Anda di halaman 1dari 14

BASIC LIFE SUPPORT

MANAJEMEN SUMBATAN PARSIAL PADA JALAN NAFAS SUMBATAN


KARENA LIDAH : HEAD TILT, CHIN LIFT, JAW THRUST, ORO
PHARINGEAL, NASO PHARINGEAL

Dosen Pembimbing : Ns. Tiurmaida Simandalahi, M,Kep

Disusun oleh Kelompok 1:

1. Desri Melia
2. Dian Shaudia Aflah
3. Fitri Wulandari
4. Ilgia Melfa Diara
5. Mona Rahmadila
6. Yudi Jaswan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SYEDZA SAINTIKA PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis kami yang
berjudul “Manajemen Sumbatan Parsial pada jalan Nafas sumbatan karena lidah :
Head Lift, Chin Lift, Jaw Thrust, Oro Pharingeal, Naso pharingeal ”

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan terima kasih
kepada Ibu selaku dosen pengajar mata kuliah BLS program Studi S1 ilmu
keperawatan STIKES Syedza Saintika Padang.

Dalam menyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil
yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan
kemampuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharakan kritik dan saran demi pernaikan
sempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, 19 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
Head Tilt .................................................................................................................... 2
Chin Lift .................................................................................................................... 3
Jaw thrust ................................................................................................................... 4
OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA) ................................................................. 5
NASOPHARYNGEAL AIRWAY ............................................................................ 7
BAB III ....................................................................................................................... 10
PENUTUP ................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obstruksi jalan nafas atas adalahgangguan yang menimbulkan penyumbatan


pada saluran pernapasan bagian atas.

Obstruksi jalan nafas mempunyai tanda-tanda seperti : batuk tidak efektif,


tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan nafas, suara nafas menunjukkan adanya
sumbatan dan jumlah, irama dan kedalaman pernafasan tidak normal.

Obstruksi partial dapat dinilai dari ada tidaknya suara napas tambahan yaitu:
Mendengkur (snoring), disebabkan oleh pangkal lidah yang jatuh ke posterior.

pembebasan jalan napas dapat dilakukan tanpa alat maupun dengan


rnenggunakan jalan napas buatan. Membuka jalan napas tanpa alat dilakukan dengan
cara head-tilt (dorong kepala ke belakang). chin-lift Maneuver (tindakan mengangkat
dagu). jaw-thrust Maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah ke atas).
Sedangkan alat-alat yang dipakai untuk mengatasi sumbatan jalan napas karena lidah
adalah jalan napas orofaringeal atau nasofaringeal.

B. Tujuan

1) Untuk mengetahui defenisi, indikasi dan kontra indikasi pada tindakan yang
dilakukan seperti : head-tilt Manuever, chin-lift Maneuver, jaw-thrust
Maneuver dan Ora Pharyngeal, Naso pharyngeal.
2) Untuk mengetahui perawatan Ora pharingeal

1
BAB II
PEMBAHASAN

Sumbatan parsial jalan nafas pada jalan nafas tambahan karena lidah

Defenisi

Sumbatan jalan nafas karena adanya pangkal lidah jatuh ke belakang yang
dapat menutupi jalan napas. Obstruksi partial dapat dinilai dari ada tidaknya suara
napas tambahan yaitu: Mendengkur (snoring), disebabkan oleh pangkal lidah yang
jatuh ke posterior.

pembebasan jalan napas dapat dilakukan tanpa alat maupun dengan


rnenggunakan jalan napas buatan. Membuka jalan napas tanpa alat dilakukan dengan
cara head-tilt (dorong kepala ke belakang). chin-lift Maneuver (tindakan mengangkat
dagu). jaw-thrust Maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah ke atas)..
Sedangkan alat-alat yang dipakai untuk mengatasi sumbatan jalan napas karena lidah
adalah jalan napas orofaringeal atau nasofaringeal.

Manuver ini merupakan salah satu manuver terbaik untuk mengkoreksi


obstruksi yang diebabkan oleh lidah karena dapat membuat pembukaan .maksimal
jalan nafas. Teknik ini mungkin akan memanipulasi gerakan leher sehingga tidak
disarankan pada penderita dengan kecurigaan patah tulang leher dan sebagai
gantinya,gunakan manuver jaw thrust .

Head Tilt

Head Tilt adalah prosedur yang digunakan untuk meencegah lidah menghalangi
saluran udara atas. Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Tidak boleh
dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.

Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga
kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke
depan.

2
Chin Lift

Chin Lift adalah prosedur yang digunakan untuk mencegah lidah menghalangi
saluran udara atas. Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Tidak boleh
dilakukan pada pasien dugaan Cedera Leher dan Kepala. Dilakukan dengan maksud
mengangkat otot pangkal lidah ke depan.

Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien
kemudian angkat.

Head tilt- Chin lift

Posisikan pasien dalam keaadaan terlentang, letakkan satu tangan di dahi dan
letakkan ujung jari tangan yang lain di bawah daerah tulang pada bagian tengah
rahang bawah pasien ( dagu ) Tengadahkan kepala dengan menahan perlahan dahi
pasien Gunakan ujung jari anda untuk mengangkat dagu dan menyokong rahang
bagian bawah, Jangan menekan jaringan lunak di bawah rahang karena dapat
menimbulkan obstruksi jalan nafas. Jangan biarkan mulut pasien menutup. Untuk

3
mendapatkan pembukaan mulut yang adekuat, Anda dapat menggunakan ibu jari
untuk menahan bibir bawah pasien tertarik kebelakang

Jaw thrust

Manuver jaw –thrust adalah prosedur yang digunakan untuk membuka jalan nafas
pasien yang tidak sadar atau dicurigai terdapat trauma kepala, leher atau spinal.
Karena teknik ini diharapkan jalan nafas terbuka tanpa menyebabkan pergerakan
leher dan kepala.

Caranya : Mendorong angulus mandibula kanan dan kiri ke depan dengan jari-jari
kedua tangan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas, kedua
ibu jari membuka mulut dan kedua telapak tangan menempel pada kedua pipi
penderita untuk melakukan immobilisasi kepala.

Tindakan jaw thrust, buka mulut dan head tilt disebut triple airway maneuver.

Pada penderita trauma, tindakan-tindakan yang dilakukan untuk membuka jalan


napas, dapat menyebabkan atau memperburuk cedera tulang leher. Oleh karena itu
pada penderita trauma dengan dugaan cedera tulang leher cara yang dianjurkan
hanya jaw thrust dan chin lift dengan immobilisasi kepala dan leher (in-line im-
mobilization) secara manual atau memakai neck collar.

4
Posisi jalan nafas atas yang benar harus dijaga pada pasien tidak sadar yang
dapat bernapas secara spontan. Pada pasien yang tidak sadar tanpa reflek batuk atau
muntah, dapat dipasang alat bantu napas sederhana.

OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA)

Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara mulut
dan pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi untuk membebaskan jalan
nafas. (Medical Dictionary)Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube
adalah cara yang ideal untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang
menjadi terhambat oleh lidah pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi
(Sally Betty,2005)
Oropharyngeal tube adalah alat yang terbuat dari karet bengkok atau plastik
yang dimasukkan pada mulut ke pharynx posterior untuk menetapkan atau
memelihara kepatenan jalan nafas. (William dan Wilkins). Pada pasien tidak sadar,
lidah biasanya jatuh ke bagian pharynx posterior sehingga menghalangi jalan nafas,
sehingga pemasangan oropharyngeal tube yang bentuknya telah disesuaikan dengan
palatum / langit-langit mulut mampu membebaskan dan mengedarkan jalan nafas
melalui tabung / lubang pipa.

Manfaat OPA :
Menahan lidah dari menutupi hipofaring. Sebagai fasilitas suction dan
mencegah tergigitnya lidah dan ETT (Endotracheal Tube). Pemasangan pada anak-
anak harus hati- hati karena dapat melukai jaringan lunak.
Alat bantu napas ini hanya digunakan pada pasien yang tidak sadar bila
angkat kepala-dagu tidak berhasil mempertahankan jalan napas atas terbuka. Alat ini
tidak boleh digunakan pada pasien sadar atau setengah sadar karena dapat
menyebabkan batuk dan muntah. Jadi pada pasien yang masih ada refleks batuk atau
muntah tidak diindikasikan untuk pemasangan OPA.

5
Indikasi :
a. Memfasilitasi suction pada jalan nafas
b. Pemeliharaan jalan nafas pasien dalam ketidaksadaran
c. Tidak ada reflek muntah
d. Pasien tidak sadar,tidak mampu manuver manual
Kontra indikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadarkarena
dapat merangsang muntah, spasme laring.Harus berhati-hati bila terdapat trauma oral.

Komplikasi :
a. Obstruksi jalan napas
b. Laringospasme ~ ukuran OPA
c. Muntah
d. Aspirasi

Cara pemilihan OPA :


pangkal OPA pd sudut mulut, ujung OPA pd angulus mandibula. Apabila
terlalu kecil maka tidak dapat efektif membebaskan airway dan dapat mendorong
lidah semakin ke belakang. Apabila terlalu besar akan melukai epiglotis, merangsang
muntah dan laringospasme.
Cara penggunaan alat bantu jalan napas orofarings:
Langkah :
1. Bersihkan mulut dan faring dari sekresi, darah, atau muntahan dengan
menggunakan ujung penyedot faring yang kaku (Yaunker), bila memungkinkan
2. Pilihlah ukuran OPA yang tepat, yaitu dengan menempatkan OPA di samping
wajah, dengan ujung OPA pada sudut mulut, ujung yang lain pada sudut rahang
bawah. Bila OPA diukur dan dimasukkan dengan tepat, maka OPA akan tepat
sejajar dengan pangkal glotis
3. Masukkan OPA sedemikian sehingga ia berputar ke arah belakang ketika
memasuki mulut 4 Ketika OPA sudah masuk rongga mulut dan mendekati

6
dinding posterior farings, putarlah OPA sejauh 180° ke arah posisi yang tepat.
Suatu metode alternatif adalah memasukkan OPA secara lurus ketika
menggunakan penekanan lidah atau alat yang serupa untuk menahan lidah di
dasar mulut.

Setelah pemasangan OPA, lakukan pemantauan pada pasien. Jagalah agar kepala dan
dagu tetap berada pada posisi yang tepat untuk menjaga patensi jalan napas. Lakukan
penyedotan berkala di dalam mulut dan faring bila ada sekret, darah atau muntahan.
Perhatikan hal-hal berikut ini ketika menggunakan OPA :
a. Bila OPA yang dipilih terlalu besar dapat menyumbat laring dan
menyebabkan trauma pada struktur laring.
b. Bila OPA terlalu kecil atau tidak dimasukkan dengan tepat dapat menekan
dasar lidah dari belakang dan menyumbat jalan napas.
c. Masukkan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya trauma jaringan
lunak pada bibir dan lidah

Prosedur perawatan oropharyngeal tube


1.cuci tangan , gunakan sarung tangan, lakukan perawatan oral pada sisi rongga mulut
yang tidak terhalang oleh pipa
2.Perhatikan tanda panjang pipa dalam sentimeter dengan acuan bibir pasien
3.Pegang pipa dalam tanda tersebutdan dengan hati-hati dan cermat gerakkan pipa
kesisi lain dari mulut pasien.
4.Pastikan bahwa tanda acuan tetap sama.
5.Gunakan penghisap oral sesuai kebutuhan

NASOPHARYNGEAL AIRWAY

Indikasi NPA :
a. Sadar/tdk sadar,
b. Napas spontan,

7
c. Ada refleks muntah,
d. Kesulitan dg OPA.
Kontraindikasi NPA :
a. Fraktur wajah
b. Fraktur tulang dasar tengkorak.

cara mengukur NPA :


perangkat harus mencapai dari lubang hidung pasien ke daun telinga atau sudut
rahang.

Komplikasi NPA :
a. Trauma,
b. Laringospasme,
c. Muntah,
d. Aspirasi,
e. Insersi intrakranial (pd fr. tlg wajah/tlg. dasar tengkorak)

Cara Penggunaan alat bantu napas Nasofaring adalah : Langkah Tindakan


1. Pilihlah ukuran NPA yang tepat
a. Bandingkan diameter luar NPA dengan lubang dalam hidung. NPA tidak
boleh terlalu besar sehingga menyebabkan lubang hidung memucat. Beberapa

8
tenaga kesehatan menggunakan diameter jari kelingking pasien sebagai
pedoman untuk memilih ukuran yang tepat
b. Panjang NPA haruslah sama dengan jarak antara ujung hidung pasien dengan
cuping telinga
2. Basahi saluran napas dengan pelumas larut air atau jelly anestesik.
3. Masukkan NPA melalui lubang hidung dengan arah posterior membentuk garis
tegak lurus dengan permukaan wajah. Masukkan dengan lembut sampai dasar
nasofaring. Bila mengalami hambatan :
1) Putar sedikit pipa untuk memfasilitasi pemasangan pada sudut antara rongga
hidung dan nasofaring
2) Cobalah tempatkan melalui lubang hidung yang satunya karena pasien
memiliki rongga hidung dengan ukuran yang berbeda

Pemeliharaan jalan napas perlu dilakukan setelah pembukaan jalan napas, dapat
dilakukan secara manual, dengan alat sederhana ataupun dengan alat bantu lanjut.
Dalam pemeliharaan jalan napas juga perlu dilakukan pemeriksaan sumbatan jalan
napas oleh cairan / benda asing secara berkala menggunakan sapuan jari tangan

9
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Obstruksi partial dapat dinilai dari ada tidaknya suara napas tambahan yaitu:
Mendengkur (snoring), disebabkan oleh pangkal lidah yang jatuh ke posterior.

pembebasan jalan napas dapat dilakukan tanpa alat maupun dengan


rnenggunakan jalan napas buatan. Membuka jalan napas tanpa alat dilakukan dengan
cara head-tilt (dorong kepala ke belakang). chin-lift Maneuver (tindakan mengangkat
dagu). jaw-thrust Maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah ke atas)..
Sedangkan alat-alat yang dipakai untuk mengatasi sumbatan jalan napas karena lidah
adalah jalan napas orofaringeal atau nasofaringeal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mancini E, 1994, Seri pedoman Praktis .Prosedur Perawatan Darurat.Jakarta : EGC


Dr. Soetomo.Potter & Perry, 2002, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktik Volume 2, Edisi 4, Jakarta: EGC
Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2001, Buku Ajar Keperawatan
MedikalBedah Edisi 8, Jakarta : EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai