Anda di halaman 1dari 11

Nama : Dinda Dwipermata Putri

NIM : 04011181823051

LEARNING ISSUES

1. Keseimbangan Elektrolit dalam Tubuh


a. Proporsi Cairan di Tubuh
Komponen terbesar tunggal dari tubuh adalah air. Air merupakan perlarut bagi semua yang
terlarut. Air tubuh total atau total body water (TBW) adalah persentase dari berat air dibagi dengan berat
badan total, yang bervariasi berdasarkan kelamin, umur, dan kandungan lemak yang ada di dalam tubuh.2
Air membuat sampai sekitar 60 persen pada lakilaki dewasa. Sedangkan untuk wanita dewasa terkandung
50 persen dari total berat badan. Pada neonates dan anak-anak, presentase ini relatif lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Cairan tubuh dibagi menjadi dua kompartemen menurut anatomi dan
fisiologisnya, yakni cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Dua pertiga bagian (67%) merupakan
cairan tubuh yang berada di dalam sel disebut dengan cairan intraseluler. Sepertiganya (33%) berada
diluar sel yakni cairan ekstraseluler.
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan non elektrolit.
1. Cairan nonelektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik.
Cairan nonelektrolit terdiri dari protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida, dan asam organik
lainnya.
2. Cairan elektrolit Garam yang terurai didalam air menjadi satu atau lebih partikel bermuatan, disebut ion
atau elektrolit. Elektrolit tubuh mancakup antara lain adalah: Natrium (Na+ ), Kalium (K+ ), Kalsium
(Ca+ ), Magnesium (Mg++), Klorida (Cl+ ), Bicarbonat (HCO3 - ), Fosfat (HPO4 - ), Sulfat (SO4 - ).
Larutan elektrolit menghantarkan aliran listrik, ion yang bermuatan positif disebut kation dan yang
bermuatan negatif disebut anion. Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian
dengan bagian yang lain dan dalam keadaan sehat mereka akan berada pada bagaian dan jumlah yang
tepat. - Kation utama pada cairan ekstraselluler (ECF) adalah natrium (Na+ ) - dan anion utama adalah
klorida (Cl- ) dan bicarbonat (HCO3 - ) konsentrasi dari elektrolit ini rendah dalam ICF. Pada cairan
intaseluler (ICF) kation utama adalah kalium (K+ ) dan fosfat (HPO4 - ) adalah anion utama, dan
sebaliknya elektrolit ini rendah dalam ECF. Sebagai partikel terbanyak cairan ekstra seluler (ECF) adalah
natrium yang memegang peran penting dalam mengendalikan volume cairan tubuh total, sedangkan
kalium penting dalam mengendalikan volume sel. Perbedaan muatan listrik di dalam dan di luar membran
sel penting untuk menghasilkan kerja syaraf dan otot, dan perbedaan konsentrasi Na+ dan K+ diluar dan
didalam membran sel penting untuk mempertahankan perbadaan muatan listrik itu.
Sekitar 60% tubuh manusia dewasa adalah cairan, terutama berupa larutan ion dan zat-zat lain. Meskipun
sebagian besar cairan ini terdapat di dalam sel yang disebut cairan intraseluler, kira-kira sepertiganya
berada di ruang luar sel yang disebut cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler ini terus bergerak di
seluruh tubuh, bersirkulasi, dan berdifusi antara darah dan cairan jaringan melalui dinding kapiler.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolism tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit
sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan
elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan yang ada didalam tubuh.

b. Perpindahan Substansi antar Kompartemen


Perpindahan cairan dan elektrolit dibagi menjadi tiga fase yaitu pertama, cairan yang terkandung oleh
nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan saluran gastrointestinal akan dibawa melalui pembuluh
darah berpindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dimana cairan tersebut merupakan bagian
dari cairan intravaskular. Kedua, cairan intravaskular dan zat-zat yang terlarut didalamnya akan saling
bertukar dengan cairan interstitial melalui membran kapiler yang semipermeabel dan cairan interstitial
tersebut bertukar tempat dengan cairan intraseluler melalui membran sel yang permeabel selektif.
Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan mekanisme transportasi aktif
dan pasif. Mekanisme transportasi aktif memerlukan energi, sedangkan mekanisme transportasi pasif
tidak. Ada empat mekanisme perpindahan cairan dan elektrolit tubuh yakni terdiri dari difusi, osmosis,
filtrasi, dan transpor aktif. Difusi adalah gerakan acak dari molekul yang disebabkan energi kinetik yang
dimilikinya dan bertanggung jawab terhadap sebagian besar pertukaran cairan dan zat terlarutnya antara
kompartemen satu dengan yang lain. Kecepatan difusi suatu zat melewati sebuah membran tergantung
pada permeabilitas zat terhadap membran, perbedaan konsentrasi antar dua sisi, perbedaan tekanan antara
masing-masing sisi karena tekanan akan memberikan energi kinetik yang lebih besar dan yang terakhir
potensial listrik yang menyeberangi membran akan memberi muatan pada zat tersebut. Pada mekanisme
osmosis, jika ada suatu substansi larut di dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini terjadi
karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang
terlarut meningkat, konsentrasi air akan menurun. Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang
semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi dengan zat yang
terlarut, maka akan terjadi perpindahan cairan atau zat pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi zat
terlarut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi. Filtrasi terjadi karena
adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah
yang mempunyai tekanan tinggi menuju ke daerah yang bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar
akan sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran, dan permeabilitas membran.
Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut dengan tekanan hidrostatik. Transport aktif diperlukan
untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah yang konsentrasinya lebih
rendah ke daerah yang memiliki konsentrasi yang lebih tinggi. Transport aktif memerlukan energi berupa
adenosin trifosfat (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Salah satu contohnya adalah transportasi
pompa kalium dan natrium.

c. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur
keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan
abnormal dari air dan garam tersebut.
Cairan tubuh yang terbagi menjadi beberapa kompartemen cairan relatif konstan pada keadaan yang
normal. Antara satu kompartemen dengan yang lainnya dibatasi oleh membran yang bersifat
semipermeabel. Masing-masing kompartemen mengandung elektrolit yang sangat berperan dalam
mempertahankan keseimbangan cairan pada masing-masing kompartemen. Ada beberapa mekanisme
pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit yakni:
1. Keseimbangan Donnan
Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara caira intraseluler dengan cairan ekstraseluler
yang timbul akibat adanya peran dari sel membran. Protein yang merupakan suatu molekul besar
bermuatan negatif, bukan hanya ukuran molekulnya yang besar namun merupakan suatu partikel aktif
yang berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini tidak dapat berpindah, tetapi akan
mempengaruhi ion untuk mempertahankan netralitas elektron (keseimbangan muatan positif dan negatif)
sebanding dengan keseimbangan tekanan osmotik di kedua sisi membran. Pergerakan muatan pada ion
akan menyebabkan perbedaan konsentrasi ion yang secara langsung mempengaruhi pergerakan cairan
melalui membran ke dalam dan keluar dari sel tersebut.
2. Osmolalitas dan Osmolaritas
Osmolalitas dan Osmolaritas hampir sering dikenakan jika membahas tentang cairan tubuh
manusia. Osmolalitas digunakan untuk menampilkan konsentrasi larutan osmotik berdasarkan jumlah
partikel, sehubungan dengan berat pelarut. Lebih khusus, itu adalah jumlah osmol disetiap kilogram
pelarut. Sedangkan osmolaritas merupakan metode yang digunakan untuk menggambarkan konsentrasi
larutan osmotik. Hal ini didefinisikan sebagai jumlah osmol zat terlarut dalam satu liter larutan.
Osmolaritas adalah properti koligatif, yang berarti bahwa tergantung pada jumlah partikel terlarut dalam
larutan. Selain itu osmolaritas juga tergantung pada perubahan suhu.
3. Tekanan Koloid Osmotik
Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan oleh molekul koloid yang tidak
dapat berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air ke dalam kapiler dan melawan tekanan
filtrasi. Koloid merupakan molekul protein dengan BM lebih dari 20.000-30.000. Walaupun hanya
merupakan 0,5% dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai arti yang sangat penting. Karena, hal
ini menyebabkan permeabilitas kapiler terhadap koloid sangat kecil sehingga mempunyai efek penahan
air dalam komponen plasma, serta mempertahankan air antar kompartemen cairan di tubuh. Bila terjadi
penurunan tekanan koloid osmotik, akan menyebabkan timbulnya edema paru. Cairan tubuh relatif juga
sering mengalami fluktuasi. Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan tubuh, terdapat mekanisme kendali
yang akan segera bekerja supaya cairan di tubuh selalu berada di ambang normal. Pengaturan
keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting yaitu volume cairan ekstrasel dan
osmolaritasnya. Ginjal mengatur volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam
dan cairan, dengan cara mengatur keluaran garam dan air dalam bentuk urin sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Mekanisme
pengaturannya dilakukan mlalui dua cara yaitu kendali osmolar dan kendali non osmolar. Pada kendali
osmolar sangat dominan dan efektif dalam mengatur cairan ekstraseluler. Kendali osmolar dibagi menjadi
dua sistem yakni, sistem osmoreseptor Hipothalamus-Hipofisis-ADH. Pada daerah hipotalamus bagian
anterior, terdapat neuron khusus yang dikenal sebagai osmoreseptor. Sel ini mengandung vesikel-vesikel
besar yang mengandung cairan. Vesikel ini dapat mengembang atau mengeriput sesuai dengan
osmolaritas cairan ekstraseluler. Apabila cairan ekstraseluler pekat, maka osmolaritasnya akan meningkat
dan akan menyebabkan vesikel mengeriput. Hal tersebut akan merangsang hipofise anterior lebih banyak
melepaskan ADH (anti diuretic hormone) yang akan menurunkan produksi urin dan membuatnya lebih
pekat. Sebaliknya, jika osmolaritas cairan ekstraseluler menurun, vesikel akan mengembang dan akan
merangsang hipofise anterior untuk menurunkan produksi hormon ADH. Hal ini akan membuat produksi
urin meningkat. Yang kedua adalah sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron. Sistem ini akan bekerja
apabila terjadi perubahan keseimbangan cairan yang bersifat isotonik. Mekanismenya dimulai dari
pengaturan Na terutama melalui ekskresi Na 9 lewat urin. Pengaturan ini dimulai dari interaksi antara
aktivitas ginjal dengan hormon korteks adrenal. Keseimbangan natrium diatur melalui proses proses
filtrasi natrium melewati glomerulus dan reabsorbsi tubulus. Dari sekian banyak natrium yang
dikeluarkan dari glomerulus, lebih dari 95% akan direabsorbsi oleh tubulus. Korteks adrenal merupakan
factor utama yang menjaga volume cairan ekstraseluler melalui efek hormon aldosterone terhadap
natrium. Pada kendali non osmolar, terdapat beberapa mekanisme neural yang berperan dalam pengaturan
volume cairan untuk mendapatkan keseimbangan. Pertama terdapat mekanisme refleks “Stretch
Receptor”. Pada dinding atrium terdapat “Stretch Receptor” yang dirangsang oleh perubahan kapasitas
atrium kiri. Bila atrium kiri mengalami distensi, reseptor ini akan merangsang hipotalamus untuk
menimbulkan impuls aferen melalui jalur simpatis dan merangsang hipofisis untuk mensekresikan ADH.
Mekanisme kendali non osmolar kedua terdapat refleks Baroreseptor. Baroreseptor akan terangsang
apabila terjadi perubahan tekanan darah, lalu akan diteruskan pada sistem hipotalamus-hipofisis yang
akan memberikan respons melalui penahanan atau pelepasan ADH kedalam sirkulasi. Terdapat dua jenis
refleks baroreseptor yakni baroreseptor Karotid dan baroreseptor lengkung Aorta. Refleks baroreseptor
karotid akan terangsang jika terjadi penurunan tekanan darah arteri, yang menyebabkan impuls pada jalur
parasimpatis menurun, sehingga membuat hambatan efek hipotalamus terhadap hipofisis. Hal ini
membuat sekresi ADH akan meningkat. Sebaliknya pada refleks baroreseptor lengkung Aorta, jika
tekanan darah arteri meningkat, impuls aferen di hipotalamus akan menginhibisi hipofisis posterior untuk
menurunkan sekresi ADH.
2. Minuman Bersoda

Kandungan Zat Kimia yang Membahayakan Bagi Tubuh


1. Zat Pewarna
Sebuah kelompok advokasi publik di Amerika Serikat mengklaim bahwa zat pewarna yang dipakai
untuk membuat minuman soda berwarna karamel atau kecokelatan bisa menyebabkan kanker. Dalam
surat yang mereka kirimkan kepada Food and Drug Administration (FDA), mereka meminta agar
pemerintah melarang penggunaan zat warna itu. Menurut Michael Jacobson, direktur eksekutif Center for
Science in the Public Interest (CSPI), mengatakan hasil analisa laboratorium menemukan bahwa kadar 4-
methylimidazole (4-MI) dan 2-methylimidazole, yang terbentuk ketika gula dicampur dengan amonia dan
sulfat untuk menciptakan warna karamel, dalam 340 gram soda mengandung lima kali lipat dari batasan
yang diperbolehkan oleh negara bagian California yakni 29 mikrogram.
Pernyataan tersebut menimbulkan kekhawatiran karena konsumsi minuman soda orang Amerika cukup
tinggi. Menanggapi klaim tersebut, juru bicara FDA, Doug Karas mengatakan bahwa menurut standar
nasional, kandungan 4-MI dalam soda sangat kecil untuk dapat memicu kanker. "Konsumen harus
mengonsumsi sekitar 1000 kaleng soda setiap hari untuk mencapai dosis yang dianggap memicu kanker
itu," katanya.
Batasan zat pewarna 4-MI dalam soda, menurut FDA adalah tak lebih dari 250 ppm dan karamel akan
encer ketika dimasukkan ke soda. Selain itu, level tertinggi 4-MI yang ditemukan oleh CSPI adalah
sekitar 0,4 ppm. Menanggapi hal tersebut, American Beverage Association, mengatakan zat warna
karamel yang dipakai dinyatakan aman di seluruh dunia, termasuk oleh European Food Safety Authority
dan Health Canada. Selain kandungan zat pewarna, menurut CSPI para penggemar soda harus
mewaspadai juga kandungan gula yang tinggi dalam soda yang bisa memicu obesitas, diabetes dan
gangguan kesehatan lain.
Tetapi dalam sebuah penelitian yang dilakukan di California, justru didapat bahwa konsumsi zat 4-MI
secara berlebihan dan terus menerus dapat memicu kanker.
Warna yang ada dalam minuman seperti Coca-cola, Pepsi atau minuman sejenis lainnya berasal dari zat
yang disebut dengan methylimidazole (4-MI).

2. Kafeina (kafein)
Kafeina, atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa
pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafeina ditemukan oleh
seorang kimiawan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun 1819. Ia menciptakan istilah "kaffein"
untuk merujuk pada senyawa kimia pada kopi. Kafeina juga disebut guaranina ketika ditemukan pada
guarana, mateina ketika ditemukan pada mate, dan teina ketika ditemukan pada teh. Semua istilah
tersebut sama-sama merujuk pada senyawa kimia yang sama.
Kafeina memiliki struktur kimia:

(Bentuk tiga dimensi kafeina)


Kafeina merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan dapat mengusir rasa kantuk
secara sementara. Minuman yang mengandung kafeina, seperti kopi, teh, dan minuman ringan, sangat
digemari. Kafeina merupakan zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia.
Beberapa penggemar mate mengklaim bahwa mateina adalah stereoisomer dari kafeina. Hal ini tidaklah
benar, karena kafeina merupakan molekul akiral, sehingga ia tidak mempunyai enantiomer ataupun
stereoisomer. Kesan dan efek berbeda yang dijumpai pada berbagai sumber kafeina alami disebabkan
oleh sumber-sumber kafeina tersebut juga mengandung campuran Alkaloid Xantina lainnya, meliputi
Teofilina yang merangsang detak jantung, Teobromina, dan zat-zat lainnya seperti Polifenol.
Sumber utama kafeina di dunia adalah biji kopi. Kandungan kafeina pada kopi bervariasi, tergantung pada
jenis biji kopi dan metode pembuatan yang digunakan. Secara umum, satu sajian kopi mengandung
sekitar 40 mg (30 mL espresso varietas arabica) kafeina, sampai dengan 100 mg kafeina untuk satu
cangkir (120 mL) kopi.
Mungkin tak banyak yang tahu bahwa minuman bersoda yang mereka minum sehari-hari memiliki kafein
yang terkandung dalam setiap botol atau kalengnya. Kadar kafein yang terdapat pada setiap minuman
bersoda berbeda-beda tergantung kepada brand itu sendiri. Rata-rata 21 – 41 gram kafein terkandung di
dalamnya.
Satu kaleng soda mengandung 40 mg kafein. Dengan kata lain, jumlah kafein yang ada adalah lebih
sepertiga dari kafein pada satu cangkir kopi biasa. Meski masih banyak perdebatan mengenai manfaat
kafein, namun fakta menunjukkan jika Kafein dapat meningkatkan tekanan darah tinggi dan mempercepat
detak jantung. Selain itu, kafein menghentikan proses pencernaan zat besi dari makanan. Jadi orang yang
gemar meminum soda kemungkinan besar beresiko mengalami kekurangan zat besi.

3. Gula

Kandungan gula dalam minuman bersoda 2-3 kali lipat dari jumlah kebutuhan tubuh terhadap gula.
Dengan kenyataan ini tidak heran bila dikatakan bahwa minuman bersoda ikut bertanggung jawab
terhadap kenaikan berat badan para penikmat minuman bersoda.
Menurut para dokter, ancaman terbesar dari minuman soda adalah kadar gulanya yang sangat tinggi.
Besarnya kandungan itu tentu saja menyebabkan seseorang rentan mengidap obesitas. Jika sudah begitu,
mereka juga akan semakin mudah terkena penyakit diabetes tipe 2, sakit jantung dan terserang stroke.
Penelitian lain juga menemukan bahwa konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan depresi, gangguan
ingatan dan gigi yang mudah rapuh. Hal ini tentu saja akibat kandungan zat gula yang ada di dalam
minuman tersebut.
Terdapat pemanis buatan didalam minuman bersoda yaitu Aspartam. Aspartam merupakan pemanis
sintetis non-karbohidrat, aspartyl-phenylalanine-1-methyl ester, atau merupakan bentuk metil ester dari
dipeptida dua asam amino yaitu asam amino asam aspartat dan asam amino essensial fenilalanina.
Struktur Aspartam:
Bentuk tiga dimensi Aspartam

aspartam merupakan pemanis rendah kalori dengan kemanisan 200 kali kemanisan gula (sukrosa),
sehingga untuk mencapai titik kemanisan yang sama diperlukan aspartam kurang dari satu persen sukrosa.
Seperti banyak peptida lainnya, kandungan energi aspartam sangat rendah yaitu sekitar 4 kCal (17 kJ) per
gram untuk menghasilkan rasa manis sehingga kontribusi kalorinya bisa diabaikan sehingga
menyebabkan aspartam sangat populer untuk menghindari kalori dari gula. Aspartam ini dinyatakan aman
apabila dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit.

4. Asam Fosfat
Asam fosfat, juga disebut asam ortofosfat (H3PO4). Asam fosfat murni adalah kristal padat (titik leleh
42,35 °C atau 108,2 °F).

Fosfat (Bentuk tiga dimensi Fosfat)


Molekul asam fosfat berinteraksi dalam kondisi yang sesuai, seringkali pada suhu tinggi, untuk
membentuk molekul yang lebih besar. Dengan demikian, difosforik, atau asam pirofosfat (H4P2O7)
terbentuk dari dua molekul asam fosfat, kurang satu molekul air.
Berbagai bentuk polimer dari asam fosfat juga disiapkan oleh hidrasi fosfor oksida. Asam fosfat murni
merupakan padatan kristal tidak berwarna, mempunyai titik leleh 42,35 °C. Pada suhu rendah, asam fosfat
bersifat sangat stabil dan tidak mempunyai sifat oksidator, sedangkan pada suhu tinggi cukup reaktif
terhadap logam yang mereduksinya.
Fosfat adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air, tetapi dapat diolah
untuk memperoleh produk fosfat dengan menambahkan asam. Dan Asam fosfat dapat diperoleh dengan
cara mereaksikan langsung batuan fosfat dengan asam sulfat pekat. Reaksinya:
Ca3(PO4)2(s) + 3 H2SO4(aq) + 6 H2O → 3 CaSO4·2H2O(s) + H3PO4(aq)

Bahayanya Asam Fosfat yang Terdapat pada Minuman Soda?


Kalsium yang menetralisasi keasaman minuman bersoda ikut terlarut dalam darah dan sulit dicerna oleh
tubuh. Hal ini menyebabkan kalsium tertimbun dalam ginjal hingga dapat menimbulkan resiko batu
ginjal. Selain itu, kandungan asam fosfat, zat pewarna dan pengawet yang berlebihan juga dapat merusak
ginjal.
Menurut penelitian, asam fosfat diklaim menjadi salah satu penyebab terbesar masalah gangguan pada
ginjal. Dan studi yang dilakukan oleh para peneliti dari US National Institutes of Health di Maryland, AS,
menemukan bahwa minum lebih dari dua kaleng soda setiap hari beresiko meningkatkan gangguan pada
ginjal dua kali lipat yang disebabkan oleh kandungan asam fosfat.
Studi lain di AS menyebutkan bahwa wanita yang mengkonsumsi soda lebih dari tiga kaleng dalam sehari
dapat mengikis ketebalan tulang dan membuat tulang mudah keropos. Rendahnya pH pada minuman
bersoda (karbonasi) membuat tubuh harus mentralisasi untuk menyesuaikan dengan pH tubuh pada saat
kita meminum minuman soda. Untuk proses tersebut, tubuh harus mengeluarkan cadangan kalsium
dalam tubuh. Kekurangan kalsium akan menyebabkan tulang mengalami ostoeporosis. selain itu,
keberadaan asam fosfat dalam tubuh juga dapat melarutkan kalsium dalam tulang sehingga tulang akan
kehilangan kepadatannya sehingga dapat mempercepat osteoporosis.

5. Bisphenol A
Berdasarkan struktur kimianya, BPA mempunyai dua gugus fenil, dua gugus metil, dan dua gugus
hidroksil (alkohol). Dalam bentuk bebas, BPA bersifat sedikit lipofilik (dapat larut dalam lemak). Namun
melalui proses metabolisme di dalam hati, BPA diubah menjadi senyawa yang agak lebih hidrofilik
(dapat larut dalam air).

Struktur kimia Bisphenol A

Dalam bentuk aktifnya, senyawa BPA memiliki aktivitas hormon estrogen sehingga jika masuk ke dalam
tubuh dapat memimik (meniru) hormon estrogen. Oleh karena itu para peneliti memberikan perhatian
yang cukup besar terhadap BPA dan kemungkinan efeknya terhadap manusia. Selain itu, BPA juga
merupakan salah satu senyawa endocrine disruptors yang dapat mengganggu biosintesis, sekresi, kerja,
atau metabolisme alami suatu hormon.
Metabolisme BPA di Dalam Tubuh dan Efeknya terhadap Kesehatan
BPA yang masuk ke tubuh melalui pangan dapat diserap dalam saluran cerna lalu dimetabolisme di
dalam hati membentuk senyawa yang inaktif, yaitu konjugat BPA- glucuronic acid yang tidak
memiliki aktivitas hormonal dan tidak berbahaya. Senyawa ini bersifat larut dalam air sehingga dapat
dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Selain itu ada pula senyawa inaktif lain yang dihasilkan dalam
jumlah yang lebih sedikit, yaitu BPA sulfat. Baik BPA-glucuronic acid maupun BPA sulfat, keduanya
dapat diukur kadarnya di dalam tubuh, namun demikian hanya BPA bentuk bebas (BPA bentuk
aktif) saja yang berpotensi menimbulkan efek merugikan bagi kesehatan.
Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa BPA, baik dalam bentuk aktif maupun inaktif mampu
menembus plasenta. BPA bebas yang telah menembus plasenta dan mencapai fetus, kebanyakan tetap
berada dalam bentuk aktifnya, sedangkan bila senyawa yang menembus plasenta adalah bentuk
inaktifnya maka senyawa tersebut dapat diubah kembali menjadi BPA bentuk aktif. Pada fetus,
perubahan BPA inaktif menjadi aktif ini dimungkinkan karena organ hati dan jantungnya
dapat menghasilkan enzim yang mampu mengubah senyawa konjugat BPA-glucuronic acid menjadi
BPA estrogenik yang toksik.

Kandungan bisphenol A diketahui memiliki kaitan terhadap penyakit jantung, kanker dan cacat pada
anak. Zat ini banyak ditemukan di botol susu, garpu plastik, serta kaleng alumunium yang biasa
digunakan untuk minuman soda seperti Coca-cola dan Pepsi.

Pencegahan Efek Negatif Bisphenol A terhadap Kesehatan


Paparan BPA dalam kadar rendah dijumpai pada populasi manusia secara umum, baik pada kelompok
usia bayi, balita, anak-anak, hingga orang dewasa. Penelitian mengenai BPA terus dilakukan untuk
mengetahui berapa besar kadar yang dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan, terutama efeknya
terhadap kelompok usia bayi hingga anak-anak karena tubuh mereka masih dalam tahap tumbuh
kembang dan sistem tubuh untuk mendetoksifikasi bahan kimia masih belum sempurna.
Untuk mengurangi bahkan menghindari efek negatif BPA terhadap kesehatan, ada berbagai cara yang
dapat dilakukan, antara lain:
Para ibu menyusui dihimbau untuk memberikan ASI kepada bayinya sehingga akan menurunkan
kemungkinan bayinya terpapar BPA melalui pengurangan penggunaan botol susu bayi polikarbonat
dan susu formula yang dikemas dalam kaleng.
Hindarkan penggunaan botol susu bayi yang terbuat dari polikarbonat; sebagai penggantinya dapat
digunakan botol susu yang terbuat dari kaca atau botol susu bayi yang bebas BPA.
Jangan menggunakan botol susu bayi yang telah tergores, karena selain dapat menjadi tempat
pertumbuhan mikroba juga dapat melepaskan sejumlah monomer yang menyusunnya.
Tidak menuangkan air mendidih, susu panas, atau cairan panas lain ke dalam botol plastik
Tidak memanaskan pangan atau meletakkan pangan yang masih panas dalam wadah polikarbonat.
Tidak mencuci wadah plastik polikarbonat dalam mesin pencuci piring (dishwasher) atau
menggunakan sikat yang keras untuk menghindari terjadinya goresan.
Kurangi mengkonsumsi produk pangan, baik dalam bentuk cair maupun serbuk yang dikemas dalam
kaleng yang terbuat dari logam. Sebagai gantinya dapat dipilih yang menggunakan kemasan kardus atau
kertas karton tanpa lapisan epoksi.
Hindarkan penggunakan alat makan yang terbuat dari polikarbonat. Sebagai gantinya dapat
digunakan alat makan yang terbuat dari kaca, porselen, atau stainless steel.
Selalu memeriksa simbol yang tertera pada kemasan pangan yang terbuat dari plastik. Jika terdapat
tanda nomor 7 di dalam suatu segitiga (simbol daur ulang) atau tulisan “PC”, sebaiknya tidak
digunakan untuk menyimpan pangan, terutama yang masih panas.

6. Asam Sitrat
Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7 .Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-
hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.

Struktur kimia Asam Sitrat:


Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam
larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam
larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam
membentuk garam sitrat.

Asam sitrat merupakan salah satu zat utama yang membuat rasa menendang pada soda. Alaminya, zat ini
ada pada buah-buahan seperti jeruk dan lemon. Kendati demikian, konsumsi asam sitrat berlebih dapat
membuat korosi pada gigi. Dalam kasus yang ekstrim, korosi ini dapat menyebabkan gigi mudah patah.
Hal itu dibuktikan dengan hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal General Density. Dalam tulisannya,
para peneliti mengatakan bahwa dalam tiga menit pertama saat diminum, soda sepuluh kali lebih korosif
dibandingkan dengan minuman jus.

Bahaya Asam Sitrat


Konsumsi asam sitrat secara berlebihan akan mengakibatkan korosi pada Gigi. Asam-asam pada
minuman ringan yang mempunyai konsentrasi yang tinggi dan pH awal minuman yang rendah akan
berdifusi ke dalam email gigi melalui kisi-kisi kristal. Kisi-kisi prisma pada tubuh email ini, yang
mengandung air dan matriks organik atau protein.
Jika pH mulut mencapai dibawah titik kritis yaitu 5,5 maka akan terjadi hilangnya ion dari gigi ke
lingkungan dalam mulut yang disebut demineralisasi. Penunian yang berulang-ulang pada pH dalam
waktu yang berdekatan akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rawan sehingga
merupakan tahap awal terjadinya karies atau korosi pada gigi. Meskipun asam sitrat aman digunakan
dalam makanan, namun berhati-hatilah dengan kadarnya di dalam setiap makanan atau minuman yang
dikonsumsi.
Minuman bersoda apabila dikonsumsi berlebihan mampu menyebabkan berbagai efek berbahaya bagi
sang ibu hamil itu sendiri berikut juga untuk pertumbuhan janin. Berikut ini adalah efek minum soda saat
hamil muda yang sangat perlu diperhatikan.
1. Tekanan Darah Tinggi
Minuman soda diketahui mengandung kafein di dalamnya sehingga sama dengan kopi, minuman ini
mampu menjadi pemicu penyakit tekanan darah tinggi, termasuk pada para ibu hamil muda. Para ibu
yang sedang hamil muda sebaiknya menghindari minuman soda. Kalau risiko kelahiran prematur saja
cukup tinggi, maka dikhawatirkan sewaktu masih hamil muda janin dapat gugur karenanya.
2. Nyeri Perut
Pada beberapa kasus, ibu hamil muda yang berani mengonsumsi minuman soda justru mengalami
yang namanya rasa sakit di perut bagian bawah. Bila masih nyeri ringan, maka cobalah untuk hentikan
segera konsumsi minuman bersoda tersebut. Walau memang merupakan kondisi yang tergolong wajar
sebab area panggul juga bakal mengalami peregangan sehingga menyebabkan rasa nyeri, melanjutkan
minum soda hanya akan memperbesar potensi bahaya minuman bersoda terhadap kandungan.
3. Gangguan Pencernaan
Minum soda di kala sedang hamil muda pun tak baik karena kandungan asam karbonat di dalam
minuman soda mampu memicu rasa mual yang berlebihan dan menyebabkan sang ibu harus muntah-
muntah. Demi pencernaan tetap sehat dan tak memengaruhi kesehatan janin juga, hindarilah minum soda.
4. Osteoporosis
Minuman soda memang termasuk minuman ringan, namun efeknya tak seringan yang dibayangkan
apalagi kalau dikonsumsi oleh para ibu hamil. Karena kandungan asam fosfat terlalu tinggi, tubuh sang
ibu hamil pun berkemungkinan mengalami peningkatan kadar fosfor.
Sebagai akibatnya, proses penyerapan kalsium di dalam tubuh pun terhambat dan pada akhirnya massa
tulang ikut menurun. Risiko bahaya terbesar yang perlu diwaspadai betul adalah osteoporosis pada sang
ibu hamil. Rupanya, minuman soda pun dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan tulang dan memicu
pengeroposan yang berbahaya.
5. Obesitas Pada Janin
Bisa dibayangkan bukan betapa berbahayanya kalau sang ibu hamil muda gemar minum soda yang
mampu meningkatkan risiko obesitas pada janinnya? Kelebihan berat badan atau obesitas adalah faktor
yang meningkatkan potensi terkena diabetes tipe 2 sekaligus gangguan kesehatan kardiovaskular.
Sementara itu saat hamil, jika sang ibu memiliki diabetes tipe 2, itu artinya risiko janin jauh lebih besar
dari normalnya sangat dapat terjadi. Karena bobot janin semakin besar saat berada di dalam perut, hal ini
nantinya akan berpengaruh pada sulitnya bayi dilahirkan karena saking besarnya.
6. Menurunkan Sistem Daya Tahan Tubuh
Minuman soda kaya akan gula dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa gula adalah penghalang
bagi tubuh untuk melawan bakteri. Jadi dengan mengonsumsi minuman bersoda, ibu hamil muda
otomatis tengah menurunkan sistem daya tahan tubuhnya sendiri.
Mengonsumsi minuman soda terlalu sering dan banyak ditambah dengan asupan makanan manis lainnya
akan jauh lebih berbahaya. Hindarilah bahaya makan manis maupun minum minuman manis sebab hal ini
memperbesar potensi disfungsi sel-sel darah putih setiap harinya sehingga sel darah putih harus terhambat
kinerjanya selama beberapa jam.
7. Stroke
Kemungkinan efek minum soda yang berbahaya bagi para ibu yang hamil muda adalah risiko penyakit
stroke yang tinggi. Hal ini pun tak lepas kaitannya dari masalah obesitas sebab menurut sebuah hasil studi
di Amerika Serikat, para wanita dapat berisiko melahirkan bayinya secara prematur karena penyakit
stroke yang disebabkan oleh kelebihan berat badan pada waktu hamil.
8. Perdarahan
Selain dari nyeri perut yang mungkin terjadi sebagai efek setelah minum soda padahal sedang hamil
muda, perdarahan pun dapat menjadi risikonya. Ketika nyeri di bagian perut bawah tak kunjung mereda
ditambah perdarahan terjadi dari jalan lahir, segera kunjungi dokter supaya dokter dapat memeriksa
kesehatan sang ibu berikut janin.
Sewaktu Anda diketahui sedang hamil muda, konsultasikan berbagai hal dengan dokter Anda, termasuk
makanan dan minuman apa yang tak seharusnya dikonsumsi. Kondisi setiap janin pada ibu hamil muda
tidaklah sama satu sama lain, ada yang kuat ada yang tidak. Jadi pastikan untuk hindari efek minum soda
saat hamil muda yang berbahaya bagi sang ibu dan kandungan.
DAFTAR PUSTAKA

Andini, Sri, dkk. 2011. Bahaya Paparan Bisphenol A. http://ik.pom.go.id/v2015/artikel/Bahaya-


paparan-Bisphenol-A.pdf (diakses tanggal 5 Desember 2015)

Chandra, Esthier Maria, dkk. 2009. Kajian Ekstensifikasi Barang Kena Cukai pada
Minuman Ringan Berkarbonasi. http:/journal/ui.ac.id/index.php/jbb/article/view/
619/ 604 (diakses tanggal 5 Desember 2015)

Harahap, Hayun Yahdiana. 2004. Penetapan Kadar Sakarin, Asam Benzoat, Asam Sorbat, Kofeina,
Dan Aspartam Di Dalam Beberapa Minuman Ringan Bersoda Secara Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi. http:// journal.ui.ac.id/index.php/mik/article/view-File/1138/1045 (diakses tanggal 5
Desember 2015)

Kuntarti, S. (n.d.). KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKROLIT, ASAM DAN BASA. staff.ui.ac.id, 11.

Latifah, U. S. (n.d.). Keseimbangan Cairan & Elektrolit. 40.

Nurlatifah, Aulia. 2014. Dibalik Nikmatnya Minuman Bersoda. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-


content/uploads/2011/07/radarbandung-20110717-dibaliknikmatnyaminumanbersoda.pdf
(diakses tanggal 5 Desember 2015)

Anda mungkin juga menyukai