Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TUTORIAL

MODUL 2 “BERAT BADAN MENURUN”

BLOK SISTEM ENDOKRIN METABOLISME

NAMA : Asridewi

STAMBUK : 18 777 002

KELOMPOK : II (DUA)

PEMBIMBING : dr. Ismail

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT PALU

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena
berkat Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan laporan ini. Tak
lupa kami mengirimkan Salawat serta Salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW keluarga dan sahabat bahkan kepada kita sebagai umatnya yang InsyaAllah
setia hingga akhir zaman

Selain sebagai tugas laporan pleno kelompok 2 (individu) tahun akademik


2019/2020, laporan ini juga disusun sebagai salah satu bahan informasi bagi setiap
pembaca dalam meningkatkan atau menambah referensi dari segi social dan
ilmiahnya. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu hingga terselesainya laporan ini.

Jika dalam pembuatan atau penulisan laporan ini terdapat kekeliruan, saya
sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

Palu, 25 November 2019

Asridewi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Skenario………………………………………………………………...
1.2 Kata Kunci……………………………………………………………...
1.3 Pertanyaan………………………………………………………………
1.4 Analisis dan Sintesis…………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………...

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Skenario

Seorang wanita, umur 35 tahun berkunjung ke puskesmas dengan keluhan berat


badan menurun lebih dari 10 kg dalam 6 bulan terakhir. Ia juga mengeluh jantung
berdebar dan gelisah.

B. Kata Kunci
1. Wanita 35 tahun
2. Berat badan menurun 10 kg dalam 6 bulan terakhir
3. Jantung berdebar dan gelisah

C. Pertanyaan
1. Bagaimana anatomi, fisiologi, dan histologi organ terkait?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan berat badan?
3. Mekanisme penurunan berat badan?
4. Mekanisme jantung berdebar dan gelisah?
5. Bagaimana gejala hipertiroidisme?
6. Langkah diagnosis?
7. DD dari skenario?
8. Bagaimana komplikasi dari kasus tersebut
9. Penatalaksanaannya?
D. Jawaban
1. Anatomi, fisiologi dan histologi organ yang terkait
A. Glandula Hipofisis

Bentuk Ovoid/kacang, 12 x 8 mm, ± 500 mg


LETAK :

 Intracranial ( dalam cavum cranii = rongga kepala )


– Pada Fossa Hypophyse dibasis cranii (os sphenoidale)
– Diluar Duramater (pembungkus Cerebrum)
 Dikelilingi pembuluh darah CIRCULUS WILLISI
 Dibelakang bawah CHIASMA OPTICUM
Gld. Hypophyse tergantung pada Hypothalamus. Hanya ada satu Gld.
Hypophyse .

Hormon yang berkaitan dengan kasus :

• Thyroid-stimulating hormone (TSH) atau thyrotropin : meningkatkan


sekresi tiroksin (T4) dan T3 oleh kelenjar tiroid
• Adrenocorticotropic hormone (ACTH) : meningkatkan sekresi kortisol
oleh adrenal bagian korteks.
B. Glandula Thyroidea

Letak di V C5-7 dan V Th1

 diventral :
– Bagian Caudal LARYNX (Cartilago Thyreoidea + Cricoidea)
– Bagian Cranial TRACHEA (s/d cincin cartilago trachealis VI)
 ditutupi :
– Otot-otot Infrahyoid (m.sternohyoideus dan m. Sternothyreoideus )
 medial (sisi dalam) :
– Larynx
– Trachea
– Oesphagus
– Carotid Sheath
– N. Recurrens laryngeus
Hormon yang berkaitan:
Thyroxine (T4) dan T3 (Tri-idotironin) :diproduksi oleh folikel tiroid. Fungsi :
Meningkatkan penggunaan zat makanan sebagai energi dan meningkatkan
sintesis protein.

C. Pankreas

LETAK:

• Retroperitoneal di dalam cavum abdominal


• Melintang hampir horizontal dgn bagian cauda agak naik ke hilus lienalis
• Terdapat pd dinding post bursa omentalis
• Pada level V.L2 ke Th12-L
Terdiri dari :

1. CAPUT PANCREATIS:
2. CORPUS PANCREATIS:
3. CAUDA PANCREATIS:
Hormon yang berkaitan
• Glucagon : disekresi oleh sel alpha. Fungsi : Merangsang hepar untuk
mengubah glikogen menjadi glukosa; dan meningkatkan penggunaan
lemak dan asam amino sebagai energi.
• Insulin : disekresikan oleh sel beta. Fungsi : meningkatkan penggunaan
glukosa oleh sel untuk memproduksi energi; merangsang hepar dan otot
untuk mengubah glukosa menjadi glikogen,dll
• Somatostatin : menghambat sekresi insulin dan glukagon

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan berat badan


a. Diet
b. Depresi/stres
c. Defisiensi besi
d. Kurang tidur
e. Monopause
f. Adanya suatu penyakit
- DM Tipe 1
- Hipertiroid
- Penyakit addison
- Peocromacytoma
- Anoreksia nervosa
- Penyakit akibat kanker/malignant

3. Mekanisme penurunan berat badan


Hormon tiroid penting untuk metabolisme karbihidrat, protein dan lemak. Jika
produksinya berlebih maka metabolisme basal meningkat disemua jaringan
akibatnya lemak dan protein terurai dan dimetabolisme untuk menghasilkan
energi. Oleh karena itu terjadi penurunan berat badan.
4. Mekanisme jantung berdebar dan gelisah
Jantung berdebar
Pada penyakit-penyakit endokrin, biasanya berdampak pada
metabolisme yang abnormal, misalnya jika laju metabolisme meningkat
akibat pengaruh hormone tiroid, maka jantung akan memompa lebih banyak
darah kejaringan untuk mengedarkan hasil metablisme, sehingga curah
jantung menungkat dan terjadilah palpitasi pada pasien. Selain itu, hormon
tiroid merangsang kepekaan sel jantung terhadap katekolamin.

Terjadinya gelisah

Lazim orang yang sedang sakit gelisah, apalagi menurunnya berat


badan membuat orang tersebut bertanya-tanya. Tetapi pada dasarnya gelisah
dipicu oleh saraf simpatis dan epineprin. Epinefrin meningkatkan kepekaan
seseorang terhadap bahaya yang membuat dia selalu waspada sehinnga
muncul istilah fight or flight.

5. Gejala hipertiroidisme
Gejala yang khas pada hipertiroidisme ialah iritabilitas, intoleransi terhadap
panas, banyak keringat, palpitasi dan berat badan menurun. Tanda klinis yang
khas adalah kulit hangat dan lembab, tremor halus pada jari yang terentang,
takikardia dengan pulsus seler dan bukan karena hiperkinetik.
Gejala lain
- Gejala konsitusi: kulit pasien cenderung lunak, hangat, dan kemerhan
- Saluran cerna: stimulus usus menyebabkan hipermotilitas, malasorbsi,
dan diare
- Jantung: palpitasi dan takikardi sering terjadi
- Neuromuscular: sering mengalami kecemasan, tremor dan iritabilitas
- Manisfestasi mata: mata melebar dan melotot akibat stimulasi
berlebihan saraf simpatis terhadap otot levator palpebral superoris
-
6. Langkah-langkah diagnosis
a. Anamnesis:
- Keluhan utama
- Keluhan penyerta
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit terdahulu
- Riwayat pengobatan
- Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat alergi
- Riwayat kebiasaan
b. Pemeriksaan fisik pada kelenjar tiroid
- Inspeksi
- Palpasi
- Auskultasi
c. Pemerikasaan penunjang
- Kadar toral tiroksin dan trydotorium serum
- Kadar tiroksin bebas
- Kadar TSH
- USG
- Skintigrafi tiroid

7. DD dari skenario
a. Diabetes Melitus (DM)
Merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa
organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.
World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa
DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban
yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu
kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di
mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi
insulin.
b. Tirotoksikosis
Adalah sebuah kondisi di mana kerja dari hormon tiroid berlebihan
yang disebabkan oleh kadar hormon tiorid yang berlebih dalam tubuh.
Istiah lain yang sering didengar adakah hipertiroidisne. Sebenarnya,
hipertiroidisme berbeda dengan tirotksikosis. Hipertiroidisme merupakan
bentuk tirotoksikosis akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan
dalam kelenjar tiroid. Tidak semua tirotoksokosis disebabkan oleh
hipertiroidisme, sebagai contoh pada tiroiditis, yaitu peningkatan hotmon
tiroid dalam tubuh yang disebabkan oleh pelepasan cadangan hormon
tiroid yang berlebihan. Keadaan ini tidak disebut sebagai hipertiroidisme.
Penting untuk membedakan tirotoksikosi akibat hipertiroidisme atau
bukan, karena akan mempengaruhi pengobatannya.
Seseorang dapat dinyatakan menderita tortoksikosis saat kadar hormon
tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) di dalam darah menunjukkan
peningkatan. Sementara, kadar thyroid-stimulating hormone (TSH) yang
dilepaskan hipothalamus dan menjadi pengendali kelenjar tiroid
menunjukkan penurunan. Tirotoksikosis lebih banyak dialami kaum
wanita.
Tabel Tabulasi
Gejala Diabetes Melitus Tirotoksikosis
Wanita 35 tahun + +
Berat badan menurun 10 kg + +
Jantung berdebar dan gelisah - +

Dari tabel tersebut dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan diketahui
bahwa wanita tersebut menderita penyakit Tirotoksikosis

8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid
strom). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien
hipertioroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam
jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor,
hipertermia, dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.

9. Penatalaksanaan
a. Pemberian antitiroid
b. Penyekat beta yang diberikan bersamaan obat-obat antitiroid
c. Pembedahan tiroidektomi
d. Pengobatan dengan yodium radioaktif
BAB II

PEMBAHASAN

TIROTOKSIKOSIS

A. Pengertian

Tirotoksikosis adalah sebuah kondisi di mana kerja dari hormon tiroid berlebihan
yang disebabkan oleh kadar hormon tiroid yang berlebih dalam tubuh. Istilah lain
yang sering didengar adalah hipertiroidisme. Sebenarnya, hipertiroidisme berbeda
dengan tirotoksikosis. Hipertiroidisme merupakan bentuk tirotoksikosis akibat dari
produksi hormon tiroid yang berlebihan dalam kelenjar tiroid. Tidak semua
tirotoksikosis disebabkan oleh hipertiroidisme, sebagai contoh pada tiroiditis, yaitu
peningkatan hormon tiroid dalam tubuh yang disebabkan oleh pelepasan cadangan
hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini tidak disebut sebagai hipertiroidisme.
Penting untuk membedakan tirotoksikosis akibat hipertiroidisme atau bukan, karena
akan mempengaruhi pengobatannya.

Seseorang dapat dinyatakan menderita tirotoksikosis saat kadar hormon


tiroksin (T4) dan triodotironin (T3) di dalam darah menunjukkan peningkatan.
Sementara, kadar thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dilepaskan hipotalamus
dan menjadi pengendali kelenjar tiroid menunjukkan penurunan.

Tirotoksikosis lebih banyak dialami kaum wanita. Penanganan yang dapat


dilakukan adalah dengan pemberian obat antitiroid, terapi radioaktif iodine, atau
operasi tiroidektomi jika memang dibutuhkan.

B. Gejala Tirotoksikosis
Hormon tiroid memengaruhi setiap jaringan dan organ, sehingga kerja
hormon tiroid yang berlebihan dapat mengakibatkan gejala:

 Jantung berdebar atau takikardia.


 Kelemahan otot.
 Tangan mengalami tremor.
 Penurunan berat badan, namun selera makan meningkat.
 Kelopak mata membuka lebih lebar dari biasanya sehingga bola mata terlihat
menonjol.
 Sering berkeringat dan merasa kepanasan.
 Kulit terasa lembab dan
 Gangguan siklus menstruasi.

C. Penyebab Tirotoksikosis

Tirotoksikosis dapat terjadi karena 4 hal:

 Kelenjar tiroid dirangsang berlebihan oleh thyroid-stimulating


hormone (TSH). TSH memang berfungsi untuk merangsang pembentukkan
hormon tiroid (T3 dan T4). Namun dengan terbentuknya T3 dan T4, akan
memberikan umpan balik ke kelenjar hipotalamus, yaitu kelenjar yang
menghasilkan TSH, untuk segera menghentikan produksi TSH. Keadaan ini
terjadi pada keadaan fungsi tiroid normal, maupun tirotoksikosis. Akan tetapi
pada penyakit TSH-secreting pituitary adenoma, terdapat tumor pada kelenjar
hipotalamus atau pituitary yang terus membentuk TSH dan mengakibatkan
hipertiroidisme dan tirotoksikosis.
 Aktivasi dari pembentukan dan pengeluaran hormon tiroid dari kelenjar tiroid.
Hal ini dapat disebabkan oleh:
 Penyakit Graves. Penyakit Graves merupakan penyebab
tirotoksikosis yang paling banyak terjadi. Gangguan autoimun
menyebabkan pelepasan hormon tiroid yang terlalu banyak.
 Toxic adenoma. Penyakit tumor jinak ini biasanya mengelurakan
hormon tiroid yang sangat banyak seraya menekan kadar hormon
stimulan tiroid (TSH), sehingga kadarnya menjadi sangat rendah.
 Toxic multinodular goiter (penyakit Plummer). Terjadi pembesaran
pada kelenjar tiroid yang memroduksi hormon tiroid secara berlebih.
Penyakit ini umumnya diderita oleh orang-orang lanjut
usia. Peningkatakan kadar hormon tiroid berlangsung secara lambat.
Oleh karena itu, gejala baru terdiagnosis pada usia lanjut.
 Jod-Basedow Syndrome (Iodide-induced thyrotoxicosis). Gangguan
ini dapat terjadi pada pasien yang terlalu banyak mendapat asupan
yodium Hal ini dikarenakan yodium atau iodine merupakan bahan
baku penting untuk pembentukan hormon tiroid.

Selain penyebab di atas, terdapat penyebab lain yang mengakibatkan aktivasi


dari kelenjar tiroid sehingga menghasilkan hormon tiroid berlebih, misalnya hamil
anggur, atau choriocarcinoma yang merupakan salah satu jenis kanker rahim.

 Cadangan hormon tiroid dalam kelenjar tiroid dilepaskan perlahan akibat


peradangan kelenjar tiroid (tiroiditis) yang dapat disebabkan oleh infeksi,
autoimun, dan cedera. Tirotoksikosis yang terjadi bersifat sementara, setelah
itu terjadi hipotiroidisme. Beberapa jenis tiroiditis di antaranya painless
postpartum lymphocytic thyroiditis, painless sporadic thyroiditis, tiroiditis
subakut, tiroiditis akut, dan palpation thyroiditis. Subacute thyroiditis atau de
Quarvain thyroiditis merupakan jenis tersering. Beberapa obat yang juga
dapat mengakibatkan kondisi ini yaitu interferon, tyrosine kinase inhibitor,
dan lithium.
 Paparan hormon tiroid berlebih yang didapatkan selain dari kelenjar tiroid.
Hormon tiroid tersebut dapat dihasilkan oleh tubuh di luar dari kelenjar tiroid
seperti pada tumor ovarium (struma ovarii) dan kanker tiroid yang
telah menyebar ke jaringan lain. Selain itu hormon tiroid bisa didapat dari luar
seperti pada thyrotoxicosis factitia, yaitu tirotoksikosis yang terjadi akibat
menelan obat-obatan yang mengandung hormon tiroid.

D. Diagnosis Tirotoksikosis

Diagnosis tirotoksikosis dapat ditetapkan melalui pemeriksaan kadar thyroid-


stimulating hormone (TSH) dan kadar hormon tiroid (T4 dengan atau tanpa T3)
dalam darah. Pada pasien tiroiditis subakut, pemeriksaan penunjang seperti C-
reactive protein dan laju endap darah juga dibutuhkan untuk melihat tanda
peradangan.

Pemeriksaan autoantibodi dalam darah juga diperlukan guna mendeteksi


penyakit Graves. Pemeriksaan ini terdiri dari pemeriksaan antimikrosomal,
antitiroglobulin, serta antibodi reseptor TSH. Seluruh antibodi ini banyak ditemukan
pada pasien penyakit Graves.

Selain pemeriksaan darah, pemindaian pada kelenjar tiroid seperti USG tiroid
dan thyroid scan juga diperlukan guna melihat gambaran yang lebih detail.

E. Pengobatan Tirotoksikosis

Tujuan utama penanganan tirotoksikosis adalah untuk mengatasi gejala yang


ditimbulkan, sambil berupaya mengembalikan kadar hormon tiroid hingga
normal. Upaya mengatasi gejala berupa mengembalikan cairan pada pasien yang
mengalami dehidrasi dan obat penghambat beta seperti propranolol atau atenolol.

Selain itu, upaya mengembalikan hormon tiroid ke kadar yang normal dapat
dilakukan dengan pemberian obat antitiroid. Obat antitiroid dapat menurunkan kadar
hormon tiroid secara bertahap selama 2 hingga 8 minggu. Pemberian dosis obat ini
diturunkan bertahap tiap 4 minggu hingga fungsi tiroid kembali normal. Contoh obat
antitiroid adalah propylthiouracil dan methimazole.

Obat lain untuk mengembalikan kadar hormon tiroid adalah larutan lugol
yang berisi kalium iodide yang biasanya diberikan pada penderita tirotoksikosis yang
parah. Pemberian obat ini dilakukan selama 4 minggu dengan dosis maksimal sebesar
12 gram/hari. Kendati demikian, obat-obatan ini tidak bisa diberikan pada pasien
penyakit Plummer dan toxic adenoma.

Sedangkan untuk penderita penyakit Graves, umumnya diberikan terapi


radioaktif iodine. Terapi ini cukup aman dan efektif meski efeknya lebih lambat dari
obat antitiroid. Pemberian terapi ini bisa dalam bentuk cairan atau kapsul. Kendati
demikian, terapi radioaktif iodine tidak bisa dilakukan pada wanita hamil karena
dapat berpengaruh pada kelenjar tiroid janin, begitu pun pada ibu yang sedang
menyusui.

F. Operasi

Tindakan operasi pembedahan pada kelenjar tiroid atau tiroidektomi dapat


dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu, di antaranya:

 Pasien yang membutukan normalisasi kadar hormon tiroid dalam waktu cepat,
seperti wanita hamil atau berencana hamil.
 Pasien dengan kondisi jantung yang tidak stabil, mengalami gangguan mata
parah, atau pasien hipertiroidisme berulang karena obat amiodarone.
 Pasien yang tidak bisa menerima terapi radioaktif iodine atau tidak bisa
mengonsumsi obat antitiroid.

Pasca tindakan operasi, fungsi tiroid akan diuji kembali melalui tes darah 3-4
minggu sesudah tindakan operasi. Dokter juga dapat memberikan obat hormon
T4 (levothyroxine) karena sebagian besar pasien akan mengalami hipotiroidisme.
Kejadian hipotiroidisme ini tergantung seberapa banyak jaringan tiroid yang
diangkat.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari skenario diatas dengan gejala-gejala yang ditunjukkan maka saya


menyimpulkan bahwa diagnosis dari skenario ini adalah Tirotoksikosis

Tirotoksikosis adalah sebuah kondisi di mana kerja dari hormon tiroid


berlebihan yang disebabkan oleh kadar hormon tiorid yang berlebih dalam tubuh.
Saat kadar hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) di dalam darah menunjukkan
peningkatan. Sementara, kadar thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dilepaskan
hipothalamus dan menjadi pengendali kelenjar tiroid menunjukkan penurunan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai