Silabus: Kedudukan Inspektur Bangunan (BI), etika profesi, tanggung-jawab dan wewenang
BI, konflik kepentingan, imparsial, konsistensi, dan kompetensi, kerahasiaan informasi,
Hak atas Kekayaan Intelektual, Keselamtan dan Kesehatan Kerja.
Konsep Building Inspector (BI) atau Inspektur Bangunan adalah hal yang baru dalam industri
konstruksi di Indonesia; padahal BI sangat diperlukan sebagai salah satu mata rantai kendali mutu
dalam menjaga keselamatan publik. BI sendiri memiliki peran yang penting dan strategis dalam
rangkaian pembangunan-pengujian-pengoperasian atas segala jenis bangunan, yang dalam kasus ini
dikhususkan kepada bangunan gedung dan rumah tinggal. BI berkedudukan pada titik singgung antara
kegiatan lapangan yang umumnya diselenggarakan oleh pelaksana/ pengawas/ pemilik dengan pihak
regulator sebagai kepanjangan tangan pemerintah daerah (kabupaten/ kota). Untuk itu BI perlu
menyadari benar peran pentingnya tersebut dan senantiasa bersikap obyektif, jujur, menjunjung tinggi
martabat profesi, mandiri dalam mengambil keputusan profesi yang didasarkan atas ilmu pengetahuan
terkini dan perangkat hukum, serta mampu bekerja sama dengan semua pihak terkait. Bahasan berikut
diharapkan dapat lebih menjelaskan peranan BI.
Seperti halnya dengan profesi-profesi yang lainnya, hasil kepakaran profesi ‘tukang’ insinyur ini
akan erat berkaitan dengan masalah kehidupan manusia. Banyak hal-hal yang akan memicu
kontroversi pada saat sebuah karya keinsinyuran sedang dicoba maupun pada saat hendak
diaplikasikan.
Ada berbagai macam kode etik yang dibuat oleh berbagai-macam asosiasi profesi keinsinyuran
yang ada, meskipun secara prinsipiil tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan dari kode etik yang
satu dibandingkan dengan yang lainnya. Struktur dari kode etik profesi tersebut umumnya diawali
dengan hal-hal yang bersifat umum seperti yang tercantum di bagian pendahuluan, mukadimah atau
general introductory; dan selanjutnya diikuti dengan serangkaian pernyataan dasar atau canon (dari
bahasa latin yang berarti aturan). Canon ini kemudian dijabarkan secara lebih luas lagi dengan
memberikan uraian penjelasan untuk hal-hal yang bersifat khusus dan/ atau spesifik. Kode etik
insinyur yang dipublikasikan oleh Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET,
1985) memulainya dengan dengan introduksi umum yang berisikan pernyataan tentang empat prinsip
etika dasar profesi keinsinyuran sebagai berikut:
Engineers uphold and advance the integrity, honor and dignity of the engineering profession by:
a) using their knowledge and skill for the enhancement of human welfare;
b) being honest and impartial, and serving with fidelity the public, their employers and clients;
Selanjutnya kode etik versi ABET tersebut diakhiri dengan tujuh fundamental canon yang
kemudian dilengkapi lagi dengan uraian penjelasan yang termuat dalam Suggested Guidelines for Use
with the Fundamental Cannons of Ethics.
0.2.4 Kewajiban
Kode etik harus dilaksanakan tanpa toleransi sedikitpun atas penyimpangannya (zero tolerance).
Sehubungan Building Inspector (BI) atau Inspektur Bangunan belum memiliki kode etiknya sendiri
dan mengingat bahwa konsep BI ini merupakan kali pertama maka nilai-nilai kode etik akan diambil
dan diabstraksikan dari kode etik Persatuan Insinyur Indonesia, IAI, dan Tim Ahli Bangunan Gedung
di atas. Berdasarkan nilai-nilai kode etik ketiga asosiasi profesi tersebut maka diusulkan beberapa
ketentuan yang wajib dilaksanakan oleh BI sebagai berikut:
a) Melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab, jujur, dan profesional.
b) Menjaga data dan/ atau informasi yang tertuang didalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat serta
Gambar-gambar Kerja (Construction Drawings) dan segala turunan dan/ atau addendum-nya
dalam bentuk softcopy maupun hardcopy bagi dirinya sendiri, tidak berbagi dengan pihak lain
manapun, sehingga tidak ada pihak manapun yang dapat mengakses atau memperolehnya atau
menggunakannya, baik sebagian maupun seluruhnya.