Anda di halaman 1dari 54

TEKNOLOGI TEPAT GUNA

WARINTEK - Menteri Negara Riset dan Teknologi

Alat Pengolahan | Budidaya Pertanian | Budidaya Perikanan | Budidaya Peternakan |


Pengelolaan dan Sanitasi | Pengolahan Pangan

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

BUDIDAYA IKAN LELE


( Clarias )

1. SEJARAH SINGKAT

Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di
Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan
maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis),
ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika),
plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam
bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah
ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai
dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat
noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele
berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim
penghujan.

2. SENTRA PERIKANAN

Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan di Thailand, India, Philipina
dan Indonesia. Di Thailand produksi ikan lele ± 970 kg/100m2/tahun. Di India (daerah Asam)
produksinya rata-rata tiap 7 bulan mencapai 1200 kg/Ha.

3. JENIS

Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986)


adalah:
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Klas : Pisces
Sub-klas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias

Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:


1. Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan
maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).
2. Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang).
3. Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa
Tengah), wiru (Jawa Barat).
4. Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh
(Kalimantan Selatan).
5. Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang
(Kalimantan Timur).
6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat fish, berasal
dari Afrika.

4. MANFAAT

1. Sebagai bahan makanan


2. Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau ikan
hias.
3. Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi
berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele.
4. Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit
asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah dan lain-
lain.

5. PERSYARATAN LOKASI

1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak
berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya lele dapat
berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolamkebun, dan blumbang.
2. Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya
maksimal 700 m dpl.
3. Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
4. Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber
air dan tidak dekat dengan jalan raya.
5. Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada di
bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
6. Ikan lele dapat hidup pada suhu 20°C, dengan suhu optimal antara 25-28°C. Sedangkan
untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-
30°C dan untuk pemijahan 24-28 ° C.
7. Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun
kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.
8. Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau
mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan
ikan.
9. Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan
alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
10. Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup,
seperti enceng gondok.
11. Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm dan optimal
50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60
cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang dewasa
sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari
12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.
12. Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :
1. Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
2. Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
3. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
4. Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah
dipasang.
5. Kedalaman air 30-60 cm.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya tidak terlalu luas.
Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Bentuk
dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung selera pemilik dan lokasinya.
Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat permanen.
Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas dari pencemaran
maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya harus dipertahankan.
Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan
menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air (plankton). Alat untuk
mengukur kekeruhan air disebut secchi. Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia lele
(minggu) sesuai angka secchi :
o Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50
o Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40
o Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30
2. Penyiapan Bibit
1. Menyiapkan Bibit
1. Pemilihan Induk
1. Ciri-ciri induk lele jantan:
 Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.
 Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele
betina.
 Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke
arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna
kemerahan.
 Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng
(depress).
 Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk
ikan lele betina.
 Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke
arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental
(spermatozoa-mani).
 Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.
2. Ciri-ciri induk lele betina
 Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
 Warna kulit dada agak terang.
 Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun),
berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di
belakang anus.
 Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak
cembung.
 Perutnya lebih gembung dan lunak.
 Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian
perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-
kuningan (ovum/telur).
3. Syarat induk lele yang baik:
 Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan.
 Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam
sejak kecil supaya terbiasa hidup di kolam.
 Berat badannya berkisar antara 100-200 gram, tergantung
kesuburan badan dengan ukuran panjang 20-5 cm.
 Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak
luka, dan lincah.
 Umur induk jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk
betina berumur satu tahun.
 Frekuensi pemijahan bisa satu bula sekali, dan sepanjang
hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat
apabila makanannya
mengandung cukup protein.
4. Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat mulai
berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang
betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam
kolam tersendiri untuk dipijahkan.
5. Perawatan induk lele:
 Selama masa pemijahan dan masa perawatan, induk ikan
lele diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti
cincangan daging
bekicot, larva lalat/belatung, rayap atau makanan buatan
(pellet). Ikan lele membutuhkan pellet dengan kadar
protein yang relatif
tinggi, yaitu ± 60%. Cacing sutra kurang baik untuk
makanan induk lele, karena kandungan lemaknya tinggi.
Pemberian cacing sutra
harus dihentikan seminggu menjelang perkawinan atau
pemijahan.
 Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah
5-10% dari berat total ikan.
 Setelah benih berumur seminggu, induk betina dipisahkan,
sedangkan induk jantan dibiarkan untuk menjaga anak-
anaknya. Induk jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-
anak lele sudah berumur 2 minggu.
 Segera pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau yang
terserang penyakit untuk segera diobati.
 Mengatur aliran air masuk yang bersih, walaupun
kecepatan aliran tidak perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.
2. Pemijahan Tradisional
1. Pemijahan di Kolam Pemijahan
1. Kolam induk:
 Kolam dapat berupa tanah seluruhnya atau tembok
sebagian dengan dasar tanah.
 Luas bervariasi, minimal 50 m2.
 Kolam terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian dangkal
(70%) dan bagian dalam (kubangan) 30 % dari
luas kolam. Kubangan ada di bagian tengah kolam
dengan kedalaman 50-60 cm, berfungsi untuk
bersembunyi induk, bila kolam disurutkan airnya.
 Pada sisi-sisi kolam ada sarang peneluran dengan
ukuran 30x30x25 cm3, dari tembok yang dasarnya
dilengkapi saluran pengeluaran dari pipa paralon
diamneter 1 inchi untuk keluarnya banih ke kolam
pendederan.
 Setiap sarang peneluran mempunyai satu lubang
yang dibuat dari pipa paralon (PVC) ukuran ± 4
inchi untuk masuknya induk-induk lele.
 Jarak antar sarang peneluran ± 1 m.
 Kolam dikapur merata, lalu tebarkan pupuk
kandang (kotoran ayam) sebanyak 500-750
gram/m2.
 Airi kolam sampai batas kubangan, biarkan selama
4 hari. Kolam Rotifera (cacing bersel tunggal):
 Letak kolam rotifera di bagian atas dari kolam
induk berfungi untuk menumbuhkan makanan
alami ikan (rotifera).
 Kolam rotifera dihubungkan ke kolam induk dengan
pipa paralon untuk mengalirkan rotifera.
 Kolam rotifera diberi pupuk organik untuk
memenuhi persyaratan tumbuhnya rotifera.
 Luas kolam ± 10 m2.
2. Pemijahan:
 Siapkan induk lele betina sebanyak 2 x jumlah
sarang yang tersedia dan induk jantan sebanyak
jumlah sarang; atau satu pasang per sarang; atau
satu pasang per 2-4 m2 luas kolam (pilih salah
satu).
 Masukkan induk yang terpilih ke kubangan, setelah
kubangan diairi selama 4 hari.
 Beri/masukkan makanan yang berprotein tinggi
setiap hari seperti cacing, ikan rucah, pellet dan
semacamnya, dengan dosis (jumlah berat
makanan) 2-3% dari berat total ikan yang
ditebarkan .
 Biarkan sampai 10 hari.
 Setelah induk dalam kolam selama 10 hari, air
dalam kolam dinaikkan sampai 10-15 cm di atas
lubang sarang peneluran atau kedalaman air dalam
sarang sekitar 20-25 cm. Biarkan sampai 10 hari.
Pada saat ini induk tak perlu diberi makan, dan
diharapkan selama 10 hari berikutnya induk telah
memijah dan bertelur. Setelah 24 jam, telur telah
menetas di sarang, terkumpullah benih lele. Induk
lele yang baik bertelur 2-3 bulan satu kali bila
makanannya baik dan akan bertelur terus sampai
umur 5 tahun.
 Benih lele dikeluarkan dari sarnag ke kolam
pendederan dengan cara: air kolam disurutkan
sampai batas kubangan, lalu benih
dialirkan melalui pipa pengeluaran.
 Benih-benih lele yang sudah dipindahkan ke kolam
pendederan diberi makanan secara intensif, ukuran
benih 1-2 cm, dengan
kepadatan 60 -100 ekor/m2.
 Dari seekor induk lele dapat menghasilkan ± 2000
ekor benih lele. Pemijahan induk lele biasanya
terjadi pada sore hari atau malam hari.
2. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Berpasangan
0. Penyiapan bak pemijahan secara berpasangan:
 Buat bak dari semen atau teraso dengan ukuran 1
x 1 m atau 1 x 2 m dan tinggi 0,6 m.
 Di dalam bak dilengkapi kotak dari kayu ukuran 25
x 40x30 cm tanpa dasar sebagai sarang
pemijahan. Di bagian atas diberi lubang dan diberi
tutup untuk melihat adanya telur dalam sarang.
Bagian depan kotak/sarang pemijahan diberi
enceng gondok supaya kotak menjadi gelap.
 Sarang pemijahan dapat dibuat pula dari tumpukan
batu bata atau ember plastik atau barang bekas
lain yang memungkinkan.
 Sarang bak pembenihan diberi ijuk dan kerikil
untuk menempatkan telur hasil pemijahan.
 Sebelum bak digunakan, bersihkan/cuci dengan air
dan bilas dengan formalin 40 % atau KMnO4
(dapat dibeli di apotik); kemudian bilas lagi dengan
air bersih dan keringkan.
1. Pemijahan:
 Tebarkan I (satu) pasang induk dalam satu bak
setelah bak diisi air setinggi ± 25 cm. Sebaiknya
airnya mengalir. Penebaran dilakukan pada jam
14.00–16.00.
 Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan
yang intensif. Setelah ± 10 hari, diharapkan
sepasang induk ini telah memijah, bertelur dan
dalam waktu 24 jam telur-telur telah menetas.
Telur-telur yang baik adalah yang berwarna kuning
cerah.
 Beri makanan anak-anak lele yang masih kecil
(stadium larva) tersebut berupa kutu air atau anak
nyamuk dan setelah agak besar
dapat diberi cacing dan telur rebus.
3. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Masal
0. Penyiapan bak pemijahan secara masal:
 Buat bak dari semen seluas 20 m2 atau 50 m2,
ukuran 2x10 m2 atau 5x10 m2.
 Di luar bak, menempel dinding bak dibuat sarang
pemijahan ukuran 30x30x30 cm3, yang dilengkapi
dengan saluran pengeluaran benih dari paralon
(PVC) berdiameter 1 inchi. Setiap sarang dibuatkan
satu lubang dari paralon berdiameter 4 inchi.
 Dasar sarang pemijahan diberi ijuk dan kerikil
untuk tempat menempel telur hasil pemijahan.
 Sebelum digunakan, bak dikeringkan dan dibilas
dengan larutan desinfektan atau formalin, lalu
dibilas dengan air bersih; kemudian keringkan.
1. Pemijahan:
 Tebarkan induk lele yang terpilih (matang telur)
dalam bak pembenihan sebanyak 2xjumlah sarang
, induk jantan sama banyaknya dengan induk
betina atau dapat pula ditebarkan 25-50 pasang
untuk bak seluas 50 m2 (5x10 m2), setelah bak
pembenihan diairi setinggi 1 m.
 Setelah 10 hari induk dalam bak, surutkan air
sampai ketinggian 50- 60 cm, induk beri makan
secara intensif.
 Sepuluh hari kemudian, air dalam bak dinaikkan
sampai di atas lubang sarang sehingga air dalam
sarang mencapai ketinggian 20-25 cm.
 Saat air ditinggikan diharapkan induk-induk
berpasangan masuk sarang pemijahan, memijah
dan bertelur. Biarkan sampai ± 10 hari.
 Sepuluh hari kemudian air disurutkan lagi, dan
diperkirakan telur-telur dalam sarang pemijahan
telah menetas dan menjadi benih lele.
 Benih lele dikeluarkan melalui saluran pengeluaran
benih untuk didederkan di kolam pendederan.
3. Pemijahan Buatan
Cara ini disebut Induced Breeding atau hypophysasi yakni merangsang
ikan lele untuk kawin dengan cara memberikan suntikan berupa cairan
hormon ke dalam tubuh ikan. Hormon hipophysa berasal dari kelenjar
hipophysa, yaitu hormon gonadotropin. Fungsi hormon gonadotropin:
 Gametogenesis: memacu kematangan telur dan sperma, disebut
Follicel Stimulating Hormon. Setelah 12 jam penyuntikan, telur
mengalami ovulasi (keluarnya telur dari jaringan ikat indung telur).
Selama ovulasi, perut ikan betina akan membengkak sedikit demi
sedikit karena ovarium menyerap air. Saat itu merupakan saat
yang baik untuk melakukan pengurutan perut (stripping).
 Mendorong nafsu sex (libido)
2. Perlakuan dan Perawatan Bibit
1. Kolam untuk pendederan:
0. Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan
tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin,
sehingga apabila bergesekan dengan tubuh benih lele tidak akan
melukai. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air.
Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, di
mana yang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai
dipasang pralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.
1. Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit
dengan 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding
kolam. Di antara 2 bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari
bahan plastik berukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku.
2. Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air
untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan
dengan pipa
plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam.
Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai
gantungan.
3. Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain.
Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan
mengatur ketinggian pipa plastik.
4. Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm,
dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
2. Penjarangan:
0. Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan
karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume
ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.
 Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan
:
 Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.
 Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat
memicu mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil
dimakan oleh ikan
yang lebih besar).
 Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan
NH3, dan O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele
terhambat.
1. Cara penjarangan pada benih ikan lele :
 Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000 ekor/m2
 Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2
 Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2
3. Pemberian pakan:
0. Hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari
kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas.
1. Hari keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton,
yaitu Daphnia dan Artemia yang mempunyai protein 60%.
Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70% x biomassa setiap
hari yang dibagi dalam 4 kali pemberian. Makanan ditebar disekitar
tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian
pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan dengan
makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit
dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum
pemberian zooplankton. Makanan yang berupa teoung dapat
terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit
bubur nestum.
2. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
3. Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32% x
biomassa setiap hari.
4. Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
5. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
6. Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.
4. Pengepakan dan pengangkutan benih
0. Cara tertutup:
 Kantong plastik yang kuat diisi air bersih dan benih
dimasukkan sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik
dikeluarkan. O2 dari tabung dimasukkan ke dalam air
sampai volume udara dalam plastik 1/3–1/4 bagian. Ujung
plastik segera diikat rapat.
 Plastik berisi benih lele dimasukkan dalam kardus atau peti
supaya tidak mudah pecah.
1. Cara terbuka dilakukan bila jarak tidak terlalu jauh:
 Benih lele dilaparkan terlebih dahulu agar selama
pengangkutan, air tidak keruh oleh kotoran lele. (Untuk
pengangkutan lebih dari 5 jam).
 Tempat lele diisi dengan air bersih, kemudian benih
dimasukkan sedikit demi sedikit. Jumlahnya tergantung
ukurannya. Benih ukuran
10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal
10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh air
diganti di tempat yang teduh.
3. Pemeliharaan Pembesaran
0. Pemupukan
1. Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk
menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami
bagi benih lele.
2. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan
dosis 500-700 gram/m 2 . Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20
gram/m 2 , dan amonium nitrat 15 gram/m 2 . Selanjutnya dibiarkan
selama 3 hari.
3. Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan
selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau
kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh
sebagai makanan alami lele.
4. Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.
1. Pemberian Pakan
1. Makanan Alami Ikan Lele
0. Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing,
dan serangga air.
1. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol.
Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol.
Diatome),
ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
2. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
3. Ikan lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.
2. Makanan Tambahan
0. Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan
berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan,
tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
1. Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul,
jagung, dan bekicot (2:1:1).
3. Makanan Buatan (Pellet)
0. Komposisi bahan (% berat): tepung ikan=27,00; bungkil kacang
kedele=20,00; tepung terigu=10,50; bungkil kacang tanah=18,00;
tepung kacang hijau=9,00; tepung darah=5,00; dedak=9,00;
vitamin=1,00; mineral=0,500;
1. Proses pembuatan:
Dengan cara menghaluskan bahan-bahan, dijadikan adonan seperti
pasta, dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari
10%.
Penambahan lemak dapat diberikan dalam bentuk minyak yang
dilumurkan pada pellet sebelum diberikan kepada lele. Lumuran
minyak
juga dapat memperlambat pellet tenggelam.
2. Cara pemberian pakan:
 Pellet mulai dikenalkan pada ikan lele saat umur 6 minggu
dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum
pemberian makanan
yang berbentuk tepung.
 Pada minggu 7 dan seterusnya sudah dapat langsung
diberi makanan yang berbentuk pellet.
 Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari,
karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.
2. Pemberian Vaksinasi
Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan:
1. Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang
berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan
dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan
kebal selama 6 bulan.
2. Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan
menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.
3. Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam lele
dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.
3. Pemeliharaan Kolam/Tambak
1. Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk
memberantas hama dan bibit penyakit.
2. Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara mengganti
semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2
malam.
3. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan
dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m 2 selama satu minggu.
Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian
dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.

7. HAMA DAN PENYAKIT

1. Hama dan Penyakit


1. Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu
kehidupan lele.
2. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara
lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan
gabus dan belut.
3. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang
hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak
banyak diserang hama. Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh
organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang
berukuran kecil.
1. Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas
hydrophylla
Bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk yang terletak
di ujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk bergerak, berukuran
0,7–0,8 x 1–1,5 mikron. Gejala: iwarna tubuh menjadi gelap, kulit kesat
dan timbul pendarahan, bernafas megap-megap di permukaan air.
Pengendalian: memelihara lingkungan perairan agar tetap bersih,
termasuk kualitas air. Pengobatan melalui makanan antara lain: (1)
Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7–10 hari
berturut-turut. (2) Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3–
4 hari.
2. Penyakit Tuberculosis
Penyebab: bakteri Mycobacterium fortoitum). Gejala: tubuh ikan berwarna
gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan
limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring,
bintik putih di sekitar mulut dan sirip. Pengendalian: memperbaiki kualitas
air dan lingkungan kolam. Pengobatan: dengan Terramycin dicampur
dengan makanan 5–7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5–15 hari.
3. Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.
Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau
ikan yang kondisinya lemah. Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang
halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah,
menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya.
Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.
Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada
Malachyte Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit dan telur direndam
Malachyte Green Oxalate 0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm
selama 15 menit.
4. Penyakit Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis
Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang
amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius
multifilis. Gejala: (1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di
permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip
dan insang; (3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau
dinding kolam. Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.
Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada
campuran larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green
Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam, kemudian ikan diberi air yang
segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.
5. Penyakit Cacing Trematoda
Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing
Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus
menyerang kulit dan sirip. Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka,
kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu.
Pengendalian: (1) direndam Formalin 250 cc/m 3 air selama 15 menit; (2)
Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; (3) mencelupkan tubuh ikan ke
dalam larutan Kalium -Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ± 30 menit;
(4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit; (5) dapat juga memakai
larutan NH4OH 0,5% selama ± 10 menit.
6. Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan. Gejala:
pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga
menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu diamati pada
saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
2. Hama Kolam/Tambak
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya,
kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
1. Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti dengan
yang suhunya lebih dingin.
2. Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
3. Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
4. Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.

8. PANEN

1. Penangkapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:
1. Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu dapat
dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor.
2. Pada lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan
dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan ditambah
5-6 bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.
3. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu
kepanasan.
4. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser
halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.
5. Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
6. Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan
pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.
7. Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2
hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
8. Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.
2. Pembersihan
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
1. Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur
sebanyak 20-200 gram/m 2 pada dinding kolam sampai rata.
2. Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat
kalikus (PK) dengan cara yang sama.
3. Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar
matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang
ada di kolam.

9. PASCAPANEN

1. Setelah dipanen, lele dibersihkan dari lumpur dan isi perutnya. Sebelum dibersihkan
sebaiknya lele dimatikan terlebih dulu dengan memukul kepalanya memakai muntu atau
kayu.
2. Saat mengeluarkan kotoran, jangan sampai memecahkan empedu, karena dapat
menyebabkan daging terasa pahit.
3. Setelah isi perut dikeluarkan, ikan lele dapat dimanfaatkan untuk berbagai ragam
masakan.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

1. Analisis Usaha Budidaya


Analisis Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Desa Bendosewu, Kecamatan Talun,
Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut:
1. Biaya produksi
1. Lahan
 Tanah 123 m 2 Rp. 123.000,-
 Kolam 9 buah Rp. 1.230.000,-
 Perawatan kolam Rp. 60.000,-
2. Bibit/benih
 betina 40 ekor @ Rp. 12.000,- Rp. 480.000,-
 jantan 10 ekor @ Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-
3. Pakan
 Pakan benih Rp. 14.530.300,-
 Pakan induk Rp. 4.818.000,-
4. Obat-obatan Rp. 42.000,-
5. Peralatan
 pompa air3 bh @ Rp. 110.000,- Rp. 330.000,-
 diesel 1 bh @ Rp. 600.000,- Rp. 600.000,-
 sikat 1.bh @.Rp. 25.000,- Rp. 25.000,-
 jaring 1 bh @.Rp. 150.000,- Rp. 150.000,-
 bak 5 bh @ Rp. 3.000,- Rp. 15.000,-
 timba 7 bh @.Rp. 3.000,- Rp. 21.000,-
 alat seleksi 6 bh @.Rp. 4.000,- Rp. 24.000,-
 ciruk 5 bh @. Rp. 1.500,- Rp. 7.500,-
 gayung 5 bh @. Rp.1.000,- Rp. 5.000,-
 selang Rp. 90.000,-
 paralon Rp. 70.000,-
 Perawatan alat Rp. 120.000,-
6. Tenaga kerja Rp. 420.000,-
7. Lain-lain Rp. 492.000,-
8. Biaya tak terduga 10% Rp. 2.522.800,-
Jumlah biaya produksi Rp. 5.045.600,-
2. Pendapatan Rp. 2.220.000,-
3. Keuntungan Rp. 7.174.400,-
4. Parameter kelayakan usaha 25%
5. BEP dalam unit (ekor)
 ukuran 1 1.138
 ukuran 2 325.049
 ukuran 3 65.010
 ukuran 4 6.501
 ukuran 5 11.377
 ukuran 6 260
2. Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya ikan lele, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai
prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan
ikan lele semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh
hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.

11. DAFTAR PUSTAKA

1. Arifin, M.Z. 1991. Budidaya lele. Dohara prize. Semarang.


2. Djamiko, H., Rusdi, T. 1986. Lele. Budidaya, Hasil Olah dan Analisa Usaha. C.V. Simplex.
Jakarta.
3. Djatmika, D.H., Farlina, Sugiharti, E. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V. Simplex.
Jakarta.
4. Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penerbit Swadaya. Jakarta.
5. Simanjutak, R.H. 1996. Pembudidayaan Ikan Lele Lokal dan Dumbo. Bhratara. Jakarta.
6. Soetomo, M.H.A. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru. Bandung.
7. Susanto, H. 1987. Budidaya ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.

12. KONTAK HUBUNGAN

Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;


Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas


Pemijahan Lele Dumbo Secara Alami
Desember 30, 2007 in budidaya

32 Votes

04/08/05 – Informasi: Teknologi-dkp.go.id

Kebutuhan masyarakat akan protein hewani semakin meningkat, hal ini sejalan dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu sumber
protein hewani yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat.
Karena ikan ini sangat mudah dibudidayakan dan dapat hidup dan berkembang pada perairan yang
buruk. Semakin berkembangya usaha budidaya lele, kebutuhan benih dirasa masih kurang.

Berikut diuraikan secara singkat teknik pemijahan lele dumbo, yang dapat dilakukan pada lahan yang
sempit dan menggunakan sarana prasarana yang sederhana.

TEKNIK PEMIJAHAN

1. Menyiapkan Media Pemijahan


1. Menyiapkan bak pemijahan, Bak yang dipergunakan cukup dengan ukuran 2 x 3 m
dengan dalam bak 1 m. Bak dicuci dengan larutan permangkanat dosis 1 sendok teh
dicampur dengan 3 liter air atau 5 gr / m 3 air.
2. Menyiapkan Kakaban, terbuat dari ijuk yang dibingkai dengan bambu.
3. Menyiapkan Air Pemijahan, bak pemijahan diisi dengan air setinggi 40 cm. Air yang
digunakan adalah air dari PDAM.
2. Menyiapkan Induk Lele
1. Merawat Induk Lele, Induk lele yang akan dipijahkan harus diberikan pakan yang baik
agar dapat menghasitkan benih yang baik. Induk lele setiap hari diberikan pakan daging
bekicot atau ikan rucah. Pemberian pakan dilakukan pagi dan sore dengan dosis 10% dari
berat badan. Bak penampungan induk dekat dengan bak pemijahan agar menangkapnya
mudah. Sebaiknya induk jantan dan betina ditempatkan secara terpisah. Untuk menjaga
hal-hal yang tidak diinginkan, perawatan induk-induk dilakukan secara terpisah.
2. Memilih induk lele siap pijah, Ciri-ciri induk betina siap pijah adalah :
 Bagian perut membesar dan lunak kalau diraba,
 Dubur terlihat merah dan lubang pengeluaran telur lunak melebar,
 Membuat gerakan mondar-mandir,

Bagian dubur merah dan lunak dan kalau diurut dari arah perut akan keluar cairan
putih atau sperma.
3. Memijahkan Lele Dumbo
 Isi bak pemijahan dengan air setinggi 40 cm.
 Pasang kakaban hingga menutupi 80% permukaan air. Lepaskan induk-induk lele
yang sudah dipilih dengan perbandingan 1 betina dan 2 jantan.
 Proses pemijahan akan terjadi pada malam hari yang ditandai terlebih dahulu adanya
kejar-kejaran antara induk betina dan jantan mengitari kakaban.
Amati pada pagi hari, telur-telur sudah dilepas dan menempel pada seluruh
permukaan kakaban.
4. Menetaskan Telur
 Menyiapkan bak penetasan telur, bersihkan terlebih dahulu bak-bak dengan
permangkanat.
 Isi air penetasan setinggi 40 cm, pindahkan / angkat kakaban masukan kedalam bak
yang sudah disiapkan.
 Amati telur-telur tersebut setelah 24 jam dan telur-telur tersebut mulai menetas. Telur
yang baik akan menetas sampai 35 jam. Anak ikan yang keluar dari telur masih
sangat kecil dan lemah. Badan transparan dan kalau dilihat dengan microskop akan
terlihat masih mengandung kuning telur. Telur-telur yang tidak terbuahi berwarna
kuning susu dan tidak akan menetas serta akan membusuk. Telur-telur yang terbuahi
terlihat kuning transparan dan akan menetas setelah 34 jam sampai dengan 48 jam
dikeluarkan oleh induk.
5. Pemeliharaan Larva
 Menyiapkan bak untuk budidaya pakan alami berupa dapnia atau cacing rambut.
Cacing rambut banyak dijual di kios-kios pedagang ikan hias.
 Setelah telur lebih dari 48 jam dan sudah terlihat banyak yang menetas maka
kakaban diangkat secara hati- hati.
 Merawat larva, larva yang baru beberapa hari menetas kondisinya masih sangat
lemah. Larva in tidak memerlukan pakan tambahan sampai menunggu kandungan
kuning telurnya habis. Kandungan kuning telur akan habis setelah menetas 7 hari.
Untuk menjaga mortalitas yang tinggi pertu dipasang aerasi.
 Memberi pakan larva. Setetah kandungan 7 hari, kandungan kuning telur yang asd
sudah habis dan harus segera diberi pakan tambahan dari luar. Pakan pertama dapat
diberikan kuning telur yang diblender setiap pagi dan sore sebanyak satu butir per
5000 ekor. Pemberian pakan cacing rambut dapat diberikan setelah 11 hari dan juga
dapnia.
MEMANEN BENIH LELE
Panen benih lele bukan merupakan kegiatan akhir dari kegiatan budidaya. Pemungutan hasil pertama
dilakukan setelah benih berumur 17 sampai 21 hari (panjang t 2,5 cm). Pada ukuran tersebut benih
lele sudah bisa ditebar pada petak pembesaran secara langsung atau ditebar pada tempat
penampungan sambil menunggu pembeli.

ALAT BAHAN PEMANEN


Alat berupa seser, ember, waring, kantong plastik, tali karet, tabung udara, mangkok kecil.
Perhitungan hasil biasanya dilakukan secara manual. Untuk memperoleh benih yang seragam
digunakan ember plastik yang berlubang-lubang.

Sumber:
Warta Jaladri No. 03/01/05
BPPP Tegal
Jl. Martoloyo PO BOX 22 Tegal
Telp. 0283-356393, Fax. 0283-322064
E-mail : bp3tegal@dkp.go.id, bppp_tegal@plasa.com
Panduan Ternak Lele
July 23, 2010 by mastegar

Panduan Ternak Lele – Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah
dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa.
Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air
yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh
masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif
rendah.

Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele
dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara
lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.

Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk
yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya
perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang
berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang
gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai
FCR (Feeding Conversion Rate).

Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil melakukan
rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele
Sangkuriang.

Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di
alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-
udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan
komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi
dan produktivitas.

Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik
pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka peningkatan
produksi Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan tingkat konsumsi
ikan bagi masyarakat Indonesia.

Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di
BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu induk
yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi kepada
instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama
Lele Sangkuriang. Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara
silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam
(F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi
yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985.
Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar
Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara
induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).

Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m – 800 m dpi.
Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan
penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya masih tetap
dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi. Namun bila
budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan tata ruang dan
lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan budidaya yang dikembangkan sejalan dengan
kebijakan yang dilakukan Pemda setempat.

Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam
tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat
memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.

Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur dalam),
ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air yan baik untuk
pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:

Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan
mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta
kelarutan oksigen dalam air.
pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam
tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam,
pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.

Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan
ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam
dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah dasar kolam dibuat parit
(kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran air (monik). Parit dibuat
selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.

Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu
pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau tembok yang
terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada bagian kotak dipasang
papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya diisi dengan tanah dan satu lapis
saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang dikehendaki. Sedangkan
pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon
yang terpasang didasar kolam dibawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk L mencuat
ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam.

Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada
yang lolos keluar/masuk.

Pelaksanaan Budidaya
Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan adalah
tentang kesiapan kolam meliputi:

a. Persiapan kolam tanah (tradisional)


Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar kolam
dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan
menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan
pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor).

Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan maka
dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan).

Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan
memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada
keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga
sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk
memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam.

Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15
gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2.
Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring
Kemudian dilakukan pengisian air kolam.
Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan
alami.
b. Persiapan kolam tembok
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok
tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena parit
dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.
c. Penebaran Benih
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya
didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama
24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak
panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu)
dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih.
Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut
benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut
dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas
air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm.
d. Pemberian Pakan
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan
tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat
total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari.
Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan
rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan
bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.
e. Pemanenan
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari,
dengan bobot antara 200 – 250 gram per ekor dengan panjang 15 – 20 cm. Pemanenan
dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan
kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau lambit. Cara lain
penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu
diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam
ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil
tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang di kolam yang
airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk
dipasarkan.

Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau
jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.

Proses Produksi pada kegiatan pembesaran disajikan Tabel 1.

Tabel 1
Proses pembesaran lele Sangkuriang di bak tembok.

Kriteria Satuan Pembesaran


Ukuran Tanaman
- Umur hari 40
- panjang cm 4 – 8
- bobot gram 4- 6
Ukuran Panen
- Umur hari 130
- panjang cm 15 – 20
- bobot gram 125 – 200
Sintasan % 80-90
Padat Tebar Ekor/m2 50-75
Pakan
- Tingkat Pemberian % bobot 3
- Frekuensi Pemberian kali/hari 3
Tingkat Konversi Pakan 0,8 – 1,2

Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada


permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit
banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. Organisme predator
yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan organisme pathogen yang
sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan
Dactylogyrus sp.

Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang


direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan
penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan
pemasangan plastik di sekeliling kolam.

Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan


budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat
menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.

Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik.
Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi
pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan
pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan
menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi
(bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan.
Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.
Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:

Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan
yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.
Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan
dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai
tanah kolam retak-retak.
Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.
Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum
dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram
dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK
Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik
Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.

Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan ikan.
ANALISA USAHA
Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastik

1. Investasi
a. Sewa lahan 1 tahun @ Rp 1.000.000,- = Rp 1.000.000,-
b. Bak kayu lapis plastik 3 unit @ Rp 500.000,- = Rp 1.500.000,-
c. Drum plastik 5 buah @ Rp 150.000,- = Rp 750.000,-
Rp 3.250.000,-
2. Biaya Tetap
a. Penyusutan lahan Rp 1.000.000,-/1 thn = Rp 1.000.000,-
b. Penyusutan bak kayu lapis plastik Rp 1.500.000,-/2 thn = Rp 750.000,-
c. Penyusutan drum plastik Rp 750.000,-/5 thn = Rp 150.000,-
Rp 1.900.000,-
3. Biaya Variabel
a. Pakan 4800 kg @ Rp 3700 = Rp 17.760.000,-
b. Benih ukuran 5-8 cm sebanyak 25.263 ekor @ Rp 80,- = Rp 2.021.052,63
c. Obat-obatan 6 unit @ Rp 50.000,- = Rp 300.000,-
d. Alat perikanan 2 paket @ Rp 100.000,- = Rp 200.000,-
e. Tenaga kerja tetap 12 OB @ Rp 250.000,- = Rp 3.000.000,-
f. Lain-lain 12 bin @ Rp 100.000,- = Rp 1.200.000,-
Rp 24.281.052,63
4. Total Biaya
Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63
= Rp 26.181.052,63
5. Produksi lele konsumsi 4800 kg x Rp 6000/kg -Rp 28.800.000,
6. Pendapatan
Produksi – (Biaya tetap + Biaya Variabel)
= Rp 28.800.000,- – ( Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63)
= Rp 2.418.947,37
7. Break Event Point (BEP)
Volume produksi = 4.396,84 kg
Harga produksi = Rp 5.496,05

Raharjo Putera

Cara Beternak Ikan Lele

Cara Beternak Ikan Lele

PENGEN DAPET UANG TAMBAHAN : yuk BERTERNAK IKAN LELE !

1. Ikan ini cukup banyak penggemarnya di masyarakat (coba saja lihat warung-warung
pecel lele, ramai terus kan). Sekarang ini, ekspor lele sudah dilakukan oleh perusahaan
dari Belanda. Mereka sudah bisa mengekspor 20 ton lele per hari. vietnam mengekspor
70.000 ton lele pd tahun 2005 untuk pasar amerika dan eropa dengan kisaran harga $ 2,8/kg.

ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut
(Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis),
ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika),
plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang).
Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Hewan
yang di Amerika Serikat disebut Cat Fish ini benar-benar berpotensi memuaskan hobi
memelihara binatang dan mendatangkan pemasukan tambahan bagi Anda.

2. Modal yang dibutuhkan juga kecil koq, 300-500 ribuan.


3. Syaratnya punya tanah/lahan yang kosong agak cukup luas, minimal 3 x 6 meter.
Ayo, coba ukur tanah samping/depan/belakang rumah anda atau bisa menyewa
tempat?

Pertama kali buat 1 kolam ukuran kecil 2m x 3m, gali tanah


sedalam 30 cm, tanah galian lalu urug-kan saja ke sekitar pinggir calon kolam.
Terus beli terpal plastik yang banyak dijual di toko, seharga 50 ribuan (yang
lebih mahal juga ada), tapi ini kualitasnya sudah cukup bagus. Pasang terpal
plastik ke lubang kolam yang telah digali, kedalaman tanah 30 cm, tinggi
permukaan tanah (dengan tanah urug sebelumnya) naik kan jadi 20-30 cm lebih
tinggi dari tanah sekitarnya. Sebagian di atas kolam dibuat atap pelindung,
juga bagus. Sebagian terkena cahaya langsung matahari.
info: Kalau air terlalu dangkal ukuran lele menjadi terlalu pendek karena ikan
kurang bergerak.

Jadilah kolam kita yang berbiaya murah. hemat biaya pasir dan semen, serta
ongkos tukang bukan?

Isi kolam dengan air bebas pencemaran bisa berasal dari air sungai, sumur, PAM
yg sudah diendapkan. kolam sebaiknya diberi pupuk kandang,urea,tsp dan
didiamkan minimal 1 minggu agar terbentuk pakan alami berupa plankton, kolam
harus dlm kondisi air tdk jalan krn lele rentan terhadap perubahan air yg terus
menerus dan lele akan selalu meloncat kearah sumber air mengalir. kedalaman
kolam sebaiknya 120 cm dgn ketinggian air 80 cm. Air kondisikan alami seperti
di rawa/sungai, perbanyak tanaman air. Beri tanam-tanaman air juga bagus,
semisal teratai, ganggang air, kangkung, dsb.
sampai satu minggu jgn dulu kasih pakan (biarkan lele makan pakan alami tadi)

Berikutnya, tinggal beli benih ikan lele, dengan ukuran sebesar ibu jari orang
dewasa, harganya sekitar 100-150 rupiah per ekor. (terkadang
kalo beli bibit ada minimal order)

Coba isi kolam tadi dengan 300-400 ekor benih ikan lele.
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya
didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/M2
selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit. Penebaran
benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak
panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan
penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam
wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya
keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu
kolam.

PAKAN
——
berikan pakan dua kali dalam sehari. Pakannya adalah pelet dan menu tambahan
cacahan jeroan ayam. Menu tambahan ini ikan bisa cepat besar. Menu tambahan ini
juga meningkatkan pertumbuhan lele. “Kalau biasanya sekilo ada tujuh ekor,
setelah diberi pakan tambahan sekilo cuma enam ekor,�

Kalau ada sisa nasi makan malam/siang, masukkan saja ke kolam, biar
nambah-nambah zat makanan.

atau bisa juga pakan utama menggunakan pakan pabrik dgn kandungan protein
>32% dan dpt diberi pakan tambahan berupa limbah peternakan ayam spt bangkai
ayam,usus,telur yg gagal tetas dng terlebih dahulu dibakar/direbus. atau dengan
jeroan ikan,atau ikan-ikan buangan(dipasar bnyk koq).

–tidak wajib– Untuk tambahan Pakannya sediakan seperti dibawah ini;


1. Ampas tahu
2. Katul (dedek halus) dari padi
3. Ikan Asin BS(dihaluskan)lbh bgs di rebus
dgn perbandingan 10:5:1 jd setiap 10 kg ampas tahu,+5kg katul,+ 1kg ikan asin
bs aduk jd satu, berikan sesuai kebutuhan.

Andrew (warning) : piara lele bau (bagi yang sensitif bau) lho… harus tahan
juga wk wk wk

Kalau di awal-awal menabur benih, sebagian ikan mati, jangan panik, ambil saja,
buang.
1 minggu mungkin sekitar 20-30 ekor.
3-4 hari berikutnya ikan akan bertahan hidup normal koq. Nah, tinggal menunggu
sekitar 3 bulan, ikan sudah cukup besar untuk bisa dipanen, dijual dengan harga
sekitar 1000 rupiah per ekor. (asumsi sekilo Rp.7000, biasanya ada 7 ekor lele)
Bibit lele biasanya dibeli dari pasar atau peternak lele (yang memproduksi
benih).
hati-hati dengan bibit yang kuntet (kaga bisa gede)

atau kalau kita sendiri punya lahan sangat luas, bisa membeli 3-4 pasang induk
yang siap bertelur (harga mungkin sekitar 100 ribu per pasang), sekali bertelur
jumlahnya bisa mencapai ratusan ribu tuh, kalau cara merawatnya berhasil banyak
yang berhasil hidup dan tumbuh besar, mungkin butuh kolam ukuran 3×4 m sebanyak
3-4 buah kolam untuk menampung telur.

soal pemasaran, bisa di lingkungan kita sendiri, tawarkan ke pengumpul benih,


atau yang sudah besar tawarkan ke warung-warung makan lele atau jual ke pasar,
ke tukang sayur keliling, pemancingan2 ikan lele, dll harganya mungkin +/- Rp.
7000/kg
Pokoknya jangan jual lele pada bulan-bulan yang tidak ada huruf ‘r’-nya
(mei, juni, juli,agustus ?) Mengapa? Pada bulan-bulan itu banyak petani lele
mengobral lelenya dengan harga murah karena mereka butuh biaya sekolah
anak-anaknya
Bikin saja tulisan di depan rumah “JUAL IKAN LELE KONSUMSI, SEGAR,
GURIH”
Kalau tanah cukup luas, berarti bisa bikin 2-3 kolam lagi yang serupa.

Harga jual lele mencapai puncak paling mahal pada Januari. Pada bulan Januari
pasokan lele berkurang karena pembibitan lele banyak yang gagal. Banyak telur
gagal menetas lantaran pengaruh musim hujan. Berdasarkan pengalaman Vian, air
hujan bisa menurunkan derajat keasaman (pH) air kolam.

Sebenarnya budi daya lele tidak terlalu direpotkan dengan masalah air. Daya
tahan lele sangat tinggi. “Asalkan air selalu penuh dan cukup pakan,�
kata semua pakar lele,

lebih jauh lagi kalo mau tahu Syarat Teknis-nya…

1) Budidaya lele dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m – 800 m dpl


2)Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C.
Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu
makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
3)pH air yang ideal berkisar antara 6 – 9.
4)Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.

Satu bulan setelah bibit dilepas, kolam dijarangkan, lele disortir lele yang
besar-besar sebesar batu baterai. Sekitar empat kwintal lele sebesar batu
baterai itu dipindahkan ke kolam lain. Tujuannya supaya dalam satu kolam ukuran
ikan lele seragam. Kalau tidak seragam lele yang kecil dimakan lele yang lebih
besar. sortir secara kontinue (2 atau 3minggu sekali) untuk memisahkan ukuran
yang besar dan yang kecil untuk mencegah kanibalisme dan kerugian panen.

tehniknya: mungkin perlu punya lebih dari satu kolam, atau ada yang disekat
dengan jaring.
Seandainya pakan tidak dikombinasi dengan jeroan ayam, satu periode panen
memerlukan 30 karung pelet. Jika ditambah jeroan ayam sebanyak 50 kg dalam satu
periode pemeliharaan, pelet bisa dikurangi separuhnya.

Selain itu, masa panen (ukuran konsumsi) lele relatif lebih cepat daripada ikan
konsumsi lainnya. “Kalau gurami baru bisa dipanen sekitar delapan bulan. Lele
sekitar 50 hari,� kata seorang peternak lele.

Andrew :
Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. jadi pikirkan
trick-tricknya biar tidak di PATIL wk wk wk

Selamat mencoba!
kalau stress, coba ambil pakan ikan, malam-malam menjelang maghrib, taburkan ke
atas kolam, lihat betapa asyiknya melihat ikan-ikan berlomba memangsa makanan

Jangan lupa, perdalam ilmu memelihara ikan dengan menggali ilmu dari buku-buku
di toko buku.

COBA AJA
DULU….

Buat 1 kolam ukuran kecil 2m x 3m, gali tanah sedalam 30 cm, tanah galian lalu urug-kan
saja ke sekitar pinggir calon kolam. Terus beli terpal plastik yang banyak dijual di toko,
seharga 50 ribuan (yang lebih mahal juga ada), tapi ini kualitasnya sudah cukup bagus.
Pasang terpal plastik ke lubang kolam yang telah digali, kedalaman tanah 30 cm, tinggi
permukaan tanah (dengan tanah urug sebelumnya) naik kan jadi 20-30 cm lebih tinggi dari
tanah sekitarnya. Sebagian di atas kolam dibuat atap pelindung, juga bagus. Sebagian terkena
cahaya langsung matahari.
info: Kalau air terlalu dangkal ukuran lele menjadi terlalu pendek karena ikan kurang
bergerak.

Jadilah kolam kita yang berbiaya murah. hemat biaya pasir dan semen, serta ongkos tukang
bukan?

Isi kolam dengan air bebas pencemaran bisa berasal dari air sungai, sumur, PAM yg sudah
diendapkan. kolam sebaiknya diberi pupuk kandang,urea,tsp dan didiamkan minimal 1
minggu agar terbentuk pakan alami berupa plankton, kolam harus dlm kondisi air tdk jalan
krn lele rentan terhadap perubahan air yg terus menerus dan lele akan selalu meloncat kearah
sumber air mengalir. kedalaman kolam sebaiknya 120 cm dgn ketinggian air 80 cm. Air
kondisikan alami seperti di rawa/sungai, perbanyak tanaman air. Beri tanam-tanaman air juga
bagus, semisal teratai, ganggang air, kangkung, dsb.
sampai satu minggu jgn dulu kasih pakan (biarkan lele makan pakan alami tadi)

Berikutnya, tinggal beli benih ikan lele, dengan ukuran sebesar ibu jari orang dewasa,
harganya sekitar 100-150 rupiah per ekor. (terkadang kalo beli bibit ada minimal order)

Coba isi kolam tadi dengan 300-400 ekor benih ikan lele.
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya
didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/M2 selama
24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit. Penebaran benih sebaiknya
dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke
kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air
kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah
teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju
lingkungan yang baru yaitu kolam.

PAKAN
——
berikan pakan dua kali dalam sehari. Pakannya adalah pelet dan menu tambahan cacahan
jeroan ayam. Menu tambahan ini ikan bisa cepat besar. Menu tambahan ini juga
meningkatkan pertumbuhan lele. “Kalau biasanya sekilo ada tujuh ekor, setelah diberi
pakan tambahan sekilo cuma enam ekor,�

Kalau ada sisa nasi makan malam/siang, masukkan saja ke kolam, biar nambah-nambah zat
makanan.

atau bisa juga pakan utama menggunakan pakan pabrik dgn kandungan protein >32% dan dpt
diberi pakan tambahan berupa limbah peternakan ayam spt bangkai ayam,usus,telur yg gagal
tetas dng terlebih dahulu dibakar/direbus. atau dengan jeroan ikan,atau ikan-ikan
buangan(dipasar bnyk koq).

–tidak wajib– Untuk tambahan Pakannya sediakan seperti dibawah ini;


1. Ampas tahu
2. Katul (dedek halus) dari padi
3. Ikan Asin BS(dihaluskan)lbh bgs di rebus
dgn perbandingan 10:5:1 jd setiap 10 kg ampas tahu,+5kg katul,+ 1kg ikan asin bs aduk jd
satu, berikan sesuai kebutuhan.

Andrew (warning) : piara lele bau (bagi yang sensitif bau) lho… harus tahan juga wk wk wk

Kalau di awal-awal menabur benih, sebagian ikan mati, jangan panik, ambil saja, buang.
1 minggu mungkin sekitar 20-30 ekor.
3-4 hari berikutnya ikan akan bertahan hidup normal koq. Nah, tinggal menunggu sekitar 3
bulan, ikan sudah cukup besar untuk bisa dipanen, dijual dengan harga sekitar 1000 rupiah
per ekor. (asumsi sekilo Rp.7000, biasanya ada 7 ekor lele)

Bibit lele biasanya dibeli dari pasar atau peternak lele (yang memproduksi benih).
hati-hati dengan bibit yang kuntet (kaga bisa gede)

atau kalau kita sendiri punya lahan sangat luas, bisa membeli 3-4 pasang induk yang siap
bertelur (harga mungkin sekitar 100 ribu per pasang), sekali bertelur jumlahnya bisa
mencapai ratusan ribu tuh, kalau cara merawatnya berhasil banyak yang berhasil hidup dan
tumbuh besar, mungkin butuh kolam ukuran 3×4 m sebanyak 3-4 buah kolam untuk
menampung telur.

soal pemasaran, bisa di lingkungan kita sendiri, tawarkan ke pengumpul benih, atau yang
sudah besar tawarkan ke warung-warung makan lele atau jual ke pasar, ke tukang sayur
keliling, pemancingan2 ikan lele, dll harganya mungkin +/- Rp. 7000/kg
Pokoknya jangan jual lele pada bulan-bulan yang tidak ada huruf ‘r’-nya (mei, juni,
juli,agustus ?) Mengapa? Pada bulan-bulan itu banyak petani lele mengobral lelenya dengan
harga murah karena mereka butuh biaya sekolah anak-anaknya
Bikin saja tulisan di depan rumah “JUAL IKAN LELE KONSUMSI, SEGAR, GURIH”
Kalau tanah cukup luas, berarti bisa bikin 2-3 kolam lagi yang serupa.

Harga jual lele mencapai puncak paling mahal pada Januari. Pada bulan Januari pasokan lele
berkurang karena pembibitan lele banyak yang gagal. Banyak telur gagal menetas lantaran
pengaruh musim hujan. Berdasarkan pengalaman Vian, air hujan bisa menurunkan derajat
keasaman (pH) air kolam.

Sebenarnya budi daya lele tidak terlalu direpotkan dengan masalah air. Daya tahan lele sangat
tinggi. “Asalkan air selalu penuh dan cukup pakan,� kata semua pakar lele,

lebih jauh lagi kalo mau tahu Syarat Teknis-nya…

1) Budidaya lele dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m – 800 m dpl


2)Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan
mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta
kelarutan oksigen dalam air.
3)pH air yang ideal berkisar antara 6 – 9.
4)Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.

Satu bulan setelah bibit dilepas, kolam dijarangkan, lele disortir lele yang besar-besar sebesar
batu baterai. Sekitar empat kwintal lele sebesar batu baterai itu dipindahkan ke kolam lain.
Tujuannya supaya dalam satu kolam ukuran ikan lele seragam. Kalau tidak seragam lele yang
kecil dimakan lele yang lebih besar. sortir secara kontinue (2 atau 3minggu sekali) untuk
memisahkan ukuran yang besar dan yang kecil untuk mencegah kanibalisme dan kerugian
panen.

tehniknya: mungkin perlu punya lebih dari satu kolam, atau ada yang disekat dengan jaring.

Seandainya pakan tidak dikombinasi dengan jeroan ayam, satu periode panen memerlukan 30
karung pelet. Jika ditambah jeroan ayam sebanyak 50 kg dalam satu periode pemeliharaan,
pelet bisa dikurangi separuhnya.

Selain itu, masa panen (ukuran konsumsi) lele relatif lebih cepat daripada ikan konsumsi
lainnya. “Kalau gurami baru bisa dipanen sekitar delapan bulan. Lele sekitar 50 hari,�
kata seorang peternak lele.

Andrew :
Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. jadi pikirkan trick-tricknya biar
tidak di PATIL wk wk wk

Selamat mencoba!
kalau stress, coba ambil pakan ikan, malam-malam menjelang maghrib, taburkan ke atas
kolam, lihat betapa asyiknya melihat ikan-ikan berlomba memangsa makanan

Jangan lupa, perdalam ilmu memelihara ikan dengan menggali ilmu dari buku-buku di toko
buku.
PERSIAPAN KOLAM DI KAMPUNG LELE
Persiapan kolam dilakukan sebelum penebaran benih dikolam. Persiapan
perlu dilakukan untuk meningkatkan daya dukung kolam sehingga ikan
yang dibudidayakan tingkat mortalitas rendah dan pertumbuhan ikan
dapat cepat sehingga panen lebih cepat. Persiapan kolam yang dilakukan
antara lain :

1. Pengeringan
Tahap pengeringan bertujuan untuk meningkatkan produksi,
memperbaiki pematang, salah satu bentuk kontrol alami terhadap
pengganggu ataupun predator, menyebabkan terjadinya mineralisasi dari
kandungan organik dan mengoksidasi asam organik, dan dapat
menguapkan racun-racun yang ada di kolam budidaya sebelumnya,
dimungkinkan berasal dari sisa pakan, feses. Pengeringan meningkatkan
pH tanah, pengeringan dasar kolam yang dilakukan para pembudidaya
kampung lele dilakukan selama 2 – 3 hari, tetapi saat cuaca tidak
mendukung seperti pada musim hujan maka pengeringan tidak dilakukan
tetapi dapat dimanipulasi dengan penaburan kapur yang salah satu
fungsinya adalah mematikan hama, stabilisator pH tanah dan air
sehingga dapat meningkatkan produksi sama seperti fungsi pengeringan.
2. Membersihkan lumpur dan sampah

Lumpur yang menumpuk didasar kolam dibuang digunakan untuk


menutupi kebocoran yang ada pada dinding kolam dan memperkuat
pematang kolam. Kolam jenis permanen dibersihkan lumut yang
menempel pada dinding dan dasar kolam, selain itu biasanya pada kolam
permanen banyak remis atau bekicot yang menempel pada dinding
kolam.
Kegiatan pembersihan lumpur dan sampah selesai dilakukan maka kolam
di isi air sedalam 1 meter. Kedalaman kolam 1 meter bertujuan supaya
suhu air dalam kolam tidak fluktuatif sehingga ikan tidak mudah stress
yang mengakibatkan serangan penyakit dan kematian.

3. Pengapuran

Pengapuran merupakan persiapan kolam yang digunakan untuk


mematikan hama dan parasit ikan, stabilisator pH tanah dan air,
menaikkan alkalinitas, kesadahan dan ketersediaan unsur P. kebutuhan
kapur CaCo3 pada kolam budidaya dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :

pH akhir – pH awal X 0,16 .


0,1

Pembudidaya di kampung lele tidak melakukan pengapuran karena jenis


tanah yang ada dikampung lele sudah cukup baik untuk pertumbuhan
lele. Pengapuran harus dilakukan pada suatu kolam budidaya yang
menggunakan jenis tanah gambut. Tanah gambut memiliki ciri yaitu KTK
(kapasitas tukar kation) sangat tinggi, tetapi persentase kejenuhan basa
sangat rendah, sehingga menyulitkan penyerapan hara. Kondisi tersebut
tidak menunjang kemudahan penyediaan hara yang memadai untuk
kebutuhan hara phytoplankton. Ketersediaan beberapa unsur hara dapat
ditingkatkan dengan cara meningkatkan proses pelapukan bahan organik
tanah gambut. Oleh karena itu, pengelolaan tanah gambut untuk
pertanian dan perikanan perlu penanganan khusus karena tidak hanya
masalah rendahnya ketersediaan hara, tetapi juga masalah sifat racun
dari asam-asam organik.

4. Pemupukan
Pemupukan kolam pada prinsipnya adalah untuk menyuburkan air,
dengan terbentuknya pakan alami dan pupuk dapat menjaga
kesetimbangan air agar fluktuasi komponen perairan tidak besar.
Kesuburan perairan ditandai dengan air yang telah berwarna hijau cerah.
Kegiatan pemupukan bertujuan antara lain :

1. Penumbuhan phytoplankton dan zooplankton


2. Menciptakan suhu, pH yang konstan dengan indikasi perubahan
warna air hijau cerah
1. Menciptakan keseimbangan ekosistem bio aquatic yang
berfungsi sebagai penyediaan pakan alami untuk starter
maupun bakteri decomposer.
Pupuk yang digunakan berasal dari pupuk kandang atau kotoran hewan.
Pupuk kandang digolongkan dalam dua jenis yaitu pupuk yang bersifat
panas dan pupuk bersifat dingin. Pupuk kandang bersifat panas
dinamakan demikian karena jenis pupuk ini lebih cepat terurai oleh jasad
renik dan menimbulkan panas, seringkali penguraian tersebut tidak
terjadi secara sempurna atau tidak terurai dengan baik yang merubah
bahan organik sisa tersebut menjadi gas, dampaknya terhadap kondisi
kolam adalah timbulnya panas berlebih yang dapat membunuh ikan.
Pupuk kadang panas sebaiknya harus melalui dekomposisi secara baik
yaitu melalui jalan penjemuran sampai kering. Kotoran kambing, domba
dan kuda termasuk kedalam jenis pupuk panas. Pupuk yang kedua
adalah pupuk dingin seperti kotoran babi, sapi, kotoran ayam dan
kerbau. Jenis pupuk dingin mengalami penguraian secara lambat yang
menghindarkannya dari panas berlebih. Tetapi sebagaimana pupuk
panas, pupuk dinginpun harus mengalami dekomposisi secara baik.
Pembudidaya kampung lele menggunakan pupuk kotoran ayam, pupuk
kandang yang berasal dari kotoran ayam memilki kadar hara P yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang kotoran hewan yang lain.
Kotoran ayam lebih cepat terdekomposisi sehingga lebih cepat
memberikan respon untuk terbentuknya plankton dalam air yang
digunakan sebagai pakan alami oleh ikan.

Pemupukan dilakukan 2 hari sebelum penebaran benih dengan dosis tiap


kolam bervolume 60 m3, maka pupuk setengah karung ± 25 kg pupuk.
Pemupukan tidak harus dilakukan 2 hari sebelum penebaran jika kondisi
mendesak misal karena benih sudah ada dan siap untuk ditebar maka
sebagai starter awal untuk benih maka menggunakan 1/3 dari air
budidaya sebelumnya. Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan
menebarkan langsung ke air di dalam kolam atau pupuk ditaruh dalam
wadah yang memiliki ventilasi udara misal karung pakan, plastik yang di
bolong kecil-kecil.
Pemupukan dalam satu kali budidaya dilakukan satu kali pemberian
pupuk yaitu pada awal budidaya, jika setelah pupuk tidak berfungsi lagi di
dalam kolam untuk menumbuhkan pakan alami, maka didalam kolam
sudah dapat tergantikan oleh feses ikan lele sendiri. Feses merupakan
limbah organik yang bersifat biodegradable, yaitu senyawa yang mudah
diuraikan oleh mikroorganisme. Pemberian pupuk dapat dilakukan
kembali pada saat musim hujan jika terjadi hujan lebat karena apabila
habis hujan lebat, biasanya air dasar hangat, air permukaan dingin dan
pH nya rendah, penebaran pupuk yang bereaksi asam sangat membantu
agar ikan tidak stress.

SUMBER :
farida ulfa kumala. 2010. laporan Kerja Lapangan. Pembesaran Lele
dumbo di kampung Lele, Boyolali. jurusan perikanan. fakultas pertanian.
universitas gadjah mada.
Panduan lengkap budidaya
ikan lele
BAGIKAN:

Budidaya ikan lele sangat diminati para peternak karena pasarnya yang terus berkembang.
Pemerintah juga gencar memberikan dukungan melalui riset benih lele unggul dan kampanye
gerakan makan ikan. Sehingga bermunculan sentra-sentra budidaya ikan lele di sejumlah
daerah.
Untuk mendapatkan keuntungan maksimal, budidaya ikan lele sebaiknya tidak dilakukan
secara sampingan atau sekadar kegiatan subsisten. Ikan lele sanggup hidup dalam kepadatan
tebar yang tinggi dan memiliki rasio pemberian pakan berbanding pertumbuhan daging yang
baik. Oleh karena itu, usaha budidaya ikan lele akan memberikan keuntungan lebih apabila
dilakukan secara intensif.
Terdapat dua segmen usaha budidaya ikan lele, yaitu segmen pembenihan dan segmen
pembesaran. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas budidaya ikan lele segmen
pembesaran. Berikut kami uraikan tahap-tahap persiapannya.
Penyiapan kolam tempat budidaya ikan lele
Ada berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan sebagai tempat budidaya ikan lele.
Untuk memutuskan kolam apa yang cocok, harap pertimbangkan kondisi lingkungan dan
ketersediaan tenaga kerja terampil. Lalu, cocokkan dengan sumber dana yang kita miliki.
Perlu diperhatikan bahwa setiap tipe kolam memiliki keunggulan dan kelemahan masing-
masing bila ditinjau dari segi usaha budidaya.
Tipe-tipe kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele adalah kolam tanah, kolam
semen, kolam terpal, jaring apung dan keramba. Namun dalam artikel ini kita hanya
membahas kolam tanah saja, mengingat jenis kolam ini paling banyak digunakan oleh para
peternak ikan.
a. Pengeringan dan pengolahan tanah
Sebelum benih ikan lele ditebarkan, kolam harus dikeringkan telebih dahulu. Lama
pegeringan berkisar 3-7 hari atau bergantung pada teriknya sinar matahari. Sebagai patokan,
apabila permukaan tanah sudah retak-retak, kolam bisa dianggap sudah cukup kering.
Pengeringan kolam bertujuan untuk memutus keberadaan mikroorganisme jahat yang
menyebabkan bibit penyakit. Mikroorganisme tersebut bisa bekembang dari sisa-sisa priode
budidaya ikan lele sebelumnya. Dengan pengeringan dan penjemuran, sebagian besar
mikroorganisme patogen akan mati.
Setelah dikeringkan, permukaan tanah dibajak atau dibalik dengan cangkul. Pembajakan
tanah diperlukan untuk memperbaiki kegemburan tanah dan membuang gas beracun yang
tertimbun di dalam tanah. Selain penggemburan, lakukan pengangkatan lapisan lumpur hitam
berbau busuk yang biasanya terdapat di dasar kolam. Karena lumpur hitam tersebut
menyimpan gas-gas beracun seperti amonia dan hidrogen sulfida. Gas-gas itu terbentuk dari
tumpukan sisa pakan yang tidak habis pada periode budidaya ikan lele sebelumnya.
b. Pengapuran dan pemupukan
Pengapuran berfungsi untuk menyeimbangkan keasaman kolam dan membantu memberantas
mikroorganisme patogen. Jenis kapur yang digunakan adalah dolomit atau kapur tohor.
Pengapuran dilakukan dengan cara ditebar secara merata di atas permukaan dasar kolam.
Setelah ditebari kapur, balik tanah dengan cangkul agar kapur meresap ke bagian dalam.
Dosis yang diperlukan untuk pengapuran dasar kolam adalah 250-750 gram per meter
persegi, atau tergantung pada derajat keasaman tanah. Semakin asam tanah semakin banyak
kapur yang dibutuhkan.
Langkah selanjutnya adalah pemupukan. Pupuknya menggunakan paduan pupuk
organik ditambah urea dan TSP. Jenis pupuk organiknya bisa pupuk kandang ataupupuk
kompos, dosisnya sebanyak 250-500 gram per meter persegi. Sedangkan dosis pupuk
kimianya adalah urea 15 gram per meter persegi dan TSP 10 gram per meter persegi.
Pemupukan dasar kolam bertujuan untuk menyediakan nutrisi bagi biota seperti fitoplankton
dan cacing. Biota tersebut berguna untuk makanan alami ikan lele.
c. Pengaturan air kolam
Ketinggian air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah 100-120 cm. Pengisian kolam
harus dilakukan secara bertahap. Setelah kolam dipupuk, isi dengan air sampai batas 30-40
cm. Pada ketinggian tersebut sinar matahari masih bisa tembus hingga dasar kolam dan
memungkinkan biota dasar kolam seperti fitoplankton tumbuh dengan baik. Kolam yang
sudah ditumbuhi fitoplankton airnya akan berwarna kehijauan. Setelah satu minggu, baru
benih ikan lele siap ditebar. Selanjutnya, air kolam ditambah secara berkala sesuai dengan
pertumbuhan ikan lele sampai pada ketinggian ideal.

Pemilihan benih ikan lele


Tingkat kesuksesan budidaya ikan lele sangat ditentukan oleh kualitas benih yang ditebar.
Benih yang akan digunakan dalam budidaya ikan lele hendaklah dari jenis benih unggul. Ada
beberapa jenis ikan lele yang biasa dibudidayakan di Indonesia. Silahkan baca lebih lanjut
mengenai jenis-jenis ikan lele budidaya. Dalam artikel ini kami merekomendasikan jenis ikan
lele Sangkuriang yang dikembangkanBBPBAT Sukabumi. Alasannya, ikan lele sangkuriang
merupakan hasil perbaikan dari lele dumbo. Dimana kualitas dari lele dumbo yang saat ini
beredar di masyarakat semakin menurun dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui lebih jauh
mengenai ikan lele sangkuriang silakan baca asal-usul ikan lele sangkuriang.
Benih ikan lele bisa kita dapatkan dengan cara membeli atau melakukan pembenihan ikan
lele sendiri. Untuk membuat pembenihan sendiri silahkan bacacara pembenihan ikan
lele dan teknik pemijahan ikan lele. Hal yang paling penting adalah benih unggul yang
digunakan harus benih yang baik dan sehat.
a. Syarat benih unggul
Benih yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat. Benih yang kualitasnya buruk tidak
bisa menghasilkan dengan maksimal dan rentan terhadap serangan penyakit. Ciri-ciri benih
yang sehat gerakannya lincah, tidak terdapat cacat atau luka dipermukaan tubuhnya, bebas
dari bibit penyakit dan gerakan renangnya normal. Untuk menguji gerakan renangnya, coba
tempatkan ikan pada arus air, jika ikan tersebut menantang arah arus air berarti gerakan
renangnya normal.
Ukuran benih untuk budidaya ikan lele sebaiknya memiliki panjang sekitar 5-7 cm. Usahakan
ukurannya rata agar ikan bisa tumbuh dan berkembang serempak. Dari benih sebesar itu,
dalam jangka waktu pemeliharaan 2,5-3,5 bulan akan didapatkan lele ukuran konsumsi
sebesar 9-12 ekor per kilogram.
b. Cara menebar benih
Sebelum benih ditebar, lakukan penyesuaian iklim terhadap benih. Caranya, masukan benih
yang baru datang dengan wadahnya (ember/jeriken) ke dalam kolam. Biarkan selama 15
menit agar terjadi penyesuaian suhu tempat benih dengan suhu kolam sebagai lingkungan
barunya. Miringkan wadah dan biarkan benih keluar dengan sendirinya. Metode ini
bermanfaat mencegah stres pada benih.
Tebarkan benih ikan lele ke dalam kolam dengan kepadatan 200-400 ekor per meter persegi.
Semakin baik kualitas air kolam, semakin tinggi jumlah benih yang bisa ditampung.
Hendaknya tinggi air tidak lebih dari 40 cm saat benih ditebar. Hal ini menjaga agar benih
ikan bisa menjangkau permukaan air untuk mengambil pakan atau bernapas. Pengisian kolam
berikutnya disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan sampai mencapai ketinggian air yang ideal.
Menentukan kapasitas kolam
Berikut ini cara menghitung kapasitas kolam untuk budidaya ikan lele secara intensif. Asumsi
kedalaman kolam 1-1,5 meter (kedalaman yang dianjurkan). Maka kepadatan tebar bibit lele
yang dianjurkan adalah 200-400 ekor per meter persegi. Contoh, untuk kolam berukuran 3 x
4 meter maka jumlah bibit ikannya minimal (3×4) x 200 = 2400 ekor, maksimal (3×4) x 400
= 4800 ekor.
Catatan: kolam tanah kapaistasnya lebih sedikit dari kolam tembok.
Pakan untuk budidaya ikan lele
Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan lele. Ada banyak sekali
merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan ikan lele yang baik adalah pakan yang
menawarkan Food Convertion Ratio (FCR) lebih kecil dari satu. FCR adalah rasio jumlah
pakan berbanding bertumbuhan daging. Semakin kecil nilai FCR, semakin baik kualitas
pakan. Untuk mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal, terapkan pemberian
pakan utama dan pakan tambahan secara berimbang. Bila pakan pabrik terasa mahal, silahkan
coba membuat sendiri pakan lele alternatif.
a. Pemberian pakan utama
Pakan yang baik harus mengandung nutrisi yang diperlukan oleh ikan lele. Sebagai ikan
karnivora, pakan ikan lele harus banyak mengandung protein hewani. Secara umum
kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan lele adalah protein (minimal 30%), lemak (4-16%),
karbohidrat (15-20%), vitamin dan mineral. Berbagai pelet yang dijual dipasaran rata-rata
sudah dilengkapi dengan keterangan kandungan nutrisi. Tinggal kita pandai-pandai memilih
mana yang bisa dipercaya. Ingat, jangan sampai membeli pakan kadaluarsa. Apabila pakan
dirasa terlalu mahal kita juga bisa membuat pakan alternatif, silahkan baca membuat sendiri
pakan lele alternatif.
Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum setiap harinya ikan lele
memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya, ikan lele dengan bobot 50 gram
memerlukan pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari
ambil samplingnya, lalu timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua
minggu menjelang panen, persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot
tubuh.
Jadwal pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu makan ikan. Frekuensinya 4-5
kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang masih kecil harus lebih sering. Waktu
pemberian pakan bisa pagi, siang, sore dan malam hari. Harus diingat, ikan lele merupakan
hewan nokturnal, aktif pada malam hari. Pertimbangkan pemberian makan lebih banyak pada
sore dan malam hari. Pakan diberikan dengan ditebar. Si pemberi pakan harus jeli melihat
reaksi ikan. Berikan pakan saat ikan lele agresif menyantap pakan dan berhenti apabila ikan
sudah terlihat malas untuk menyantapnya.
b. Pemberian pakan tambahan
Selain pakan utama, bisa dipertimbangkan juga untuk memberi pakan tambahan. Pemberian
pakan tambahan sangat menolong menghemat biaya pengeluaran pakan yang memang cukup
menguras kantong. Apabila kolam kita dekat dengan pelelangan ikan, bisa dipertimbangkan
pemberian ikan rucah segar. Ikan rucah adalah hasil ikan tangkapan dari laut yang tidak layak
dikonsumsi manusia karena ukuran atau cacat dalam penangkapannya. Bisa juga dengan
membuat belatung dari campuran ampas tahu.
Keong mas dan limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan terlebih dahulu.
Pengolahannya bisa dilakukan dengan perebusan. Kemudian pisahkan daging keong mas
dengan cangkangnya, lalu dicincang. Untuk ayam bersihkan bulu-bulunya sebelum
diumpankan pada lele.
Satu hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pakan ikan lele, jangan sampai telat atau
kurang. Karena ikan lele mempunyai sifat kanibal, yakni suka memangsa sejenisnya. Apabila
kekurangan pakan, ikan-ikan yang lebih besar ukurannya akan memangsa ikan yang lebih
kecil.
Pengelolaan air
Hal penting lainnya dalam budidaya ikan lele adalah pengelolaan air kolam. Walaupun ikan
lele bisa hidup dalam kondisi air yang buruk, untuk mendapatkan hasil maksimal kualitas dan
kuantitas air harus tetap terjaga.
Awasi kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam. Timbunan
tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen sulfida yang dicirikan dengan adanya
bau busuk. Oleh karena itu, apabila sudah muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian
bawah. Kemudian isi lagi dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat tergantung pada
kebiasaan memberikan pakan. Apabila dalam memberikan pakan banyak menimbulkan sisa,
pergantian air akan lebih sering dilakukan. Selain itu, apabila air terlihat berkurang karena
penguapan atau kebocoran kolam, segera tambahkan.
Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang paling umum dalam budidaya ikan lele antara lain hama predator seperti linsang,
ular, sero, musang air dan burung. Sedangkan hama yang menjadi pesaing antara lain ikan
mujair. Untuk mencegahnya yaitu dengan memasang saringan pada jalan masuk dan keluar
air atau memasang pagar di sekeliling kolam.
Penyakit pada budidaya ikan lele bisa datang dari protozoa, bakteri dan virus. Ketiga
mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan. Beberapa diantaranya
adalah bintik putih, kembung perut dan luka di kepala dan ekor. Untuk mencegah timbulnya
penyakit infeksi adalah dengan menjaga kualitas air, mengontrol kelebihan pakan, menjaga
kebersihan kolam, dan mempertahankan suhu kolam pada kisaran 28oC. Selain penyakit
infeksi ikan lele juga bisa terserang penyakit non-infeksi seperti kuning, kekurangan vitamin
dan lain-lain. Untuk mengetahui lebih jauh tentang pengendalian penyakit silahkan
baca pengendalian hama dan penyakit ikan lele.
Panen budidaya ikan lele
Pemanenan budidaya ikan lele untuk konsumsi dalam negeri biasanya berukuran 9-12 ekor
per kg. Untuk mencapai ukuran konsumsi dari benih sebesar 5-7 cm dibutuhkan waktu sekitar
2,5 sampai 3,5 bulan dari awal benih ditebar. Sedangkan untuk ekspor, berat ikan lele bisa
mencapai 500 gram per ekor.
Pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati. Satu hari (24 jam) sebelum panen, sebaiknya
ikan lele tidak diberi pakan agar tidak buang kotoran saat diangkut. Pada saat ikan lele
dipanen hendaknya disortasi terlebih dahulu untuk misahkan lele berdasarkan ukurannya.
Pemisahan ukuran ini berdampak pada harga. Ikan lele yang sudah disortasi berdasarkan
ukuran akan meningkatkan pendapatan bagi peternak.
BUDIDAYA IKAN LELE PEMBENIHAN SECARA
TRADISIONAL
Budidaya Ikan Lele Pembenihan Secara Tradisional - Budidaya lele
pembenihan merupakan kegiatan awal dalam usaha ternak lele. Tanpa kegiatan
pembenihan, maka kegiatan lain seperti, pendederan dan pembesaran lele tidak
mungkin terlaksana. Kegiatan pembenihan ikan lele yang akan diuraikan disini
merupakan kegiatan budidaya yang biasa dilakukan oleh para pelaku usaha
pembenihan lele baik secara semiintensif maupun intensif. Secara garis besar,
kegiatan pembenihan pada budidaya lele secara tradisional ini meliputi pemeliharaan
induk, pemilihan induk lele siap pijah, pemijahan, serta perawatan larva ikan atau
benih lele.

Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan dalam Budidaya Ikan Lele


Pembenihan Secara Tradisional
Kegiatan budidaya pembenihan lele saat ini telah berkembang pesat, terutama di
pulau Jawa. Kebanyakan kegiatan budidaya pembenihan lele oleh peternak masih
dilakukan menggunakan peralatan dan cara sangat sederhana. Biasanya mereka
hanya memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat maupun harga terjangkau.
Disamping itu, penggunaan tenaga kerjanya pun cukup memanfaatkan tenaga kerja
dari dalam anggota keluarga peternak ikan bersangkutan. Umumnya pemanfaatan
tenaga kerja kaluarga ini bertujuan untuk menghemat biaya produksi.

Budidaya lele seperti kebiasaan peternak ikan ini berkembang terutama di daerah
dataran rendah sepanjang pantai utara Jawa (pantura) dari Bekasi, Indramayu,
hingga sekitar Cirebon. Meskipun sebetulnya peternak lele di dataran menengah pun
tidak sedikit juga yang melakukan usaha budidaya lele ini.

Cara atau kebiasaan budidaya peternak ikan lele seperti tersebut di atas tentu saja
memiliki kelebihan maupun kekurangan. Kelebihannya adalah budidaya dapat
dilakukan secara sederhana di belakang rumah dengan biaya terjangkau, serta
memanfaatkan lahan sempit. Sementara itu, kelemahannya adalah hasil produksi
lele belum sesuai harapan, karena penerapan teknologi budidaya belum intensif.
Kadang-kadang keuntungannya pun sangat kecil, bahkan tidak jarang mereka
mengalami kerugian. Namun, jika dibekali pengetahuan tentangbudidaya lele secara
benar niscaya hal ini dapat diminimalisir.

Karakteristik budidaya lele pembenihan secara tradisional yang dilakukan peternak


lele tersebut sebagai berikut :

a. Kolam Pemeliharaan Induk Pada Budidaya Lele Pembenihan


Tradisional
Pada budidaya ikan sistem ini, kolam untuk memelihara induk lele tidak disediakan
secara khusus. Kolam-kolam tersebut bisa memanfaatkan kolam di pekarangan
rumah. Luas kolam ikan juga tidak ditentukan, biasanya hanya menyesuaikan
dengan luas maupun bentuk pekarangan. Dalam budidaya pembenihan lele secara
tradisional ini, tetap diperlukan adanya pemisahan antara induk jantan dan induk
betina, sehingga untuk kolam ikan pemeliharaan induk minimal dibutuhkan dua
buah kolam. Pembuatan sistem pengairannya pun cukup sederhana. Biasanya hanya
terdiri dari saluran pemasukan air atau inlet serta saluran pembuangan atau outlet.
Kolam ikan ini sebetulnya mirip comberan, air untuk mengairi kolam bisa
memanfaatkan pembuangan dari rumah tangga dan air hujan. Biasanya pengairan
dari pembuangan rumah tangga berasal dari air tempat cucian dan pembuangan air
dari kamar mandi. Pengairan pada saat musim hujan dengan memanfaatkan suplay
air dari hujan secara langsung. Induk ikan peliharaan juga tidak terlalu banyak.
Kepadatan penebaran lele hanya 1-2 kg/m² dengan memanfaatkan pakan ikan dari
sisa-sisa dapur maupun limbah peternakan ayam, seperti jika ada ayam mati,
mereka gunakan sebagai pakan ikan dengan cara membakarnya terlebih dahulu.
Ada juga yang memberikan pakan tambahan berupa keong mas, bekicot, cicak,
tikus, maupun pakan alami ikan lain yang bisa didapat di lingkungaan tempat
tinggalnya atau di areal persawahan tanpa harus mengeluarkan biaya.

Induk lele yang akan dipijahkan pada budidaya pembenihan ini harus memenuhi
persyaratan pemijahan. Kriteria pemenuhannya adalah sudah berumur minimal 1
tahun. Tidak hanya itu, syarat terpenting dan harus terpenuhi adalah baik induk
ikan betina maupun induk ikan jantan, kondisinya telah matang kelamin.

b. Pemijahan Lele Pada Budidaya Lele Pembenihan Tradisional


Kegiatan pemijahan lele pada budidaya secara tradisional akan diuraikan di bawah
ini, namun sebelumnya ada hal penting yang harus diperhatikan sebelum melakukan
pemijahan, yaitu mengenai pembuatan kolam ikan. Hal ini penting karena
keberhasilan pemijahan juga ditentukan oleh bentuk maupun luas kolam ikan untuk
pemijahan.

Pembuatan Kolam Pemijahan Lele


Dalam budidaya pembenihan lele tradisional, pemijahan dapat dilakukan dalam bak
atau kolam tembok maupun kolam terpal. Pemijahan ikan dalam kolam tembok
harus dibuat secara khusus, biasanya menghabiskan biaya banyak. Pembuatan
kolam terpal jauh lebih murah, cukup memanfaatkan plastik terpal yang disusun
atau dibentuk hingga seperti kolam ikan. Pembuatan kolam terpal ini dapat
dilakukan dengan menyusun batu bata atau batako berbentuk persegi empat, dibuat
seolah-olah seperti tanggul kolam. Plastik terpal tersebut kemudian ditempatkan
diantara pasangan batu bata atau batako tersebut. Cara lain dapat dilakukan
menggunakan papan untuk membuat tanggul atau dinding kolam ikan. Untuk
memijahkan sepasang induk lele, maka dibutuhkan kolam pemijahan seluas 2 m².
Sebelum digunakan, kolam pemijahan harus dibersihkan serta dikeringkan terlebih
dahulu beberapa hari. Maksudnya untuk mempercepat terjadinva proses pemijahan.
Selanjutnya, bak diisi air jernih dan bersih setinggi 50-60 cm. Jika air tersebut kotor
atau keruh dapat menyebabkan kegagalan budidaya, telur-telur ikan akan tertutup
oleh lapisan lumpur sehingga tidak bisa menetas.
Untuk tempat penempelan telur, di dalam kolam ikan pemijahan harus disediakan
kakaban terbuat dari ijuk. Ukuran kakaban disesuaikan dengan ukuran kolam
pemijahan. Namun, ukuran yang biasa digunakan panjangnva 75-100 cm, lebar 30-
40 cm. Sebagai patokan, untuk 1 pasang induk lele dengan berat induk betina 500
gram, dibutuhkan kakaban sebanyak 4 buah. Jika kurang, dikhawatirkan telur yang
dikeluarkan ketika pemijahan tidak tertampung seluruhnya atau menumpuk di
kakaban, sehingga mudah membusuk dan tidak menetas.
Selanjutnya, kakaban dipasang rata menutupi seluruh permukaan dasar kolam ikan
pemijahan. Cara pemasangannya adalah dengan menindihkan batu pada kakaban
sebagai pemberat. Hal ini dimaksudkan agar telur-telur ikan hasil pemijahan dapat
tertampung di kakaban dan seluruh bagiannya tetap dalam kondisi terendam air.

Pelepasan Induk Lele

Setelah tempat pemijahan dipersiapkan, induk lele jantan dan lele betina ditangkap
dari kolam induk menggunakan waring (jaring bermata kecil). Penangkapan induk
ikan tersebut harus dilakukan secara hati-hati agar ikan tidak stress. Induk lele hasil
tangkapan kemudian dimasukkan ke dalam kolam ikan pemijahan. Untuk satu
kolam pemijahan lele berukuran 2 m², jumlah induk ikan yang dipijahkan cukup 1
pasang. Jika lebih dari 1 pasang, dikhawatirkan selama proses pemijahan
berlangsung akan terjadi perkelahian antara induk-induk lele tersebut, sehingga
proses pemijahan tidak dapat berlangsung sempurna. Di samping itu, kerugian
lainnya adalah induk ikan yang terlibat perkelahian akan mengalami luka-luka serta
kondisinya lemah.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah kondisi tubuh induk-induk ikan yang
akan dipijahkan harus telah memenuhi persyaratan standar. Persyaratan tersebut di
antaranya adalah harus matang kelamin dan berumur tidak kurang dari 1 tahun.
Ciri-ciri induk lele betina siap dipijahkan adalah sebagai berikut :

1. Bagian perut ikan tampak membesar ke arah anus, jika diraba terasa lembek.
2. Lubang kelamin berwarna kemerahan dan tampak agak membesar.
3. Jika bagian perut lele secara perlahan diurut ke arah anus, akan keluar beberapa butir
telur berwarna kekuning-kuningan berukuran relatif besar.
4. Pergerakannya lamban dan jinak.

Ciri-ciri induk lele jantan siap dipijahkan adalah sebagai berikut :

1. Alat kelamin tampak jelas dan lebih runcing.


2. Warna tubuh ikan agak kemerah-merahan.
3. Tubuh lele ramping, gerakannya lincah.

Kedua ekor induk lele jantan dan betina yang telah matang kelamin atau matang
gonad tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kolam pemijahan ikan. Untuk
memberikan waktu penyesuaian dengan keadaan di kolam ikan pemijahan,
pelepasan induk lele sebaiknya dilakukan sebelum pukul 10.00 pagi. Demikian juga
untuk menghindari agar induk ikan yang sedang dipijahkan tidak meloncat keluar,
maka bagian atas kolam pemijahan lele harus diberi penghalang, misalnya
menggunakan papan, triplek, atau bilah bambu. Pemasangan penghalang tersebut
jangan terlalu dekat dengan permukaan air kolam ikan, karena dapat mengganggu
proses pemijahan. Pemijahan biasanya akan terjadi pada malam hari menjelang
pagi, yaitu sekitar pukul 24.00-04.00.
Pada budidaya lele secara tradisional ini, proses pemijahan ikan terjadi secara alami.
Induk ikan betina akan melepaskan telurnya pada kakaban yang sudah disiapkan.
Pada saat yang sama induk lele jantan akan melepaskan sperma untuk membuahi
telur ikan betina tersebut. Pembuahan tersebut terjadi di luar tubuh ikan. Pemijahan
lele secara tradisional memiliki beberapa kendala, diantaranya adalah ketidakpastian
induk lele tersebut akan memijah. Pemijahan dengan cara ini bisa berlangsung
dalam satu malam, tetapi juga bisa berlangsung pada malam kedua, bahkan
kadang-kadang induk ikan tidak memijah sama sekali selama beberapa malam.
Ketidakpastian tersebut biasanya dipengaruhi oleh tingkat kematangan kelamin
induk ikan yang tidak sempurna atau manipulasi kondisi lingkungannya kurang tepat
sehingga penyesuaian induk lele terhadap tempat pemijahan menjadi terhambat.

c. Penetasan Telur Budidaya Lele Pembenihan Tradisional


Seperti halnya pada kegiatan pemijahan di atas, sebelum melakukan kegiatan
penetasan lele pada budidaya lele tradisional perlu diperhatikan mengenai
pembuatan kolam untuk penetasan telur ikan. Pembuatan kolam ikan ini dilakukan
bersamaan saat membuat kolam ikan untuk pemijahan.

Pembuatan Kolam Penetasan Telur Lele


Seperti telah disebutkan, kolam penetasan telur ikan dibuat serta dipersiapkan
bersamaan dengan pembuatan dan persiapan kolam pemijahan lele. Setelah proses
pemijahan selesai, telur-telur ikan tersebut (menempel pada kakaban), harus segera
dipindahkan agar tidak dimakan kembali oleh induk lele. Pada saat kedua induk lele
telah kehabisan energi selama melakukan pemijahan seringkali mereka justru
memakan hasil telur-telurnya sendiri, untuk menghindarinya maka segeralah
memindahkan telur ikan ke dalam kolam penetasan telur ikan yang disudah dibuat
sebelumnya.
Sesuai caranya yaitu tradisional, untuk menghemat biaya, biasanya para petani atau
pelaku usaha budidaya lele membuat kolam penetasan menggunakan plastik terpal
seperti pada kolam pemijahan ikan di atas. Kolam penetasan lele harus berukuran
lebih besar daripada kolam pemijahan ikan, karena kolam penetasan lele ini
sekaligus digunakan sebagai kolam pemeliharaan benih atau larva lele tersebut.
Luas kolam penetasan telur ikan pada budidaya lele cara ini dari seekor induk lele
betina dengan berat 500 gram adalah 2 x 3 x 0,25 m.
Kolam penetasan ikan sebaiknya dibuat dan ditempatkan di tempat teduh, tidak
terkena sinar matahari langsung maupun air hujan. Jika kolam penetasan lele dibuat
di tempat terbuka dikhawatirkan akan terjadi perbedaan suhu cukup tajam antara
siang-malam, apalagi jika turun hujan. Perbedaan suhu secara signifikan akan
mengakibatkan benih atau larva ikan mengalami stress sehingga tingkat kematian
benih atau larva lele tersebut menjadi sangat tinggi.
Pembuatan kolam penetasan telur pada budidaya lele sistem ini tidak terlalu sulit,
bahkan biayanya pun tidak terlalu besar. Pembuatan kolam penetasan telur ikan ini
dapat dilakukan dengan cara :

1. Buatlah denah atau gambar kolam penetasan dengan ukuran disesuaikan dengan jumlah
induk ikan betina yang dipijahkan dan berbentuk persegi empat.
2. Tancapkan tiang atau patok bambu atau kayu sedikit lebih tinggi daripada tinggi kolam
ikan, kurang lebih sekitar 30 cm dari permukaan tanah.
3. Buat kerangka kolam, kerangka ini dihubungkan ke setiap tiang yang telah ditancapkan.
Agar lebih kuat, kerangka tersebut sebaiknya dipaku ke setiap tiang.
4. Setelah kerangka kolam ikan siap, maka langkah selanjutnya adalah memasang plastik
terpal sebagai tempat penampung air. Ukuran plastik terpal disesuaikan dengan ukuran
kolam ikan. Jika menggunakan plastik terpal terlalu lebar maka akan menghabiskan
banyak biaya. Plastik terpal tersebut dipasang di bagian dalam kerangka lalu diikatkan ke
kerangka yang sudah dipasang. Agar lebih kuat, ikatan dibuat berjarak tidak lebih dari 20
cm, sehingga plastik terpal yang sudah terpasang dapat menahan beban air yang
mendesak keluar kolam.
5. Ketinggian air dalam kolam penetasan ikan antara 15-20 cm. Ketinggian tersebut dengan
pertimbangan bahwa benih atau larva ikan masih berukuran sangat kecil. Sehingga
diperkirakan cukup untuk menopang pertumbuhan benih atau larva lele hingga tahan
budidaya pendederan. Selain itu, jika ketinggian air kolam penetasan lele terlalu tinggi,
dikhawatirkan akan terjadi perbedaan atau perubahan suhu secara signifikan, sehingga
benih atau larva lele banyak yang mati.

Perawatan Telur Ikan


Seperti telah dibahas sebelumnya, bahwa telur ikan pada kakaban harus segera
diangkat, untuk menghindari telur tersebut dimakan oleh induknya saat kehabisan
energi pasca pemijahan. Pengangkatan telur ikan pada kakaban harus dilakukan
dengan hati-hati agar tidak banyak telur terbuang. Kakaban dimasukkan pada kolam
penetasan lele dengan posisi rata. Perhatikan bahwa saat meletakkan kakaban ke
dalam kolam penetasan lele, seluruh permukaan kakaban harus terendam air
sehingga seluruh telur ikan juga terendam dalam air. Hal ini bertujuan untuk
menghindari adanya telur ikan yang tidak menetas karena berada di permukaan.
Selama proses penetasan telur ikan dan benih atau larva lele, harus dilakukan
pengontrolan terhadap kolam agar binatang atau predator tidak masuk ke dalam
kolam ikan. Predator pemangsa telur atau benih lele antara lain ular dan kodok. Jika
predator tersebut masuk ke dalam kolam penetasan lele, bisa dipastikan akan
banyak kehilangan telur atau benih lele.
Telur-telur ikan tersebut akan menetas dalam waktu 22-124 jam setelah pemijahan.
Untuk mencukupi kebutuhan oksigen, usahakan ada sedikit aliran air, misalnya
menggunakan selang aerator yang biasa digunakan pada aquarium. Selain untuk
mencukupi kebutuhan oksigen, aliran air tersebut dimaksudkan untuk menjaga
kualitas air agar tidak menimbulkan bau, karena kualitas air jelek serta berbau tidak
sedap akan mengakibatkan benih lele mengalami kematian tinggi.
Benih lele yang baru menetas biasanya akan berkumpul di dasar kolam. Benih-benih
ikan tampak berwarna kehijauan, kecokelatan, atau kehitaman. Setelah
diperkirakan telur-telur lele sehat sudah menetas, kakaban harus segera diangkat,
agar telur lele yang tidak menetas tidak membusuk dan mencemari air kolam. Jika
air kolam ikan tercemar dan kualitasnya menurun maka hal tersebut dapat
membahayakan keselamatan benih atau larva lele yang baru saja menetas.

d. Pemeliharaan Larva Lele Pada Budidaya Lele Pembenihan


Tradisional
Dalam budidaya pembenihan lele secara tradisional ini, benih atau larva lele akan
dipelihara pada kolam penetasan lele sekaligus sebagai kolam perawatan benih ikan.
Benih-benih lele tersebut harus dirawat dan dipelihara dengan baik. Perawatan dan
pemeliharaan benih lele terutama dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar
tetap baik dan mencukupi kebutuhan pakan ikan.
Pada budidaya lele tradisional ini, untuk menjaga kualitas air, maka perlu dilakukan
penggantian air kolam setiap dua hari sekali, atau dengan mempertimbangkan
tingkat penurunan kualitas air. Penggantian dilakukan dengan cara membuang
seperempat bagian air kolam ikam, kemudian diisi kembali mengunakan air baru.
Pemberian pakan ikan pada benih atau larva lele dilakukan setelah benih tersebut
berumur tiga hari setelah menetas. Selama tiga hari pertama, benih lele masih
mengandalkan cadangan makanan berupa kuning telur (terdapat pada tubuhnya).
Pemberian pakan ikan tambahan setelah benih lele berumur tiga hari disesuaikan
dengan ukuran mulut benih. Pakan ikan tambahan paling sesuai diberikan pada fase
ini adalah pakan alami, yaitu berupa pakan hidup dan plankton. Salah satu pakan
hidup yang disukai benih atau larva lele adalah kutu air atau lebih dikenal dengan
sebutan (Daphnia sp.). Di samping kutu air, pakan alami lain yang cocok untuk
benih lele adalah cacing sutera.
Pemberian pakan ikan tambahan tersebut harus dilakukan secara terukur, tidak
berlebihan, dan diberikan sebanyak dua kali sehari pada pagi dan sore hari.
Pemberian pakan ikan secara terukur akan menjaga kualitas air tetap baik. Pakan
ikan tambahan untuk benih lele kecil lebih diutamakan berupa pakan alami.
Kelebihan pakan alami ini adalah memiliki nutrisi cukup lengkap jika dibanding
dengan pakan ikan buatan.
Pakan alami benih lele berupa kutu air (Daphnia sp.) dapat diperoleh dari comberan
atau genangan air. Penangkapan kutu air (Daphnia sp.) menggunakan scopnet
berukuran kecil. Sebelum diberikan, kutu air (Daphnia sp.) harus dibersihkan
terlebih dahulu dari kotoran atau lumpur yang menempel. Sementara itu, pakan
alami benih lele berupa cacing sutera dapat diperoleh dengan cara melakukan
penangkapan cacing sutera tersebut pada saluran pembuangan air yang banyak
mengandung bahan organik, seperti sisa makanan rumah tangga. Saluran air atau
comberan biasanya banyak terdapat cacing sutera.
Pada budidaya lele tradisional ini, benih lele dipelihara selama 2-3 minggu dalam
kolam penetasan ikan, dan selanjutnya benih-benih ikan tersebut dipindahkan dan
didederkan di kolam pendederan lele. Kolam pendederan lele ini bisa menggunakan
kolam tembok atau jaring apung (japung). Pemanenan benih ikan dilakukan pada
pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya stres pada benih. Benih lele yang ditetaskan menggunakan kolam plastik,
cara pemanenannya cukup praktis, yakni hanya cukup mengangkat beberapa sudut
dari plastik tersebut. Dengan cara ini, secara perlahan-lahan air di dalam kolam
pemeliharaan benih ikan akan terbuang atau berkurang dan benih lele akan
berkumpul di salah satu sudut. Di sudut pembuangan dipasang scop net, dimana
scop net ini berfungsi untuk menampung benih ikan yang terbawa aliran air.
Selanjutnya scop net diangkat dengan hati-hati dan benih ikan dipindahkan pada
budidaya tahap pendederan. Untuk setiap ekor induk dengan berat sekitar 500 gram
akan diperoleh benih lele sebanyak 10.000-15.000 ekor.

Home » LELE » BUDIDAYA IKAN LELE PEMBENIHAN SECARA


TRADISIONAL
BUDIDAYA IKAN LELE MENGGUNAKAN SISTEM BIOFLOC
(BAGIAN 1, PERSIAPAN MEDIA KOLAM)
Thursday, October 31, 2013 Biofloc, Budidaya Perikanan, penyuluhan 2 comments

Peluang pengembangan usaha perikanan bidang penangkapan ikan sejak tahun 2004 mulai mengalami stagnasi
karena over fishing. Untuk menutupi kekurangan produksi ikan dan terus meningkatkan konsumsi ikan, maka
Kementerian Kelautan Melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya mengambil kebijakan untuk melakukan
revitalisasi bidang budidaya perikanan.

Visi dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yaitu Perikanan Budidaya sebagai sumber pertumbuhan
ekonomi andalan melalui sistem usaha budidaya yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan. Untuk
dapat mencapai visi tersebut, maka salah satu kebijakan yang mendukung adalah pengembangan kawasan
pembudidayaan di air tawar, payau dan laut yang berbasis IPTEK sesuai daya dukung lahan dengan tetap
menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan hidup guna mewujudkan sistem usaha budidaya yang
berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan.

Dalam pencapaian visi tersebut, terdapat banyak kendala yang dihadapi baik kendala internal maupun eksternal.
Dan salah satu kendala yang menjadi awal dari kurangnya produksi ikan budidaya adalah belum banyak
dikuasainya teknik pembenihan ikan. Dengan dikuasainya teknik pembenihan, maka stok benih melimpah dan
akan dapat mendorong peningkatan produksi ikan konsumsi yang kurang maksimal perkembangannya karena
kurangnya stok benih.

Perikanan budidaya air tawar memiliki peluang pengembangan produksi yang sangat besar jika didukung dengan
peningkatan produksi benih. Untuk itu perlu adanya intensifikasi usaha pembenihan secara terintegrasi untuk
merealisasi peningkatan produksi tersebut. Namun demikian, peningkatan produksi benih tersebut harus tetap
mengacu pada Good Management Practice (GMP), dan untuk dapat mencapai GMP, pembesaran harus
menerapkan standar Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB).

Mengingat vitalnya peran dari pengetahuan dan ketrampilan pembenihan ikan yang sesusai dengan CBIB, maka
disusunlah bahan ajar ini agar dapat mengarahkan pada para pelaku usaha budidaya ikan lele pada CBIB.
Sehingga target pengembangan dan pencapaian visi dari direktorat jenderal perikanan budidaya dapat tercapai.

A. PEMBUATAN KOLAM PORTABLE

Teknik Pembuatan saluran pembuangan (Outlet)

Pertama kita bersihkan dahulu pekarangan/ lokasi untuk pembuatan kolam dengan desain kemiringan
diletakkan pada bagian paling tengah (pusat), dengan kemirigan + 10 cm, ini bertujuan agar endapan dapat
mengumpul pada satu titik, sehingga pada titik tersebut akan ada semburan aerasi, sehingga tidak akan terjadi
pegendapan kotoran.
Setelah itu pasagan paralon dengan dari sumbu ke pinggir/ batas luar kolam dan keduanya dipasang knee dan di
lem dengan lem paralon, posisikan paralon agar tidak sejajar atau menjorok keluar area kolam agar air dapat
terbuang semua. Kemudian ratakan dengan tanah kembali.

Saluran pembuangan

Teknik pemasangan wiremesh

Setelah pembuatan saluran pembuangan selesai selajutnya kita memasang besi wiremes yang berfungsi untuk
menyangga terpal, mula-mula besi kita potong sesuai ukuran, kemudian kita satukan sehingga menjadi bentuk
bulat, pada pertemuan besi wiremesh tersebut kita satukan dengan cara kita ikatkan salah satu besi dengan
sehigga akan menyatu dengan kuat.

Selanjutya kita pasang penutup bagian dalam wiremesh dengan karpet talang kita ukur sesuai kebutuhan dan
kita pasang di dalam besi wiremesh kemudian kita ikat dengan kawat bendrat agar tidak lepas, ini bertujuan
untuk menghindari benjolan-benjolan yang diakibatkan oleh air ketika kolam sudah diisi oleh air.

Besi Wiremesh

Teknik Pemasangan terpal GM


Selanjutya, kita pasang terpal dengan langsung kita posisikan dari tegah, atau dicari sumbu tegahnya sehingga
akan lebih mudah dan akan sesuai yang kita harapkan, kemudian pelan-pelan kita buka sehigga menutupi semua
area wiremesh, setelah wiremesh terpasang dengan rapi kemudian langkah selajutnya yakni membuat lubang
pembuangan yakni dengan cara menyobek menggunakan silet/ knee
cutter pada bagian atas
pembuangan, kemudian kita masukkan paralon yang sudah kita lubangi dan diberi penutup.

Besi Wiremesh yang sudah dipasang terpal

B. PEMASANGAN AERASI

Teknik instalasi aerator

Aerator berfungsi selain sebagai penyuplai oksigen di media (air) aerator ini juga berfungsi sebagai alat
pegadukan yang sangat dibutuhkan dalam sistem budidaya Biofloc 2 ini, didalam sistem ini pegadukan dan
penambahan oksigen ke media sangat berpegaruh pada pembetukan floc.

Pada dasarnya instalasi aerator sangatlah mudah, pertama kita siapkan aerator kemudian dipasang saluran
outlet kemudian kita pasang selang sesuai kebutuhan pada kolam kita, selajutnya lubang output aerator yang
tidak terpakai kita tutup menggunakan selang yang kita potong dan kita satukan dengan lubang yang tidak
terpakai sebelahnya atau dengan cara kita bakar salah satu ujung selang sehingga akan tertutup salah satu
lubangnya.
Aerator

Teknik instalasi airstone

Airstone ini berfungsi sebagai pemecah oksigen agar dapat terurai menjadi kecil/ lembut keluarannya, sehingga
oksigen yang akan terlarut semakin sempurna, pemasangan airstone kita hanya tinggal memasangkan airstone
dengan selang yang sudah terhubung dengan aerator.

Batu Aerasi (Airstone)

Teknik penempatan airstone

Penempatan airstone hendaknya diletakan pada area tengah kolam bundar, sehingga pengadukan dapat lebih
sempurna dan menyebar ke segala penjuru.
Penempatan batu aerasi
Membuat sendiri pakan lele
alternatif
BAGIKAN:

Pakan merupakan komponen paling penting dalam usaha budidaya ikan, termasuk ikan lele.
Sekitar dua per tiga biaya produksi ikan lele dibelanjakan untuk pakan. Sialnya harga pakan
lele tidaklah murah karena sebagian besar bahan bakunya diimpor. Hal ini banyak dikeluhkan
para peternak ikan.
Untuk menjawab kendala di atas, ada baiknya kita mengetahui bagaimana cara membuat
pakan lele alternatif dan sebagai subtitusi pelet buatan pabrik. Terdapat dua tipe pakan
alternatif yang akan dipaparkan di sini, yakni pakan dari bahan-bahan utama dan pakan yang
dengan memanfaatkan sisa-sisa. Pakan dari bahan-bahan utama dibuat dari bahan-bahan yang
memiliki kandungan nutrisi sesuai dengan kebutuhan ikan lele. Sedangan pakan tambahan
didapatkan dari bahan-bahan organik sisa atau yang harganya murah dan ketersediaanya
melimpah.
Kandungan nutrisi pakan
Pakan lele yang baik harus memenuhi rasio pemberian pakan dengan penambahan bobot
tubuh kurang dari satu (Feed Conversion Ratio/FCR>1). Artinya, setiap pemberian pakan
sebanyak 1 kg akan menambah bobot tubuh sebanyak 1 kg. Jadi semakin kecil rasio FCR-
nya, semakin baik pakannya.
Penyediaan pakan lele untuk pakan utama harus memiliki kandungan nutrisi yang lengkap.
Pakan tersebut harus mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Protein
berfungsi sebagai sumber energi utama. Jenis ikan karnivora semacam lele membutuhkan
protein yang tinggi yaitu lebih dari 35% dari berat pakan.
Lemak dibutuhkan sebagai sumber energi tambahan penting. Selain sebagai sumber energi,
lemak sangat penting untuk kelangsungan hidup ikan, melarutkan beberapa jenis vitamin dan
menjaga keseimbangan daya apung ikan dalam air. Penambahan lemak pada pakan juga
mempengaruhi rasa dan mutu pakan. Lele membutuhkan lemak dengan kadar 4-5 persen dari
berat pakan. Kadar lemak tidak boleh berlebihan karena bisa menyebabkan penimbunan
lemak pada usus dan hati ikan, sehingga ikan jadi kurang nafsu makannya.
Karbohidrat terdiri dari senyawa serat kasar dan bahan bebas tanpa nitrogen. Fungsi utama
karbohidrat adalah sebagai sumber energi. Selain berfungsi sebagai nutrisi, karbohidrat juga
bisa menjadi bahan perekat dalam pembuatan pakan lele. Kandungan karbohidrat pada pakan
lele sebaiknya ada pada kisaran 4-6 persen.
Vitamin merupakan zat organik yang dibutuhkan ikan dalam jumlah kecil, namun peranannya
sangat vital. Perannya untuk mempertahankan kondisi dan daya tahan tubuh. Vitamin
umumnya tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan, jadi harus dipenuhi dari luar atau pakan.
Kebutuhan vitamin akan menurun seiring dengan pertumbuhan besar ikan.
Satu lagi yang dibutuhkan dalam jumlah kecil namun penting, yakni mineral. Mineral ini
memainkan peran penting dalam membangun struktur tulang ikan dan dalam fungsi
metabolisme. Mineral terdiri dari makromineral dan mikromineral. Makromineral ada dalam
konsentrasi tinggi dalam tubuh ikan diantaranya kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium
(Na), kalium (K), fosfor (K), klorida (Cl) dan sulfur (S). Sedangkan mikromineral antara lain
besi (Fe), seng (Zn), mangan (Mn), tembaga (Cu), iodium (I), kobalt (Co), nikel (Ni) fluor
(F), krom (Cr), silikon (Si) dan selenium (Se).
Membuat pakan lele alternatif
Pakan alternatif pengganti pelet bisa kita buat dari berbagai bahan. Kandungan utama pelet
yang paling dominan adalah tepung ikan. Tepung ikan digunakan karena kandungan
proteinnya yang tinggi dan gizi lainnya. Namun harga tepung ikan ini mahal, oleh karena itu
kita bisa mencampurnya dengan bahan-bahan lain yang lebih murah tanpa mengurangi
kandungan protein yang ada.
Pakan lele alternatif yang kita buat harus disesuaikan dengan kebutuhan standar ikan lele
untuk tumbuh dan berkembang dengan baik dan cepat (lihat kembali tabel di atas). Untuk itu,
ada banyak bahan alternatif yang bisa kita dapatkan, sebaiknya yang menjadi acuan adalah
kandungan protein. Berikut tabel berbagai bahan beserta kandungannya dalam satuan persen
(%):
Bahan Protein Lemak

Tepung Ikan 62.99 8.4

Tepung Kedelai 36,6 14.30

Bungkil Kelapa 18.46 15.73

Tepung Jagung 10.40 0.53

Dedak Halus 15.58 6.8

Tepung Tapioka 2.6 2.6

Misalnya, kita ingin membuat pakan lele dari campuran 50 kg tepung ikan (kandungan
protein 62,9%) dengan 50 kg dedak halus (15,58%), apakah campuran tersebut memenuhi
kebutuhan protein ikan lele?
 Jumlah protein dalam tepung ikan = 62,9% x 50 kg = 31,45 kg
 Jumlah protein dalam dedak halus = 15,58 x 50 kg = 7,79 kg
 Jumlah total protein dari tepung ikan dan dedak halus = 39,24 kg
 Artinya dari total berat bahan baku 100 kg didapat protein 39,24 kg atau 39,24% dari adonan tersebut
adalah protein. Hal ini mencukupi untuk pakan lele dimana minimal tersedia kandungan protein kasar
sebanyak 30%.
 Untuk memperkaya kandungan nutrisi, kita bisa menambahkannya dengan berbagai vitamin ikan
yang tersedia di pasaran.
Membuat pakan lele tambahan
Disebut pakan tambahan karena tujuannya untuk melengkapi pemberian pakan utama.
Kandungan nutrisi pada pakan lele tambahan tidak bisa ditakar dengan tepat. Namun
kandungannya masih bisa kita kira-kira. Pemberian pakan lele tambahan dalam budidaya lele
intensif bisa menekan biaya pengeluaran pakan, sehingga peternak bisa menikmati
keuntungan yang lebih besar. Bahan-bahan berikut disarikan dari pengalaman-pengalaman
para peternak lele.
a. Limbah peternakan unggas
Beruntung bagi peternak yang lokasinya dekat dengan peternakan unggas (ayam atau puyuh).
Peternakan unggas biasanya menghasilkan limbah berupa ayam mati dalam jumlah yang
kontinyu. Limbah tersebut bisa kita gunakan untuk pakan lele. Karena ikan lele pada
hakikatnya adalan hewan karnivora.
Bangkai ayam atau puyuh sebaiknya tidak diberikan begitu saja untuk menghindari
terjangkitnya penyakit pada ikan. Bangkai harus dibersihkan terlebih dahulu bulu dengan cara
direbus. Selain menghilangkan bulu, proses perebusan berfungsi untuk membunuh bibit
penyakit yang mungkin terkandung dalam bangkai. Perebusan bisa dilakukan dalam drum-
drum besar.
Setelah direbus diamkan bangkai tersebut sampai dingin, lalu berikan pada ikan lele pada hari
yang sama. Pakan diberikan dengan cara digantung dan celupkan pakan dalam air kolam.
Setelah habis angkat kerangka yang tersisa jangan sampai menjadi residu dalam kolam.
b. Keong mas atau bekicot
Disebagian tempat, keong mas merupakan hama bagi petani padi. Kita bisa memanfaatkan
daging keong yang kaya protein untuk pakan lele tambahan. Keong mas mudah ditemukan di
daerah pesawahan. Cara mengumpulkannya pun mudah, apalagi kalau tempat kita ada di
pedesaan. Tinggal pasang plang, terima keong mas lalu nego, beres urusan.
Sama seperti bangkai unggas, keog mas hendaknya tidak diberikan secara langsung. Rebus
terlebih dahulu keong mas atau bekicot dalam air mendidih selama beberapa menit.
Perebusan ini fungsinya untuk mengempukan daging, memudahkan pelepasan cangkang, dan
membunuh bibit penyakit yang tidak dikehendaki. Setelah direbus, lepaskan cangkangnya
dengan cara dicukil menggunakan garpu. Kemudian, daging keong didinginkan dan
dicincang kecil-kecil.
c. Belatung
Belatung (maggot) merupakan sumber protein yang baik buat ikan lele. Belatung dihasilkan
dari lalat. Ada beberapa jenis belatung yang cocok untuk dijadikan, salah satunya dari
lalat black soldier fly (Hermetia illucens). Mengapa black soldier fly? Karena belatung ini
memiliki kandungan protein kasar hingga 40% dan menurut penelitan BBPBAT cocok untuk
pakan lele tambahan.
Untuk membiakkan belatung ini cukup sediakan ember, daun pisang, ampas tahu, sisa ikan
asin dan bisa ditambahkan kotoran ayam. Caranya masukkan ampas tahu sebagai bahan
utama kedalam ember, lalu tambahkan air bersih dan aduk hingga rata. Kemudian tambahkan
ikan asin dan kotoran ayam, lalu tutup permukaannya dengan daun pisang kering agar
lalat black soldier fly mau bertelur. Tempatkan ember ditempat teduh dan terlindung dari air
hujan.
Setelah kira-kira 3 minggu atau bisa saja kurang dari itu, belatung sudah siap dipanen.
Caranya campurkan air pada media kultur, lalu saring untuk memisahkan media kultur dari
belatung. Belatung siap diberikan sebagai pakan lele. Untuk bahan baku media kultur
sebanyak 100 kg kira-kira akan dihasilkan belatung 60 kg. Perhatikan, jangan menyimpan
belatung segar terlalu lama karena bisa berubah menjadi lalat.
d. Ikan rucah
Bagi para peternak yang lokasinya berdekatan dengan tempat pelelangan ikan, opsi ini bisa
menjadi pilihan yang efektif. Ikan rucah atau ikan sisa tangkaapan yang kecil-kecil yang tidak
dikonsumsi manusia biasanya dijual dengan harga murah. Ikan ini bisa kita manfaatkan untuk
pakan lele tambahan.
Ikan rucah biasanya tidak banyak mengandung tulang atau duri. Bagi ikan rucah seperti ini
tidak memerlukan pengolahan terlebih dahulu. Bisa langsung dicincang dan diberikan pada
lele. Namun bagi ikan yang banyak mengandung tulang atau duri, sebaiknya direbus dahulu.

Anda mungkin juga menyukai