Anda di halaman 1dari 9

AIDS ( Acquired Immuno Deficiency Syndrome)

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang
disebabkan oleh virus HIV yang tergolong kepada kelompok retroviriade. Penyakit HIV/AIDS
merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang melanda
dunia. Menurut data WHO (World Health Organization) tahun 2012, penemuan kasus HIV
(Human Immunodeficiency Virus) di dunia pada tahun 2012 mencapai 2,3 juta kasus, dimana
sebanyak 1,6 juta penderita meninggal karena AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
dan 210.000 penderita berusia di bawah 15 tahun. Di Indonesia pada tahun 2013 terdapat 20.413
penderita HIV dan 2.763 penderita AIDS. Dimana terdapat jumlah penderita baru sebanyak
10.203 penderita HIV dan 1.983 penderita AIDS. Dengan angka kematian sebanyak 318 orang.
Secara global diperkiraan terdapat 35.5 juta orang hidup dengan HIV dan AIDS.

Secara fisik virus HIV yang ditransmisikan ke dalam tubuh manusia melalui kontak
dengan yang terinfeksi cairan tubuh, akan mengikat reseptor permukaan sel CD4 T dan
mereplikasi di dalamnya untuk menghasilkan virus baru dan menginfeksi sel T CD4 lainnya.
Hasilnya adalah penurunan jumlah sel CD4 T yang akhirnya mencapai titik bahwa ia akan secara
signifikan mengurangi system kekebalan tubuh, dan tubuh menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik.
Salah satu cara untuk mencegah penurunan limfosit CD4 adalah dengan pemberian terapi
Anti Retro Viral (ARV). Terapi ARV sangat bermanfaat dalam menurunkan jumlah HIV dalam
tubuh. Setelah pemberian obat antiretroviral selama 6 bulan biasanya dapat dicapai jumlah virus
yang tak terdeteksi dan jumlah limfosit CD4 meningkat. Akibatnya resiko terjadinya infeksi
oportunistik menurun dan kualitas hidup penderita meningkat.

HIV/AIDS merupakan penyakit infeksi yang sangat berbahaya karena tidak saja
membawa dampak buruk bagi kesehatan manusia namun juga pada negara secara keseluruhan.
Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS (SRAN) 2010-2014 yang
dikukuhkan dalam Permenkokesra Nomor 8 Tahun 2010, menyebutkan makin memperkuat
upaya penanggulangan AIDS di Indonesia yang lebih terarah dan terkoordinasi.

1. Defenisi

AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh
menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus)
yang termasuk family retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.

2. Epidemiologi

Penularan HIV/AIDS terjadi melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV yaitu melalui
hubungan seksual, baik homoseksual atau heteroseksual , jarum suntik pada pengguna narkotika
, transfusi komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya.

Penyakit ini telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan masyarakat dunia, karena
disamping belum ditemukannya obat dan vaksin untuk pencegahan, penyakit ini juga memiliki
“window period” dan fase asimtomatik (tanpa gejala) yang relatif panjang dalam perjalanan
penyakitnya. Hal ini menyebabkan pola perkembangan penyakit ini seperti fenomena gunung es
(iceberg phenomena). UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih
dari 25 juta jiwa sejak pertama kali dikenal pada tahun 1981, membuat AIDS sebagai salah satu
epidemik paling menghancurkan dalam sejarah
Asia Selatan dan Asia Tenggara adalah wilayah terburuk kedua yang terinfeksi HIV dengan
besar 15% - 18% dari total penyakit HIV/AIDS diseluruh dunia. Sekitar dua per tiga infeksi
HIV/AIDS di Asia muncul di India, dengan perkiraan 5,7 juta infeksi. Selain India, populasi
HIV/AIDS terbesar di Asia juga terdapat di wilayah Kamboja, Myanmar, dan Thailand

Data terakhir yang dilaporkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengenai
epidemiologi penyakit HIV/AIDS di Indonesia, sampai 31 Maret 2010 tercatat sekitar 20.564
kasus AIDS dan 3936 meninggal yang tersebar di seluruh provinsi. Jumlah tersebut tentu saja
diyakini masih jauh dari jumlah penderita yang sebenarnya, mengingat fenomena gunung es
pada penyakit ini
Provinsi Sumatera Utara, termasuk dalam sepuluh besar provinsi dengan kasus AIDS
terbanyak di Indonesia, sampai 31 Maret 2010 tercatat 485 kasus AIDS dan 93 kasus diantaranya
meninggal dunia. Dari hasil ini, didapatkan data bahwa jumlah kumulatif kasus AIDS per seratus
ribu penduduk di Sumatera Utara mencapai kisaran angka 3,71 %. Medan menduduki urutan
pertama dengan kasus HIV/AIDS terbanyak di Provinsi Sumatera Utara , tercatat sejak tahun
1994 – April 2009 terdapat 581 orang penderita AIDS dan 600 orang penderita HIV.

3. Etiologi

Kasus AIDS pertama kali ditemukan Centre of Disease Control (CDC) Amerika serikat
tahun 1981 pada lima pemuda homoseksual yang menderita peradangan paru pneumocystic
carinii di California. Pada tahun 1983, Luc Montagnier dkk dari Institut Pasteur Perancis, telah
menemukan penyebab AIDS yang disebut Lymphadenophaty Associated Virus (LAV) karena
virus ini dapat menyebabkan limfadenopati pada penderita. Penelitian mengenai virus penyebab
AIDS kemudian dilanjutkan oleh Robert Gallo, pada Maret 1984, yang menemukan adanya
perkembangan sel yang tetap berlangsung dan produktif pada pasien setelah terinfeksi virus,
sehingga disebut Human T-cell Lymphotropic Virus Type III (HLTV-III). Pada penelitian lebih
lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini sama, sehingga pada bulan Mei tahun 1986, Komisi
Taksonomi WHO (The International Community on Taxonomy of Viruses) sepakat untuk
memberikan nama baru ntuk virus penyebab AIDS yaitu HIV.

4. Patogenesis

Menurut The Center of Disease Control (CDC), setelah terpapar HIV, penderita tidak secara
langsung menimbulkan gejala klinis AIDS. Ada beberapa tahapan infeksi HIV sampai timbulnya
manifestasi klinis; yaitu tahap infeksi HIV akut, infeksi HIV asimtomatik (masa laten) yang tidak
menimbulkan gejala, limfadenopati (radang kelenjar getah bening) yang persisten dan
menyeluruh, sampai akhirnya timbul tanda-tanda penyakit yang menakutkan pada pasien, yaitu
tahap AIDS.
a. Infeksi HIV akut
Sekitar dua sampai enam minggu setelah terinfeksi (biasanya dua minggu), akan terjadi
sindrom retroviral akut. Lebih dari setengah orang yang terinfeksi HIV akan menunjukkan gejala
infeksi primer yang bervariasi seperti demam, adenopati, faringitis, kelainan kulit, diare, sakit
kepala, mual dan muntah, hepatosplenomegali, penurunan berat badan, gangguan jamur di
rongga mulut, dan gejala neurologis (nyeri kepala, nyeri belakang kepala, depresi). Gejala ini
tidak spesifik pada infeksi HIV saja, tetapi juga akan terjadi pada infeksi retrovirus lain. Setelah
dua sampai enam minggu gejala dapat menghilang disertai serokonversi, dengan atau tanpa
pengobatan.
Setelah terinfeksi HIV, ada saat dimana pemeriksaan serologi antibodi HIV terhadap pasien
menunjukkan hasil negatif, sementara virus sebenarnya telah ada dalam tubuh hospes. Fase ini
disebut periode jendela (window period), yaitu penderita sudah dapat menularkan HIV kepada
orang lain walaupun pemeriksaan antibodinya menunjukkan hasil negatif. Periode ini dapat
berlangsung selama tiga sampai dua belas minggu.

b. Infeksi HIV asimtomatik (masa laten)


Terdapat jeda waktu yang panjang pada pasien, yang mana pasien tidak mengalami
manifestasi fisik dari infeksi, tapi tetap anti-HIV positif. Sebagian besar pengidap HIV berada
pada fase laten ini tidak terlihat gejala pada pasien. Penderita terlihat sehat, dapat melakukan
aktivitas secara normal, namun sudah dapat menularkan virus kepada orang lain. Jumlah virus di
dalam darah dan jaringan limfoid pasien berada dalam batas rendah dan jumlah CD4 limfosit
masih berada dalam batas normal. Masa laten klinis ini dapat terjadi selama dua minggu sampai
delapan tahun atau lebih.
c. Limfadenopati persisten yang menyeluruh
Limfadenopati atau pembesaran kelenjar getah bening didefinisikan dengan adanya nodus
limfe yang berdiameter lebih dari satu sentimeter pada dua atau beberapa daerah ekstra inguinal
selama lebih dari tiga bulan, tetapi tidak terdapat penyakit atau kondisi lain selain infeksi HIV
yang menjelaskan alasan dari keadaan tersebut.
d. Infeksi HIV simtomatik (AIDS)
Pada fase ini terjadi perubahan progresif dalam pengaturan kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh limfopenia sel-T, dan berkurangnya fungsi T-cell helper ini yang
mengakibatkan AIDS berkembang sepenuhnya. Penyakit ini ditandai oleh infeksi-infeksi
oportunistik dan kerentanan terhadap bentuk–bentuk kanker tertentu. Jumlah CD4 pasien sudah
berada pada taraf kritis, hingga dibawah 200sel/ul darah.
5. Manifestasi Klinis
Ada beberapa penyakit yang dapat timbul pada pasien, yakni seperti di bawah ini:
- Subgrup A : Penyakit Konstitusional
Gejala-gejala seperti demam atau diare yang persisten selama lebih dari satu bulan atau
penurunan berat badan yang lebih dari 10% dari berat ideal pasien sebelum sakit, yang tidak
terdapat infeksi atau penyakit lain yang dapat menjelaskan alasan keadaan tersebut, selain infeksi
HIV/AIDS.
- Subgrup B : Penyakit Neurologi
Banyak pasien yang mengalami simtom neurologi sebelum mengalami tanda infeksi HIV
lainnya. Pada mulanya pasien akan mengalami kehilangan memori, sulit berkonsentrasi, menarik
diri dari pergaulan sosial, dan letargi. Tanda awal tersebut sering dianggap sebagai suatu depresi
dan biasanya diabaikan, sampai akhirnya berkembang menjadi gangguan yang lebih dramatis
seperti demensia yang hebat dan keterbelakangan psikomotor. Gangguan motoris pada mulanya
terlihat dari hilangnya koordinasi, tremor, langkah yang goyah, dan bahkan dapat berkembang
menjadi ataksia dan paraplegia yang hebat.
- Subgrup C : Penyakit Infeksi Sekunder (Infeksi Oportunistik)
Organisme yang relatif nonvirulen dalam tubuh dapat mengakibatkan infeksi yang hebat
dan mengancam jiwa pada pasien yang sistem imunnya sudah rusak akibat HIV. Infeksi
oportunistik yang sering dijumpai antara lain Pneumonia pneumositis cranii, toksoplasmosis,
infeksi sitomegalovirus, tuberkulosis, kandidiasis rongga mulut, dan lain sebagainya.
- Subgrup D : Kanker Sekunder
Diagnosis dari satu atau beberapa kanker yang terbukti mempunyai hubungan dengan
infeksi HIV merupakan indikator dari hilangnya imunitas sel sebagai mediator. Infeksi kanker
sekunder yang sering terjadi adalah Sarkoma Kaposi, limfoma non-Hodgkin, atau limfoma
primer dari otak.
- Subgrup E : keadaan lain pada Infeksi HIV
Tanda klinis dari penyakit, yang tidak diklasifikasikan seperti di atas, dapat berperan pada
infeksi HIV dan merupakan indikator dari cacat pada imunitas sel sebagai mediator pasien,
simtom yang berhubungan dengan infeksi HIV termasuk Pneumositis interstisial limfoid kronis
dan simtom-simtomnya, dan penyakit infeksi sekunder dan neoplasma lain yang tidak tercantum
di atas.
6. Kriteria Diagnosis
Diagnosis AIDS untuk kepentingan Surveilans ditegakkan apabila terdapat infeksi
opurtunistik ( Pada Gambar 1 ) atau limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mm3.
7. Penatalaksanaan

HIV/AIDS sampai saat ini belum dapat disembuhkan secara total, namun data belakangan ini
menyebutkan bahwa kombinasi beberapa obat ARV (Anti Retro Viral) bermanfaat
menurunkan mortalitas dan morbiditas dini akibat infeksi HIV. Manfaat ARV dicapai
melalui pulihnya sistem kekebalan tubuh akibat HIV dan pulihnya kerentanan odha terhadap
infeksi opurtunistik.

Secara umum, penatalaksanaan odha terdiri atas beberapa jenis, yaitu

 Pengobatan dengan ARV untuk menekan replikasi virus


 Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai
infeksi HIV/AIDS, seperti jamur, tuberculosis, hepatitis, toksoplasma, sarcoma
kaposi, limfoma, kanker serviks.
 Pengobatan suportif yaitu konsumsi makanan yang mempunyai nilai gizi yang baik
dan dukungan psikososial, dukungan agama serta istirahat yang cukup dan kebersihan
diri yang baik.

Diharapkan dengan pengobatan tersebut angka kematian dapat ditekan dan harapan
hidup dapat ditingkatkan dan kejadian infeksi opurtunistik dapat berkurang.
Kesimpulan

AIDS adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV. Virus ini merusak sistem imun
tubuh sehingga penderita akan sangat rentan terhadap mikroorganisme oportunistik. HIV
cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen permukaan CD4,
terutama sekali limfosit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan
mempertahankan sistem kekebalan tubuh. HIV dapat ditemukan pada darah, semen, ASI, dan
sekret vagina. Pada cairan-cairan inilah virus dapat ditularkan. Selain itu, HIV juga dapat
ditemukan pada saliva, air mata, urin, cairan serebrospinal, dan cairan amnion, tetapi tidak
bersifat menularkan.

Transmisi HIV dapat terjadi melalui kontak atau pencampuran dengan cairan tubuh yang
mengandung virus, seperti: melakukan hubungan seksual yang tidak aman dengan pengidap
HIV, menggunakan jarum suntik atau alat tusuk lain (akupuntur, tindik, tato) yang telah
terkontaminasi virus HIV, kontak kulit atau membran mukosa dengan darah dan produk darah
yang telah terkontaminasi HIV, menerima transplantasi organ atau jaringan termasuk tulang atau
transfusi darah dari penderita HIV, dan penularan dari ibu hamil pengidap HIV kepada janin saat
kehamilan, proses kelahiran, maupun saat menyusui.

HIV/AIDS sampai saat ini belum dapat disembuhkan secara total, namun data
belakangan ini menyebutkan bahwa kombinasi beberapa obat ARV (Anti Retro Viral)
bermanfaat menurunkan mortalitas dan morbiditas dini akibat infeksi HIV
Dapus

1. Sudoyo Aru W dkk . Ilmu Penyakit Dalam jilid II Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing. 2014.
2. World Health Organization tahun 2012
3. Pusat Data Kesehatan RI Tahun 2006. Situasi HIV/AIDS di Indonesia tahun
1987-2006. Jakarta
4. Riset Kesehatan Dasar Indonesia
5. Global AIDS Update . UNAIDS .2016

Anda mungkin juga menyukai

  • PA
    PA
    Dokumen1 halaman
    PA
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat
  • Uasp 16510024
    Uasp 16510024
    Dokumen36 halaman
    Uasp 16510024
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat
  • Siklus Akuntansi - 16510024
    Siklus Akuntansi - 16510024
    Dokumen36 halaman
    Siklus Akuntansi - 16510024
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat
  • VVVV
    VVVV
    Dokumen2 halaman
    VVVV
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat
  • PA
    PA
    Dokumen1 halaman
    PA
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat
  • PA
    PA
    Dokumen1 halaman
    PA
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat
  • Uasp 16510024
    Uasp 16510024
    Dokumen36 halaman
    Uasp 16510024
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat
  • PPN Dan PPNBM
    PPN Dan PPNBM
    Dokumen15 halaman
    PPN Dan PPNBM
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat
  • Siklus Akuntansi - 16510024
    Siklus Akuntansi - 16510024
    Dokumen36 halaman
    Siklus Akuntansi - 16510024
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi PPOK
    Patofisiologi PPOK
    Dokumen4 halaman
    Patofisiologi PPOK
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat
  • Ppok
    Ppok
    Dokumen17 halaman
    Ppok
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat
  • 123 Cantik
    123 Cantik
    Dokumen14 halaman
    123 Cantik
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat
  • Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut
    Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut
    Dokumen4 halaman
    Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat
  • Sistem Informasi Manajemen
    Sistem Informasi Manajemen
    Dokumen17 halaman
    Sistem Informasi Manajemen
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi Demam Thypoid
    Patofisiologi Demam Thypoid
    Dokumen1 halaman
    Patofisiologi Demam Thypoid
    devi indo thenri sialoho
    Belum ada peringkat