Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Pekerja/buruh adalah tulang punggung perusahaan” adagium ini
nampaknya biasa saja, seperti tidak mempunyai makna. Tetapi kalau dikaji lebih
jauh akan kelihatan kebenarannya. Pekerja dikatakan sebagai tulang punggung
karena dia mempunyai peranan yang penting. Tanpa adanya pekerja tidak akan
mungkin perusahaan itu bisa jalan dan berpartisipasi dalam pembangunan.1
Keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung dari para pekerjanya,
hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di satu
sisi pekerja membutuhkan perusahaan untuk tempat mereka bekerja, disisi
lain perusahaan juga membutuhkan pekerja sebagai sumber daya untuk
mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.
Menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah dan
masyarakat, maka perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga
keselamatannya dalam menjalankan pekerjaan. Demikian pula perlu
diusahakan ketenangan dan kesehatan pekerja agar apa yang dihadapinya
dalam pekerjaan dapat diperhatikan semaksimal mungkin, sehingga kewaspadaan
dalam menjalankan pekerjaan itu tetap terjamin. Pemikiran-pemikiran ini
merupakan program perlindungan pekerja yang dalam praktek sehari-hari
berguna untuk mempertahankan produktivitas dan kestabilan perusahaan.2
Perlindungan pekerja dapat dilakukan baik dengan jalan memberikan
tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia,
perlindungan fisik dan teknis serta sosial dan ekonomi melalui norma yang
berlaku dalam lingkungan kerja itu.3

1
L. Husni, Perlindungan Buruh (Arbeidsbescherming), dalam Zainal Asikin, dkk,
1997, Dasar- Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 75.
2
Ibid.
3
Ibid., hal. 75-76.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja badan-badan yang bersangkutan dengan Hukum Perburuhan?
2. Apa tujuan dari badan-badan tersebut ?
3. Bagaimana perlindungan Hukum Perburuhan ?
C. Tujuan Penuisan
1. Untuk mengetahui apa saja badan-badan yang bersangkutan dengan Hukum
Perburuhan?
2. Untuk Mengetahui apa tujuan dari badan-badan tersebut ?
3. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan Hukum Perburuhan ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Badan-Badan Yang Bersangkutan Dengan Hukum Perburuhan


1. Pekerja
Istilah pekerja buruh pada jaman feodal atau jaman penjajahan belanda
dahulu yang dimaksud dengan buruh adalah orang-orang pekerja kasar seperti
kuli, mandor, tukang dll. Dan orang-orang ini oleh belanda disebut blue collar.
Sedangkan orang-orang yang mengerjakan pekerjaan halus atau dibelakang
meja disebut white collar, bisanya yang termasuk golongan ini adalah para
bangsawan yang bekerja dikantoran. Pembedaan ini dilakukan oleh pemerintah
belanda sebagai taktik untuk memecah belah orang-orang Indonesia.
Pengaruh dari marsisme, buruh selalu dianggap membuat atau
menghancurkan majikannya. Menurut UU No. 13 tahun 2003, pekerja atau
buruh adalah setiap orang yang mendapatkan imbalan atau upah dalam bentuk
lain (pasal 1 ayat 3). Yang termasuk ikatan kerja adalah perusahaan serikat
pekerja atau buruh adalah wakil dari buruh-buruh yang sudah terhimpun di
perusahaan.
Hak-hak menjadi serikat pekerja diatur dalam UUD 1945, telah
diratifikasi oleh pemerintah, konvensi ILO 1987 dan 1998. Kedua konvensi
tersebut dujadikan dasar oleh buruh untuk berorganisasi untuk mendirikan
serikat pekerja.
2. Serikat Pekerja Atau Buruh
Serikat buruh atau pekerja adalah organisasi yang dibentuk oleh dan
untuk buruh baik didalam maupun diluar perusahaan yang bersifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab membela dan
mempertahankan hak-hak para pekerja.
Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa serikat buruh memiliki sifat
bebas, terbuka, demokratis dan bertanggung jawab:
a. Bebas artinya sebagai organisasi melaksanakan hak dan kewajiban serikat
buruh dan tidak mendapatkan tekanan dari pihak lain.

3
b. Terbuka artinya serikat buruh atau serikat pekerja dalam menerima anggota
atau memperjuangkan serikat buruh tidak membedakan agama, suku, bangsa
dan jenis kelamin.
c. Mandiri artinya bahwa dalam mendirikan, mengembangkan organisasi,
ditunjukan dengan kekeuatan sendiri tidak dikendalikan oleh pihak lain
diluar organisasi.
d. Demokratis artinya pemilihan pengurus dalam memperjuangkan hak dan
kewajiban sesuai dengan prinsip demokrasi
e. Bertanggung jawab artinya bahwa dalam mencapai tujuan dan
melaksanakan serikat buruh, bertanggung jawab kepada masyarakat dan
Negara.
Asas tujuan dan fungsi serikat buruh atau serikat :
a. Tujuan keluar yaitu meningkatkan kesejahteraan buruh dan keluarga
b. Tujuan kedalam yaitu memberikan perlindungan pada buruh dan keluraga.
Fungsi serikat kerja/federasi serikat kerja atau konfederasi serikat kerja:
a. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian bersama
b. Sebagi wakil pekerja atau buruh dalam bidang ketenagakerjaan
c. Sebagai penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kewajiban
anggota
d. Sebagai penanggungjawab pemogokan
e. Sebagai wakil pekerja buruh dalam kepemilikan saham diperusahaan.
Menurut purwo sujipto hubungan hukum antara pemiik perusahaan dan
pengurus perusahaan:
a. Hubungan perburuhan (subordinasi)
Antara pekerja dengan buruh yang memerintah dengan yang
diperintah, meningkatkan dirinya untuk menjalankan perusahaan (buruh),
sedangkan meningkatkan upah buruh (buruh).
b. Hubungan pemberi kuasa
Pengusaha atau pemilik perusahaan sebagai pemberi kuasa
sedangkan pimpinan perusahaan sebagai penerima kuasa. Penerima kuasa

4
meningkatkan atau menjalakan perintah pemberi kuasa sedangkan pemberi
kuasa berusaha meningkatkan upah penerima kuasa.

3. Organisasi Pengusaha
a. Kadin
Untuk meningkatkan peran serta pengusaha nasional dalam kegiatan
pembangunan, maka pemerintah melalui UU No.49 tahun 1973 maka
memebentuk Kamar Dagang dan industry (KADIN). KADIN adalah wadah
bagi pengusaha Indonesia dan bergerak dalam bidang perekonomian.
Tujuan KADIN adalah:
1) Membina dan mengembangkan kemampuan, kegiatan, dan kepentingan
pengusaha Indonesia di bidang usaha Negara, usaha koperasi dan usaha
swasta dalam kedudukannya sebagai pelaku-pelaku ekonomi nasional
dalam rangka mewujudkan kehidupan ekonomi dan dunia usaha nasional
yang sehat dan tertib berdasarkan Pasal 33 UUD 1945.
2) Menciptakan dan mengembangkan iklim dunia usaha yang
memungkinkan keikutsertaan yang seluas-luasnya bagi pengusaha
Indonesia sehingga dapat nerperan serta secara efektif dalam
pembangunan nasional.

b. Apindo
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) adalah organisasi
pengusaha yang khusus mengurus masalah yang berkaitan dengan
ketenagakerjaan dan juga merupakan suatu wadah kesatuan para pengusaha
yang ikut serta untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dalam dunia usaha
melalui kerjasama yang terpadu dan serasi antara pemerintah, pengusaha
dan pekerja. APINDO lahir didasari atas peran dan tanggung jawabnya
dalam pembangunan nasional dalam rangka turut serta mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur, maka pengusaha Indonesia harus ikut
serta secara aktif mengembangkan peranannya sebagai kekuatan sosial dan
ekonomi. Tujuan APINDO menurut pasal 7 anggaran dasar adalah:

5
1) Mempersatukan dan membina pengusaha serta memberikan layanan
kepentingannya didalam bidang sosial ekonomi.
2) Menciptakan dan memelihara keseimbangan, ketenangan dan kegairahan
kerja dalam lapangan hubungan industrial dan ketenagakerjaan
3) Mengusahakan peningkatan produktivias kerja sebagai program peran
serta aktif untuk mewujudkan pembangunan nasional menuju
kesejahteraan sosial, spiritual dan materiil.
4) Menciptakan adanya kesatuan pendapat dalam melaksanakan
kebijaksanaan atau ketenagakerjaan dari para pengusaha yang
disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah.
4. Lembaga Kerjasama atau Bipartied
Lembaga kerjasama:
a. Bipartied
Kerjasama yang hanya dilakukan oleh pengusaha dan pekerja
Unsur-unsur tripartied:
1) Komunikasi
2) Konsultasi
3) Musyawarah
Jenis-jenis tripartied:
1) Tripartied Nasional
2) Tripartied Provinsi
3) Tripartied Kabupaten
4) Tripartied Kodya
5) Tripartied Sektoral
Untuk mencapai tujuan tripartied:
1) Mengadakan konsultasi dengan pemerintah, organisasi buruh, organisasi
pengusaha dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
2) Mengolah keinginan-keinginan dan unsure-unsur
3) Membina kerjasama sebaik-baiknya dengan pemerintah, member bantuan
dalam penyelenggaraan pemerintahan.
4) Membuat keputusan bersama yang bisa menjadi pedoman tiga pihak.

6
5. Pemerintah atau Penguasa
Imam soepomo memisahkan antara penguasa dan pengawasan sebagai
para pihak yang berdiri sendiri. Dalam hukum perburuhan/ketenagakerjaan,
namun menurut Lalu Husni antara keduannya merupakan suatu kesatuan, sebab
pengawasan bukan merupakan konstitusi yang bberdiri sendiri tetapi
merupakan bagian (bidang dalam Depnaker) Secara normative pengawas
perburuhan diatur dalam UU No 23 tahun 1948 jo UU No 3 tahun 1951 tentang
pengawasan perburuhan. Dalam UU ini pengawas perburuhan yang merupakan
pendidik pegawai negeri sipil memiliki wewenang:
a. mengawasi berlakunya UU dan peraturan-peraturan perburuhan pada
khususnya.
b. mengumpulkan bahan-bahan keterangan tentang soal-soal hubungan kerja
dan keadaan perburuhan dalam arti yang seluas-luasnya guna membuat UU
dan peraturan perburuhan lainnya.
c. Menjalankan pekerjaan lainnya yang diserahkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
Sebagai penyedik pegawai negeri sipil sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Ps 182 ayat 2 ) penyidik pegawai negeri sipil ini
berwenang :
a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang
tindak pidana dibidang ketenagakerjaan.
b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak
pidana di bidang ketenaga kerjaan.
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum,
sehubungan dengan tindak pidana di bidang ketenagakerjaan
d. Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam
perkara tindak pidana di bidang ketenagakerjaan
e. Melakukan pemeriksaan atas surat dan/ atau dokumen lain tentang tindak
pidana di bidang ketenagakerjaan

7
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang ketenagakerjaan.
g. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang
membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang ketenagakerjaan.

B. Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja.


Perlindungan hukum mempunyai makna sebagai perlindungan dengan
menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum,
ditujukan kepada perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu
dengan cara menjadikan kepentingan yang perlu dilindungi tersebut ke dalam
sebuah hak hukum. Dalam ilmu hukum “Hak” disebut juga hukum subyektif,
Hukum subyektif merupakan segi aktif dari pada hubungan hukum yang diberikan
oleh hukum obyektif (norma- norma, kaidah, recht).
Salah satu tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah memberikan
perlindungan kepada pekerja/buruh dalam mewujudkan kesejahteraan, yaitu
sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 4 huruf c UU Ketenagakerjaan.4
Lingkup perlindungan terhadap pekerja/ buruh yang diberikan dan diatur dalam
UU Ketenagakerjaan adalah:
1. Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja. Obyek perlindungan ini adalah
sebagai berikut:
a. Perlindungan pekerja/ buruh perempuan Perlindungan terhadap
pekerja/buruh perempuan berkaitan dengan: Batasan waktu kerja bagi yang
berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun, yaitu sebagaimana diatur
dalam Pasal 76 ayat (1) Undang-undang Ketenagakerjaan;
Larangan bekerja bagi wanita hamil untuk jam-jam tertentu, yaitu
sebagaimana diatur dalam Pasal 76 ayat (2) Undang-undang
Ketenagakerjaan; Syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh pengusaha
apabila mempekerjakan perempuan antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 07.00, yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 76 ayat (3)

4
Lukman Hakim,“Rekonstruksi Peran Negara dalam Penyelenggaraan Negara secara
Konstitusional”. Jurnal Masalah-Masalah Hukum, Vol. 40 No.2, April 2011. Semarang: FH
Universitas Diponogoro, hlm. 247

8
Undang-undang Ketenagakerjaan; Kewajiban bagi pengusaha menyediakan
angkutan antar jemput bagi yang bekerja antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 07.00, yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 76 ayat (4)
Undang-undang Ketenagakerjaan.
b. Perlindungan terhadap pekerja/buruh anak. Yang termasuk ke dalam
pekerja/buruh anak adalah mereka atau setiap orang yang bekerja yang
berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun, sebagaimana diatur dalam Pasal
1 butir 26 Undang-undang Ketenagakerjaan. Perlindungan terhadap
pekerja/buruh anak meliputi hal-hal atau ketentuan tentang tata cara
mempekerjakan anak, sebagaimana diatur dalam Pasal 68, 69 ayat (1)
dan ayat (2), Pasal 72, Pasal 73 dan Pasal 74 ayat (1) UU Ketenagakerjaan.
c. Perlindungan bagi penyandang cacat. Pengusaha yang mempekerjakan
tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai
dengan jenis dan derajat kecacatan, sebagaimana diatur dalam Pasal 76 ayat
(1) UU Ketenagakerjaan. Bentuk perlindungan tersebut adalah seperti
penyediaan aksesibilitas, pemberian alat kerja dan pelindung diri.
2. Perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu hak dari pekerja atau
buruh seperti yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 86 ayat (1) huruf UU
Ketenagakerjaan. Untuk itu pengusaha wajib melaksanakan secara
sistematis dan terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Perlindungan
ini bertujuan untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, dengan cara pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian cahaya ditempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
3. Perlindungan atas Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Pengertian dari Jaminan
Sosial Tenaga Kerja sebagaimana diatur pada Pasal 1 ayat (1) Undang-
undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, adalah
suatu perlindungan bagi pekerja/buruh dalam bentuk santunan berupa uang
sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan
pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh

9
pekerja/buruh berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan
meninggal dunia. Perlindungan ini merupakan perlindungan ekonomis dan
perlindungan sosial, sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (2), Pasal 4 ayat
(1), Pasal 8 ayat (2), Pasal 12 ayat (1), Pasal 14 dan Pasal 15 serta Pasal 16
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. d.
Perlindungan atas Upah. Pengupahan merupakan aspek yang sangat penting
dalam perlindungan pekerja/buruh. Hal ini secara tegas diamanatkan dalam
Pasal 88 ayat (1) Undang-undang Ketenagakerjaan bahwa setiap
pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Lebih lanjut dalam penjelasan dari Pasal 88
ayat (1) UU Ketenagakerjaan diterangkan, bahwa yang dimaksud dengan
penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak adalah jumlah
penerimaan atau pendapatan pekerja/buruh dari hasil pekerjaannya sehingga
mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja/buruh dan keluarganya secara
wajar yang meliputi makanan dan minuman, sandang, perumahan, pendidikan,
kesehatan, rekreasi dan jaminan hari tua. Upah yang dibayarkan kepada
pekerja/buruh harus memenuhi ketentuan upah minimun, sesuai dengan Pasal
1 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1999
tentang Upah Minimum, yang dimaksud dengan upah minimum adalah
upah bulanan yang terendah, terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap.
Kedudukan pekerja pada hakikatnya dapat ditinjau dari dua segi,
yaitu segi yuridis dan dari segi sosial ekonomis. Dari segi sosial ekonomis,
pekerja membutuhkan perlindungan hukum dari negara atas kemungkinan
adanya tindakansewenang-wenang dari pengusaha.5 Bentuk perlindungan
yang diberikan pemerintah adalah dengan membuat peraturan-peraturan yang
mengikat pekerja/ buruh dan majikan, mengadakan pembinaan, serta
melaksanakan proses hubungan industrial. Hubungan industrial pada dasarnya
adalah proses terbinanya komunikasi, konsultasi musyawarah serta berunding

5
Asri wijayanti. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta; Sinar Grafika, 2009,
hlm. 49

10
dan ditopang oleh kemampuan dan komitmen yang tinggi dari semua elemen
yang ada di dalam perusahaan.6
Di dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-IX/2011
jugamengatur tentang keseimbangan hak dan kewajiban bagi pekerja,
untuk lebihjelasnya berikut adalah bunyi Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 27/PUUIX/2011 : “Putusan Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-
IX/2011, menyatakanbahwa ada model yang harus dipenuhi dalam perjanjian
kerja outsourcing yaitu :
a. Dengan mensyaratkan agar perjanjian kerja antara pekerja dan perusahaan
yang melaksanakan pekerjaan outsourcing tidak berbentuk Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (“PKWT”), tetapi berbentuk Perjanjian Kerja Waktu Tidak
Tertentu (“PKWTT”).
b. Menerapkan prinsip pengalihan tindakan perlindungan bagi pekerja yang
bekerjapada perusahaan yang melaksanakan pekerjaan outsourcing.
Putusan Mahkamah Konstitusi ini menyiratkan bahwa setiap pekerja
outsourcing terjamin kedudukannya dalam perusahaan pengguna karena
perjanjian kerjanya bersifat PKWTT.
Penyebab terbesar dari lemahnya keseimbangan hak dan kewajiban para
pekerja outsourcing adalah karena :
a. Kurangnya lapangan pekerjaan yang menyebabkan banyaknya
pengangguran sehingga pekerja bersedia bekerja tanpa mengetahui dengan
jelas apa hak dan kewajibannya.
b. Pekerjaan yang diharapkan umumnya tersedia di lembaga-lembaga atau
perusahaan-perusahaan yang dalam penerimaan pekerja dilakukan
penjatahan dan seleksi ketat dan sesuai dengan keterampilan yang
dibutuhkan.
c. Sulitnya mendapatkan pekerjaan diduga berkaitan dengan keterampilan
danpengalaman mereka yang baru menyelesaikan pendidikan sangat
terbatas,sedangkan lembaga perusahaan menuntut keterampilan tertentu.

6
Adrian Sutedi. Hukum Perburuhan, Jakarta; Sinar Grafika, 2009, hlm. 23

11
d. Pekerja kurang mengetahui Undang-Undang Ketenagakerjaan sehingga
mereka tidak mengerti bagaimana hak-haknya, apa-apa saja yang
termuat dalam perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah
masa waktu perjanjian yang dibolehkan dan sifat kerja yang dapat
dibuat perjanjian kerja waktu tertentu.
e. Faktor pendidikan yang rendah dan kurangnya skill yang dimiliki
pekerja.Dalam produksi manufaktur selalu menggunakan alat teknologi,
pekerja tidakbekerja dengan mengandalkan pendidikan dan skill yang
dimiliki atau dapatdikatakan kualitas dari pekerja sangat rendah sehingga
bersedia digaji dengan lebihmurah tanpa memperhatikan hak-haknya
sebagai pekerja.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pekerja Istilah pekerja buruh pada jaman feodal atau jaman penjajahan belanda
dahulu yang dimaksud dengan buruh adalah orang-orang pekerja kasar seperti
kuli, mandor, tukang dll.
2. Serikat buruh atau pekerja adalah organisasi yang dibentuk oleh dan untuk
buruh baik didalam maupun diluar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka,
mandiri, demokratis dan bertanggung jawab membela dan mempertahankan
hak-hak para pekerja.
3. Tripartied Kerjasama antara pengusaha, pekerja dan pemerintah. Bila terjadi
masalah didalam hubungan bipartied tidak dapat diselesaikan secara bipartied
maka dapat diselesaikan secara tripartied.
4. Kadin Untuk meningkatkan peran serta pengusaha nasional dalam kegiatan
pembangunan, maka pemerintah melalui UU No.49 tahun 1973 maka
memebentuk Kamar Dagang dan industry (KADIN).
B. Saran
Sebaiknya pemerintah merevisi UU Ketenagakerjaan dan melarang tenaga
kerja Outsourcing di berlakukan di perusahaan-perusahaan atau menghapus
Permennakertrans No. 19 Tahun 2012 Tentang Syarat-syarat penyerahan sebagian
pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain. Pemerintah harus tegas dan
harus mampu mengakomodir usulan-usulan dari pihak Organisasi-organisasi
buruh yang sering menyuarakan tentang keadilan dan kesejahteraan buruh.Jangan
hanya dijadikan corong dan melindungi pengusaha saja, tapi juga harus
memperhatikan rasa keadilan dan kesejahteraan kaum buruh.

13
DAFTAR PUSTAKA
L. Husni, Perlindungan Buruh (Arbeidsbescherming), dalam Zainal Asikin,
dkk, 1997, Dasar- Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada

Lukman Hakim,“Rekonstruksi Peran Negara dalam Penyelenggaraan Negara


secara Konstitusional”. Jurnal Masalah-Masalah Hukum, Vol. 40 No.2,
April 2011. Semarang: FH Universitas Diponogoro

Asri wijayanti. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta; Sinar Grafika,


2009

Adrian Sutedi. Hukum Perburuhan, Jakarta; Sinar Grafika, 2009

14

Anda mungkin juga menyukai