Anda di halaman 1dari 6

Kepemimpinan - Materi Pembentukan Karakter

Posted by Rachmat Lutfi Saturday, 29 June 2013 0 comments

Pembentukan Karakter - Pernahkah kita bertanya kepada diri sendiri,


“Siapakah saya ? Apa Karakter saya ? Kepribadianku ? Apa kelebihan dan
kekurangan saya ? Mengapa saya bisa seperti ini ? Mengapa saya
berbeda ? Dan Bagaimana saya menjadi seperti sekarang ini

Kerinduan untuk mengenal bagian terdalam diri kita itu wajar dan alamiah
sebagai seorang manusia. Sebab hanya manusialah yang mempunyai
kesadaran diri untuk bisa berpikir seperti ini. Nah, pertanyaannya adalah
bagaimana proses pembentukan Karakter saya ?

Bisakah saya mengambil bagian dalam tahapan – tahapan


perkembangan Karakter saya ? Atau, jika kita telah menjadi seorang ayah
atau ibu, bisakah kami berperan dalam proses pendidikan Karakter anak –
anak kami ? Dan bagaimana caranya ? Apa yang harus kami pelajari dan
kami ketahui ? Marilah kita simak sama – sama jawaban dari semua
pertanyaan tadi.

Teori Pembentukan Karakter


Berjuta – juta buku psikologi yang membahas mengenai pembentukan
karakter manusia itu, salah satunya adalah Stephen Covey melalui
bukunya 7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif, menyimpulkan bahwa
sebenarnya ada tiga teori utama yang mendasarinya, yaitu :
1. Determinisme Genetis, pada dasarnya mengatakan kakek-nenek
kitalah yang bebuat begitu kepada kita. Itulah sebabnya kita memiliki
tabiat seperti ini. Kakek-nenek kita mudah marah dan itu ada pada
DNA kita. Sifat ini diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya dan
kita mewarisinya. Lagipula, kita orang Indonesia, dan itu sifat orang
Indonesia.
2. Determinisme Psikis, pada dasarnya orangtua kitalah yang berbuat
begitu kepada kita. Pegasuhan kita, pengalaman masa anak-anak kita
pada dasarnya membentuk kecenderungan pribadi dan susunan
karakter kita. Itulah sebabnya kita takut berdiri di depan banyak orang.
Begitulah cara orang tua kita membesarkan kita. Kita merasa sangat
bersalah jika kita membuat kesalahan karena kita “ingat jauh di dalam
hati tentang penulisan naskah emosional kita ketika kita sangat rentan,
lembek dan bergantung. Kita “ingat” hukuman emosional, penolakan,
pembandingan dengan orang lain ketika kita tidak berprestasi seperti
yang diharapkan.
3. Determinisme Lingkungan, pada dasarnya mengatakan bos kita
berbuat begitu kepada kita – atau pasangan kita, atau anak remaja
yang berkital itu, atau situasi ekonomi kita, atau kebijakan nasional.
Sesorang atau sesuatu di lingkungan kita betanggungjawab atas
situasi kita.
Sampai saat ini pengetahuan yang sama–sama kita miliki adalah
bahwa Karakter kita dibentuk sedemikian rupa sehingga kita tidak memiliki
kuasa ataupun kemampuan untuk turut campur dalam proses
perkembangannya.

Proses Pembentukan Karakter


Karakter adalah sebuah kata yang tidak ada artinya jika tidak dihubungkan
dengan manusia. Gordon Allport mendefinisikan Karakter manusia
sebagai kumpulan atau kristalisasi dari kebiasan-kebiasaan seorang
individu. Sedangkan Chaplin mendefinisikannya sebagai kualitas
kepribadian yang berulang secara tetap dalam seorang individu. Dari sudut
proses pembentukkannya ada ahli yang mengatakan
bahwa Karakter manusia itu adalah turunan (hereditas), sebagian lain lagi
mengatakan lingkungan yang membentuk Karakter
Kepribadianseseorang. Kita tidak mempersalahkan ataupun
membenarkan salah satu pandangan di atas. Yang pasti kedua faktor di
atas sangat berperan di dalam
pembentukan Karakter Kepribadian seorang manusia. Tapi yang paling
penting untuk diperhatikan adalah bahwa kebiasaan manusia setiap hari
itulah yang akan membentuk Karakter seorang manusia.

Tulisan berikut ini akan menyajikan beberapa aspek Kepribadian manusia


yang perlu dibiasakan sejak dini pada anak atau pelajar sehingga dapat
membentuk satu Kepribadian yang tangguh dan mandiri di waktu yang
akan datang.
1.Responsibility
Tanggung jawab dalam bahasa Indonesia terdiri dari dua kata penting
yakni tanggung dan jawab. Tanggung berarti bersedia menerima apa yang
ditugaskan kepadanya, bersedia memikul isi tugas yang dipercayakan
kepadanya. Jawab dalam pengertian di sini berarti bersedia belajar dan
memberikan penjelasan sesuai kompetensi pekerjaan yang dipercayakan
kepadanya. Aspek psikologis dari Tanggung jawab ini adalah keberanian
menerima tugas, komitmen menjalankan, ketahanan mental selama
menjalankan, dan keterbukaan untuk menerima konsekuensi positip dan
negatip.

Maka seorang yang disebut punya Karakter tanggung jawab berarti orang
itu memiliki kesediaan untuk menerima, memiliki komitmen untuk
menjalankan tugas tersebut sampai tuntas dan mengevaluasi serta
menerima hasilnya baik positip maupun negatip. Tanggung jawab seorang
anak (pelajar) adalah menerima tugas belajar. Sekali menerima tugas ini ia
harus komit untuk menjalankannya hingga tuntas pada akhir tahun
pelajarannya. Seorang pelajar harus membiasakan diri untuk selalu belajar.
Ia bukan balajar untuk lulus ujian, atau supaya menyenangkan orangtua
dan guru, tetapi ia harus belajar untuk hidup. Ia harus membangun suatu
kebiasan bertanggung jawab dengan menjalankan setiap tugas yang
diberikan kepadanya hingga tuntas dan dievaluasi untuk melihat hasilnya.
Tanggungjawab adalah suatu aspek kepribadian yang perlu dibangun
sejak dini, mulai dari hal-hal yang sederhana yang akan menjadi dasar
untuk hal yang lebih besar.

2.Self-Respect
Penghargaan terhadap diri sendiri mungkin dilihat banyak orang sebagai
hal yang lucu. Karena penghargaan biasanya lebih banyak berhubungan
dengan relasi dengan orang lain yaitu menghargai orang lain. Bahkan ada
yang beranggapan ekstrim bahwa penghargaan terhadap diri adalah
bentuk pemujaan diri. Terlepas dari anggapan di atas saya mau
mengatakan bahwa penghargaan terhadap diri sendiri adalah dasar untuk
menghargai orang lain. Bagaimana anda bisa menghargai orang lain kalau
anda sendiri tidak menghargai diri sendiri? Penghargaan terhadap diri
sendiri berarti berpikir positip, bersikap positip dan menerima diri sendiri
sebagaimana adanya. Dengan berpikir positip terhadap diri, orang dapat
menemukan potensi dan bakat yang terpendam di dalamnya. Lalu dengan
menerima hal-hal positip dan negatip yang ia miliki, maka ia merasa aman
dengan dirinya sendiri, dan akhirnya ia dapat tampil dengan penuh percaya
diri. Penghargaan terhadap diri sendiri perlu dibangun sejak usia sekolah
sehingga dapat menjadi dasar untuk kemajuan tugas-tugas yang akan
dipercayakan kepadanya

3.Doing The Right Thing


Melakukan hal-hal baik merupakan aspek kepribadian yang perlu
dibiasakan sejak dini. Kebiasaan baik ini dibentuk dengan latihan. Dan
latihan melakukan hal-hal baik ini bisa terjadi di sekolah ataupun di rumah.
Latihan di rumah akan didampingi orangtua, sedangkan di sekolah akan
didampingi oleh guru. Orangtua dan guru hadir sebagai pendamping
sekaligus motivator sehingga anak akan terus bersemangat melakukan
hal-hal baik itu. Latihan yang dilakukan berulang kali akan sekaligus
membentuk kebiasaan pada anak, dan selanjutnya kebiasaan ini akan
menjadi bagian dari kepribadian anak itu sendiri. Seorang pelajar perlu
dibiasakan untuk melakukan hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat
sekitar, sehingga dengan demikian kebiasaan ini akan berputar secara
otomatis dalam hidunya setiap hari.

4.Respecting Others
Setiap orang tua dan guru di sekolah ingin supaya anak-anaknya memiliki
kebiasaan menghargai orang lain. Sikap ini bukan hanya harapan orang
tua dan guru tetapi adalah harapan setiap orang dalam kehidupan
bermasyarakat. Ketika masih tinggal bersama orangtuanya di rumah, anak
menjadi raja kecil. Semua permintaannya selalu dipenuhi, semua
keinginannya selalu dikabulkan. Tetapi setelah ia masuk sekolah, ia akan
bertemu dengan tantangan baru, yaitu teman-temannya yang juga memiliki
keinginan dan kemauan sendiri. Di sini anak perlu didampingi untuk
mengembangkan sisi penghargaan terhadap temannya yang lain. Ia perlu
juga menahan diri, memberi kesempatan kepada teman lain, menerima
pendapat dan keinginan teman lain, serta berani untuk menerima
kekalahan. Sikap-sikap lain yang perlu dikembangkan untuk mendukung
aspek ini adalah kesabaran, menerima orang lain, mendengarkan orang
lain, dan mengakui kelebihan orang lain.

5.Preventing Conflicts & Violence


Konflik dan kekerasan sering identik dengan kaum muda. Pelajar yang
adalah bagian dari kaum muda pun sering kena stikma ini. Tentu bukan
tanpa alasan kaum muda mendapat stikma ini. Kenyataan membuktikan
bahwa banyak terjadi tawuran antar pelajar, tawuran antara mahasiswa,
dan tawuran pemuda antar desa. Kenyataan ini tentu memberi kita satu
indikasi bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan karakter orang-orang
muda kita ini. Apa itu? Mereka tidak dibekali dengan nilai-nilai kehidupan
bersama yang patut diterima dan dihormati bersama. Selain itu oleh
tekanan ekonomi dan tantangan hidup metropolitan yang begitu tinggi,
menyebabkan mereka kehilangan pegangan hidup dan akhirnya sulit
mengendalikan diri menghadapi konflik-konflik tersebut. Upaya membuat
preventing terhadap konflik dan kekerasan antar pelajar adalah dengan
memberikan beban pekerjaan rumah yang banyak sehingga ia sibuk dan
hanya berpikir tentang tugas belajarnya, atau juga dengan memberikan
kursus-kursus ketrampilan lain sesuai dengan bakat dan talenta yang
dimilikinya. Selain itu anak juga perlu pandai memilih kegiatan yang tidak
cenderung pada konflik dan kekerasan.

6.Saying No to Alcohol and Other Drugs


Mengatakan No kepada Alkohol dan segala jenis obat bius adalah harapan
semua orangtua kepada anaknya. Bahkan bukan hanya para orangtua,
tapi sekolah, dan masyarakat pun sangat setuju dengan komitmen di atas.
Banyak orangtua selalu cemas dan dengan ketat memantau keberadaan
anaknya supaya tidak sampai terjebak ke dalam kebiasan buruk di atas.
Gampang mengatakan No kalau kita belum pernah mengalami nikmatnya
minuman keras dan obat bius. Tapi adalah sulit kalau kita sudah terjebak
dalam kebiasaan minumun keras dan obat tersebut. Banyak orangtua
sampai menjual semua harta bendanya untuk memulihkan anaknya yang
ketagihan narkoba. Bukan itu saja, tapi kondisi fisik dan psikologis anak itu
juga sangat memprihatinkan. Maka para anak perlu diperingatkan untuk
tidak mencoba-coba minum atau mengkonsumsi narkoba. Mengapa perlu
say No to Alcohol dan other Drugs? Karena untuk menghindari diri dari
jebakan kebiasaan buruk yang akan membawa seorang siswa kepada
kehancuran kepribadian.

Berangkat dari semua kenyataan akan Karakter, maka dapat


disimpulkan :
1. Bahwa binatang yang paling cerdas tidak mempunyai satupun
anugerah ini. Dengan menggunakan metafora komputer, binatang
diprogram oleh naluri dan/atau pelatihan. Binatang, dapat dilatih untuk
bertanggung jawab, tetapi mereka tidak dapat mengambil tanggung
jawab untuk pelatihan itu. Dengan kata lain, binatang tidak dapat
mengaturnya. Binatang tidak dapat mengubah pembuatan
programnya. Binatang bahkan tidak sadar akan pembuatan program
tersebut.
2. Karakter adalah wajah kepribadian seorang manusia. Mereka terdiri
dari kebiasaan-kebiasaan yang berulang secara tetap pada setiap
waktu dan tempat. Kebiasaan-kebiasaan ini tidak terbentuk satu kali
jadi. Juga bukan bawaan sejak lahir, tetapi merupakan suatu
kebiasaan yang terbentuk dari waktu ke waktu. Ia harus dilatih
berulang kali hingga nanti tergerak otomatis. Para ahli mengatakan,
‘pertama-tama kau membentuk kebiasaan, setelah itu kebiasaanmu
yang akan membentuk engkau.’ Mari kita membentuk kebiasaan positif
terhadap anak-anak sejak dini, sehingga kemudian kebiasaan itu akan
otomatis membentuk Karakter Positif untuk menata masa depan yang
sukses.

Anda mungkin juga menyukai