Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan sesuatu yang unik pada kehidupan perempuan

dan bagian dari pengalaman yang signifikan bagi pasangan suami istri.

Kehamilan adalah kondisi yang menimbulkan perubahan fisik maupun

psikologi seorang perempuan karena pertumbuhan dan perkembangan alat

reproduksi dan janinnya. Kehamilan akan mengakibatkan terjadinya

perubahan seluruh sistem tubuh yang cukup mendasar. Periode transisi dari

kehamilan dapat berpengaruh pada fisik, emosi, kognitif, dan pola hubungan

seksualitas (Sagiv, 2012; Bobak, 2004). Perempuan hamil mengalami

perubahan fisik dan psikologisnya, karena ketidakseimbangan hormon

estrogen dan progesteron. Perubahan yang terjadi selama kehamilan ini

termasuk aspek emosional dan seksualitas (Bobak, 2004).

Seksualitas merupakan bagian alami dari kehidupan. Bagi manusia,

seks adalah cara untuk mengekspresikan kesenangan, cinta, dan kepuasan bagi

pasangannya, atau untuk mendapatkan anak. Kebutuhan akan hubungan

seksual bagi suami istri didalam kehidupan rumah tangga merupakan unsur

penting yang dapat meningkatkan kedekatan dan kualitas hidup (Cedli, 2012).

Hubungan seksual selama hamil bersifat individual, bergantung pada faktor

fisik, emosi, disfungsi seksual, dan mitos tentang seks ketika hamil (Susanti,

2008). Keinginan hubungan seksual pada waktu hamil sebagian besar tidak

1
2

berubah, bahkan sebagian kecil makin meningkat, berkaitan dengan

meningkatnya hormon estrogen. Oleh karena itu, hubungan seksual waktu

hamil bukan merupakan halangan (Manuaba, 2009).

Mitos-mitos yang ada di masyarakat mengenai hubungan seksual saat

hamil berpengaruh pada hubungan seksual pasangan itu sendiri (Tino,2009).

Beberapa mitos dikaitkan ketika melakukan hubungan seksual saat hamil

diantaranya : kontraksi setelah seks dapat menyebabkan keguguran dan

kelahiran prematur, bayi tidak mendapat oksigen yang cukup selama orgasme

dan berhubungan dengan kontraksi, seks selama masa kehamilan atau oral

seks atau anal seks tidak diizin kan oleh agama atau kepercayaan tertentu,

dan perilaku oral seks dapat menyebabkan emboli udara dan melukai ibu dan

janin (Daniel, 2010).

Seksualitas merupakan hal tabu dan sensitif untuk dibicarakan dan

jarang didiskusikan di kalangan petugas kesehatan. Beberapa penelitian

mengungkap pula rendahnya ketertarikan petugas kesehatan dalam menggali

informasi seputar seksual dalam klinik antenatal (Uwapusitanon & Choobun,

2004; Shojaa, Jouybari & Sanagoo, 2008; Sacomori, 2010). Rendahnya

ketertarikan petugas kesehatan menyebabkan masalah seksualitas tidak

teridentifikasi dengan baik. Di sisi lain, banyak sekali pertanyaan yang ingin

ditanyakan perempuan selama kehamilan, namun malu mengutarakan

(Pangkahila, 2001).
3

Promosi kesehatan seksual selama masa kehamilan penting dilakukan

melihat banyaknya ketakutan dan perubahan yang terjadi pada kehamilan.

Pasangan juga perlu secara bebas membahas hubungan seksual mereka selama

hamil. Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan psikologis

yang cepat selama hamil akan menjadi bingung dengan perilaku pasangannya.

Dengan membicarakan perubahan yang dialami, pasangan dapat memberi

dukungan satu sama lain dan dapat menguatkan keinginan berhubungan

seksual. Para petugas kesehatan juga dapat membantu mengantisipasi

perubahan dan membantu dengan menegoisasi hambatan yang untuk

memfasilitasi kepuasan pasangan satu sama lain (Bobak, 2004; Daniel,2010)

World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun

terjadi 210 juta kehamilan diseluruh dunia. Dari jumlah ini 20 juta perempuan

mengalami kesakitan sebagai akibat kehamilan. Sekitar 8 juta mengalami

komplikasi mengancam jiwa, dan lebih dari 500.000 meninggal pada tahun

1995. Sebanyak 240.000 dari jumlah ini hampir 50% terjadi di negara-negara

Asia Selatan dan Tenggara termasuk Indonesia (Prawirohardjo, 2005).

Penelitian yang dilakukan di Iran oleh Shojaa (2008) melaporkan terdapat

penurunan hasrat seksual dan frekuensi berhubungan selama hamil dari

trimester pertama sampai tiga dan menggunakan beberapa posisi serta tekhnik

dalam berhubungan seks. Beberapa alasan yang menjadi penghilang

berhubungan seks ketika hamil yaitu mual dan muntah pada trimester pertama,

perut yang membesar pada trimester tiga, faktor psikologi, ketidaknyamanan


4

fisik ketika berhubungan, mitos yang salah seperti membahayakan janin dan

aborsi dini (Shojaa, 2008).

Berdasarkan penelitian Isnaini tahun 2008 di Indonesia sebesar 65%

wanita takut melakukan hubungan seksual karena takut akan terjadi keguguran

dan 45% pria takut melakukan hubungan seksual karena akan terjadi

keguguran yang dikandung istrinya.

Penelitian menunjukkan sekitar 37% perempuan mengalami

peningkatan ketertarikan seksual selama kehamilan (Khamis, 2007). Marshall

(1999) mengatakan frekuensi berhubungan seksual sangat berkurang dan tidak

lagi memikirkan alat kontrasepsi ketika merasa cukup lelah. Setiap kondisi

kehamilan mengalami perbedaan, maka batas aman frekuensi hubungan

seksual yang dilakukan juga berbeda.

Menurut hasil penelitian Lydia (2010) menyatakan banyak ibu hamil

takut secara psikologis dan fisiologis. Ibu hamil yang merasa gemetar saat

melakukan hubungan seks sebanyak 18,6%, jantung berdebar dirasakan 20,6%

ibu hamil. Sedangkan secara psikologis meliputi ibu hamil takut melakukan

hubungan seksual akan menimbulkan perdarahan sebanyak 22,4%, ibu hamil

yang merasa takut hubungan seksual akan menyebabkan keguguran 21,3%,

dan ibu hamil yang merasa takut bayinya akan lahir sebelum waktunya 16,9%.

Menurut Dinkes Banten (2015) jumlah ibu hamil di propinsi Banten,

Kabupaten Lebak sebanyak 28.383 ibu hamil, Kabupaten Pandeglang 25.028

ibu hamil, Kabupaten Serang 29.618 ibu hamil, Kabupaten Tangerang 74.342
5

ibu hamil, Kota Tangerang 41.501 ibu hamil, Kota Cilegon 8.169 ibu hamil,

Kota Serang 15.379 ibu hamil, Kota Tangerang Selatan 38.049 ibu hamil.

Berdasarkan survey pendahuluan yang di lakukan peneliti dengan cara

wawancara kepada 10 ibu hamil di BPM Hj. Siti Rahayu Kreo, Tangerang di

dapatkan 3 ibu hamil (30%) mempunyai pengetahuan baik, 5 ibu hamil (50%)

mempunyai pengetahuan cukup, 2 ibu hamil (20%) mempunyai pengetahuan

kurang.

Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang hubungan

seks selama masa hamil di BPM Hj. Siti Rahayu pada Bulan Juli tahun 2019”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat

merumuskan masalah “Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu hamil

tentang hubungan seks selama masa hamil di BPM Hj Siti Rahayu?"

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang

hubungan seks selama masa hamil di BPM Hj Siti Rahayu pada bulan

Juli tahun 2019


6

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang

hubungan seks selama masa hamil di BPM Hj Siti Rahayu pada

bulan Juli tahun 2019

b. Diketahuinya distribusi frekuensi pada ibu hamil tentang hubungan

seks selama masa hamil berdasarkan Umur di BPM Hj Siti Rahayu

pada bulan Juli tahun 2019

c. Diketahuinya distribusi frekuensi pada ibu hamil tentang hubungan

seks selama masa hamil berdasarkan Paritas di BPM Hj Siti

Rahayu pada bulan Juli tahun 2019

d. Diketahuinya distribusi frekuensi pada ibu hamil tentang hubungan

seks selama masa hamil berdasarkan Pendidikan di BPM Hj Siti

Rahayu pada bulan Juli tahun 2019

e. Diketahuinya distribusi frekuensi pada ibu hamil tentang hubungan

seks selama masa hamil berdasarkan Sumber Informasi di BPM Hj

Siti Rahayu pada bulan Juli tahun 2019


7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Ilmu pengetahuan

Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah khasanah ilmu

pengetahuan khususnya tentang hubungan seks selama masa hamil.

1.4.2 Bagi diri sendiri

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman dalam

melaksanakan penelitian.

1.4.3 Institusi

a. Bagi BPM

Sebagai bahan masukan bagi penanggung jawab terkait termasuk

tenaga kesehatan yang ada di dalamnya dalam memberikan

informasi pada ibu hamil terutama tentang hubungan seks selama

masa hamil.

b. Bagi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bacaan dan referensi

bagi mahasiswa di institusi pendidikan khususnya tentang

hubungan seks selama masa hamil.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif yang

dilakukan terhadap pasien ibu hamil di BPM Hj Siti Rahayu pada bulan Juli

tahun 2019 adapun yang diteliti adalah pengetahuan ibu hamil tentang
8

hubungan seks selama masa hamil. Penelitian ini akan dilakukan di BPM Hj

Siti Rahayu di Jalan H Holil Rt 002/007 No.41 Kreo.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan teori

2.1.1 Pengetahuan

1) Pengertian

Pengetahuan adalah hasil tau yang berasal dari proses

pengindraan manusia terhadap obyek tertentu. Proses pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia yaitu melalui indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

(Notoatmodjo, 2014).

2) Tingkat pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif, mempunyai enam

tingkatan Notoatmodjo (2014), yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu artinya sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

9
10

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lainnya

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Atau

dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun

formulasi- formulasi baru dari formulasi-formulasi lama atau yang

telah ada

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Menurut Budiman (2013) tingkat pengetahuan dikelompokkan menjadi

dua kelompok apabila respondennya adalah masyarakat umum, yaitu :


11

1. Tingkat pengetahuan kategori Baik nilainya >50%

2. Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik nilainya < 50%

3) Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Budiman (2013), dari berbagai macam cara yang telah

digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang

sejarah dapat dikelompokan menjadi dua, yakni:

1. Cara tradisional atau non ilmiah terdri dari :

a. Cara Coba – Salah (Trial and Error)

Cara yang paling tradisional yang pernah digunakan

manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui

cara coba salah atau yang lebih dikenal “trial and eror”.

Cara coba salah satu yaitu upaya pemecahannya dilakukan

dengan cara coba-coba, bila salah satu cara tidak berhasil

dicoba cara yang lain.

b. Cara Kekuasaan (Otoritas)

Cara ni berasal dari kebiasaan-kebiasaan dari tradisional

yang dipercayai dan dilakukan oleh manusia atau orang

tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut

baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya

diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi

berikutnya. Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan

pada pemegang otoritas, yakni orang yang mempunyai

wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah,


12

otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan

atau ilmuan.

c. Berdasarkan Pengalaman Sendiri

Pengalaman adalah guru terbaik. Pepatah ini

mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Pengalaman dapat berasal dari diri sendiri atau orang lain,

seperti yang belum pengalaman dapat mengambil ilmu dari

orang lain yang berpengalaman dengan membagi informasi.

d. Melalui Jalan Pikiran (Induksi dan Deduksi)

Kebenaran pengetahuan dapat diperoleh dengan

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi

maupun deduksi yang pada dasarnya merupakan cara

melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui

pertanyaan-pertanyaan yang pernah dikemukaan kemudian

di cari hubungan sehingga dapat dibuat kesimpulan.

2. Cara Ilmiah atau Modern

Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research

metodology). Selanjutnya diadakan penggabungan pemikiran


13

antara proses berpikir induktif kemudian dilakukan pengamatan,

di klasifikasikan dan akhirnya di ambil keputusan umum.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gambaran Pengetahuan Ibu

Hamil Tentang hubungan seks selama masa hamil

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :

1) Faktor Internal

a. Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup umur

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang maka akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja (Budiman, 2013) .

Pada usia madya individu akan berperan aktif dalam

masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan

persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia

tua. Selain itu, usia madya akan lebih banyak menggunakan

banyak waktu untuk membaca (Budiman, 2013).

Umur reproduktif merupakan usia antara 20-45 tahun. Usia

reproduksi sehat (tidak beresiko) usia 20-35 tahun dan usia

reproduksi tidak sehat (beresiko) usia <20 tahun dan >35 tahun.

Karena usia lebih dari 35 tahun ini sangat rentan terkena penyakit

menular seksual. (Depkes RI, 2011).


14

b. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik

formal maupun nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan

adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok dan juga usaha mendewasaksn manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan (Budiman, 2013).

Tingkat pendidikan dapat mendukung atau mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang, dan taraf pendidikan yang rendah

selalu bergandengan dengan informasi dan pengetahuan terbatas

semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin tinggi pada

pemahaman seseorang terhadap informasi yang didapat dan

pengetahuannya pun akan semakin tinggi Pendidikan yaitu jenjang

pendidikan formal yang telah ditempuh, dikatakan tinggi jika

pendidikan responden SMA s/d D3 dan Perguruan Tinggi,

dikatakan rendah jika responden tidak sekolah dan tamat SD atau

SMP (Notoatmodjo, 2012).

c. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecakan masalah

yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan akan memberiakn penegtahuan dan keterampilan


15

profesional, serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil

keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar

secara alamiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalm

bidang kerjanya (Budiman, 2013).

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan

oleh responden sehingga memperoleh penghasilan. Dengan asumsi

yang bekerja akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dan

menerima informasi lebih cepat dari pada yang tidak bekerja

(Notoatmodjo, 2012).

2) Faktor Eksternal

a. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah keseluruhan makna, dan dapat

diartikan sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru

mengenai hal-hal tersebut (Notoatmodjo, 2012). Sumber informasi

dapat diperoleh dari :

1. Media, terdiri dari :

1) Media cetak yang terdiri dari koran, majalah, leaflet.

2) Media elektronik, terdiri dari televisi, radio, film.

2. Non Media, terdiri dari :

1) Orang terdekat seperti keluarga ataupun teman.

2) Tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, perawat, dll.


16

b. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan

ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini

terjadi karena adanya interaksi timbal balik atupun tidak, yang

akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Budiman,

2013).

c. Sosial Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun

tidak melakukan. Status ekonomi sesorang juga untuk akan

menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan

tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang (Budiman, 2013).

2.1.3 Konsep Dasar Karakteristik Ibu

Menurut Notoatmodjo (2012)

1) Umur

Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman

untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 sampai 30 Tahun.

Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia

dibawah 20 Tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada


17

kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 Tahun.

Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35

Tahun.

Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009):

1. Masa balita =0-5 tahun

2. Masa kanak-kanak = 5 - 11 tahun

3. Masa remaja awal = 12 - 16 tahun

4. Masa remaja akhir = 17 - 20 tahun

5. Masa dewasa awal = 20- 35 tahun

6. Masa dewasa akhir = 36- 45 tahun

7. Masa lansia awal = 46- 55 tahun

8. Masa lansia akhir = 56 - 65 tahun

9. Masa Manula = 65 - sampai atas

2) Paritas

Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak

yang dilahirkan. Wanita dengan paritas tinggi yaitu wanita yang

memiliki >2 anak dan paritas rendah yakni ≤2 anak. Paritas 2

sampai 3 merupakan paritas yang aman ditinjau dari sudut

kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)

mempunyai angka kematian maternal (Walyani, 2017).

Paritas adalah jumlah kehamilan yang dilahirkan atau jumlah

anak yang dimiliki baik dari hasil perkawinan sekarang atau

sebelumnya.
18

a) Nullipara

Seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang

viable (hidup) untuk pertama kali.

b) Primipara

Wanita yang telah melahirkan bayi yang viable untuk pertama

kalinya.

c) Multipara

Seorang wanita yang melahirkan bayi yang sudah viable

beberapa kali, yaitu 2 sampai 4 kali.

d) Grandemultipara

Seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah viable

10 kali atau lebih.

Persalinan yang biasanya paling aman untuk ibu yaitu

persalinan yang kedua dan ketiga karena pada persalinan keempat

dan kelima secara dramatis akan meningkatkan angka kematian

ibu. Paritas ibu lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan

pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan karena keadaan

rahim biasanya sudah lemah.

2.2 Kehamilan

2.2.1 Pengertian

Kehamilan adalah proses yang normal, alamiah yang diawali

dengan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin dan dimulai


19

sejak konsepsi sampai persalinan (Dewi dkk, 2011).

Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya

janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan

7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Ditinjau dari tuanya

kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3 bagian, masing-masing

kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu), triwulan

kedua (antara 12 sampai 28 minggu), triwulan terakhir (antara 28

sampai 40 minggu) (Prawirohardjo, 2006).

1) Perubahan yang terjadi saat kehamilan

Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil

sebagian besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus

berlanjut selama kehamilan( Prawiroharjo, 2010).

Menurut Manuaba (2010), dengan terjadinya kehamilan

maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami perubahan yang

mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan

pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya

mengeluarkan hormon somatotropin, estrogen, dan progestern yang

menyebabkan perubahan fisiologis pada :

1) Rahim atau uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama karena

pengaruh estrogen dan progesteron yang meningkat. Pada

kehamilan 8 minggu uterus membesar. Minggu pertama istmus


20

rahim bertambah panjang dan hipertropi sehingga terasa lebih

lunak (tanda hegar). Pada kehamilan 5 bulan rahim teraba

seperti berisi cairan ketuban, dinding rahim tipis sehingga

bagian-bagian anak dapat diraba melalui dinding perut,

terbentuk segmen atas rahim dan segmen bawah rahim

(Dartiwen dkk,2019).

Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi

1000 gram pada akhir bulan. Pada 4 bulan kehamilan, rahim

tetap berada dalam rongga pelvis. Setelah itu, mulai memasuki

rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas

hati. Serviks uteri bertambah vaskularisasinya dan menjadi

lunak. Oleh karena pertambahan dan pelebaran pembuluh

darah, warnanya menjadi livid, dan ini disebut dengan tanda

Chadwik (Sulistyawati, 2009).

2) Servik

Terjadi hipervaskularisasi dan perlunakan pada servik

karena peningkatan hormon estrogen dan progesteron.

Peningkatan lendir servik disebut dengan operkulum.

Kerapuhan meningkat sehingga mudah berdarah saat

melakukan hubungan seksual.

3) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus


21

luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan

berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan

setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesteron dalam

jumlah yang relatif minimal (Prawirohardjo, 2010).

4) Vulva vagina

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan

vulva tampak lebih merah dan agak kebiruan (livide) disebut

tanda chadwick. Vagina membiru karena pelebaran pembuluh

darah, pH 3,5-6 merupakan akibat meningkatnya produksi

asam laktat karena kerja lactobaci acidophilus, keputihan

selaput lendir vagina mengalami edematus, hypertrophy, lebih

sensitif meningkat seksual terutama triwulan III, warna

kebiruan ini disebabkan oleh dilatasi vena yang terjadi akibat

kerja hormon progesteron (Dartiwen dkk,2019).

5) Kulit

Pada muka terjadi perubahan warna bercak

hiperpigmentasi kecoklatan pada kulit di daerah tonjolan

maksila dan dahi,khususnya pada wanita hamil berkulit hitam

akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron, serta

melankortikotropin. Pada perut terdapat garis pigmentasi dari

simfisis pubis sampai ke bagian atas fundus di garis tengah

tubuh diinduksi hormon timbul. Pada primigravida, garis mulai

terlihat pada bulan ketiga terus memanjang seiring dengan


22

meningginya fundus. Pada multigravida, keseluruhan garis

seringkali muncul sebelum bulan ketiga.

6) Payudara

Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon

somatomatropin, estrogen dan progesteron, akan tetapi belum

mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak

sehingga payudara menjadi lebih besar, areola mengalami

hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting

susu dapat keluar cairan berwarna putih jernih disebut

colostrum (Dartiwen dkk,2019). Berikut beberapa macam

fungsi hormon menurut (Manuaba,2010). :

a) Estrogen berfungsi

 Menimbulkan hipertropi sistem saluran payudara

 Menimbulkan peimbunan lemak dan air serta garam

sehingga payudara tampak makin membesar

 Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air, garam

menyebabkan rasa sakit pada payudara.

b) Progesteron berfungsi

 Mempersiapkan asinus untuk dapat berfungsi

 Menambah jumlah sel asinus

c) Somatomatropin berfungsi

 Mempengaruhi sel asinus untuk membuang kasein,

laktalbumin, dan laktoglobulin


23

 Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara

 Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan.

7) Perubahan metabolik

Metabolisme tubuh mengalami perubahan yang

mendasar,di mana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk

pertumbuhan janin dan persiapan ASI. Pada wanita hamil basal

metabolicrate rate (BMR) meningkat hingga 15%-20% yang

umumnya terjadi pada trimester terakhir. BMR kembali setelah

hari ke-5 atau ke-6 post partum. Peningkatan BMR

mencerminkan kebutuhan ksigen pada janin, plasenta, uterus

serta meningkatkan konsumsi oksigen akibat peningkatan kerja

jantung ibu. Pada kehamilan tahap awal banyak wanita

mengeluh merasa lemah dan letih setelah melakukan aktivitas

ringan. Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme mengalami

perubahan yang mendasar, di mana kebutuhan nutrisi makin

tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberi ASI

(Dartiwen dkk,2019).

8) Sistem kardiovaskular

Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh

jantung setiap menitnya atau biasa disebut sebagai curah

jantung meningkat sampai 30-50%. Peningkatan mulai terjadi

pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada

usia kehamilan 16-28 minggu. Oleh karena curah jantung


24

meningkat, maka denyut jantung pada saat istirahat juga

meningkat (dalam keadaan normal 70 kali/menit menjadi 80-90

kali/menit). Setelah mencapai usia kehamilan 30 minggu, curah

jantung agak menurun karena pembesaran rahim menekan vena

yang membawa darah dari tungkai ke jantung. Janin yang terus

tumbuh menyebabkan darah lebih banyak dikirim ke rahim ibu,

sehingga curah jantung meningkat (Sulistyawati, 2009).

9) Sistem respirasi

Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah

± 6 cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu

fungsional dan volume residu paru-paru karena pengaruh

diafragma yang naik ± 4 cm selama kehamilan. Perubahan ini

akan mencapai puncaknya pada minggu ke-37 dan akan

kembali seperti sedia kala dalam 24 minggu setelah persalinan(

Prawirohardjo, 2010).

10) Sistem gastrointestinal

Menurut Manuaba (2010), karena pengaruh estrogen,

pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat

menyebabkan:

a) Pengeluaran air liur berlebihan ( hipersalivasi)

b) Daerah lambung terasa panas

c) Terjadi mual dan sakit/ pusing kepala terutama pagi hari,

yang disebut morning sickness


25

d) Muntah, yang disebut emesis gravidarum

e) Muntah berlebihan sehingga mengganggu kehidupan sehari-

hari, disebut hiperemesis gravidarum

f) Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan

dapat menyebabkan obstipasi

11) Sistem perkemihan

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih

akan tertekan oleh uterus yang semakin membesar sehingga

menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan

semakin tuanya kehamilan, bila uterus keluar dari rongga

panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai

turun ke pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali

(Prawirohardjo, 2010).

12) Sistem endokrin

Progesteron dan estrogen merangsang prolifelasi dari

desidua (bagian dalam uterus) dalam upaya mempersiapkan

implantasi jika kehamilan terjadi. Plasenta yang terbentuk

secara sempurna dan berfungsi 10 minggu setelah pembuahan

terjadi, akan mengambil alih tugas korpus luteum untuk

memproduksi estrogen dan progesteron (Sulistyawati, 2009).

13) Sistem muskuloskeletal

Adanya sakit punggung pada wanita hamil disebabkan

oleh meningkatnya pergerakan pelvis akibat pembesaran


26

uterus. Bentuk tubuh selalu berubah menyesuaikan dengan

pembesaran uterus ke depan karena tidak adanya otot abdomen.

Bagi wanita yang kurus lekukan lumbalnya lebih dari normal

dan menyebabkan lordosis dan gaya beratnya berpusat pada

kaki bagian belakang yang menyebabkan rasa sakit yang

berulang terutama di bagian punggung (Sulistyawati, 2009).

Perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan :

1) Trimester I

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode

penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan ibu adalah

terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung.

Penerimaan kenyataan ini bagi dirinya merupakan tugas

psikologis yang paling penting. Sebagian besar wanita

merasa sedih dan ambilaven tentang kenyataan bahwa ia

hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan,

penolakan, kecemasan, depresi, dan kesedihan. Hingga kini,

masih diragukan bahwa seorang wanita lajang dan bahkan

telah merencanakan dan menginginkan kehamilan atau telah

berusaha keras untuk tidak hamil.

Beberapa wanita, terutama mereka yang telah

merencanakan kehamilan atau telah berusaha keras untuk

hamil, mereka suka cita dan percaya bahwa dirinya telah

hamil dan mencari bukti kehamilan pada setiap


27

perubahannya. Trimester pertama sering menjadi waktu

yang sangat menyenangkan untuk melihat apakah

kehamilan akan dapat berkembang dengan baik. Hasrat

seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara

wanita satu dengan yang lain. Meski beberapa wanita

mengalami peningkatan seksual, tetapi secara umum

trimester pertama merupakan aktu terjadinya penurunan

libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur dan

terbuka terhadap pasangan masing-masing. Banyak wanita

merasakan kebutuhan kasih sayang yang besar tanpa cinta

kasih dan seks. Libido secara umum sangat dipengaruhi

oleh keletihan, nause, depresi, payudara yang membesar

dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah

lain yang merupakan normal pada trimester pertama.

Pada awal kehamilan, wanita terkadang merasa senang

dan sedih. Biasanya juga dipengaruhi oleh rasa lelah, mual

dan sering kencing. Perubahan yang terjadi tersebut sering

kali menampakan episode penuh dengan air mata dan

menjadi sangat peka. Untuk itu, wanita yang sebelumnya

memiliki cara pandang terhadap dirinya atau jika ada

beberapa masalah yang muncul pada aeal kehamilan, maka

masa ini adalah masa yang mencemaskan.


28

2) Trimester II

Trimester kedua sering dikenal sebagai periode

kesehatan yang baik, yakni ketika wanita merasa nyaman

dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang dialami saat

hamil. Namun,trimester kedua juga merupakan fase ketika

wanita menelusuri ke dalam dan paling banyak mengalami

kemunduran. Trimester kedua terbagi atas dua fase yaitu

pra quickening (sebelum adanya gerakan janin yang

dirasakan ibu dan pasca quickening(setelah adanya gerakan

janin yang dirasakan ibu). Quickening menunjukkan

kenyataan adanya kehidupan yang terpisah, yang menjadi

dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis

utamanya pada trimester kedua, yakni mengembangkan

identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri.

Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama

trimester kedua. Kurang lebih 80% wanita mengalami

kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka

dibanding pada trimester pertama dan sebelum hamil.

Trimester kedua relatif terbebas dari segala

ketidaknyamanan fisik dan ukuran perut wanita belum

menjadi masalah besar. Lubrikasi vagina semakin banyak,

kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah yang

sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut


29

mereda. Pada masa ini wanita hamil juga telah mengalami

perubahan, dari seseorang yang biasanya menuntut kasih

sayang dari ibunya menjadi seseorang yang mencari kasih

sayang dari pasangannya. Seluruh faktor ini turut

memengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual.

3) Trimester III

Trimester ketiga sering disebut periode penantian

dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai

menyadari kehadiran sang bayi. Ada perasaan cemas

mengingat bayi dapat lahir kapanpun. Hal ini membuatnya

berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan menunggu

tanda dan gejala persalinan muncul.

Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan

fisik yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan

merasa canggung, jelek, berantakan dan memerlukan

dukungan yang sangat besar dan konsisten dari

pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga,

peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester

sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang

semakin besar menjadi halangan. Alternatif posisi dalam

berhubungan seksual dan metodenya untuk mencapai

kepuasan dapat membantu atau dapat menimbulkan

perasaan bersalah jika ia merasa tidak nyaman dengan cara-


30

cara tersebut dan berbagai perasaan secara jujur dengan

pasangan.

Rasa cemas dan takut akan proses persalinan dan

kelahiran meningkat, yang menjadi perhatian yaitu rasa

sakit, luka saat melahirkan, kesehatan bayinya, kemampuan

jadi ibu yang bertanggung jawab dan bagaimana perubahan

hubungan dengan suami, ada gangguan tidur, harus

dijelaskan tentang proses persalinan dan kelahiran agar

timbul kepercayaan diri pada ibu bahwa ia dapat melalui

proses persalinan dengan baik.

2.3. Hubungan Seksual

2.3.1 Pengertian

Hubungan seksual merupakan hubungan yang dilakukan

pada suami istri untuk memperoleh keturunan, dimana proses

berhubungan seksual pada wanita dimulai dari fase gairah, fase

merangsang, dan fase resolusi. Pada pria saat ejakulasi penis

mengeluarkan air mani.

Hubungan seksual bertujuan untuk membangun kepercayaan,

minat dan daya tarik kepada pasangannya, serta sebagai pembuktian

rasa cinta dan sayang kepada pasangan (Kissanti, 2007; Hapsari,

2011).
31

2.3.2 Hubungan seksual selama kehamilan

Hubungan seksual selama hamil tidak berbahaya selama

kehamilannya normal dan juga sehat. Janin dalam kandungan

terlindungi dalam kantung ketuban sehingga tidak berhubungan

langsung dengan benda yang masuk dari luar (Geniofam, 2010).

Hubungan seksual tidak berbahaya bagi janin karena penis tidak dapat

masuk lebih dalam ke vagina. Otot mulut rahim dan lapisan lendir

yang terbentuk saat kehamilan juga melindungi kandungan dengan

baik ( Shinta, 2008).

Hubungan seks selama kehamilan terkadang dapat menjadi

aktivitas yang lebih menyenangkan dibandingkan sebelum hamil.

Seorang wanita mungkin akan mencapai orgasme untuk pertama

kalinya. Hubungan seks juga akan menyiapkan untuk proses persalinan

melalui latihan otot panggul yang akan membuat otot tersebut menjadi

kuat dan fleksibel ( MacDougall, 2003).

2.3.3 Hubungan seksual yang harus dihindari selama kehamilan

Menurut Shinta (2008), hubungan seksual selama kehamilan

harus dihindari bila :

1) Kehamilan dengan ancaman keguguran

2) Kehamilan dengan ancaman persalinan prematur

3) Selaput ketuban pecah

4) Perdarahan pervaginam

5) Adanya kontraksi uterus


32

6) Posisi hubungan seksual dengan berbaring, tengkurap atau miring

kanan setelah empat bulan kehamilan (Admin, 2011).

2.3.4 Posisi hubungan seksual yang diperbolehkan selama kehamilan

Menurut Admin (2011), terdapat tiga aturan yang harus

terpenuhi ketika berhubungan seks saat hamil, yaitu:

1) Kedua pasangan secara fisik merasa nyaman

2) Posisi seks tersebut memungkinkan terjadinya seks dan kontak

fisik yang kedua pasangan inginkan

3) Hubungan seks tidak menimbulkan tekanan berlebih pada rahim

atau berat tubuh pasangan pria tidak menekan perut ibu hamil.

2.3.5 Efek kondisi kehamilan terhadap hubungan seksual

Menurut Suparyanto (2011), efek kondisi kehamilan terhadap

minat untuk berhubungan seksual pada tiap trimester sebagai berikut :

1) Trimester Pertama

Kondisi fisik dan emosi calon ibu :

a) Mual, dengan atau tanpa muntah, di pagi, malam, atau

sepanjang hari

b) Produksi air ludah meningkat

c) Tubuh mudah lelah dan mengantuk

d) Payudara membengkak, putting tegang, nyeri jika disentuh

atau diraba

e) Mulut terasa pahit

f) Sering buang air kecil


33

g) Perut terasa panas, kembung, dan mengalami gangguan

pencernaan

h) Menginginkan atau menolak makanan tertentu (mengidam)

i) Sembelit

j) Sakit kepala atau pusing

k) Mengalami perasaan tidak biasa, seperti tidak bisa melihat,

sensitive pada bau-bauan tertentu, malas berdandan, selalu

ingin tidur dan lain-lain.

l) Suasana hati cepat berubah, kadang gembira, kadang sedih

dan cenderung cengeng

m) Sering merasa cemas terhadap kehamilan, misalnya takut

keguguran, takut janin terluka, dan lain-lain.

Efek terhadap hubungan seksual :

a) Meskipun terdapat bermacam-macam variasi dari masing-

masing pasangan, pola ketertarikan seksual pada trimester

pertama tetaplah umum. Tidak mengherankan jika pada awal

kehamilan terjadi penurunan minat terhadap seks.

b) Sebagian kecil wanita bahkan merasakan perubahan yang

sangat signifikan terhadap kehidupan seksualnya. Hal tersebut

sering kali disebabkan oleh perubahan hormon pada awal

kehamilan yang membuat organ vulva lebih sensitif dan

payudara yang lebih berisi sehingga meningkatkan kepekaan

terhadap sentuhan.
34

2) Trimester kedua

Kondisi fisik dan emosi calon ibu:

a) Pergerakan janin yang mulai terasa

b) Rasa mual dan muntah yang mulai berkurang dan perlahan

menghilang

c) Vagina mengeluarkan cairan berwarna putih susu, encer, dan

tidak berbau yang lazim disebut leukorhea.

d) Nafsu makan mulai meningkat

e) Payudara tidak lagi nyeri

f) Produksi hormon progesterone meningkat

g) Pinggul dan payudara lebih berisi karena hormone kehamilan

dan pertambahan berat badan. Areola dan puting susu

berwarna lebih gelap, rambut dan kulit semakin mengilap dan

bercahaya

h) Suasana hati jauh lebih baik, meskipun terkadang rasa sensitif

dan suasana hati masih mudah berubah

i) Mulai merasa percaya diri dengan kehamilannya

Efek terhadap hubungan seksual

a) Meski tidak selalu, minat untuk berhubungan seks umumnya

mulai meningkat pada trimester kedua ini. Pada masa ini,

secara fisik dan psikologi sudah lebih dapat menyesuaikan diri

pada berbagai perubahan yang terjadi karena kehamilan.


35

b) Hubungan seksual di trimester kedua ini dapat terasa jauh

lebih menyenangkan. Hal ini dikarenakan meningkatnya

hormon estrogen dan volume darah di tubuh sehingga lebih

banyak darah yang mengalir ke panggul dan oegan kelamin

dan akan lebih mudah mengalami orgasme.

3) Trimester ketiga

Kondisi fisik dan emosi calon ibu:

a) Gerakan janin yang lebih kuat dibanding sebelumnya, sering

kali lebih aktif di malam hari

b) Perut semakin buncit, kaki bengkak, dan wajah sembab

c) Semakin mudah lelah dan nafas pendek

d) Kram kaki, terutama di malam hari

e) Kulit perut terasa gatal, pusar menonjol

f) Kemungkinan mengalami varises

g) Kelenjar susu mulai aktif, ASI menetes jika payudara

dirangsang

h) Sering buang air kecil

i) Kadang kala terjadi kontraksi palsu (braxton hicks

contractions)

j) Sulit tidur
36

Efek terhadap hubungan seksual

a) Saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat libido

kembali menurun, bahkan lebih drastis dibandingkan dengan

saat trimester pertama. Perut yang makin membuncit

membatasi gerakan dan posisi nyaman saat berhubungan

intim. Selain hal fisik, turunnya libido juga berkaitan dengan

kecemasan dan kekhawatiran yang meningkat menjelang

persalinan.

b) Hubungan seks sebaiknya lebih diutamakan menjaga

kedekatan emosional daripada rekreasi fisik karena pada

trimester terakhir ini, dapat terjadi kontraksi kuat pada wanita

hamil yang diakibatkan karena orgasme. Jika kontraksi

berlangsung lebih lama, menyakitkan, menjadi lebih kuat, atau

ada indikasi lain yang menandakan bahwa proses kelahiran

akan mulai.

2.3.6 Pengaruh psikologis terhadap hubungan seksual selama

kehamilan

Menurut Eisenberg (2006), kondisi psikologis meliputi:

1) Takut menyakiti janin atau menyebabkan keguguran

Pada kehamilan normal, hubungan seksual tidak akan

menyebabkan kedua hal ini. Janin dilindungi dan dibungkus oleh

bantal cairan ketuban dan rahim.

2) Takut orgasme merangsang keguguran lanjut atau persalinan dini


37

Meskipun rahim berkontraksi setelah orgasme, tetapi kontraksi

bukan tanda persalinan dan tidak memunculkan bahaya pada

kehamilan normal. Sebenarnya kajian menunjukkan bahwa

pasangan yang kegiatan seksualnya cukup aktif selama hamil

memiliki angka rata-rata persalinan dini yang lebih rendah

daripada pasangan yang tidak melakukannya.

3) Takut bayi “melihat” atau menyadari

Meskipun bayi mungkin menikmati ayunan lembut dari kontraksi

rahim selama orgasme, bayi tetap tidak bisa melihat serta sama

sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi, dan jelas tidak akan

mengingatnya. Reaksi janin yang menendang setelah orgasme

adalah respon yang hanya disebabkan oleh kegiatan hormonal

dalam rahim.

4) Takut masuknya penis kedalam vagina menyebabkan infeksi

Sejauh pasangan pria tidak memiliki penyakit menular seksual,

maka tidak ada bahaya infeksi baik pada ibu maupun janin melalui

hubungan seksual selama tujuh atau delapan bulan pertama, bayi

aman dari semen dan kuman infeksi karena terlindung di dalam

kantung ketuban.

5) Kepercayaan bahwa hubungan seksual selama 6 minggu terakhir

akan menyebabkan persalinan dimulai. Kontraksi rahim yang

dipicu oleh orgasme akan semakin kuat ketika kehamilan berlanjut.

Tetapi sebelum leher rahim “matang”, kontraksi ini tampaknya


38

tidak mendatangkan persalinan, seperti yang diharapkan dan

dicoba oleh banyak pasangan yang tanggal kelahirannya sudah

“terlambat”.
39

2.4 Kerangka Teori

Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka, disusun kerangka teori sebagai


berikut :

Faktor Internal :

1. Umur

2. Pengalaman

3. Pendidikan Gambaran Pengetahuan Ibu


hamil tentang hubungan seks
4. Pekerjaan selama masa hamil pada
bulan Juli tahun 2019
5. Paritas

Faktor Eksternal :

1. Sumber Informasi

2. Sosial budaya

3. Lingkungan

Modifikasi Notoatmodjo (2014), Budiman (2013), Depkes RI (2011),


Notoatmodjo (2010), Notoatmodjo (2012), Prawirohardjo (2010), Walyani
(2017)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang hubungan seks

selama masa hamil.

Adapun kerangka konsep peneliti adalah :

Variabel Independent Variabel Dependent

Umur

Paritas
Gambaran Pengetahuan Ibu
hamil tentang hubungan seks
Pendidikan selama masa hamil pada bulan
Juli tahun 2019

Sumber Informasi

40
41

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu

konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010)

Menurut (Sugiyono, 2013) macam-macam variabel dalam penelitian

dapat dibedakan menjadi :

1) Variabel independent atau variabel bebas, merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel dependent (terikat). Dalam penelitian ini terdapat variabel

independen diantaranya : Umur, Paritas, Pendidikan, Sumber

Informasi.

2) Variabel dependent atau variabel terikat, merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Dalam penelitian ini terdapat variabel dependent diantaranya

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang hubungan seks selama masa hamil.


42

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan pada

pengukur atau pengamatan terhadap variabel yang bersangkutan serta

pengembangan instrumen/alat ukur (Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.1
Defini Operasional

Variabel Definisi Skala


No Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Dependent Operasional Ukur

1 Pengetahuan ibu Hasil tau Kuesioner Mengisi 0= Kurang Ordinal


hamil tentang responden tentang Kuesioner Baik
hubungan seks hubungan seks
Kurang Baik 1= Baik
selama masa selama masa
< 60% (Jika
hamil hamil.
responden
menjawab
<12 Ya dari
pertanyaan
no: (1-20))

Baik >60%
(Jika
responden
menjawab
>12 Ya dari
pertanyaan
no: (1-20))
43

Variabel Independent

2 Umur Umur adalah umur Kuesioner Mengisi 0= Berisiko Ordinal


dari sejak Kuesioner
1= Tidak
responden lahir
Berisiko < 20 beresiko
sampai penelitian
dan >35
dilakukan.
tahun

Tidak
beresiko 20 –
35tahun

3 Paritas Jumlah anak yang Kuesioner Mengisi 0= Ordinal


sudah dilahirkan Kuesioner Primipara
responden.
Primipara 1=
Multipara
Multipara

4 Pendidikan Suatu proses Kuesioner Mengisi 0= Ordinal


belajar yang Kuesioner Pendidikan
dilakukan oleh rendah
Pendidikan
responden.
rendah (SD- 1=
SMP) Pendidikan
tinggi
Pendidikan
tinggi (SMA-
Perguruan
tinggi)
44

5 Sumber Informasi Pemberitahuan Kuesioner Mengisi 0= Tidak Ordinal


seseorang adanya Kuesioner ada
informasi baru
Tidak ada
mengenai seks 1 = Ada
selama masa hamil Ada
45

3.4 Ruang Lingkup Penelitian

3.4.1 Lokasi penelitian menjelaskan tempat dimana penelitian dilakukan.

Lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian

tersebut (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan di BPM Hj.

Siti Rahayu

3.4.2 Waktu penelitian merupakan kapan penelitian tersebut akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli tahun

2019

3.5 Rancangan Penelitian

3.5.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif

kuantitatif, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan

obyek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena

(termasuk kesehatan) yang terjadi pada populasi tertentu dengan

menggunakan angka-angka atau data kuantitatif yang diangkakan

(Sugiyono, 2010).

3.5.2 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil

yang memeriksakan kehamilannya di BPM Hj. Siti Rahayu pada bulan

Juli tahun 2019 sejumlah 50 ibu hamil.


46

3.5.3 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.

Penentuan jumlah sampel yaitu apabila responden kurang dari 100,

lebih baik diambil seluruhnya. Tetapi jika jumlah subyeknya lebih dari

100 maka dapat diambil antara 20-30% (Arikunto, 2010). Penelitian

ini mengambil sampel ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di

BPM Hj. Siti Rahayu pada bulan Juli tahun 2019 sejumlah 50 ibu

hamil.

3.5.4 Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel ini sangat penting, karena apabila

salah dalam penggunaan teknik sampling maka hasilnya pun akan jauh

dari kebenaran (penyimpangan) (Notoatmodjo, 2010). Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan Total Sampling. Teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2013). Alasan

mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2013) jumlah

populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel

penelitian semuanya.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai

variabel yang diteliti (Sugiyono, 2013). Instrumen yang digunakan pada

penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis


47

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya (Arikunto, 2010).

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner tertutup yaitu

kuesioner yang jawabannya sudah disedikan sehingga responden tinggal

memilih (Arikunto, 2010). Pernyataan dalam kuesioner mengenai

pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual selama kehamilan. Jumlah

pertanyaan dalam kuesioner 20 pertanyaan.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti untuk memperoleh data

berupa fakta maupun angka (Sugiyono, 2013). Data berdasarkan cara

memperolehnya terdiri dari :

1. Data Primer

Data yang secara langsung diambil dari obyek-obyek penelitian oleh

peneliti perorangan maupun organisasi. Data primer diperoleh langsung

dari sumbernya dari jawaban pertanyaan dalam kuesioner. Data primer

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

jawaban pertanyaan ibu hamil dalam kuesioner.

2. Data Sekunder

Data yang didapat tidak secara langsung dari obyek penelitian.

Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan dari pihak

lain dengan cara atau metode baik secara komersial maupun non

komersial.
48

3.7.1 Metode pengolahan dan analisis data

3.7.1.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data.

Proses pengolahan data menurut Notoatmodjo (2010),

terdiri dari :

a) Editing (penyuntingan data)

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa

data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan

kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi

apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan

di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak

sesuai dapat segera dilengkapi.

b) Coding sheet (membuat lembaran kode)

Pada tahapan ini kuesioner yang telah diedit atau

disunting, selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau

“coding” yakni mengubah data dalam bentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

c) Entry data (memasukkan data)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar

kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.


49

d) Tabulating (tabulating)

Kegiatan membuat tabel-tabel data, sesuai dengan

tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

Pengolahan data menggunakan program komputer SPSS.

e) Cleaning

Memeriksa kembali data yang ditelah dimasukan

kedalam komputer untuk memastikan bahwa data tersebut

telah bersih dari kesalahan.

3.7.1.2 Analisis data

Analisis data yang digunakan dalam pengolahan

hasil data ini menggunakan analisis univariat, yaitu

menganalisis variabel yang ada secara deskriptif dengan

menghitung distribusi dan presentasi dari tiap variabel

(Notoatmodjo, 2010).

Data yang diperoleh analisa data secara univariat

untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dari

semua variabel yang diteliti, baik variabel bebas

(independen) maupun variabel yang diteliti dan dihitung

dengan rumus menurut Notoatmodjo (2015), adalah

sebagai berikut :

F= x 100%
50

Keterangan :

F = frekuensi

X = jumlah masing-masing variabel yang didapat

N = jumlah sampel

3.8 Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2015), etika peneliti ini mencakup juga

peneliti atau perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang

dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat. Berikut merupakan etika dalam

penelitian :

1. Lembar Persetujuan (Informed Concent)

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed Concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

Informed Concent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka mereka

harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormati hak itu.

Beberapa informasi yang harus ada dalam Informed Concent tersebut

antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data

yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah


51

yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi,

dan lain – lain.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Anonimity tujuannya untuk menjaga kerahasian identitas dari

responden dalam penelitian dengan cara tidak memberi nama responden

pada lembar alat ukur hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Confidentiality tujuannya untuk menjamin keberhasilan dari

penelitian baik informasi maupun masalah lainnya, semua informasi yang

dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Keadaan Demografis

Bidan Praktek Mandiri (BPM) Hj. Siti Rahayu terletak di Jl. H Holil RT

002/007 No. 41 Kreo, Larangan, Kota Tangerang.

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BPM Hj. Siti Rahayu pada bulan Juli tahun

2019 dengan jumlah populasi sebanyak 50 ibu hamil dan sampel yang

digunakan sebanyak 50 ibu hamil. Kemudian data di peroleh dari analisa

univariat yaitu mengisi kuesioner, hasil yang didapat adalah sebagai berikut :

4.2.1 Analisa Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran

variabel yang diteliti yaitu variabel dependen yaitu pengetahuan ibu

hamil tentang hubungan seks selama masa hamil, sedangkan variabel

independen yaitu, umur, paritas, pendidikan, pekerjaan.

52
53

4.2.2 Variabel Dependen

4.2.2.1 Pengetahuan

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil

Tentang hubungan seks selama masa hamil

di BPM HJ. Siti Rahayu pada bulan Juli tahun 2019

Pengetahuan Frekuensi Presentase


Kurang baik 30 60 %
Baik 20 40 %
Total 50 100%

Dari tabel 4.1 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki pengetahuan kurang baik yaitu 30 responden (60%)

4.2.3 Variabel Independen

4.2.3.1 Umur
54

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu hamil

tentang hubungan seks selama masa hamil berdasarkan umur

di BPM Hj. Siti Rahayu pada bulan Juli 2019

Umur Frekuensi Presentase


Tidak beresiko 30 60%
Beresiko 20 40%
Total 50 100%

Dari tabel 4.2 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki usia tidak beresiko yaitu 30 responden (60%)

4.2.3.2 Paritas

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu hamil

tentang hubungan seks selama masa hamil berdasarkan paritas


55

di BPM Hj. Siti Rahayu pada bulan Juli 2019

Paritas Frekuensi Presentase


Primipara 26 52%
Multipara 24 48%
Total 50 100%

Dari tabel 4.3 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden

berada pada paritas Primipara yaitu 26 responden (52%).

4.2.3.3 Pendidikan

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu hamil

tentang hubungan seks selama masa hamil berdasarkan

pendidikan di BPM Hj. Siti Rahayu pada bulan Juli 2019

Pendidikan Frekuensi Presentase


Rendah 26 52%
56

Tinggi 24 48%
Total 50 100%

Dari tabel 4.4 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki pengetahuan rendah yaitu 26 responden (52%)

4.2.3.4 Sumber Informasi

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu hamil

tentang hubungan seks selama masa hamil berdasarkan sumber

informasi di BPM Hj. Siti Rahayu pada bulan Juli 2019

Sumber Informasi Frekuensi Presentase


Ada 32 64%
Tidak ada 18 36%
Total 50 100%
57

Dari tabel 4.5 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden

sudah mendapatkan informasi yaitu 32 responden (64%).

4.2.4 Crosstabs

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu gambaran

pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seks selama masa hamil di BPM

Hj. Siti Rahayu pada bulan Juli tahun 2019, berdasarkan umur, paritas,

pendidikan, dan sumber informasi peneliti mendapatkan hasil :

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Berdasarkan Umur ibu hamil di BPM Hj. Sit

Rahayu pada bulan Juli tahun 2019


58

Pengetahuan
Jumlah
Umur Baik Kurang Baik
N % N % N %
Beresiko 8 40 12 60 20 100
Tidak Beresiko 12 40 18 60 30 100
Jumlah 20 40 30 60 50 100

Berdasarkan tabel 4.6 diatas didapatkan hasil bahwa responden dengan umur

beresiko dan tidak beresiko sama-sama memiliki pengetahuan yang kurang

baik sebanyak (60%).

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Berdasarkan Paritas ibu hamil di

BPM Hj. Siti Rahayu pada bulan Juli tahun 2019

Pengetahuan
Jumlah
Paritas Baik Kurang Baik
N % N % N %
Primipara 10 39 16 61 26 100
Multipara 10 42 14 58 24 100
Jumlah 20 40 30 60 50 100

Berdasarkan tabel 4.7 diatas didapatkan hasil bahwa responden yang

primipara dan memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak (61%) dan

responden yang multipara dan memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak


59

(58%). Hasil ini memperlihatkan responden yang primipara dan memiliki

pengetahuan kurang lebih banyak dibandingkan yang multipara.

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan ibu hamil di

BPM Hj. Sit Rahayu pada bulan Juli tahun 2019

Pengetahuan
Jumlah
Pendidikan Baik Kurang Baik
N % N % N %
Rendah 10 39 16 61 24 100
Tinggi 10 42 14 58 26 100
Jumlah 20 40 30 60 50 100

Berdasarkan tabel 4.8 diatas didapatkan hasil bahwa responden yang

berpendidikan rendah dan berpengetahuan kurang baik sebanyak (61%) dan

yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan kurang baik sebanyak (58%).

Hasil ini memperlihatkan bahwa responden berpendidikan rendah dan

berpengetahuan kurang lebih banyak dibandingkan dengan yang

berpendidikan tinggi.
60

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Berdasarkan Sumber Informasi ibu hamil di BPM

Hj. Sit Rahayu pada bulan Juli tahun 2019

Sumber Pengetahuan
Jumlah
Baik Kurang Baik
Informasi N % N % N %
Tidak ada 5 28 13 72 18 100
Ada 15 47 17 53 32 100
Jumlah 20 40 30 60 50 100

Berdasarkan tabel 4.9 diatas didapatkan hasil bahwa responden yang tidak

mendapatkan informasi dan berpengetahuan kurang baik sebanyak (72%) dan

yang mendapatkan informasi dan berpengetahuan kurang baik sebanyak

(53%). Hasil ini memperlihatkan bahwa responden yang tidak mendapatkan

sumber informasi lebih banyak dibandingkan responden yang mendapatkan

sumber informasi.
61

4.3 Pembahasan

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang hubungan seks selama masa

hamil di BPM Hj. Siti Rahayu pada bulan Juli tahun 2019

4.3.1.1 Pengetahuan

Hasil penelitian di dapatkan bahwa sebagian besar Ibu Hamil

berpengetahuan kurang baik tentang hubungan seks selama masa

hamil sebanyak 30 responden (60%) dan yang berpengetahuan baik

tentang hubungan seks selama masa hamil yaitu sebanyak 20

responden (40%). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar ibu hamil memiliki pengetahuan yang kurang baik

tentang hubungan seks selama masa hamil.

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan dasar

yang paling penting dalam membentuk tindakan seseorang. Semakin

baik pengetahuan ibu hamil, semakin baik juga tindakan yang akan

dilakukan ibu hamil untuk mencari tahu informasi tentang hubungan

seks selama masa hamil.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu

umur, pendidikan, pengalaman, pekerjaan, paritas, sumber informasi,

lingkungan dan sumber informasi.


62

Ika Puspitasari (2013) dalam penelitian yang berjudul "Tingkat

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hubungan Seksual Selama

Kehamilan Di RSUD Surakarta tahun 2013". Desain Penelitian ini

adalah deskriptif kuantitatif. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya di RSUD Kota Surakarta dari tanggal 25 Maret

sampai tanggal 30 April 2013 sejumlah 66 ibu hamil. Jumlah sampel

sebagai responden yang diambil sebanyak 66 ibu hamil. Teknik

pengambilan sampling jenuh. Instrumen penelitian dengan

menggunakan kuesioner. Analisa data dengan menggunakan analisis

univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan

responden umumnya berada pada kategori cukup baik yaitu 40

responden (60,61%).

Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu

hamil masih rendah karena belum banyak yang mengetahui tentang

hubungan seks selama masa hamil. Hal ini menunjukkan bahwa

masih perlu adanya tindak lanjut untuk meningkatkan pengetahuan

ibu hamil tentang hubungan seks selama masa hamil misalnya

dengan memberikan informasi tentang hubungan seks selama masa

hamil pada ibu hamil dan keluarga, sehingga dapat meningkatkan

pengetahuan ibu hamil.

Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya

bahwa pengetahuan ibu hamil di BPM Hj. Siti Rahayu tentang


63

hubungan seks selama masa hamil pada bulan Juli tahun 2019

kurang baik.

4.3.1.2 Umur

Hasil penelitian di dapatkan bahwa terdapat 30 responden yang

termasuk umur tidak beresiko (60%) dan terdapat 20 responden yang

termasuk umur beresiko (40%). Dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian besar Ibu hamil termasuk umur tidak beresiko.

Umur reproduktif merupakan umur antara 20-45 tahun. Umur

reproduksi sehat (tidak beresiko) umur 20-35 tahun dan umur

reproduksi tidak sehat (beresiko) umur <20 tahun dan >35 tahun.

Karena umur lebih dari 35 tahun ini sangat rentan terkena penyakit.

(Depkes RI, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2011)

di RS Bunda Medika Sidoarjo Jawa Timur menyatakan bahwa umur

ibu hamil mempengaruhi pengetahuan hubungan seksual selama

kehamilan. Semakin matang umur ibu maka cara berfikir dan

pandangan ibu tentang hubungan seksual juga lebih baik.

Menurut peneliti dari hasil data penelitian menunjukan bahwa

sebagian besar responden Ibu hamil termasuk umur yang tidak

beresiko, walaupun demikian harus tetap mengetahui pengetahuan

dan informasi tentang hubungan seks selama masa hamil di fasilitas

kesehatan ataupun sumber informasi lainnya. Hal ini sesuai dengan


64

penelitian sebelumnya yang menyatakan umur berpengaruh pada

pengetahuan responden.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa

umur benar mempengaruhi kurang baik atau baiknya pengetahuan

ibu hamil.

4.3.1.3 Paritas

Hasil penelitian ini di dapatkan bahwa terdapat 26 responden

yang termasuk primipara (52%) dan terdapat 24 responden yang

termasuk multipara (48%). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar Ibu hamil termasuk kategori primipara.

Menurut Salmah (2006), semakin banyak paritas ibu maka

pengalaman dan pengetahuan nya pun akan bertambah. sehingga

mampu memberikan hasil yang lebih baik dan suatu pengalaman

masa lalu mempengaruhi belajar.

Menurut peneliti dari hasil data penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar responden Ibu hamil termasuk kategori primipara,

karena pengalaman dan pengetahuannya masih sedikit tentang

hubungan seks selama masa hamil.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa

paritas benar mempengaruhi kurang baik atau baiknya pengetahuan

ibu hamil.

4.3.1.4 Pendidikan
65

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa Ibu hamil yang

berpendidikan tinggi sebanyak 24 responden (48%) dan yang

berpendidikan rendah sebanyak 26 responden (52%). Dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Ibu hamil memiliki

pendidikan yang rendah.

Menurut Notoatmodjo (2012), Pendidikan adalah suatu usaha

untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di

luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Dengan pendidikan

tinggi akan mudah mendapatkan informasi, semakin banyak

informasi semakin banyak pula pengetahuan yang didapat.

Pendidikan diklasifikasikan menjadi dua yaitu pendidikan rendah

(SD, SMP), dan pendidikan tinggi (SMA, Perguruan Tinggi).

Menurut peneliti dari hasil data penelitian menunjukan bahwa

sebagian besar responden Ibu hamil berpendidikan rendah.

Pendidikan rendah dapat memepengaruhi pengetahuan responden.

Makin tinggi tingkat pendidikan akan lebih mudah menerima,

mempunyai sikap dan perilaku sesuai dengan apa yang dianjurkan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2012)

bahwa pendidikan benar mempengaruhi kurang baik atau baiknya

pengetahuan seseorang.

4.3.1.5 Sumber Informasi

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu

hamil sudah mendapatkan informasi sebanyak 32 responden (64%)


66

dan yang belum mendapatkan informasi sebanyak 18 responden

(36%).

Menurut Notoatmodjo (2012), Sumber informasi adalah

keseluruhan makna, dan dapat diartikan sebagai pemberitahuan

seseorang adanya informasi baru mengenai hal-hal tersebut.

Menurut peneliti dari hasil data penelitian menunjukan bahwa

sebagian besar responden Ibu hamil belum mendapatkan informasi.

Oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan memiliki peran yang cukup

kuat untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan

seks selama masa hamil

4.4 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pada saat pengisian kuisioner, Ibu hamil sedang mengantri untuk periksa

USG sehingga kemungkinan tidak konsentrasi dalam pengisian kuesioner.

2. Keterbatasan waktu penelitian yang dimiliki sehingga penelitian yang

dilakukan kurang optimal.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian gambaran pengetahuan ibu hamil tentang

hubungan seks selama masa hamil di BPM Hj. Siti Rahayu pada bulan Juli

tahun 2019 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Distribusi frekuensi pengetahuan Ibu hamil tentang hubungan seks selama

masa hamil menunjukkan sebagian besar responden (60%)

berpengetahuan kurang baik.

2. Distribusi frekuensi Ibu hamil tentang hubungan seks selama masa hamil

berdasarkan umur sebagian besar responden (60%) memiliki usia tidak

beresiko.

3. Distribusi frekuensi Ibu hamil tentang hubungan seks selama masa hamil

berdasarkan pendidikan sebagian besar responden (52%) memiliki

pendidikan rendah.

4. Distribusi frekuensi Ibu hamil tentang hubungan seks selama masa hamil

berdasarkan paritas sebagian besar responden (52%) berada pada paritas

primipara.

5. Distribusi frekuensi Ibu hamil tentang hubungan seks selama masa hamil

berdasarkan sumber informasi sebagian besar responden (64%) sudah

mendapatkan informasi.

67
68

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu

hamil tentang hubungan seksual selama masa hamil di BPM Hj. Siti Rahayu,

maka saran yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut :

1. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan seksual

selama kehamilan pada ibu hamil dan keluarga, sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan ibu hamil.

2. Bagi ibu hamil

Ibu hamil sebaiknya mencari informasi melalui tenaga kesehatan

atau melalui media elektronik maupun media cetak mengenai hubungan

seksual selama kehamilan sehingga pengetahuan dapat lebih meningkat.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan dengan

menambahkan variabel-variabel penelitian yang lain dalam penelitian

selanjutnya.

4. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan dapat menambah bahan referensi

yang berhubungan tentang hubungan seksual selama kehamilan sehingga

dapat menambah wawasan mahasiswa tentang hubungan seksual selama

kehamilan, agar pengetahuannya lebih meningkat.


DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2011. Kamasutra Kehamilan. www.seksualitas.net/posisi-seks-aman-


untuk-wanita-hamil.htm#. Diakses 09 Juni 2019 Pukul 10:30 WIB.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.


Jakarta : Rineka Cipta.

Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. 2004. Buku Ajar keperawatan
Maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC.

Budiman, Riyanto Agus. 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap
Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

Cedli, Lussi Giovani. 2012. Fungsi Seksual Suami Selama Masa Kehamilan
Pasangan. Skripsi Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Keperawatan.

Daniel, Michael L. 2010. Counseling on Sexuality in Pregnancy.The Female


Patient, 35(Januari), 42-44.

Dartiwen,dkk. 2019. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.Yogyakarta : Penerbit


ANDI.

Depkes RI. 2011. Profil Dinas Kesehatan.Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Dewi, Lia Nanny Vivian dkk. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan.Jakarta :
Penerbit Salemba Medika.

Dinkes Banten (2015)

www.depkes.go.id/resources/download/profil/...PROVINSI.../16_Banten_2015.pdf
diakses 30 Mei 2019 pukul 19:00 WIB

Eisenberg, A. 2006. Kehamilan Apa yang Anda Hadapi Bulan per Bulan. Edisi 3 :
Jakarta : Arcan.

GenioFam. 2010. Mempersiapkan dan Menjaga Kehamilan. Yogyakarta : Leutika.

Hapsari, Vike Dwi&Sari Sudarmiati. 2011. Pengalaman Seksualitas Ibu Hamil


Di Puskesmas Pondok Aren Tangerang.Vol 6, 76-85. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Kissanti, Annia. 2007. 9 Bulan Penuh Keajaiban. Jakarta: Araska


MacDougall, J. 2003. Kehamilan Minggu demi Minggu. Jakarta : Erlangga

69
70

Manuaba, Dr. Ida Ayu Chandranita., dr. Ida bagus gde Fajar Manuaba,. &
Prof.Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Ed.2.
Jakarta : EGC.

Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta :


Rhineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. 2014. Metodologi Penelitian Ilmiah. Jakarta : Rineka Cipta.

Pangkahila,Wimpie. 2001. Seks Yang Membahagiakan: Menciptakan


Keharmonisan Suami Istri. Jakarta: Kompas.

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

__________________. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Sagiv M, Dafna-Reiss., Birnbaum, Gurit E., Safir, Marilyn P,. 2012.Changes in


Sexual Experience and Relationship Quality During Pregnancy. Arch Sex
Behav, 41, 1241-1251.

Salmah, Anditha. 2006. Paritas. http://saland.wordpress.com.2006/05/07.


Available 21 juli 2019 21:50

Setyowati, Palupi Dewi & Lina Darmayanti. 2011. Gambaran Pengetahuan Ibu
Hamil tentang Hubungan Seksualitas selama Masa Kehamilan di RS
Bunda Medika Sidoarjo.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Hamil. Jakarta : Salemba
Medika.

Suparyanto. 2011. Hubungan Seksual Selama Kehamilan. http://dr-


suparyanto.blogspot.com/2011/09/hubungan-seksual-selama-
kehamilan.html. Diakses 09 Juni 13:00 WIB.

Susanti, Dra. Ni Tengah M. Kes. 2008.Psikologi kehamilan. Jakarta: EGC

Tino, A Rafi. 2009. Menjawab Mitos-mitos Kehamilan dan Menyusui. Yogyakarta:


Media Pressindo.
71

Utami, Shinta. 2008. 100 Info Penting Kehamilan. Jakarta : Dian rakyat

Uwapusitanon, W., & Choobun,T. 2004.Sexuality and sexual activity in


pregnancy. Jmed Assoc Thai,87(Suppl 3), S45-9.

Walyani, Elisabeth Siwi. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta :


Pustaka Baru Press

Wijaya, Andik. 2004. 55 masalah seksual yang ingin anda ketahui tapi
“tabu”untuk ditanyakan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai