Anda di halaman 1dari 46

Asma bronkial

Oleh :
dr. Chintya monica

RSAL Dr. Mintohardjo

Periode Februari 2019 – Juni 2019


Identitas Pasien
• Nama lengkap : An. AHZ
• Umur : 3 tahun 8 bulan
• Jenis kelamin :Perempuan
Anamnesis
• Alloanamnesis dilakukan pada orang tua
pasien pada tanggal 24 April 2019
• Keluhan utama : Sesak 2 hari yang lalu
semenjak masuk RS.
• Keluhan tambahan : Batuk dan Pilek.
Riwayat Penyakit Pasien
• Ibu pasien mengatakan pasien sesak sejak hari Senin ,22 April
2019 pada pukul 21.00 WIB dan pada hari Selasa, 23 April 2019
pukul 04.00 dini hari. Pasien diberikan nebulizer oleh ibunya,
namun keluhan tidak membaik. Sehingga ibu pasien memutuskan
untuk membawa anaknya ke IGD RSAL dr. Mintohardjo pada hari
Rabu, tanggal 24 April 2019 Ibu pasien mengatakan bahwa
anaknya mengalami pilek pada hari Kamis, 18 April 2019, sudah
diberi obat Tremenza dan keluhan pun membaik. Pada hari Sabtu,
21 April 2019 pasien mengalami batuk kering.
• Diakui ibu pasien, pasien mulai mengalami serangan sesak
napas sejak umur 8 bulan. Sesak yang dialami pasien sering
memberat pada malam hari dan mengganggu tidur pasien.
Serangan sesak biasanya dipicu oleh keadaan pasien yang kelelahan
dan adanya batuk dan pilek. Biasanya pasien mengalami sesak
sebulan sekali dan membaik setelah diberi obat anti-asma.
RIWAYAT PENYAKIT PADA
RIWAYAT PENYAKIT DALAM ANGGOTA KELUARGA LAIN /
KELUARGA ORANG LAIN SERUMAH
Ibu dan ayah pasien tidak • Ibu pasien mengatakan
memiliki riwayat alergi, bahwa kakek dan nenek
kencing manis maupun darah pasien memiliki riwayat
tinggi. penyakit asma

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :


Asma, Diare, Morbili
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
KEHAMILAN KELAHIRAN
• Perawatan • Tempat kelahiran : Rumah Sakit Pelabuhan
Jakarta
antenatal : rutin • Penolong persalinan : Dokter
periksa di RS • Cara persalinan : SC
• Penyakit • Masa gestasi : Cukup bulan ( 9 bulan )
• Keadaan bayi :
kehamilan :
• Berat badan lahir : 2800 gram
tidak ada • Panjang badan lahir : 49 cm
• Lingkar kepala : (lupa)
• Menangis : langsung menangis
• Warna : kemerahan
• Skor APGAR : tidak tahu
• Kelainan bawaan : tidak ada
Riwayat Perkembangan
• Pertumbuhan gigi pertama : 7 bulan
• Psikomotor
Senyum : 2 bulan Berdiri : 10 bulan
Miring : 3 bulan Berjalan : 11 bulan
Tengkurap: 4 bulan Berbicara : 17 bulan
Duduk : 8 bulan Membaca dan menulis : belum
Merangkak: 9 bulan

• Perkembangan pubertas
• Perempuan Laki – laki
Rambut pubis : - Rambut pubis : -
Payudara : - Perubahan suara : -
Menars : -

• Gangguan perkembangan mental / emosi : -


Riwayat Imunisasi

VAKSIN JUMLAH
BCG 1X
DPT 3X
POLIO 4X
HEPATITIS B 4X
CAMPAK 1X
Riwayat Makan

UMUR Bubur Nasi


ASI/PASI Buah/ Biskuit Bubur Susu Tim
(bulan)
UMUR BuburS Nasi
0–2 V
(bulan)
ASI/PASI Buah/ Biskuit
-
Bubur
-usu Tim - -
0–2 V - - - -

2–4 2–4
V V -
- -
- -- - - -
4–6 V - - -

4–6
6–8
V
V V
-
V
--
V -
- -
8 – 10 V V V -
10 – 12 V V - - V
6–8 V V V V -

8 – 10 V V V - -

10 – 12 V V - - V
Pemeriksaan Fisik
• PEMERIKSAAN FISIS
Tanggal : 24 April 2019
Jam : 21.15 WIB

• PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis

• Tanda vital
Frekuensi nadi :120x/menit
Tekanan darah :tidak diukur
Frekuensi napas: 36x/menit
Suhu tubuh : 36,3ºC
Data Antropometri
• Berat badan : 22,5 kg
• Tinggi badan : 107 cm
• Lingkar kepala : 48 cm
• Lingkar dada : 59 cm
• Lingkar lengan atas : 21 cm
Pemeriksaan Sistematis
KEPALA LEHER
• Bentuk danUkuran : • Pembesaran KGB : tidak
Normocephale
• Rambut dan kulit kepala: Dalam ada pembesaran KGB
batas normal
• Mata : SI -/-, CA/-
• Telinga : Discharge -/-
• Hidung : Epistaksis -, sekret-
/-, PCH +
• Bibir : Sianosis-
• Gigi – geligi: Dalam batas normal
• Mulut : Perdarahan gusi -
• Lidah: Lidah kotor -
• Tonsil : T1-T1
• Faring: Hiperemis -
Pemeriksaan Sistematis
TORAKS
• Dinding Toraks depan dan belakang • ABDOMEN : Datar, supel, nyeri
– Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, ikut tekan (-) epigastrium, BU (+)
pergerakan napas, tidak tampak ada massa normal, hepatomegali (-),
dan deformitas. splenomegali (-)
– Palpasi : Tidak teraba massa. • ANUS DAN REKTUM : Dalam
• Paru batas normal
– Perkusi : Sonor di kedua lapang paru • GENITALIA : Dalam batas
– Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+ , normal
wh +/+, rh -/-
• ANGGOTA GERAK : Akral
• Jantung
hangat, Edema (-)
– Bunyi Jantung : BJ I dan II normal • TULANG BELAKANG : Dalam
– Bunyi tambahan: S3 - , S4 -, murmur -, gallop batas normal
- • KULIT :Dalam batas normal
– Irama : Reguler • KELENJAR GETAH BENING :
– Frekuensi : 120x / menit tidak ada pembesaran
Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium 23-7-2016
Nilai Rujukan
Leukosit H 23,46 5 – 10
Eritrosit H 5,64 4–5
Hemoglobin H 14,3 12 – 14
Hematokrit H 43,5 37 – 43
Trombosit H 408 150 - 400

MCV L 77 82 – 92

MCH L 25 27 – 31

MCHC 33 32 – 36

RDW-SD 41,8 35 - 47
Diagnosis
• DIAGNOSIS KERJA : Asma attack

• DIAGNOSIS BANDING :
Pneumonia, Bronkiolitis, Benda Asing
• ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Toraks, Analisa Gas Darah, Pulse oximetry, Spirometri

• PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
– Infus NaCl 0,9% 16 tetes per menit
– Aminofilin drip
– Injeksi Kalmetason 3x1
– Tremenza 3x4 ml
– Meptin 2x5 ml
– Vectrine 2x5 ml
– Inhalasi (Karbifen & Nulmicot)

• TINDAK LANJUT
Monitor :
- Keluhan subyektif
- Tanda-tanda vital
- Tanda-tanda dehidrasi
- Tetesan infus NaCl
Prognosis
• Ad vitam : Dubia ad bonam
• Ad sanationam : Dubia ad bonam
• Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Asma
DEFINISI
• Penyakit paru dgn karakteristik :
– Obstruksi saluran napas yang reversibel, membaik
secara spontan maupun dengan pengobatan
– Inflamasi saluran napas
– Peningkatan respons saluran napas terhadap
berbagai rangsangan (hipereaktivitas)
• Derajat obstruksi ditentukan oleh diameter lumen
saluran napas, yg dipengaruhi oleh :
– Edema dinding bronkus
– Produksi mukus
– Kontraksi otot polos bronkus
– Hipertrofi otot polos bronkus
Epidemiologi
• Prevalensi anak laki-laki : perempuan = 1,5 :1
• Menjelang dewasa perbandingan sama
• Di Indonesia, prevalensi asma berkisar antara
5-7%
Klasifikasi Asma
• Asma Ekstrinsik (Alergi)
– Muncul pada waktu kanak-kanak
– Mekanisme serangan melalui reaksi alergi tipe 1
terhadap alergen

• Asma Intrinsik
– Tidak ditemukan tanda hipereaktivitas terhadap
alergen
Asma episodik Asma episodik
Asma persisten
jarang sering
Frekuensi serangan < 1 x/ bulan ≥ 1 x/ bulan Sering

Lama serangan < 1 minggu > 1 minggu Hampir sepanjang


tahun, hampir tidak
ada remisi
Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat

Di antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan
malam
Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu

Pemeriksaan fisik Normal (tidak Mungkin terganggu Tidak pernah normal


diluar serangan ditemukan kelainan) (ditemukan kelainan)

Obat pengendali Tidak perlu Perlu, steroid Perlu, steroid


anti inflamasi
Uji faal Paru PEF/FEV1 PEF/FEV1 PEF/FEV1
>80% 60-80% <60% variabilitas 20-
30%
Variabilitas faal paru Variabilitas > 15% Variabilitas > 30% Variabilitas >50%
Parameter klinis, Ringan Sedang Berat Ancaman henti nafas
Fungsi paru,
laboratorium

Sesak timbul-pada Berjalan Berbicara Istirahat


saat (breathless) Bayi: Bayi : Bayi :
menangis keras - Tangis pendek dan lemah Tidak mau
- Kesulitan makan/minum makan/minum

Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata


Posisi Bisa berbaring Lebih suka duduk Duduk
bertopang
lengan
Kesadaran Mungkin iritable Biasanya iritable Biasanya iritable Bingung dan
mengantuk
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata/Jelas
Mengi (wheezing) Sedang, sering Nyaring, sepanjang ekspirasi, Sangat nyaring, Sulit/tidak terdengar
hanya pada ± inspirasi terdengar tanpa
akhir ekspirasi stetoskop
Sesak nafas Minimal Sedang Berat
Obat Bantu nafas Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan paradok
torako-abdominal
Retraksi Dangkal, retraksi Sedang, ditambah retraksi Dalam, Dangkal / hilang
intercostal suprasternal ditambah nafas
cuping hidung
Laju nafas Meningkat Meningkat Meningkat Menurun
Pedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar :
Usia laju nafas normal
< 2 bulan < 60 / menit
2 – 12 bulan < 50 / menit
1 – 5 tahun < 40 / menit
6 – 8 tahun < 30 / menit
Laju nadi Normal Takikardi Takikardi Bradikardi
Pedoman nilai baku laju nadi pada anak sadar :
Usia laju nadi normal
2 – 12 bulan < 160 / menit
1 – 2 tahun < 120 / menit
3 – 8 tahun < 110 / menit
Pulsus paradoksus Tidak ada Ada Ada Tidak ada, tanda
(pemeriksaannya < 10 mmHg 10-20 mmHg > 20 mmHg kelelahan otot nafas
tidak praktis)
PEFR atau FEV1 (%
nilai dugaan/% nilai
terbaik)
- pra > 60% > 80% < 40%
bronkodilator
- pasca 40-60% 60-80% < 60%
bronkodilator Respon < 2 jam
SaO2 % > 95% 91-95% £ 90%
PaO2 Normal biasanya > 60 mmHg < 60 mmHg
tidak perlu
diperiksa
PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg
Patofisiologi Asma
Gejala Klinis
• Serangan episodik batuk (umumnya malam
hari)
• Mengi
• Sesak napas
• Rasa berat di dada
Diagnosis
Pemeriksaan Keterangan
Anamnesis Keluhan : batuk, sesak, mengi, rasa berat di dada
Riwayat penyakit alergi
Riwayat penyakit alergi pada keluarga
Faktor pencetus

Pemeriksaan Fisik Tergantung derajat obstruksi saluran napas


-Ekspirasi memanjang
-Mengi
-Hiperinflasi dada
-Pernapasan cepat
-Sianosis
Diagnosis
• Pemeriksaan Penunjang
– Spirometri
• Respons pengobatan dengan bronkodilator
• Dilakukan sebelum & sesudah pemberian bronkodilator
hirup gol. adrenergik beta
• Peningkatan VEP1 ≥ 12 %  diagnosis asma
• Menilai beratnya obstruksi & efek pengobatan
– Uji provokasi bronkus
• Menunjukkan hipereaktivitas bronkus
• Dengan histamin, metakolin, kegiatan jasmani, udara
dingin, larutan garam hipertonik, aqua desilata
• Penurunan VEP1 sebesar 20%  bermakna
• Kegiatan jasmani
– Pasien berlari cepat selama 6 menit  denyut jantung 80-90%
dari maksimum
– Penurunan APE min. 10%  bermakna
– Pemeriksaan sputum
• Sputum eosinofil

– Eosinofil total
• Jumlah eosinofil total dlm darah meningkat

– Uji Kulit (Skin Prick Test)


• Menunjukkan adanya antibodi IgE spesifik dalam tubuh

– Kadar IgE total & IgE spesifik dalam sputum


• IgE total  menyokong atopi
• IgE spesifik bila uji kulit tidak dapat dilakukan / hasil
kurang dipercaya
– Foto Dada
• Untuk menyingkirkan penyebab lain obstruksi saluran
napas dan adanya kecurigaan terhadap proses patologis
di paru / komplikasi asma

– Analisis gas darah


• Pada asma yang berat
• Awal serangan : hipoksemia & hipokapnia ( PaCO2 < 35
mmHg)
• Stadium berat : PaCO2 mendekati normal
• Sangat berat : hiperkapnia (PaCO2 ≥ 45 mmHg),
hipoksemia & asidosis respiratorik
Diagnosis Banding Asma
Bronkitis Kronis Emfisema paru Gagal jantung kiri Emboli paru
akut
Batuk kronik dgn Gejala utama : sesak Paroxysmal nocturnal Akibat imobilisasi,
sputum 3 bulan pada kegiatan jasmani dyspnoe gagal jantung &
dalam setahun untuk tromboflebitis
sedikitnya 2 tahun

Pada pasien berumur Tidak ada masa remisi Pasien terbangun Gejala : sesak napas,
> 35 tahun & perokok malam hari karena batuk darah, nyeri
berat sesak, dan berkurang pleura, keringat dingin,
setelah duduk kejang, pingsan

Batuk pagi , mengi, PF : dada kembung, PF : ortopnea, PF : ortopnea,


menurunnya peranjakan napas kardiomegali, edema takikardia, gagal
kemampuan kegiatan terbatas, hipersonor, paru jantung kanan, pleural
jasmani pekak hati menurun, friction, irama derap,
suara napas melemah sianosis & hipertensi
Komplikasi Asma
• Pneumotoraks
• Pneumomediastinum & emfisema subkutis
• Atelektasis
• Aspergilosis bronkopulmoner alergik
• Gagal napas
• Bronkitis
• Fraktur iga
Tatalaksana Asma
Mencegah ikatan alergen -IgE Mencegah pelepasan Melebarkan saluran napas
mediator dgn bronkodilator
Menghindari alergen Natrium kromolin  Simpatomimetik
mencegah pelepasan 1. Agonis beta 2 (salbutamol,
mediator dr mastosit  terbutalin, fenoterol,
profilaktik pada terapi prokaterol)  serangan
pemeliharaan asma akut
2. Epinefrin  subkutan
pada asma berat
3. Aminofilin  serangan
asma akut
4. Kortikosteroid sistemik
5. Antikolinergik (ipatropium
bromida)

Hiposensitisasi Obat gol. Agonis beta 2


Menyuntikkan dosis kecil alergen & teofilin
yg dosisnya makin ditingkatkan 
tubuh membentuk IgG 
mencegah ikatan alergen dgn IgE
pada sel mast
• Mengurangi respons dgn jalan meredam
inflamasi saluran napas
– Obat-obat anti-asma
Pencegah (Controller) Penghilang gejala (Reliever)
Dipakai setiap hari  gejala asma Relaksasi bronkokonstriksi & mengatasi gejala
persisten terkendali akut dgn segera

Obat-obat anti inflamasi & bronkodilator Agonis beta 2 hirup kerja pendek (short
kerja panjang (long acting) acting)
Kortikosteroid sistemik  mencegah
Kortikosteroid hirup perburukan gejala
Kortikosteroid sistemik Antikolinergik hirup (ipatropium bromida)
Natrium kromolin Teofilin kerja pendek
Natrium nedokromil Agonis beta 2 oral kerja pendek
Teofilin lepas lambat
Agonis beta 2 kerja panjang hirup
(salmaterol & formoterol) & oral
Antileukotriene
Anti Ig-E
Tatalaksana Asma menurut GINA
• Tujuan tatalaksana asma :
– Mencapai & mempertahankan kontrol gejala-
gejala asma
– Mempertahankan aktivitas yang normal
– Menjaga fungsi paru senormal mungkin
– Mencegah eksaserbasi asma
– Menghindari reaksi adversi obat asma
– Mencegah kematian karena asma
• Rekomendasi GINA dlm tatalaksana asma
– Bina hubungan yang baik antara pasien dan dokter
– Identifikasi & kurangi pemaparan faktor risiko
– Penilaian, pengobatan & pemantauan keadaan
kontrol asma
– Atasi serangan asma
– Penatalaksaan keadaan khusus
• Pasien harus dirujuk bila :
– Pasien dengan risiko tinggi untuk kematian karena
asma
– Serangan asma berat APE < 60% nilai prediksi
– Respons bronkodilator tidak segera, dan bila ada
respons hanya bertahan kurang dari 3 jam
– Tidak ada perbaikan dalam waktu 2-6 jam setelah
mendapat pengobatan kortikosteroid
– Gejala asma makin memburuk

Anda mungkin juga menyukai