Oleh :
dr. Chintya monica
• Perkembangan pubertas
• Perempuan Laki – laki
Rambut pubis : - Rambut pubis : -
Payudara : - Perubahan suara : -
Menars : -
VAKSIN JUMLAH
BCG 1X
DPT 3X
POLIO 4X
HEPATITIS B 4X
CAMPAK 1X
Riwayat Makan
2–4 2–4
V V -
- -
- -- - - -
4–6 V - - -
4–6
6–8
V
V V
-
V
--
V -
- -
8 – 10 V V V -
10 – 12 V V - - V
6–8 V V V V -
8 – 10 V V V - -
10 – 12 V V - - V
Pemeriksaan Fisik
• PEMERIKSAAN FISIS
Tanggal : 24 April 2019
Jam : 21.15 WIB
• PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
• Tanda vital
Frekuensi nadi :120x/menit
Tekanan darah :tidak diukur
Frekuensi napas: 36x/menit
Suhu tubuh : 36,3ºC
Data Antropometri
• Berat badan : 22,5 kg
• Tinggi badan : 107 cm
• Lingkar kepala : 48 cm
• Lingkar dada : 59 cm
• Lingkar lengan atas : 21 cm
Pemeriksaan Sistematis
KEPALA LEHER
• Bentuk danUkuran : • Pembesaran KGB : tidak
Normocephale
• Rambut dan kulit kepala: Dalam ada pembesaran KGB
batas normal
• Mata : SI -/-, CA/-
• Telinga : Discharge -/-
• Hidung : Epistaksis -, sekret-
/-, PCH +
• Bibir : Sianosis-
• Gigi – geligi: Dalam batas normal
• Mulut : Perdarahan gusi -
• Lidah: Lidah kotor -
• Tonsil : T1-T1
• Faring: Hiperemis -
Pemeriksaan Sistematis
TORAKS
• Dinding Toraks depan dan belakang • ABDOMEN : Datar, supel, nyeri
– Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, ikut tekan (-) epigastrium, BU (+)
pergerakan napas, tidak tampak ada massa normal, hepatomegali (-),
dan deformitas. splenomegali (-)
– Palpasi : Tidak teraba massa. • ANUS DAN REKTUM : Dalam
• Paru batas normal
– Perkusi : Sonor di kedua lapang paru • GENITALIA : Dalam batas
– Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+ , normal
wh +/+, rh -/-
• ANGGOTA GERAK : Akral
• Jantung
hangat, Edema (-)
– Bunyi Jantung : BJ I dan II normal • TULANG BELAKANG : Dalam
– Bunyi tambahan: S3 - , S4 -, murmur -, gallop batas normal
- • KULIT :Dalam batas normal
– Irama : Reguler • KELENJAR GETAH BENING :
– Frekuensi : 120x / menit tidak ada pembesaran
Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium 23-7-2016
Nilai Rujukan
Leukosit H 23,46 5 – 10
Eritrosit H 5,64 4–5
Hemoglobin H 14,3 12 – 14
Hematokrit H 43,5 37 – 43
Trombosit H 408 150 - 400
MCV L 77 82 – 92
MCH L 25 27 – 31
MCHC 33 32 – 36
RDW-SD 41,8 35 - 47
Diagnosis
• DIAGNOSIS KERJA : Asma attack
• DIAGNOSIS BANDING :
Pneumonia, Bronkiolitis, Benda Asing
• ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Toraks, Analisa Gas Darah, Pulse oximetry, Spirometri
• PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
– Infus NaCl 0,9% 16 tetes per menit
– Aminofilin drip
– Injeksi Kalmetason 3x1
– Tremenza 3x4 ml
– Meptin 2x5 ml
– Vectrine 2x5 ml
– Inhalasi (Karbifen & Nulmicot)
• TINDAK LANJUT
Monitor :
- Keluhan subyektif
- Tanda-tanda vital
- Tanda-tanda dehidrasi
- Tetesan infus NaCl
Prognosis
• Ad vitam : Dubia ad bonam
• Ad sanationam : Dubia ad bonam
• Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Asma
DEFINISI
• Penyakit paru dgn karakteristik :
– Obstruksi saluran napas yang reversibel, membaik
secara spontan maupun dengan pengobatan
– Inflamasi saluran napas
– Peningkatan respons saluran napas terhadap
berbagai rangsangan (hipereaktivitas)
• Derajat obstruksi ditentukan oleh diameter lumen
saluran napas, yg dipengaruhi oleh :
– Edema dinding bronkus
– Produksi mukus
– Kontraksi otot polos bronkus
– Hipertrofi otot polos bronkus
Epidemiologi
• Prevalensi anak laki-laki : perempuan = 1,5 :1
• Menjelang dewasa perbandingan sama
• Di Indonesia, prevalensi asma berkisar antara
5-7%
Klasifikasi Asma
• Asma Ekstrinsik (Alergi)
– Muncul pada waktu kanak-kanak
– Mekanisme serangan melalui reaksi alergi tipe 1
terhadap alergen
• Asma Intrinsik
– Tidak ditemukan tanda hipereaktivitas terhadap
alergen
Asma episodik Asma episodik
Asma persisten
jarang sering
Frekuensi serangan < 1 x/ bulan ≥ 1 x/ bulan Sering
Di antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan
malam
Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
– Eosinofil total
• Jumlah eosinofil total dlm darah meningkat
Pada pasien berumur Tidak ada masa remisi Pasien terbangun Gejala : sesak napas,
> 35 tahun & perokok malam hari karena batuk darah, nyeri
berat sesak, dan berkurang pleura, keringat dingin,
setelah duduk kejang, pingsan
Obat-obat anti inflamasi & bronkodilator Agonis beta 2 hirup kerja pendek (short
kerja panjang (long acting) acting)
Kortikosteroid sistemik mencegah
Kortikosteroid hirup perburukan gejala
Kortikosteroid sistemik Antikolinergik hirup (ipatropium bromida)
Natrium kromolin Teofilin kerja pendek
Natrium nedokromil Agonis beta 2 oral kerja pendek
Teofilin lepas lambat
Agonis beta 2 kerja panjang hirup
(salmaterol & formoterol) & oral
Antileukotriene
Anti Ig-E
Tatalaksana Asma menurut GINA
• Tujuan tatalaksana asma :
– Mencapai & mempertahankan kontrol gejala-
gejala asma
– Mempertahankan aktivitas yang normal
– Menjaga fungsi paru senormal mungkin
– Mencegah eksaserbasi asma
– Menghindari reaksi adversi obat asma
– Mencegah kematian karena asma
• Rekomendasi GINA dlm tatalaksana asma
– Bina hubungan yang baik antara pasien dan dokter
– Identifikasi & kurangi pemaparan faktor risiko
– Penilaian, pengobatan & pemantauan keadaan
kontrol asma
– Atasi serangan asma
– Penatalaksaan keadaan khusus
• Pasien harus dirujuk bila :
– Pasien dengan risiko tinggi untuk kematian karena
asma
– Serangan asma berat APE < 60% nilai prediksi
– Respons bronkodilator tidak segera, dan bila ada
respons hanya bertahan kurang dari 3 jam
– Tidak ada perbaikan dalam waktu 2-6 jam setelah
mendapat pengobatan kortikosteroid
– Gejala asma makin memburuk