI, merawat bayi, kegiatan ibadah, kegiatan social, dan persiapan keuangan ibu
dan keluarga.1
Palpasi Uterus
Palpasi merupakan langkah diagnosis kehamilan yang sangat penting dengan tujuan untuk :
1. Menentukan umur kehamilan melalui tingginya fundus uteri.
2. Menentukan letak janin dalam uterus.
3. Menetapkan kemungkinan tumor yang dapat mengganggu proses persalinan.2
Leopold II
Leopold III
Bokong
- Tidak bulat, tidak keras, bentuk kurang bulat
- Gerakan pada bokong akan diikuti oleh gerak seluruh badan janin sehingga
dikatakan ballotement negatif
- Bokong dapat masuk PAP sebagai tanda tidak berhadapan dengan kesempitan
panggul
- Bahaya persalinan letak sungsang adalah saat persalinan bahu dan kepala
- Pada kasus letak sungsang yang tergolong resiko tinggi langsung dilakukan
persalinan SC.2
Leopold IV
2.5.2 Epidemiologi
Kematian maternal didefinisikan sebagai kematian ibu yang ada hubungannya dengan
kehamilan, persalinan, dan nifas yakni 6 minggu setelah melahirkan. Angka kematian maternal
adalah jumlah kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup.6 Perdarahan postpartum masih
merupakan penyebab terbanyak kematian maternal. Perdarahan postpartum masih merupakan
penyebab terbanyak kematian maternal, terhitung sekitar 100.000 kematian maternal setiap
tahunnya.7 Di negara maju dan berkembang, penyebab kematian yang paling umum adalah
perdarahan berat.7
Tabel 2. Insiden Global Komplikasi Mayor Persalinan.8
Perdarahan masif terjadi sekitar 5-15 % pada wanita setelah mengalami persalinan.8
Secara global, diperkirakan jumlah kematian maternal dunia pada tahun 2000 mencapai 529 ribu
yang tersebar di Asia 47,8% (253 000); Afrika 47,4% (251 000); Amerika Latin dan Caribbean
4% (22 000); dan kurang dari 1% (2500) di negara maju. Di kawasan Asean Indonesia
menempati urutan tertinggi dalam angka kematian maternal yakni 390/100.000 kelahiran hidup,
jauh di atas negara Asean lainnya (Gambar 1).9
Paritas tinggi merupakan factor resiko atonia uterus. Fuchs dkk, menguraikan keluaran
hampir 5800 perempuan pada 7 atau lebih. Mereka melaporkan bahwa insiden pendarahan
pascapartum sebesar 2,7 persen adalah empat kali lebih tinggi dibandingkan insiden pada
populasi obstretis umum. Babinszki dkk melaporkan bahwa insidens pendarahan pascapartum
adalah 0,3 persen pada perempuan dengan paritas rendah, tetapi 1,9 persen pada mereka dengan
para 4 atau lebih.9
2.5.5 Diagnosis
Pada atonia uteri diagnosis ditegakkan apabila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata
pendarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih
setinggi pusat atau lebih dengan konstraksi yang lembek. Perlu dipehatikan bahwa pada saat
atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000cc yang
sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus
diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti.11
2.5.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama penanganan perdarahan postpartum ada 3 yakni pencegahan, penghentian
perdarahan dan mengatasi syok. Pendekatan resiko, meskipun menimbulkan kontroversi tetap
masih mendapatkan tempat untuk diperhatikan. Setiap ibu hamil dengan faktor resiko tinggi
terjadinya perdarahan postpartum sebaiknya dirujuk ke tempat fasilitas kesehatan yang
mempunyai unit tranfusi dan perawatan intensif.12 Pada penanganan perdarahan postpartum,
pilihan terapi yang cepat dan tepat akan menentukan tingkat keberhasilan. Prinsip dasar dari
penanganan perdarahan postpartum adalah haemostasis atau menghentikan perdarahan dengan
cepat. Untuk memudahkan mengingat prosedur yang harus dilakukan, akronim Haemostasis
dapat digunakan (Tabel 4).12
Tabel 4. Penanganan Umum Perdarahan Postpartum8
2. Uterotonika
Uterotonika utama yang dipakai dalam pencegahan dan penanganan perdarahan
postpartum adalah oksitosin dan metilergonovin. Society of Obstetricians and Gynecologist of
Canada (SOGC) Clinical Practice Guidline merekomendaskan pemakaian oksitosin dan
metilergonovin sebagai berikut (Tabel 6).14
Tabel 6. Penggunaan Uterotonika.14
3. Misoprostol
Misoprostol adalah analog prostaglandin E1, yang banyak digunakan dalam praktek
obstetrik karena sifatnya yang memacu kontraksi miometrium. Misoprostol lebih unggul
dibanding prostaglandin lain seperti PG E2 atau PG F2α karena sifatnya yang stabil pada
temperatur kamar, murah dan mudah penggunaannya.15
Adanya perdarahan postpartum setelah persalinan harus segera ditangani dengan tepat.
Penanganan lini pertama dengan pemberian uterotonika yaitu oksitosin dan ergometrin yang
dilanjutkan dengan masase uterus. Misoprostol dapat digunakan apabila dengan metode ini
perdarahan tidak dapat dihentikan. Dalam situasi di mana uterotonika tidak tersedia, pemberian
misoprostol 600 μg dapat digunakan sebagai terapi utama perdarahan postpartum. Misoprostol
dapat diberikan secara oral ataupun sublingual.16
2.5.8 Komplikasi
Syok terjadi bila ada hipoperfusi pada organ vital. Hipoperfusi bisa disebabkan oleh
kegagalan kerja jantung (syok kardiogenik), infeksi yang hebat sehingga terjadi redistribusi
cairan yang beredar (intravaskular) ke dalam cairan ekstravaskular (syok septik), hipovolemia
karena dehidrasi (syok hipovolemik) atau karena perdarahan banyak (syok hemoragik). Tanda
dan gejala syok hemoragik bervariasi tergantung pada jumlah darah yang hilang dan kecepatan
hilangnya darah (Tabel 3).12
Tabel 10. Tanda, Gejala dan Klasifikasi Syok Hemoragik (Wanita dengan Berat Badan 60-70
kg)12
2.5.9 Pencegahan
Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin karena
hal ini dapat menurunkan insidens pendarahan pascapersalinan akibat atonia uteri. Pemberian
misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 ug) segera setelah bayi lahir.2
2.5.10 Prognosis
Wanita dengan pendarahan pascapersalinan seharusnya tidak meninggal akibat
pendarahannya, sekalipun untuk mengatasinya perlu dilakukan histerektomi.20
3. Penutup
1.1 Kesimpulan
Pasien ini mengalami pendarahan post partum primer yang disebabkan oleh atonia uteri
karena pasien memiliki tekanan darah turun, nadi meningkat, pucat dan tidak sadarkan diri serta
mengeluarkan darah dari vagina 40 menit setelah persalinan yang menunjukkan bahwa pasien
mengalami pendarahan post partum. Sedangkan atonia uteri diambil sebagai causa karena fundus
uteri setinggi pusat dan konsistensinya kenyal serta atonia uteri merupakan penyebab tersering
dari pendarahan post partum.
1. F Gary C, Kenneth JL, Steven LB, John CH, Dwight JR, Catherine YS. Obstreti
Williams. Jakarta: ECG, 2012.
2. Saworno P. Ilmu Kebidanan. Jakarta; PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. Ida BGM, Ida ACM, Ida BGFM. Pengantar Kuliah Obstreti. Jakarta: ECG, 2007.
4. Prabowo, Raden P. Perdarahan Post Partum dalam buku Ilmu Bedah Kebidanan. Ed 1
Cetakan ke 6. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005.
5. Karkata, Made K. Perdarahan Pasca Persalinan dalam buku Ilmu Kebidanan. Ed 1
Cetakan ke 6. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005.
6. Timothy R. Maternal Mortality. J Obstet Gynecol Can 2011;33(10):989-990
7. Hogan MC, et al. Maternal mortality for 181 countries, 1980–2008: a systematic analysis
of progress towards Millennium Development Goal 5. Lancet 2010;375:1609–23.
8. Ramanathan, Gand Arulkumaran, S. Postpartum Hemorrhage. J Obstet Gynaecol Can
2006.
9. Martaadisubrata D, dkk. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005.
10. Maughan KL, et al. Preventing Postpartum Hemorrhage: Managing the Third Stage of
Labor. AmFam Physician 2006.
11. Mohammad H. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Ed 1. Yogyakarta:
Yayasan Essentia Medica. 2010.
12. Anderson J M and Etches D. Prevention and Management of Postpartum Hemorrhage.
Am Fam Physician 2007.
13. John RS. Management of Third Stage of Labor. Medscape Reference.
14. Schuurmans N, et al. SOGC Clinical Practice Guidline. Prevention and Management of
Postpartum Hemorrhage. J Soc Obstet Gynaecol Can 2000.
15. Goldberg AB, Greenberg MB, and Darney PD. Misoprostol and Pregnancy. NEngl J Med
2001.
16. J Blum, et al. Treatment of Postpartum Hemorrhage. International Federation of
Gynecology and Obstetric. Ireland:Elseiver.
17. Dean Leduc. Active Management of The Third Stage of Labour: Prevention and
Treatment Postpartum Hemorrhage. J Obstet Gynecol Can 2009.
18. Muhammad Nurhadi Rahman, dkk. Penggunaan Teknik B-Lynch dan Teknik Lasso-
Budiman untuk Penanganan Perdarahan Pascapersalinan akibat Atonia Uteri. Case
Report Vol.34 No.4 Oktober 2010.
19. Statewide Maternity and Neonatal Clinical guidelines Program. Primary Postpartum
Hemorrhage. July 2009.
20. Sulaiman S. Obstetri Patologi: Ilmu Kesehatan Reproduksi. Ed 2. Jakarta: ECG, 2004.