Anda di halaman 1dari 9

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

KARYA TULIS TUGAS AKHIR

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 DALAM


RANGKA PROGRAM PENERTIBAN IMPORTIR BERISIKO TINGGI DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEMARANG BARAT

Diajukan oleh:
Ghaisani Insan Kamila
NPM: 2301160214

Mahasiswa Program Studi Diploma III Pajak


Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat
Dinyatakan Lulus Program Studi Diploma III Pajak
Tahun 2019
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penulisan

Impor merupakan salah satu bentuk kegiatan perekonomian berupa perdagangan

yang lazim dilakukan oleh pengusaha di dalam negeri. Impor seringkali dilakukan

untuk memperoleh barang yang sulit atau tidak dapat diproduksi di negeri sendiri. Tidak

semua wajib pajak dapat menjadi importir dan tidak semua jenis barang dapat diimpor.

Jenis barang yang dapat diimpor telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Menteri

Perdagangan. Menteri Keuangan menyebutkan bahwa barang-barang impor yang kerap

diselundupkan atau yang memiliki risiko tinggi diantaranya adalah produk tekstil,

elektronik, dan produk konsumsi secara borongan.

Secara sederhana, boleh dikatakan bahwa impor berisiko tinggi adalah importasi

yang memiliki peluang terjadinya penyelewengan/pelanggaran ketentuan yang berlaku.

Pada umumnya, modus yang digunakan adalah dengan under invoicing (pemberitahuan

harga lebih rendah dari yang seharusnya) maupun penghindaran pemenuhan perizinan

larangan dan/atau pembatasan.

Impor berisiko tinggi menyebabkan masuknya barang-barang ilegal yang

membuat persaingan tidak sehat dan mengancam industri dalam negeri. Dari sisi

penerimaan, perdagangan ilegal ini membuat penerimaan negara tidak optimal baik

Bea Masuk (BM) maupun Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI). Secara kuantitas jumlah

importir yang tergolong dalam kategori berisiko tinggi ini relatif kecil yakni sekitar 5%
(sumber: DJBC), akan tetapi dampak yang ditimbulkan cukup besar dan berpengaruh

langsung pada penerimaan negara.

Disadari bahwa permasalahan perdagangan ilegal ini merupakan masalah yang

sangat kompleks, maka penanganannya tentunya tidak cukup hanya dari internal Bea

Cukai, namun memerlukan sinergi dan dukungan dari berbagai instansi. Atas

pertimbangan kompleksitas tersebut, maka dibentuklah Satuan Tugas (Satgas) yang

melibatkan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), Polri, TNI, Menko

Perekonomian, PPATK, Kejaksaan, KPK, KSP, dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

Inisisasi pelibatan ini dilaksanakan melalui deklarasi bersama pada tanggal 12 Juli 2017

sebagai bentuk komitmen atas pelaksanaan Program Penertiban Importir Berisiko

Tinggi (PIBT).

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Semarang Barat menjadi salah satu unit

vertikal DJP yang melakukan kerja sama dengan Kantor Pengawasan dan Pelayanan

Bea Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean Tanjung Emas dalam rangka PIBT untuk

tujuan optimalisasi penerimaan pajak. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik

mengambil Karya Tulis Tugas Akhir dengan judul “Analisis Penerimaan PPh Pasal 22

Dalam Rangka Program Penertiban Importir Berisiko Tinggi Di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Semarang Barat”.

Rumusan Masalah

Dalam pembuatan Karya Tulis ini, Penulis membatasi pembahasan pada

penerimaan PPh Pasal 22 dan PPN Impor di KPP Pratama Semarang Barat sebelum dan

setelah dilaksanakannya Program PIBT. Penulis membatasi ruang lingkup pembahasan


tersebut untuk mengetahui tingkat kepatuhan pembayaran Wajib Pajak Importir

sebelum dan setelah dilaksanakannya Program PIBT.

Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dengan penulisan Karya Tulis Tugas Akhir ini adalah:

1. Memahami program kerjasama DJP dan DJBC terkait dengan PIBT;

2. Menganalisis penerimaan PPh Pasal 22 dalam Program PIBT;

3. Mengevaluasi pelaksanaan Program PIBT;

Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang akan digunakan dalam mendapatkan dan menganalisis

data yang mendukung penulisan Karya Tulis Tugas Akhir ini ada dua, antara lain:

1. Metode Studi Literatur

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan literatur yang berkaitan dengan

topik yang diambil penulis dari buku, peraturan, jurnal, artikel, dan lainnya untuk

memperoleh dasar teoritis mengenai pembahasan dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini.

2. Metode Studi Lapangan

Metode ini diterapkan dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang

diperoleh di lapangan. Studi lapangan dilakukan dengan cara berikut:

a. Teknik Wawancara

Penulis melakukan tanya jawab dengan narasumber tentang pelaksanaan

pemungutan terkait permasalahan yang akan dibahas penulis dalam penulisan Karya

Tulis Tugas Akhir ini.


b. Teknik Observasi

Penulis melakukan pengamatan terhadap peristiwa, keadaan, dan proses terkait

permasalah yang akan dibahas penulis.

Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian tentang latar belakang, tujuan penelitian, pembatasan

masalah, metode yang digunakan dalam pengumpulan data, dan sistematika

pembahasan.

BAB II PERMASALAHAN

Bab ini berisi tentang uraian data dan fakta yang mendukung penulis untuk

membuat Karya Tulis Tugas Akhir ini. Bab ini juga berisi hal-hal penting yang harus

disajikan sebelum penulis melakukan penelitian dan pembahasan.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian landasan teori yang digunakan dalam melakukan penelitian

seta hasil pembahasan yang dilakukan oleh penulis terkait dengan permasalahan yang

diangkat oleh penulis dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini. Bab ini merupakan bagian

utama dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini.

BAB IV KESIMPULAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan

oleh penulis dalam penyusunan Karya Tulis Tugas Akhir ini.


BAB II

DATA DAN FAKTA

Gambaran Umum KPP Pratama Semarang Barat

KPP Pratama Semarang Barat merupakan kantor pajak yang berada di Jalan

Pemuda Nomor 1 Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang.

Kantor ini memiliki visi yaitu mewujudkan Kantor yang unggul melalui kerja dinamis

dan sinergis dalam menghimpun penerimaan negara dengan misi diantaranya:

1. memberikan pelayanan yang berimbang;

2. menghimpun pajak dengan segenap tenaga, pikiran, dan budi luhur.

Wilayah kerja KPP Pratama Semarang Barat berdasarkan Keputusan Direktur

Jenderal Pajak Nomor KEP-141/PJ/ 2007 tanggal 3 Oktober 2007 meliputi 63 (enam

puluh tiga) kelurahan yang tersebar dalam 5 (lima) kecamatan di Kota Semarang, yaitu:

1. Kecamatan Semarang Barat;

2. Kecamatan Ngaliyan;

3. Kecamatan Mijen;

4. Kecamatan Gunungpati; dan

5. Kecamatan Tugu.
Gambar II.1 Wilayah Kerja KPP Pratama Semarang Barat

Sumber : Data Seksi PDI KPP Pratama Semarang Barat


Realisasi Penerimaan Pph 22 dan PPN Impor Tahun 2017 dan 2018

Tabel II.1 Data Penerimaan PPh Pasal 22 dan PPN Impor Tahun 2017 dan
2018 di KPP Pratama Semarang Barat (dalam jutaan rupiah)

2017 2018
Masa Pajak
PPh Pasal 22 PPN Impor PPh Pasal 22 PPN Impor

Januari 32.479,4 72.350,1 14.607,2 43.642,3

Februari 15.890,9 39.052,3 17.267 49.641,4

Maret 16.457,9 37.908,1 8.301,9 22.850,3

April 22.228,4 49.750,9 16.881,6 42.386,4

Mei 28.769,4 65.663,1 20.829,4 56.987,2

Juni 12.529,2 32.234,5 5.904,5 16.530,7

Juli 12.726,1 31.278,3 16.349,1 51.191,3

Agustus 13.183,2 28.925 13.466,9 44.210,8

September 16.343,7 35.232,6 13.126,3 37.291

Oktober 24.262,5 49.615,8 16.492,1 38.918,4

November 24.324,1 50.992,1 17.461,6 41.362,9

Desember 15.988,7 41.491,8 14.898,1 37.350,7

Total 235.183,9 534.495,1 175.586,4 482.363,8

Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Semarang Barat (diolah)


9

BAB III

LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

Landasan Teori

Pengertian Pajak

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 (UU KUP), pajak adalah kontribusi wajib

kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Waluyo, Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan

umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat

ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubungan tugas negara menyelenggarakan pemerintahan.

Pelaksanaan e-Filling

Dalam pelaksanaannya, sistem e-filing masih menemui beberapa permasalahan

seperti kehandalan sistem TIK, tingkat respon atas permasalahan TIK yang dialami oleh

wajib pajak yang menggunakan e-filling, dan layanan informasi perpajakan (customer

service)

Anda mungkin juga menyukai