Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

Tentang

HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

OLEH : KELOMPOK 3

CHINTIA PUTRI

ILGIA MELFA DIARA

LILIS KARLINA

YUDI JASWAN

ZULVIANA RAHMADANTI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Askep Harga Diri Rendah Situasional”

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan
terima kasih kepada ibu Ns.Helena Patricia,M.Kep selaku dosen pengajar mata
kuliah praktek keperawatan jiwa program studi SI ilmu keperawatan stikes syedza
saintika padang.

Dalam menyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai


hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan,
pengalaman dan kemampuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharakan kritik dan
saran demi pernaikan sempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan .............................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
A. Pengertian ........................................................................................................ 2
B. Rentang Respon Konsep Diri .......................................................................... 5
C. Etiologi............................................................................................................. 6
D. Manifestasi klinis ............................................................................................. 8
E. Mekanisme koping ........................................................................................... 8
F. Masalah keperawatan ....................................................................................... 9
G. Pohon masalah ................................................................................................. 9
H. Diagnosa keperawatan dari pohon masalah ................................................... 10
I. Fokus intervensi ............................................................................................. 10
J. ANALISA DATA .......................................................................................... 16
K. RENCANA KEPERAWATAN ..................................................................... 17
L. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN .......................................................... 26
BAB III ................................................................................................................. 31
KESIMPULAN ..................................................................................................... 31
KESIMPULAN ..................................................................................................... 31
SARAN ................................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai


keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir
tentang hal negatif diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu
dan tidak berprestasi (Keliat, 2010).
Fitria (2009) juga menyebutkan, harga diri rendah merupakan
kondisi seseorang dimana ia merasa bahwa dirinya tidak diterima
dilingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya. Harga diri
rendah dapat dibagi menjadi dua yaitu, harga diri rendah situasional dan
harga diri rendah kronik. Harga diri rendah situasional adalah keadaan
dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami
perasaan negatif mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian.
Apabila dari harga diri rendah situasional tidak ditangani segera, maka
lama kelamaan dapat menjadi harga diri rendah kronik.
Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri rendah
adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. Dapat disimpulkan
harga diri rendah adalah kurangnya rasa percaya diri sendiri yang dapat
mengakibatkan pada perasaan negatif pada diri sendiri, kemampuan diri
dan orang lain. Yang mengakibatkan kurangnya komunikasi pada orang
lain.

B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui bagaimana membuat Asuhan Keperawatan Harga Diri


Rendah Situasional.

C. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana membuat Asuhan Keperawatan Harga Diri


Rendah Situasional.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

1. Konsep Diri

Menurut Rogers (2004) konsep diri adalah kesadaran batin yang


tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan
membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep diri terbagi menjadi 2
yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal (Rogers, 2004). Untuk
menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak,
Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence
dan Congruence. Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang
dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan
kekacauan batin. Sedangkan Congruence berarti situasi di mana
pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep
diri yang utuh, integral, dan sejati (Rogers, 2004).
Komponen-komponen dalam konsep diri terdiri atas beberapa hal
diantaranya adalah sebagai berikut (Rogers, 2004):
a. Gambaran Diri
Kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari
terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu, dan sekarang,
serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi.
Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi
dan pengalaman baru. Hal-hal yang terkait dengan gambaran
diri sebagai berikut:
 Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia
remaja.
 Bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, dan tanda-
tanda pubertas.
 Cara individu memandang diri berdampak penting
terhadap aspek psikologis.

2
 Gambaran yang realistik terhadap menerima dan
menyukai bagian tubuh, akan memberi rasa aman dalam
menghindari kecemasan dan meningkatkan harga diri.
 Individu yang stabil, realistik, dan konsisten terhadap
gambaran dirinya dapat mendorong sukses dalam
kehidupan.
b. Ideal Diri
Persepsi individu tentang perilakunya, disesuaikan dengan
standart pribadi yang terkait dengan cita-cita, harapan, dan
keinginan serta nilai personal tertentu yang ingin dicapai. Hal-
hal yang terkait dengan ideal diri:
c. Gambaran Diri
Kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari
terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu, dan sekarang,
serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi.
Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi
dan pengalaman baru. Hal-hal yang terkait dengan gambaran
diri sebagai berikut:
 Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia
remaja.
 Bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, dan tanda-
tanda pubertas.
 Cara individu memandang diri berdampak penting
terhadap aspek psikologis.
 Gambaran yang realistik terhadap menerima dan
menyukai bagian tubuh, akan memberi rasa aman
dalam menghindari kecemasan dan meningkatkan
harga diri.
 Individu yang stabil, realistik, dan konsisten terhadap
gambaran dirinya dapat mendorong sukses dalam
kehidupan.
d. Ideal Diri

3
Persepsi individu tentang perilakunya, disesuaikan dengan
standart pribadi yang terkait dengan cita-cita, harapan, dan
keinginan serta nilai personal tertentu yang ingin dicapai.
Hal-hal yang terkait dengan ideal diri:
1. Perkembangan awal terjadi pada masa kanak-kanak.
2. Terbentuknya masa remaja melalui proses identifikasi
terhadap orang tua, guru, dan teman.
3. Dipengaruhi oleh orang-orang yang dipandang penting
dalam memberi tuntutan dan harapan.
4. Mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan
norma keluarga dan sosial.
e. Harga Diri
Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang
berakar dalam penerimaan diri sediri tanpa syarat, walaupun
melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa
sebagai seorang yang penting dan berharga.
f. Penampilan Peran
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan
sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai
kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana
seseorang tidak mempunyai pilihan untuk menentukan
perannya sendiri. Peran yang diterima adalah peran yang
terpilih atau dipilih individu itu sendiri.
g. Identitas Diri
Pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan,
konsistensi, dan keunikan individu. Mempunyai konotasi
otonomi dan meliputi persepsi seksualitas seseorang.
Pembentukan kualitas dimulai pada masa bayi dan terus

4
berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama
pada masa remaja.
2. Harga Diri Rendah
“Harga diri rendah adalah suatu keadaan dimana evaluasi diri dan
perasaan terhadap diri sendiri atau kemampuan diri yang negatif, yang
secara langsung atau tidak langsung diekspresikan” (Townsend, 1995).
“Harga diri adalah penilaian diri terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri” (Sunaryo,
2004).
Jika individu selalu sukses maka cenderung harga diri tinggi tetapi
jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah
(Direktorat Kesehatan Jiwa, 1995). Didalam diri seseorang besar
kemungkinan terjadi gangguan harga diri apabila aspek utama harga
diri yaitu dicintai, disayangi, dikasihi orang lain, dan mendapat
penghargaan dari orang lain belum terpenuhi (Townsend, 1998). Hal
ini dapat di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri, harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan, tidak berdaya, tidak ada harapan dan putus asa
(Keliat, 1999).

B. Rentang Respon Konsep Diri

1. Aktualisasi diri: pengungkapan perasaan/kepuasan dari konsep diri


positif.
2. Konsep diri positif: dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan
yang diharapkannya dan sesuai dengan kenyataan.
3. Harga diri rendah: perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diit, dan merasa gagal mencapai keinginan.
4. Kerancuan identitas: ketidakmampuan individu mengintegrasikan
aspek psikologis pada masa dewasa, sifat kepribadian yang
bertentangan, dan perasaan hampa.
5. Depersonalisasi: merasa asing terhadap dirinya sendiri dan kehilangan
identitas.

5
C. Etiologi

Menurut Keliat (1995) harga diri rendah dapat terjadi secara:


1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja
dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena
privasi yang kurang diperhatikan: pemeriksaan fisik
yang sembarangan, harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh
yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas
yang tidak menghargai.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien mempunyai cara fakir yang negatif,
kejadian sakit, dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya.
Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen (1998) penyebab harga diri
rendah dibedakan menjadi dua yaitu faktor predisposisi dan stressor
presipitasi.
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi dapat menunjang terjadinya perubahan
dalam konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibedakan sebagai
berikut:
a. Perkembangan
Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dapat
mempengaruhi gangguan konsep diri, misal: krisis psikososial pada
masa perkembangan, harapan orang yang penting dalam hidupnya,
peran sosial yang diharapkan, aspek budaya yang mempengaruhi,
keadaan kesehatan fisik, dan pola penyelesaian masalah yang
dimiliki.
b. Faktor yang mempegaruhi harga diri
Pengalaman masa kanak-kanak merupakan faktor
kontribusi pada gangguan konsep diri diantaranya: anak sangat
peka terhadap perlakuan dan respon orang tua yang kasar,
membenci, tidak menerima atas usaha anak, ketidak pastian diri,

6
dan anak yang tidak menerima kasih sayang maka anak tersebut
akan gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta orang lain.
c. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran.
Peran yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu telah
diterima masyarakat bahwa wanita kurang mampu, kurang
mandiri, kurang obyektif, dan kurang rasional dibandingkan
dengan pria sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang
hangat, dan kurang ekspresif dibandingkan dengan wanita.
d. Faktor yang mempengaruhi identitas personal.
Orang tua selalu curiga pada anak sehingga anak akan ragu
apakah yang ia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan
orang tua maka akan timbul rasa bersalah. Kontrol orang tua pada
anak remaja akan menimbulkan perasaan benci anak pada orang
tua. Anak remaja ingin diterima, dibutuhkan, diinginkan, dan
dimiliki oleh kelompoknya.
2. Faktor presipitasi
Gangguan konsep diri dapat disebabkan dari luar dan dari dalam.
Dimana situasi-situasi yang dihadapi individu tidak mampu
menyesuaikan stressor yang mempengaruhi gambaran diri seperti:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian yang megancam.
b. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis
transisi peran:
1. Transisi peran perkembangan adalah perubahan
normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan.
Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma
budaya atau nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
2. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.

7
3. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran
dari keadaan sehat menuju keadaan sakit. Transisi ini
mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh,
perubahan ukuran, bentuk, penampilan, dan fungsi
tubuh, perubahan fisik, prosedur medis, dan
keperawatan.

D. Manifestasi klinis

Menurut Stuart dan Sundeen (1998), karakteristik perilaku yang


ditunjukkan pada klien dengan harga diri rendah berupa mengkritik diri
sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan
pada orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting yang
berlebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung atau
marah yang berlebihan, perasaan negatif terhadap tubuhnya sendiri,
ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis, keluhan
fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan terhadap
kemampuan personal, destruktif terhadap diri sendiri, pengurangan diri,
menarik diri secara sosial, penyalahgunaan zat, menarik diri dari realita,
dan khawatir.

E. Mekanisme koping

Struart dan Sundeen (1998) berpendapat bahwa mekanisme koping


termasuk pertahanan koping jangka pendek dan jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan jangka
panjang, jangka pendek, dan ego menurut Stuart dan Sundeen (1998)
adalah sebagai berikut:
Pertahanan jangka pendek meliputi:
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis
identitas, misal: konser musik, bekerja keras, menonton televisi
secara obsesif.

8
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,
misal: ikut serta dalam aktivitas sosial, agama, klub politik,
kelompok atau geng.
c. Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri, misal:
olah raga yang kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas.
d. Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan
individu, misal: penyalahgunaan obat.

Pertahanan jangka panjang termasuk sebagai berikut:


a. Penutupan identitas, adopsi identitas prematur yang diinginkan
oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan
keinginan, aspirasi dan potensi diri individu tersebut.
b. Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak wajar,
bertentangan dengan nilai, dan harapan masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk gangguan fantasi,
disosiasi, isolasi, proyeksi, pergeseran (displacement), peretakan
(spiliting), berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk.

F. Masalah keperawatan

Menurut Keliat (1999) ada beberapa masalah keperawatan yang


sering muncul pada klien dengan harga diri rendah yaitu (a) resiko
perilaku kekerasan, (b) gangguan harga diri rendah situasional atau kronik,
(c) Koping individu tidak efektif.

G. Pohon masalah

Resiko Perilaku Kekerasan Akibat

Gangguan Kosep Diri : Harga Diri Renda Core Problem

9
Koping Individu Tidak Efektif Penyebab

H. Diagnosa keperawatan dari pohon masalah

Keliat (1999) berpendapat bahwa diagnosa keperawatan yang dapat


dirumuskan dari pohon masalah tersebut diatas adalah sebagai berikut:
1. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan koping
individu tidak efektif.

I. Fokus intervensi

Fokus intervensi dari diagnosa keperawatan yang muncul


diatas pada klien dengan harga diri rendah adalah sebagai berikut:
1. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri
rendah. (Keliat, 1999).
Tujuan Umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina berhubungan saling percaya
Kriteria evaluasi: ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan
rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan dan
menyebut nama, mau menjawab salam, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan
masalah yang dihadapi.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
prinsip komunikasi terapeutik
 Sapa klien dengan ramah baik dengan verbal
maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.

10
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjukkan sikap menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatika kebutuhan dasar
klien.
Rasional: hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
hubungan interaksi selanjutnya.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki.
Kriteria evaluasi:
klien dapat menyebutkan kemampuan yang dimiliki klien di RS,
rumah, dan tempat kerja. Daftar positif keluarga klien dan daftar
positif lingkungan klien.
Intervensi:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien, buat daftarnya.
b. Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian
negatif.
c. Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan
dan aspek positif klien.
Rasional:
diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai
realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar
asuhan keperawatannya, reinforcement positif akan meningkatkan
harga diri klien, dan pujian yang realistik tidak menyebabkan klien
melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.


Kriteria evaluasi:
klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan di
rumah sakit dan klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
dirumah.

11
Intervensi keperawatan:
a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih
digunakan selama sakit.
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaan di rumah sakit.
c. Berikan pujian.
Rasional: diskusikan pada klien tentang kemampuan yang
dimiliki adalah prasarat untuk berubah dan mengerti
tentang kemampuan yang dimiliki dapat memotivasi klien
untuk tetap mempertahankan penggunaannya.

4. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai


dengan kemampuan yang dimiliki.
Kriteria evaluasi:
klien memiliki kemampuan yang akan dilatih, klien mencoba,
dan membuat jadwal harian.
Intervensi keperawatan:
a. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di
rumah sakit.
b. Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.
c. Beri pujian atas keberhasilan klien.
d. Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.
e. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan, buat jadwal kegiatan mandiri, kegiatan
dengan bantuan sebagian, dan kegiatan yang membutuhkan
bantuan total
f. Tingkatkan kegiatan yang disukai sesuai dengan kondisi klien
g. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
Rasional:
klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri, klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya,

12
dan contoh peran yang dilihat klien akan memotovasi klien untuk
melaksanakan kegiatan.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan


kemampuannya.
Kriteria evaluasi:
klien melakukan kegiatan yang telah dilatih (mandiri, dengan
bantuan atau tergantung), klien mampu melakukan beberapa
kegiatan mandiri.
Intervensi Keperawatan :
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Rasional:
reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri kllien dan
memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Kriteria evaluasi:
keluarga dapat memberi dukungan dan pujian serta memahami
jadwal kegiatan harian klien.
Intervensi keperawatan:
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d. Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah.
e. Anjurkan keluaraga untuk memberi pujian pada klien setiap berhasil.
Rasional:

13
mendorong keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat
proses penyembuhan klien dan meningkatkan peran serta keluarga
dalam merawat klien di rumah.

2. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak


efektif (Keliat, 1999)
Tujuan umum
a. Klien dapat memiliki koping yang efektif.
Tujuan khusus:
Klien dapat mengungkapkan perasaannya secara bebas.
Kriteria evaluasi:
Klien mengungkapkan perasaanya secara bebas.
Intervensi:
1. Ijinkan klien untuk menangis.
2. Sediakan kertas dan alat tulis jika klien belum mau bicara.
3. Nyatakan kepada klien bahwa perawat dapat mengerti apabila klien
belum siap membicarakan permasalahannya.

b. Klien dapat mengidentifikasi koping dan perilaku yang berkaitan


dengan kejadian yang dihadapi.
Kriteria evaluasinya:
klien dapat mengidentifikasi koping dan perilaku yang berkaitan
dengan kejadian yang dihadapi.
Intervensi:
1. Tanyakan kepada klien apakah pernah mengalami hal yang sama.
2. Tanyakan cara-cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi
perasaan dan masalah
3. Identifikasi koping yang pernah dipakai.
4. Diskusikan dengan klien alternatif koping yang tepat bagi klien.

c. Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negatif.


Kriteria evaluasi:

14
klien memodifikasi pola kognitif yang negatif.
Intervensi:
1. Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien.
2. Identifikasi pemikiran negatif dan bantu untuk menurunkan
melalui interupsi atau substitusi.
3. Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.
4. Identifikasi ketetapan persepsi klien yang tepat tentang
penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional.
5. Kurangi penilaian klien yang negatif terhadap dirinya.
6. Evaluasi ketepatan persepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat
klien.
7. Bantu klien untuk menyadari nilai yang dimilikinya dan perubahan
yang terjadi.

d. Klien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang


berkenaan dengan perawatan dirinya.
Kriteria evaluasi:
klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan
dengan perawatan dirinya.
Intervensi:
1. Libatkan klien dalam menetapkan tujuan perawatan yang ingin
dicapai.
2. Motivasi klien untuk membuat jadwal aktivitas perawatan diri.
3. Berikan klien privasi sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan.
4. Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat.
5. Berikan pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau
penampilannya bagus.
6. Motivasi klien untuk mempertahankan kegiatan tersebut.

e. Klien dapat memotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang


realistik.
Kriteria evaluasi:

15
klien termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistik.
Intervensi:
1. Bantu klien untuk menetapkan tujuan yang realistik. Fokuskan
kegiatan pada saat sekarang bukan pada masa lalu.
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi area situasi kehidupan yang
dapat dikontrolnya.
3. Identifikasi cita-cita yang ingin dicapai oleh klien.
4. Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas tersebut dan
berikan penguatan positif untuk berpartisipasi dan
pencapaiannya.
5. Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu klien
menurunkan perasaan tidak bersalah.

J. ANALISA DATA

No. Hari/tanggal Data Fokus Masalah


Keperawatan
1 Selasa/23 Mei DO:
2006 - Ekspresi sedih Gangguan isolasi sosial
- Menyendiri/ menghindari : menarik diri
orang lain.
- Komunikasi kurang/ tidak ada
(banyak diam)
- Kontak mata kurang
(menunduk)

DS:
- Klien mengatakan malu
berkumpul sama temanya.

2 Selasa/23 Mei DO:


2018 - Klien tampak cemas dan Ganguan konsep diri:
bingung. harga diri rendah

16
- Klien lebih banyak diam tanpa
aktivitas.
- Klien suka menyendiri.
DS:
- Klien mengatakan bahwa dia
tidak mampu mewujudkan
keinginannya.
- Klien mengeluhkan keadaan
dirinya.
- Klien suka mengkritik diri
sendiri.

K. RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. E


Ruang : Sintha
N N Diagnosa Perencanaan Intervensi TT
o. o. Keperawa Tujuan Kriteria Evaluasi D
D tan
x
1 1 Gangguan TUM: Ekspresi wajah Bina hubungan
isolasi Klien dapat bersahabat,menunj saling percaya
sosial : mencegah ukkan rasa senang, dengan
menarik terjadinya ada kontak mata, menggunakan
diri isolasi mau berjabat prinsip
berhubung sosial: tangan dan komunikasi
an dengan menarik diri menyebut nama, terapeutik
Gangguan dalam mau menjawab
a. Sapa klien
konsep kehidupan salam, klien mau dengan ramah
diri: harga sehari-hari. duduk baik dengan
diri rendah TUK 1 berdampingan verbal maupun

17
Klien dapat dengan perawat, non verbal
membina mau mengutarakan
b. Perkenalkan
berhubunga masalah yang diri dengan
n saling dihadapi. sopan
percaya c. Tanyakan
nama lengkap
klien dan nama
panggilan yang
disukai klien
d. Jelaskan
tujuan
pertemuan
e. Jujur dan
menepati janji
f. Tunjukkan
sikap menerima
klien apa
adanya
g. Beri
perhatian
kepada kllien
dan perhatikan
TUK 2 kebutuhan
Klien dapat Klien dapat dasar klien.
mengidentifi menyebutkan Rasionalisasi :
kasi kemampuan dan Hubungan
kemampuan aspek positif yang saling percaya
dan aspek dimiliki. merupakan
positif yang- Klien menilai dasar untuk
dimiliki. kemampuan yang hubungan
dapat digunakan di interaksi
rumah sakit selanjutnya.

18
- Klien menilai
kemampuan yang
dapat digunakan di
rumah.
- Klien memiliki
kemampuan yang
akan dilatih
- Klien mencoba
- Susun jadwal
harian a. Diskusikan
kemampuan
dan aspek
positif yang
dimiliki klien,
buat daftarnya.
b. Setiap
bertemu klien
dihindarkan
dari memberi
penilaian
negatif
c. Utamakan
memberi pujian
yang realistik
pada Kemampu
an dan aspek
positif klien.

Rasionalisasi :
Diskusikan
TUK 3 tingkat
Klien dapat- Klien melakukan kemampuan

19
menilai kegiatan yang klien seperti
kemampuan telah dilatih menilai realitas,
yang (mandiri, dengan kontrol diri
digunakan bantuan atau atau integritas
tergantung) ego diperlukan
sebagai dasar
asuhan
keperawatanny
a.
Reinforcemen
positif akan
meningkatkan
harga diri klien
Pujian yang
realistik tidak
menyebabkan
klien
melakukan
TUK 4 kegiatan hanya
Klien dapat- Klien mampu karena ingin
menetapkan melakukan mendapatkan
dan beberapa kegiatan pujian.
merencanak mandiri
an kegiatan
sesuai
dengan
kemampuan
yang
dimiliki.

20
a. Diskusikan
dengan klien
kemampuan
yang masih
digunakan
selama sakit
b. Diskusikan
kemampuan
yang dapat
dilanjutkan
pengguanaan di
rumah sakit
c. Berikan
pujian yang
realistik.

Rasionalisasi :
Diskusikan pada
klien tentang
kemampuan
yang dimiliki
adalah prasarat
untuk berubah
Pengertian
- Keluarga dapat tentang
TUK 5 memberi kemampuan
Klien dapat dukungan dan yang dimiliki
melakukan pujian diri memotivasi
kegiatan untuk tetap
sesuai mempertahanka

21
kondisi sakit n
dan penggunaannya
kemampuan .
nya.
a. Minta klien
untuk memilih
satu kegiatan
yang mau
dilakukan di
rumah sakit.
b. Bantu klien
melakukannya
jika perlu beri
contoh.
- Keluarga c. Beri pujian
memahami jadwal atas
kegiatan harian keberhasilan
TUK 6 klien klien.
Klien dapat d. Diskusikan
memanfaatk jadwal kegiatan
an sistem harian atas
pendukung kegiatan yang
yang ada. telah dilatih.
e. Catatan :
ulangi untuk
kemampuan
lain sampai
semuanya
selesai
f. Rencanakan
bersama klien
aktivitas yang

22
dapat dilakukan
setiap hari
sesuai
kemampuan,
buat jadwal.
- Kegiatan
mandiri
- Kegiatan
dengan bantuan
sebagian
- Kegiatan
yang
membutuhkan
bantuan total
Rasionalisasi :
Klien adalah
individu yang
bertanggung
jawab terhadap
dirinya sendiri
Klien perlu
bertindak
secara realistis
dalam
kehidupannya.
Contoh peran
yang dilihat
klien akan
memotovasi
klien untuk
melaksanakan
kegiatan.

23
a. Beri
kesempatan
pada untuk
mencoba
kegiatan yang
telah
direncanakan.
b. Beri pujian
atas
keberhasilan
klien
c. Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di
rumah.

Rasionalisasi :
Reinforcement p
ositif dapat
meningkatkan
harga diri kllien
Memberikan
kesempatan
kepada klien
untuk tetap
melakukan
kegiatan yang
biasa

24
dilakukan.

a. Beri
pendidikan
kesehatan pada
keluarga
tentang cara
merawat klien
denga harga
diri rendah.
b. Bantu
keluarga
memberikan
dukungan
selama klien
dirawat
c. Bantu
keluarga
menyiapkan
lingkungan di
rumah.
d. Jelaskan cara
pelaksanaan
jadwal kegiatan
klien di rumah
e. Anjurkan
memberi pujian
pada klien
setiap berhasil.

25
Rasionalisasi :
Mendorong
keluarga akan
sangat
berpengaruh
dalam
mempercepat
proses
penyembuhan
klien.
Meningkatkan
peran serta
keluarga dalam
merawat klien
di rumah.

L. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny.E


Ruang : Shinta

Tanggal/ No. Implementasi Evaluasi TTD


Jam Dx Keperawatan
29 Juli 2018 1 TUK 1
10.00 WIB Membina hubungan saling
S : Klien menyebutkan
percaya nama lengkap dan
a. Menyapa klien denga nama panggilan.
ucapan selamat pagi. O : Klien lebih banyak
b. Memperkenalkan diri diam, kontak mata
dengan menyebut nama kurang.

26
lengkap, nama panggilan,
A : TUK 1 belum
alamat dan berjabat tangan. tercapai.
c. Menanyakan nama
P : lakukan terus
lengkap klien, nama TUK 1
panggilan klien,
menananyakanj asal
d. Menjelaskan tujuan
pertemuan, yaitu ingin
membantu menyelesaikan
masalah klien.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. E


Ruang : Sinhta

Tanggal/ No. Implementasi Evaluasi TTD


Jam Dx Keperawatan
24 Mei 2013 1 TUK 1 dan 2
09.30 WIB Membina hubungan saling
S : klien menjawab
percaya salam ” selamat
a. Menyapa klien dengan pafgi, nama saya M
ucapan selamat pagi. R, saya suka
b. Memperkenalkan diri lagi dipanggil R saya
dengan menyebut nama dari Semarang”.
lengkap, nama panggilan, Klien menceitakan
alamat dan berjabat tangan. masalah yang
c. Menanyakan nama dihadapai. Kien
lengkap klien, nama mengatakan merasa
panggilan klien, minder karena ia
menananyakanj asal tidak bisa

27
d. Menjelaskan tujuan mewujudkan
pertemuan, yaitu ingin keinginannya.
membantu menyelesaikan
O: klien menjabat
masalah klien. tangan perawat,
e. Memberikan empati tersenyum, mulai
dengan memberikan waktu ada kontak mata.
dan mendengarkan cerita A: TUK 1 tercapai/
klien tentang masalah yang
P : Optimalkan TUK 1
dihadapi. Menanyakan dan lanjutkian
kenapa klien merasa TUK 2, 3.
minder.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. E
Ruang : Shinta

Tanggal/ No. Implementasi Evaluasi TTD


Jam DP Keperawatan
30 juli 2018 1 TUK 2 dan 3
10.30 WIB a. Menyapa klien dengan
S: Klien menjawab
ucapan ” selamat pagi ” salam. Klien masih
dan berjabat tangan. mengingat nama
b. Memvalidasi TUK 1. perawat.
c. Menanyakan kegiatan Keterampilan yang ia
apa yang biasa dilakukan kuasai adalah
di rumah. mengambar dan
d. Menanyakan bermain gitar
keterampilan apa yang akustik. Klien ingin
dikuasai pasien. mengembangkan
e. Menanyakan kegiatan bakatnya setelah
apa yang masih bisa pulang.

28
dilakukan di rumah sakit.O : Klien menjabat
f. Mendiskusikan dengan tangan perawat, ada
klien kemampuan yang kontak mata
masih digunakan selama tersenyum, dan mau
sakit duduk di samping
g. Mendiskusikan perawat, klien
kemampuan yang dapat tampak antusias,
dilanjutkan pengguanaan menggambar gitar.
di rumah sakit. A : TUK 2 dan 3 tercapai
P : Lanjutkan ke TUK 4

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. E
Ruang : Shinta

Tanggal/ No. Implementasi Evaluasi TTD


Jam DP Keperawatan
31 Juli 2018 1 TUK 4
10.30 WIB a. Menyapa klien. S : Klien meminta pada
b. Memvalidasi TUK 2 dan perawat untuk
3. dibawakan gitar,
c. Meminta klien untuk klien mengatakan
memilih satu kegiatan yang ingin berlatih main
mau dilakukan di rumah gitar lagi.
sakit. O : Klien antusias.
d. Mendiskusikan jadwal
A : TUK 4 belum
kegiatan harian klien. optimal.
e. Merencanakan bersama
P : Optimalkan TUK 4.
klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai

29
kemampuan, buat jadwal.

30
BAB III

KESIMPULAN

KESIMPULAN

Dalam akhir penyusunan makalah ini, penulis membuat kesimpulan


berdasarkan apa yang telah diuraikan tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah. Setelah melakukan serangkaian
kegiatan pengkajian klien dengan “ Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah ”
di Rumah Sakit Jiwa Grhasia, penulis melakukan analisa data dan menemukan
masalah yang muncul yaitu gangguan konsep diri: harga diri rendah .
Dalam pendekatan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah,
teknik komunikasi terapeutik sangat diperlukan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan. Dalam melakukan tindakan pada klien, perlu ditekankan dalam
pembinaan hubungan saling percaya. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk
mampu dan lebih meningkatkan kesadaranh diri dalam berkomunikasi dengan
klien, memberikan perhatian dan melakukan kontak sering dengan klien secara
bertahap.Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan komunikasi terapeutik
dalam pendekatan proses keperawatan ternyata klien berkeinginan untuk
aktualisasi diri, berusaha mengembangkan bakat dan kemampuannya.
Di dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat tidak boleh melupakan
peran keluarga. Karena di sini keluarga diperlukan untuk membantu
meningkatkan keperacayaan diri klien. Setelah penulis membuat rencana dan
membuat tindakan keperawatan, maka penulis menyimpulkan bahwa masalah
keperawatan dapat dikurangi berkat kerjasama antara klien, keluarga dan tenaga
perawat.

SARAN

Makalah ini dibuat jauhlah dari kata kesempurnaan karena keterbatasan


ilmu, untuk itu kami membutuhkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah
ini lebih sempurna. Dan kelompok berharap makalah ini dapat bermnafaat bagi
pembaca.

31
DAFTAR PUSTAKA

32

Anda mungkin juga menyukai