Anda di halaman 1dari 2

1.

Metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak sampai menjadi energi

Wiryatun Lestariana. Metabolisme Karbohidrat, Lemak – Energi. Departemen Biokimia, Fakultas Kedokteran Uii. Yogyakarta

Karbohidrat, protein, dan lemak akan dimetabolisme yang semua hasil akhirnya menjadi asetil Ko-
A. Dimana asetil Ko-A ini merupakan substrat yang digunakan untuk siklus krebs. Kemudian dari
siklus krebs akan menghasilkan CO2, ADP, dan ATP. Proses ini merupakan dalam metabolisme
aerob yaitu metabolisme dengan bantuan oksigen.
2. Bagaimana protein bisa menjadi energi?

Pemecahan protein dilakukan jika cadangan makanan berupa karbohidrat dan lemak telah habis.
Seperti halnya karbohidrat dan lemak, protein juga merupakan molekul besar yang tersusun oleh
molekul-molekul yang lebih kecil yaitu asam amino. Oleh karena itu, protein akan dipecah
menjadi asam-asam amino penyusunnya. Asam amino seperti tirosin dan fenilanin akan diubah
menjadi fumarat, serta arginin, prolin, histidin, dan glutamin akan diubah menjadi α-ketoglutarat.
Selanjutnya, asam-asam amino tersebut masuk ke dalam siklus Krebs. Beberapa asam amino dapat
mengalami deaminasi atau pelepasan gugus aminnya (-NH2). Kerangka-kerangka karbon hasil
pemecahan asam amino tersebut akan masuk ke siklus glikolisis, siklus krebs dan menghasilkan
jumlah energi yang setara dengan katabolisme karbohidrat.
3. Bagaimana pemecahan lemak menjadi glukosa?

Pada kondisi tertentu dimana tubuh mengalami kekurangan glukosa, maka tubuh akan merombak
gula cadangan, melalui reaksi glikogenilisis (pemecahan glikogen dalam hati atau otot) dan reaksi
glukoneogenesis yang dapat membentuk glukosa dari sumber non karbohidrat seperti lemak dan
protein ketika konsentrasi glukosa di dalam tubuh sangat rendah. Asam lemak hasil pemecahan
lemak akan diubah menjadi asetil Ko-A untuk memasuki siklus krebs. Pemecahan lemak menjadi
energi akan menghasilkan energi lebih banyak dibanding glukosa yaitu (9,2 kkal). Hal ini
dikarenkan lemak memiliki lebih banyak rantai hidrogen.
4. Makanan yang mengandung indek glikemik tinggi dan indek glikemik rendah.

Menurut American Diabetes Association, indeks glikemik pada makanan bisa dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu: jika memiliki makanan indeks glikemik rendah adalah ≤ 55, indeks glikemik
sedang adalah 56 – 69, indeks glikemik tinggi adalah ≥ 70. Makanan dengan indeks glikemik
tinggi biasanya hanya mengandung sedikit serat bahkan tanpa serat, mengandung banyak gula,
memiliki rasa manis, dan telah mengalami berbagai proses. Misalnya, roti putih, biskuit, kue,
donat, sereal, dan pada buah seperti semangka. Sedangkan makanan dengan indeks glikemik
rendah biasanya adalah makanan yang mengandung serat tinggi, seperti sayuran dan buah-buahan,
mengandung sedikit gula atau tanpa gula, serta makanan yang hanya mengalami sedikit proses.
Misalnya beras merah, roti gandum, pada buah seperti apel, pisang, jeruk, pir, salak, dan sayuran,
seperti bayam, kangkung, brokoli, kale, sawi, selada, kol, wortel, serta kacang-kacangan, seperti
kacang tanah, kacang mede, kacang arab, kacang merah.

Anda mungkin juga menyukai