Anda di halaman 1dari 7

Ulasan Lengkap

Dalam Pasal 111 ayat (1) huruf c butir 4. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah disebutkan bahwa salah satu syarat pendaftaran balik nama waris adalah:

- Surat Keterangan Waris: bagi warga negara Indonesia penduduk asli: surat keterangan ahli waris
yang dibuat oleh para ahli waris dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi dan dikuatkan oleh
Kepala Desa/Kelurahan dan Camat tempat tinggal pewaris pada waktu meninggal dunia;

- Akta keterangan hak mewaris dari Notaris: bagi warga negara Indonesia keturunan Tionghoa:

Dari penjelasan tersebut tampak adanya perbedaan pada:

1. Golongan penduduk dari pihak yang meninggal dunia (pewaris). Untuk golongan penduduk
Pribumi, cukup dibuat di bawah tangan, dan disaksikan serta dibenarkan oleh Lurah setempat serta
dikuatkan oleh Camat. Sedangkan, golongan penduduk Tionghoa, yang berwenang membuat adalah
Notaris.

2. Pihak yang berwenang untuk membuat keterangan waris.

Seperti penjelasan di atas, jika pewaris adalah WNI - pribumi, keterangan warisnya cukup dibuat
dalam bentuk surat pernyataan dari para ahli waris, yang disahkan oleh Lurah dan dikuatkan oleh
Camat setempat. Dalam hal ini, tidak perlu dilakukan pengecekan wasiat terlebih dahulu.
Sedangkan untuk WNI yang keturunan Tionghoa, keterangan warisnya dibuat di hadapan Notaris,
dimana sebelumnya dilakukan pengecekan wasiat terlebih dahulu.

3. Bentuk surat/aktanya

Untuk keterangan waris WNI – Pribumi, karena keterangan waris cukup dibuat di bawah tangan saja,
maka aktanya merupakan surat di bawah tangan,

Untuk keterangan waris WNI – Tionghoa: merupakan akta otentik yang dibuat oleh/di hadapan
Pejabat umum yang berwenang sesuai pasal 1868 KUHPerdata.

Untuk jelasnya bisa membaca artikel saya yang berudul Keterangan Waris.

Catatan: Jawaban pertanyaan tersebut ada pula penjelasannya di buku Kiat Cerdas Mudah dan Bijak
Dalam Memahami HUKUM WARIS – karya: Irma Devita Purnamasari, S.H., M.Kn. (Kaifa, Desember
2012).

Dasar hukum:

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

SURAT PERNYATAAN AHLI WARIS

Kami yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya adalah ahli waris dari
(nama pewaris). Almarhum meninggal dunia pada (hari dan tanggal meninggal dunia) di (lokasi
meninggal). Yang sewaktu hidup bertempat tinggal di alamat (alamat lengkap), yang juga merupakan
tempat tinggalnya yang terakhir.

Selama hidupnya, (nama pewaris) telah menikah dengan (nama pasangan pewaris), dari hasil
pernikahan tersebut telah menghasilkan 3 anak, dengan ahli waris sebagai berikut:

Ke-1 (Nama, hubungan dengan pewaris, usia) (Alamat)


Ke-2 (Nama, hubungan dengan pewaris, usia) (Alamat)

Ke-3 (Nama, hubungan dengan pewaris, usia) (Alamat)

Ke-4 (Nama, hubungan dengan pewaris, usia) (Alamat)

Adapun harta peninggalan yang dimaksud berupa:

Sebidang tanah dan rumah yang berdiri di atasnya dengan Sertifikat Hak Milik (SHM) nomor
___________ atas nama ____________.

Luas tanah adalah ___________ meter persegi sementara rumah yang berdiri di atasnya seluas
___________ meter persegi.

Tanah dan rumah tersebut berlokasi di _________________ (alamat jelas).

Adapun batas-batas tanah dan rumah tersebut adalah di sebelah barat adalah _____________,
sebelah timur adalah __________, sebelah utara adalah _____________, dan di sebelah selatan
adalah _____________.

Kami juga memberikan kuasa kepada penerima kuasa untuk menandatangani Akta Jual Beli Tanah,
menerima uang pembayaran, membuat tanda bukti pembayaran (kuitansi), melakukan tindakan
hukum dengan pihak ketiga sehubungan dengan harta warisan, serta melakukan tindakan lain yang
dianggap perlu.

Demikian surat kuasa ini kami buat dengan sebenarnya, tanpa ada paksaan dari pihak manapun di
hadapan dua orang saksi. Apabila di kemudian hari terjadi sesuatu, maka kami akan bertanggung
jawab sepenuhnya dari segala tuntutan.

(Tempat dan tanggal pembuatan surat)


Para Ahli Waris

Ke-1 (Nama, hubungan dengan pewaris) (tanda tangan)

Ke-2 (Nama, hubungan dengan pewaris) (tanda tangan)

Ke-3 (Nama, hubungan dengan pewaris) (tanda tangan)

Ke-4 (Nama, hubungan dengan pewaris) (tanda tangan)

*Tempelkan materai asli Rp6000 di samping daftar nama di atas

Saksi-Saksi

(Nama saksi, tanda tangan) (Nama saksi, tanda tangan)

Mengetahui,

(Lurah: nama dan cap resmi) (Camat: nama dan cap resmi

Contoh Simulasi:

Anda mempunyai sebidang tanah seluas 100 m2 di Jakarta Timur dengan harga jual Rp.500 Juta.
Maka simulasi biaya pendaftarannya adalah sebagai berikut:

Uraian

Biaya
Keterangan

Biaya Pengukuran Tanah

TU = ( L / 500 × HSBKu ) + Rp.100. 000

= ( 100 m2 / 500 x Rp.80.000) + Rp.100.000

= Rp.116.000

HSBku yang berlaku = Rp.80.000

Biaya Pemeriksaan Tanah

TPA = ( L / 500 × HSBKpa ) + Rp.350.000

= ( 100 m2 / 500 x Rp.67.000) + Rp.350.000

= Rp.363.400

HSBKpa yang berlaku = Rp.67.000

Biaya Pendaftaran Tanah Pertama Kali

Rp.50.000
Total biaya wajib disetor langsung ke kantor BPN setempat

TU + TPA + Biaya Pendaftaran Pertama Kali

Rp.116.000 + Rp.363.400 + Rp.50.000

Rp.529.400

Biaya transportasi, konsumsi dan akomodasi petugas

Nominalnya tidak ditentukan karena ditanggung oleh pemohon

BPHTB (biaya yang harus dilunasi sebelum sertifikat tanah diterbitkan)

( NPOP – NPOPTKP) x 5%

(Rp.500.000.000 – Rp.60.000.000) x 5%

(Rp.440.000.000 ) x 5%

Rp.22.000.000
· NPOPTKP yang berlaku di DKI Jakarta Rp.60.000.000

· Jumlah ini disetor langsung ke bank Pemerintah

Anda juga bisa mengetahui tentang biaya yang harus Anda keluarkan saat mendaftarkan tanah
dengan bisa melakukan simulasi langsung di website Atrbpn.go.id dengan cara memasukkan data
luas, penggunaan tanah, prosedur, dan wilayah di mana tanah Anda berada.

Anda mungkin juga menyukai