PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dan
melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir melalui
pendidikan dan pencegahan serta mendapat pengalaman secara nyata di
lapangan agar dapat memberikan pelayanan kebidanan yang lebih
efektif dan lebih meningkatkan mutu pelayanan kebidanan yang
diselenggarakan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan pada bayi baru
lahir dengan langkah-langkah sebagai berikut :
- Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada BBL Normal
- Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada BBL Normal
- Mahasiswa mampu menentukan diagnosa dan masalah
potensial pada BBL Normal
- Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan
segera / melakukan kolaborasi
- Mahasiswa mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan
pada BBL Normal
- Mahasiswa mampu mengevaluasi setelah apa yang dilakukan
pada BBL Normal
1.3 Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan dan Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan mampu membimbing dan memberikan masukan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Sebagai subjek dalam menilai
bagaimana pemahaman dan keterampilan penulis dalam menyikapi kasus
guna meningkatkan tenaga kesehatan dengan kualitas yang baik dan
terampil.
2. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam
melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SKOR
TANDA 0 1 2
Badan merah,
1. Appereance Seluruh tubuh Seluruh tubuh kemerah-
kaki dan tangan
/ Warna kulit biru atau putih merahan
biru
2. Pulse /
Tidak ada <100 x/menit ≥100 x/menit
Bunyi jantung
3. Grimace / Perubahan Bersin, batuk, menangis
Tidak ada
Reflek mimik kuat
4. Activity / Ekstrmitas Gerakan aktif,
Tidak ada
aktivitas sedikit fleksi ekstremitas fleksi
Lambat, tidak
5. Respiratory
Tidak ada teratur atau Menangis keras atau kuat
Effart
lambat
Sumber: Apgar, V. The newborn (Apgar) scoring system: reflection and advice. Pediatr. Clin. North Am.
113(3): 645 (August) 1966
Keterangan:
Nilai 7-10 : bayi normal
Nilai 4-6 : bayi asfiksia ringan-sedang
Nilai 0-3 : bayi asfiksia berat
2.1.3 Adaptasi Bayi Baru Lahir
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.
Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis. Bila terdapat
gangguan adaptasi, maka bayi akan mengalami gangguan.
Homeostasis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital
yang bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan
perkembangan termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin.
Adaptasi segera setelah lahir meliputi adaptasi fungsi-fungsi vital
(sirkulasi, respirasi, susunan saraf pusat, pencernaan dan metabolisme).
Homeostasis neonatus ditentukan oleh keseimbangan antara maturitas dan
status gizi.
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit
pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan
tekanan alveoli selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan
mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam.
Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diagfragmatik dan abdominal.
Sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur.
Untuk menilai, apakah bayi bernafas dengan normal maka tenaga
kesehatan yang merawat BBL harus melakukan penilaian gawat nafas
menggunakan skor down, dengan cara penilaian sebagai berikut :
Jika bayi tidak cukup bulan dan atau air ketuban bercampur
mekonium dan atau tidak menangis atau tidak bernapas atau megap-
megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan langkah resusitasi. Dalam
Bagan Alur Manajeman BBL dapat dilihat alur penatalaksanaan BBL
mulai dari persiapan, cara penilaian dan membuat keputusan serta
alternatif tindakan apa yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL.
Untuk BBL yang langsung menangis atau bernafas spontan dan teratur
dilakukan asuhan BBL normal.
BAGAN ALUR
PERSIAPAN
PENILAIAN
A B C
PENILAIAN
1. jaga kehangatan
2. bersihkan jalan nafas (bila perlu)
3. keringkan dan tetap jaga kehangatan
4. potong dan ikat tali tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit
setelah lahir
5. lakukan inisiasi menyusui dini dan kontak kulit bayi dengan kulit
ibu
6. beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata
7. beri suntikan vitamin K1 1mg intramuskular, di paha kiri
anterolateral setelah Inisiasi Menyusui Dini
8. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5mL intramuskuler di paha kanan
anterolateral diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian
vitamin K1
Sumber : JNPK-KR/POGI. Asuhan Persalinan Normal. 2008. JHPIEGO. Jakarta
a. Pencegahan kehilangan panas
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara
berikut :
- Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilanagn panas. Kehilangan
panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan
tubuh oleh panas bayi sendriri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak
segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang
terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan
diselimuti.
- Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur,
atau timbangan, yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi
melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-
benda tersebut.
- Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan
di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi aliran udara darikipas angin,
hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
- Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan
di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu
tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-
benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung).
b. Asuhan tali pusat
1. Mengklem dan memotong tali pusat setelah dua menit setelah bayi
lahir, melakukan terlebih dahulu penyuntikan oksitosin sebelum tali
pusat dipotong
2. Menjepit tali pusat dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding
perut bayi. Dari titik jepitan menekan tali pusat dengan dua jari
kemudian mendorong isi tali pusat ke arah ibu. Kemudian menjepit
dengan klem kedua tali pusat pada bagian yang isinya sudah
dikosongkan, berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama
3. Memegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan lain memotong tali
pusat diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT
atau steril
4. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya
5. Melepaskan klem logam penjepit tali pusat dan memasukkan ke dalam
larutan klorin 0.5 %
6. Kemudian, meletakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu untuk
IMD dan melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu minimal dalam 1
jam pertama setelah lahir
c. Inisiasi Menyusui Dini
Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu.
Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih,
bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri apabila sebelumnya tidak
berhasil. Bayi diberi topi dan diselimuti. Ayah dan keluarga dapat
memberi dukungan dan membantu ibu selama proses ini. Ibu diberi
dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi
bila diperlukan.
d. Pencegahan infeksi mata
Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam
kontak kulit ke kulit da bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi tersebut
mengandung antibiotik tetrasikilin 1%. Salep antibiotik harus tepat
diberikan pada waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan
infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah
kelahiran.
e. Pemberian vitamin K1
Semua bayi baru lahir diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg
intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit bayi selesai menyusui
untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K1 yang dapat
dialami oleh sebagian BBL.
f. Pemberian imunisasi
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis
B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B
pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K1, pada saat bayi
baru berumur 2 jam. Selanjutnya Hepatitis B dan DPT diberikan pada
umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Dianjurkan BCG dan OPV diberikan
pada saat bayi berumur 24 jam atau pada usia 1 bulan. Selanjutnya OPV
diberikan sebanyak 3 kali pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.
Melakukan pencatatan dan menganjurkan ibu untuk kembali pada jadwal
imunisasi berikutnya
g. Pemeriksaan BBL
Pemeriksan BBL dilakukan pada :
- Saat bayi berada di klini (dalam 24 jam)
- Saat Kunjungan tindak Lanjut (KN) yaitu 1x pada umur 1-3 hari, 1x
pada umur 4-7hari dan 1x pada umur 8-28hari.
Berikan pengertian kepada ibu dan keluarga untuk tidak meninggalkan
klinik sebelum bayi berumur 24 jam. Asuhan BBL dilakukan selama iu
dan bayi berada di klinik.
Tanda-tanda bahaya berikut, rujuk bayi ke fasilitas kesehatan :
- Tidak dapat menyusu
- Kejang
- Mengantuk atau tidak sadar
- Napas cepat (>60 menit)
- Merintih retraksi dinding dada bawah
- Sianosis sentral
1) Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Bayi yang sehat tampak kemerahan, aktif, tonus otot baik,
menangis keras, minum baik (Wiknjosastro, 2008).
2. TTV
a. Suhu : Normalnya 36,5-37,50 C pada pengukuran diaxila.
b. Pernafasan : Normalnya 40-60 kali per menit. Nafas BBL tidak
teratur kedalamannya, kecepatan dan iramanya
c. Nadi : Normalnya 120-160 kali per menit. Denyut nadi appikal
sebaiknya dihitung dalam 1 menit supaya akurat. Bunyi jantung dalam
menit-menit pertama +180x/menit yang kemudian turun sampai 120-140
x/menit, pada waktu bayi berumur 30 menit (Wiknjosastro, 2008)
d. Tekanan darah : Pada BBL tensinya rendah yaitu 60-80/ 40-50 mmHg
dan pada hari ke-10 menjadi 100/50 mmHg, semakin tua semakin baik
(Hanya dipantau bila ada indikasi)
3. Antopometri
a. Berat badan : Normalnya 2500 – 4000 gr. Berat badan 3 hari pertama
terjadi penurunan, hal ini normal karena mengeluarkan air kencing dan
mekonium. Pada hari ke-4, berat badan naik (Wiknjosastro, 2008).
b. Panjang badan : Normalnya 48 – 52 cm
c. Lingkar kepala : Lingkar kepala normalnya 31-35,5 cm pada bayi cukup
bulan.
d. Lingkar dada : Normalnya 30 – 38 cm
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Normalnya simetris, tidak ada caput suksedaneum, sefal hematoma
(Wiknjosastro, 2008).
b. Mata
Simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sclera putih, tidak ada
perdarahan subkonjungtiva,tidak ada rabas, nistagmus,
c. Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung.
d. Telinga
Terdapat tulang kartilago dan segera kembali ketika dilipat
e. Mulut
Refleks menghisap baik
f. Dada
Bentuk normal, pembesaran buah dada normal, jika terdapat pengeluaran
seperti ASI merupakan hal yang normal, tidak ada retraksi intercosta,
subkostal, bunyi paru-paru normal (tidak ronchi/ wheezing) (Wiknjosastro,
2008).
g. Abdomen
Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada distensi abdomen, tali pusat tidak
berdarah, warna tali pusat tidak pucat atau merah, tidak kembung,
(Wiknjosastro, 2008).
h. Genetalia
Pada anak laki-laki, glan penis bentuknya baik, testis sudah turun,
scrotum simetris.
Pada wanita, labia mayor sudah menutupi labia minor. Jika keluar darah
seperti darah menstruasi merupakan hal normal
i. Anggota gerak
Atas : Bentuk simetris, gerak aktif,
Bawah : Bentuk simetris, terdapat garis plantar, gerakan aktif.
j. Kulit
Saat lahir kulit sangat halus terlihat merah kehitaman karena tipis dan
lapisan lemak subkutan belum melapisi kapiler. Biasanya pada BBL
terdapat vernic caseosa, milia (bintik-bintik keputihan terlihat di hidung,
dahi dan pipi bayi yang dapat menyumbat kelenjar sebasea yang belum
berfungsi dan akan hilang setelah 2 minggu), lanugo, ikterik fisiologis atau
ikterik neonatorum.
5. Pemeriksaan Neurologis
a. Reflek Moro :
Bayi menimbulkan gerakan terkejut, ketika diberik sentuhan mendadak
b. Reflek Menggenggam :
Jari tangan bayi menggenggam ketika disentuk oleh tangan
c. Reflek Roating :
Bayi menoleh sewaktu pipinya disentuh dengan jari
d. Reflek Sucking :
Hisapan bayi pada putting susu kuat
2.2.2 Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Aktual
Diagnosis aktual: Bayi baru lahir fisiologis ...jam/ hari
Masalah : bayi tidak mau menetek
2.2.3 Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah
ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang
gawat.Bayi baru lahir normal tidak ada diagnosa dan masalah potensial.
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Mencakup tentang tindakan segera yang dibutuhkan untuk menangani
diagnosa/masalah potensial yang dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan.
Bayi baru lhir normal tidak memerlukan kebutuhan tindakan segera.
2.4.5 Perencanaan
1. Beri penjelasan pada ibu dan keluarganya tentang hasil pemeriksaan pada bayi
R/ Ibu dan keluarga mengetahui keadaan bayi nya.
2. Observasi intake dan output bayi
R/ deteksidini adanya kelainan
3. Jaga kehangatan bayi
R/ bayi baru lahir rawan terjadinya hipotermi
4. Rawat tali pusat
Tali pusat dibungkus dengan kain kassa steril/bersih
R/ Mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat
5. Anjurkan ibu melanjutkan menyusui
Pemberian ASI on demand, yaitu pemberian ASI tanpa jadwal (sesuka bayi)
R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi dan kekebalan bayi
6. Diskusikan dan berikan KIE pada ibu mengenai mengenai perawatan tali pusat,
personal hygiene, cara menjaga kehangatan bayi, cara menyusui yang benar,
asi eksklusif, dan tanda bahaya bayi baru lahir.
R/ Ibu mengerti mengenai segala hal yang berhubungan dengan bayi baru lahir
akan membuat ibu kooperatif untuk melakukan KIE yang diberikan
7. Memberikan injeksi vaksin Hepatitis B
Hepatitis B diberikan secara intramuscular 1-2 jam setelah pemberian injeksi
vitamin K, dberikan di paha kanan atas bagian luar.
R/ Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu
ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati.
8. Mandikan bayi setelah 6 jam
R/ Bayi rentan terkena hipotermi
2.4.6 Implementasi
Pelaksaan sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat
2.4.7 Evaluasi
Evaluasi keadaan ibu selanjutnya setelah dilakukan pemeriksaan dan
tindakan yang diberikan
1) Evaluasi jangka pendek
Evaluasi yang dilakukan saat itu juga setelah diberikan intervensi
2) Evaluasi jangka panjang
Evaluasi jangka panjang dilakukan pada intervensi yang hasilnya baru bisa
dinali setelah kunjungan berikutnya
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
a. Identitas Bayi
Nama bayi : (belum diberikan nama)
Tanggal lahir : 10 – 10 – 2016
Umur bayi : 1 jam
Jenis kelamin : perempuan
Waktu lahir : 14.40 WIB
3.4 Penatalaksanaan
PEMBAHASAN
Berikut ini akan dibahas kesenjangan teori antara tinjauan pustaka dan
tinjauan kasus pada asuhan kebidanan bayi baru lahir fisiologis.
1. Pada pengkajian data subjektif tentang identitas, sudah sesuai antara tinjauan
teori dan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus sudah dikaji sesuai dengan yang
ada pada tinjauan pustaka.
2. Pemeriksaan fisik pada bayi :
- termasuk bayi aterm karena persalinan terjadi saat usia kehamilan 37-38
minggu, hal ini sesuai pendapat yang dikemukakan Depkes RI (2005), bahwa
bayi aterm adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 37-42 minggu.
- bayi tersebut dikatakan bayi baru lahir normal, karena bayi tersebut lahir
dengan BB 3000 gram dan PB 49 cm. Hal ini normal, sesuai teori yang
dikemukakan oleh varney (2002) bahwa bayi baru lahir normal BB 2500-
4000 gram dan PB 48-52 cm.
- penilaian APGAR score bayi dari 3 jam setelah lahir yaitu 10 dikategorikan
fisiologis, hal ini sesuai pada tinjauan pustaka bahwa APGAR score pada
bayi normal yaitu 7-10.
- pernapasan bayi baru lahir 48x/menit, hal ini termasuk fisiologis sesuai
dengan dijelaskan pada tinjauan pustaka yaitu pernapasan pada menit pertama
+ 80 x/menit kemudian menurun 40-60 x/menit.
- suhu bayi yang dikaji 36,5ºC, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
kesenjangan teori yang telah dibahas pada tinjauan pustaka yaitu suhu normal
pada kulit bayi berkisar dari 36,5-37,5ᴼC.
- nadi pada bayi baru lahir tersebut yaitu 128x/menit merupakan hal yang
fisiologis, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh varney (2002) bahwa
nadi pada bayi baru lahir berkisar antara 120-140x/menit.
- dalam pengkajian 3 jam pertama setelah bayi lahir, bayi telah dapat BAK 2x
merupakan hal yang normal, sesuai teori yang yang telah dibahas pada
tinjauan pustaka yaitu batas waktu miksi 24 jam pasca kelahiran.
- Bayi juga telah dapat BAB 1x, dimana fesesnya berbentuk mekonium, hal ini
sesuai dengan teori yang telah dibahas pada tinjauan pustaka yaitu mekonium
berwarna hitam kecokelatan, batas waktu mekonium 48 jam pasca kelahiran.
- pemeriksaan head to toe pada bayi baru lahir, juga telah sesuai seperti yang
dibahas pada tinjauan pustaka, yaitu tidak ada kelainan pada bayi.
3. tidak ada diagnosa potensial pada analisis, karena bayi baru lahir
fisiologis, hal ini sesuai dengan teori yang ada pada tinjauan
pustaka.
4. Karena tidak ada masalah potensial pada bayi, maka tidak perlu
ada kebutuhan tindakan segera, hal ini sesuai dengan teori yang
telah dibahas pada tinjauan pustaka.
5. penatalaksaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis
telah sesuai dengan perencanaan yang ada pada tinjauan pustaka,
sehingga dalam hal ini antara tinjauan pustaka dan tinjauan
kasus tidak ada kesenjangan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
DepKes RI. 2005. Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks keluarga. Jakarta :
DepKes RI
Dina Angelica. 2014. Hand Out Pemeriksaan fisik Bayi Baru Lahir. Surabaya
http://www.bkkbn.go.id/kependudukan/Pages/DataSensus/Sensus_Penduduk/Mor
talitas/IMR/Nasional.aspx (diakses pada tanggal 7 januari 2015, pukul 15.00
WIB)
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12¬ab
=5 (diakses pada tanggal 7 januari 2015, pukul 15.00 WIB)
Ilham, Aldika. 2014. Hand Out Obstetri Fisiologis. Surabaya
JNPK-KR/POGI. Asuhan Persalinan Normal. 2008. JHPIEGO. Jakarta
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saifudin A.B. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Varney, Hellen dkk.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC