Anda di halaman 1dari 6

TERBATAS

PANDANGAN BANGSA INDONESIA


TERHADAP PERANG

Bertolak dari kenyataan sejarah perkembangan manusia serta dengan melalui


penelaahan maupun penilaian terhadap manusia sebagai pribadi maupun kelompok
masyarakat dan bangsa diketahui bahwa perang merupakan masalah manusia yang
mengikuti perkembangan sejarah manusia, yang berturut-turut terjadi bila pertumbuhan
sejenis satu masyarakat lain yang bertentangan arah dan tujuannya. Kekuatan sering
dipergunakan untuk memelihara serta mengembangkan jenis dan keturunan, memelihara
harga diri terhadap berbagai bentuk hambatan dan penghalang. Untuk kepentingan
kelompok, perang digunakan sebagai alat untuk memperoleh/mempertahankan sumber-
sumber material, kekuasaan dan penghargaan yang dibutuhkan kelompok. Faham
idealisme yang menganggap perang sebagai penghancur kemanusiaan dan peradaban.
Dengan kenyataan dan gagasan tersebut pandangan dan faham manusia tentang perang ada
yang bersifat positif ada pula yang bersifat negatif yaitu sikap negatif terhadap perang
menyatakan perang sebagai penyakit sosial perlu ditiadakan serta menghukum mereka
yang menggunakan. Sikap ini pun disertai dengan perbuatan untuk mencegah perang
melalui berbagai saluran damai yang dikerjakan baik oleh usaha prive maupun usaha resmi.
Sikap positif menganggap perang atau kekerasan adalah alat yang sah untuk membela diri
dan juga alat yang sah untuk mencegah perang, sikap terakhir tersebut tidak terlepas
sebagai usaha untuk mencegah perang dengan cara damai. Walaupun seringkali gagal
karena tidak dihargai oleh mereka yang agresif. Sikap positif terhadap perang juga
menyatakan : Perang sebagai alat sah, perang sebagai alat paling tepat dan perang sebagai
kekerasan organisme sosial.
Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
dikatakan bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa oleh karena itu penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan. Disamping itu bangsa Indonesia memiliki faham yaitu cinta damai tetapi lebih
cinta kemerdekaan dan dari uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang timbul
bagaimana pandangan bangsa Indonesia tentang perang ?.
Dalam pembahasan masalah ini untuk akan dipakai kerangka analisa yang
didasarkan kepada fakta dan kenyataan sejarah bangsa Indonesia terhadap perang dikaitkan
dengan teori ilmu seni dan azas perang sebagai pisau analisa permasalahan yang ada.
/ Sejak . . .

TERBATAS
TERBATAS
2
Sejak Proklamasi sampai kini bangsa Indonesia telah banyak memperoleh
pengalaman, baik pada waktu perang mempertahankan kemerdekaan maupun pada operasi-
operasi pemulihan keamanan dalam negeri. Dalam merumuskan azas-azas perang yang
sesuai dengan pandangan bangsa Indonesia, maka azas-azas perang universal dikaji dan
dianalisa lebih dulu apakah digunakan dalam aplikasi perang dan operasi-operasi yang
telah lalu. Ternyata bangsa Indonesia juga secara sadar atau tidak menggunakannya/
mempraktekkan azas-azas perang universal disebut diatas. Oleh karenanya azas-azas
perang universal tersebut, juga diyakini sebagai azas-azas perang dalam Doktrin dan buku-
buku petunjuk operasi yang berlaku selama ini, antara lain bisa dijumpai didalam Doktrin
Tri Ubaya Sakti Cadek ’66, Doktrin Operasi TNI AD atau di naskah-naskah sekolah di
berbagai jenjang pendidikan TNI.
Disamping itu bangsa Indonesia juga merumuskan beberapa azas tambahan atau
azas-azas khusus yang merupakan penemuan bangsa Indonesia sendiri dari pengalaman
perangnya. Azas-azas khusus itu merupakan azas-azas dari Doktrin Hanta yang dianut dan
diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia. Azas-azas khusus tersebut adalah :
1) Perlawanan teratur secara terus menerus. 2) Tidak mengenal menyerah. 3) Keutuhan dan
kesatuan ideologi dan politik 4) Kekenyalan dalam pikiran dan tindakan. 5) Penyebaran
untuk menghindari pemusnahan. Azas-azas khusus tersebut tidak berarti lepas dari azas-
azas perang universal, perumusannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta falsafah
perang Indonesia. Azas perlawanan teratur secara terus menerus merupakan penjabaran
dan penekanan dari azas kesatuan komandan baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan
dan berkaitan dengan kondisi kekuatan perang musuh yang melakukan invasi lebih unggul
dari kekuatan kita.
Upaya mempertahankan keutuhan bangsa bangsa dan negara ini terus dilakukan
dengan gigih, melibatkan semua komponen bangsa termasuk TNI yang memang tidak
terpisahkan dari sejarah perjuangan bangsa. Berbagai pemberontakan silih berganti muncul
dan kesemuanya dapat ditumpas oleh TNI bersama-sama seluruh rakyat Indonesia, seperti :
1) Pemberontakan PKI tahun 1948 di Madiun oleh Muso mendirikan Negara Soviet
Republik Indonesia. 2) DI/TII Jawa Barat tahun 1949 oleh Sekarmaji Marijan
Kartosuwiryo mendirikan negara yang dikepalai seorang imam berdasarkan religi yang
fanatik dan dogmatik. 3) Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) 1950 oleh Raymon Piere
Westerling menjadikan Indonesia sebagai jajahan Belanda. 4) Andi Aziz tahun 1950 oleh
Kapten KNIL Andi Aziz di Makassar mempertahankan Negara Indonesia Timur dan
/ menolak . . .

TERBATAS
TERBATAS
3
menolak pasukan TNI. 5) RMS tahun 1950 oleh DR CH.R. Soumokil di Maluku
mendirikan negara terlepas dari NKRI setelah gagal membantu pemberontakan Andi Aziz.
6) DI/TII Kalimantan Selatan 1950 oleh Ibnu Hajar karena ketidakpuasan Ibnu Hajar
pindah ke Kalbar. 7) DI/TII Sulawesi 1953 oleh Kahar Muzakar karena tidak setuju
terhadap keputusan masuknya Korps Cadangan Nasional atau CTN ke dalam APRIS secara
bertahap. 8) DI/TII Aceh 1953 oleh T. Moch Daud Beureuh karena ketidakpuasan terhadap
keputusan pemerintah yang menjadikan Aceh keresidenan dalam Provinsi Sumut. 9)
Permesta 1957 di Makassar karena tidak puas dengan APRIS. 10) PRRI 1958 di Padang
oleh Ahmad Husin, Maludin Simbolon, Dahlan Jambek dan Syafrudin Prawiranegara
karena ketimpangan pembangunan. 11) Organisasi Papua Merdeka (OPM) 1964 di
Ayamaru oleh T.T Aronggear Lodewijk Mandadan dan Ferry Awom dibentuk Belanda
melalui putra daerah mendirikan negara Papua. 12) G 30 S/PKI untuk mendirikan negara
yang berediologi komunis menggantikan ideologi Pancasila. 13) Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) 4 Desember 1976 oleh Hasan Tiro karena ketimpangan ekonomi dan bermuara
kepada pemisahan dari NKRI.
Universalitas yang mewarnai reformasi Bangsa Indonesia telah menimbulkan
berbagai konflik di seluruh penjuru tanah air. Ide separatisme muncul kembali dan
dianggap sebagai bagian dari praktek demokrasi yang diartikan dengan logika sempit
sebagai kebebasan menentukan nasib sendiri. Upaya-upaya untuk mengatasi
SEPARATISME dan ANARKISME oleh militer dianggap sebagai tindakan anti demokrasi.
Pemahaman kebebasan/demokrasi oleh sebagian masyarakat Indonesia mengarah kepada
keinginan melepaskan diri dari NKRI serta mengembangkan pandangan yang sempit di
kalangan masyarakat, telah menggejala dan dimunculkan sebagai wacana. Hal ini telah
mengakibatkan semakin longgarnya ikatan yang kokoh dan kuat yang selama ini telah
susah payah dibangun bersama oleh segenap komponen bangsa Indonesia menjadi semakin
rentan dan mudah diprovokasi oleh pihak-pihak dari dalam dan luar negeri yang memang
tidak menginginkan NKRI, utuh dan kuat.
Demokrasi bukanlah tujuan utama, tetapi sebagai wahana untuk mewujudkan
kepentingan nasional. Bukan sebaliknya kepentingan nasional dikorbankan untuk sekedar
mempraktekkan demokrasi. Tegak atau hancurnya suatu bangsa sangat tergantung kepada
bangsa itu sendiri. Intervensi asing yang akan menjadi penyebab lenyapnya Indonesia dari
peta-peta kalangan bangsa terhormat di dunia harus kita lawan bersama.

/ Perang . . .

TERBATAS
TERBATAS
4
Perang Modern dalam konteks menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Perang ini
merupakan perang masa kini yang tidak harus berbentuk invasi militer seperti masa lalu
yaitu penghancuran secara total. Namun, perang ini menggunakan potensi dalam suatu
negara serta cybernetic sehingga akibat yang ditimbulkannya jauh lebih dahsyat dari perang
masa lalu. Karena yang diserang dan dirusak seluruh aspek kehidupan meliputi
IPOLEKSOSBUD dan militer. Pentahapannya diawali dengan merubah paradigma
berfikir dan selanjutnya akan berdampak pada aspek lainnya dengan memanfaatkan
kelemahan dan celah rentannya kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemudian dengan
memanfaatkan sel-sel perlawanan dan mengibarkan separatisme serta mengadu domba dan
memecah belah kekuatan dari komponen bangsa yang ada sehingga kekuatan tentaranya
menjadi lemah dan selanjutnya negara menjadi lemah pada akhirnya negara terpecah atau
setidak-tidaknya timbul ketergantungan kepada negara lain. Keadaan seperti ini akan
sangat mungkin terjadi di negara ini bila ikatan kesatuan dan persatuan kita semakin
longgar sehingga pertikaian antar sesama anak bangsa terus berlangsung, tidak segera
menyadari serta mengambil sikap untuk melawannya.
Dari pembahasan diatas kita dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1) Negara perlu sekali mempunyai suatu kekuatan yang siap sedia yang sewaktu-waktu
dapat dipergunakan untuk melindungi hak-hak mempertahankan diri, mencegah serangan
dan menegakkan hukum. Penggunaan kekuatan secara sewenang-wenang hendaknya
dicegah, untuk memperoleh kekuatan yang baik, diperlukan hukum yang baik. Kalau
dikatakan bahwa hukum tanpa kekuatan adalah impotent, maka kekuatan tanpa hukum
adalah anarki. Karena itu perlu jugalah ada hukum yang menentukan keadaan dimana
penggunaan kekuatan itu dibenarkan dan hukum yang mengatur cara penggunaannya.
Kekuatan yang baik dan hukum yang baik dengan lain perkataan suatu kekuatan yang
dipergunakan berdasarkan hukum-hukum yang baik dengan tujuan menegakkan suatu
hukum yang baik akan melahirkan ketertiban yang diharapkan. Lagi pula kalau kita
menerima bahwa perang itu kejahatan, immoral, asosial dan tidak dapat dipertanggung
jawabkan, maka hendaknya diusahakan penggunaan kekuatan (kekerasan) itu berdasarkan
moral dan hendaknya pula, diusahakan agar pimpinan perang itu bermoral pula, agar
dengan demikian tindakan kekerasan itu dapat diterima dan didukung oleh pendapat umum
dan perdamaian dapat diselamatkan. Faham tentang penggunaan kekuatan yang dianut
suatu negara itu mempunyai pengaruh terhadap pendidikan yang diberikan kepada para
calon ahli mempergunakan kekerasan itu dan faham itu adalah merupakan syarat yang
/ harus . . .

TERBATAS
TERBATAS
5
harus dipenuhi oleh mereka, khususnya para negarawan dan pimpinan militer. Sarana
penggunaan kekuatan itu harus baik ini berarti juga bahwa sarana itu harus cukup kuat dan
terpelihara. Angkatan perang yang lemah dapat disamakan dengan meriam yang sudah
berkarat, ia tidak hanya berbahaya bagi yang memakainya, tetapi ia juga mengiklankan
ketidakmampuannya kepada lawan dan memberikan perasaan aman yang palsu bagi bangsa
sendiri. Tentara yang tidak terpelihara akan kehilangan disiplin yang merupakan sifat dan
syarat utama yang harus dipunyai oleh suatu tentara yang baik, karena itu angkatan perang
itu perlu dipelihara dengan baik. Angkatan Perang yang tidak terpelihara seperti dikatakan
tadi kecuali mengiklankan ketidakmampuannya akan memancing serangan pihak lain dan
tidak akan mampu memberikan perlindungan bagi masyarakat yang mempunyainya, malah
ia akan menjadi penyakit bagi masyarakat itu. Untuk memungkinkan penyiapan kekuatan
bagi membela diri dari suatu negara dimana harus dilandaskan pada plaform azas-azas
hukum yang lazim berlaku di tiap negara, maka pihak pemerintah menetapkan sejumlah
kebijaksanaan dalam bidang pertahanan. Kebijaksanaan ini juga diiringi kebijaksanaan
pemerintah dibidang lain. 2) Disamping itu perlu juga kita mempelajari ilmu pengetahuan
perang sebagai akibat kebutuhan akan mempersiapkan diri untuk berperang, dengan lain
perkataan mempergunakan kekuatan tadi untuk mencapai suatu tujuan atau untuk menuntut
suatu hak, memaksakan suatu kehendak atau untuk mempertahankan diri. Untuk
menentukan apa yang harus dipelajari dalam ilmu pengetahuan perang serta menentukan
tujuan mempelajari ilmu perang, perlulah kita berpegang kepada pendirian yang telah kita
tentukan dalam pembahasan yang lalu. Jika tuan menghendaki perdamaian, tuan harus
mengenal perang. Kita harus mengenal sebab-sebabnya, segi, bentuk, cara dan akibatnya
serta untuk ruginya. Dalam mempelajari ilmu pengetahuan perang kita perlu mempelajari :
a) Sebab-sebabnya agar kita dapat memecahkan dan menghindarkannya, kalau tidak
dapat mencegah dan menghindarinya, setidak-tidaknya hendaknya diusahakan
membatasinya. b) Segi dan berbagai masalahnya agar kita dapat mempersiapkan dan
melaksanakannya. c) Akibat-akibatnya, agar kita dapat mengatasi atau memperkecil semua
akibat itu. 3) Kalau didalam pembahasan yang lalu kita dikatakan perang itu suatu gejala
masyarakat, dapatlah kita menarik kesimpulan bahwa untuk mempelajari ilmu pengetahuan
perang perlulah kita mempelajari masyarakat dengan segala seginya. Ini memberikan
kesimpulan kepada kita bahwa ilmu perang sebagai ilmu kultural tidak lepas dari ilmu
kultural lain-lainnya.

/ Demikianlah . . .

TERBATAS
TERBATAS
6
Demikianlah tulisan essay mengenai "Pandangan Bangsa Indonesia terhadap
perang" sebagai gambaran mengenai pentingnya bangsa Indoensia selalu menjaga
kekuatan angkatan perangnya / TNI dihadapkan kepada berbagai permasalahan bangsa
Indonesia yang dihadapi saat ini dan masa yang akan datang, semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, Februari 2006


PASIS

RUSLAN EFFENDY
MAYOR INF NRP 1910024270167

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai