Anda di halaman 1dari 4

Proceedings of the National Seminar on Women's Gait in sports towards a healthy lifestyle

27 April 2019 Universitas Tunas Pembangunan Surakarta - Indonesia

PENDIDIKAN ANAK DI ERA MILENIAL

Rika Yuni Ambarsari, S.Pd, M.Pd


Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Tunas Pembangunan Surakarta
Email : rikaambarsari602@gmail.com

ABSTRAK
Generasi milenial merupakan generasi yang terbesar saat ini, berpendidikan, paham teknologi, sadar
tentang banyak isu, dan berjiwa usaha. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
Mempersiapkan generasi milenial menghadapi tantangan ke depan, diperlukan pendidikan karakter.
Selain itu, diperlukan juga memberi kemampuan adaptasi serta memiliki pondasi yang kuat sehingga
setiap mengalami perubahan tidak akan kehilangan arah. Semakin berkembangnya teknologi dan zaman,
tak dipungkiri menyebabkan berubahnya pola Pendidikan yang dialami oleh anak anak masa kini.
Perubahan kurikulum dan metode Pendidikan yang kian beragam diterapkan di berbagai sekolah
menyebabkan adanya fenomena baru dalam proses Pendidikan anak di rumah maupun di sekolah.
Kata kunci : Pendidikan, Anak, Milenial

ABSTRACT
Millennials are the largest generation today, educated, understanding technology, aware of many issues,
and entrepreneurial. Minister of Education and Culture. Preparing millennial generations to face
challenges in the future, character education is needed. In addition, it is also necessary to provide
adaptive capacity and have a strong foundation so that any changes will not lose direction. The
development of technology and times, no doubt causes changes in the pattern of education experienced
by children today. Changes in the curriculum and methods of education that are increasingly diverse are
applied in various schools causing new phenomena in the process of children's education at home and at
school.
Keyword : Education, Children, Millenial

PENDAHULUAN di jerat pasal 351 ayat 1 KUHP. Jauh


sebelumnya di tahun 2016, juga beredar secara
Seperti kita semua tahu, guru yang
viral seorang murid Sekolah Dasar yang
sejatinya digugu dan ditiru ini telah kehilangan
menantang gurunya, saat sedang di nasehati,
kharismanya lagi, fenomena generasi millenial
bahkan umpatan "monyet" juga keluar dari
yang merasa lebih pintar, merasa serba benar
mulut murid tersebut. Di kasus lain bahkan
kini sangat sulit untuk di tegur gurunya, bahkan
seorang siswa menantang kepala sekolah dan
tindakan melawan guru dianggap aksi heroik
mengatakan akan menghadangnya di luar
yang patut mendapatkan tepuk tangan. Masih
sekolah, yang dengan arogan membuka baju
segar dalam ingatan, seorang siswa di SMAN 1
seragam dan membusungkan dadanya di depan
Torjun Sampang Madura yang tega menganiaya
kepala sekolah. Kasus terakhir ini justru
gurunya hingga menyebabkan MBO, Mati
dilakukan oleh wali murid sendiri. Kepala
Batang Otak. Hingga sang guru honorer tersebut
sekolah di SMP 4 Lolak, kabupaten Bolmong,
meregang nyawa di Rumah Sakit. Kasus-kasus
Sulawesi Utara, Bu Astri mengundang salah
kekerasan yang terjadi di dalam dunia
seorang wali murid untuk di beri peringatan
pendidikan bukan pertama kali ini terjadi, jauh-
karena anaknya berlaku nakal di sekolah,
jauh sebelumnya terjadi juga kasus serupa
bukannya mendengarkan ucapan Bu Astri, wali
seorang murid bertindak kurang ajar kepada
murid ini malah memukul Bu Astri
gurunya.
menggunakan meja kaca, aksi tak berhenti di
Mengamati segala kekerasan di dunia
sini belum puas memukul kepalanya hingga
pendidikan dalam beberapa periode terakhir
berdarah dengan meja kaca, wali murid tersebut
tercatat beberapa kasus penganiayaan terhadap
memukulnya memakai kaki meja.
guru yang sempat viral di situs jejaring sosial.
Dari beberapa kasus di atas kita bisa
Sebelum kasus penganiayaan siswa kepada Pak
menyimpulkan faktor utama yang menyebabkan
guru Budi hingga menyebabkan kematian di
siswa melakukan aksi kekerasan kepada
SMAN 1 Torjun Sampang-Madura, ada kasus
gurunya sendiri itu adalah faktor psikologis.
seorang siswa SMAN 1 Kubu Raya Kalimantan
Kemungkinan siswa tersebut cenderung
Barat, yang tega memukul bu guru Rahayu
berkepribadian impulsif dan kesulitan
menggunakan kursi, karena merasa tidak terima
mengendalikan emosinya sendiri. Ini bisa terjadi
setelah gagal naik kelas. Tak hanya memukul
karena pengaruh dari lingkungan sekitar tempat
dengan kursi siswa ini melayangkan tinjunya
tinggal siswa. Adapun faktor berikutnya adalah
kearah kening Bu Rahayu. Kini siswa tersebut
generasi millennial kini merasa harga diri yang
ISBN: 9786029997903 1 Seminar Nasional 2019
Proceedings of the National Seminar on Women's Gait in sports towards a healthy lifestyle
27 April 2019 Universitas Tunas Pembangunan Surakarta - Indonesia

terlalu tinggi namun kepribadian kurang matang, menggunakan smartphone sehingga anak-anak
itu akibatnya ketika mereka merasa harga secara tidak langsung mulai mengenal gerak-
dirinya diremehkan emosinya terpacu dan tak geriknya dan lain-lain. Seiring berjalannya
segan melakukan aksi kekerasan pada gurunya. waktu, kemajuan teknologi dan kemudahan
Tak peduli hal itu disebabkan oleh masalah melakukan berbagai aktivitas berisiko
sepele sekalipun. menjauhkan anak dari nilai-nilai luhur di
masyarakat. Banyak kasus yang terjadi pada
METODE anak-anak yang akrab melakukan aksi bullying
(kekerasan kepada orang lain yang sebaya),
Penelitian ini menggunakan metode
menjadi individualis, dan kurang bisa
penelitian deskriptif kualitatif. Djam’an Satori
bersosialisasi di masyarakat. Belum lagi
(2011: 23) mengungkapkan bahwa penelitian
mudahnya mengakses informasi membuat anak-
kualitatif dilakukan karena peneliti ingin
anak lebih dini mengenal tentang seksualitas.
mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak
Anak-anak di pedesaan maupun di perkotaan
dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif
sama-sama terkepung perkembangan zaman.
seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu
Jika tidak dibentengi ini akan sangat berbahaya
resep, pengertian-pengertian tentang suatu
bagi perkembangan diri mereka.
konsep yang beragam, karakteristik suatu barang
Praktisi dan lembaga pendidikan
dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara
dituntut mampu menyelaraskan antara
suatu budaya, model fisik suatu artifak dan lain
perubahan zaman yang ditandai dengan
sebagainya.
kecanggihan teknologi dengan nilai-nilai budi
pekerti. Dengan begitu maka sekolah bisa
Selain itu, Sugiono (2012: 9) juga
menjadi benteng moral bagi anak-anak sehingga
mengemukakan penelitian kualitatif sebagai
mereka dapat tumbuh beriringan dengan
metode penelitian yang berlandaskan pada
teknologi dan memanfaatkannya untuk hal-hal
filsafat postpositivisme, digunakan untuk
yang positif. Tidak heran jika pemerintah
meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana
mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
Presiden (Perpres) Nomor 87 tahun 2017
pengumpulan data dengan triangulasi, analisis
tentang Penguatan Pendidikan Karakter yang
data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil
harus dijalankan setiap institusi pendidikan. Hal
penelitian kualitatif lebih menekankan makna
ini dilakukan untuk memperkuat karakter
daripada generalisasi.
peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah
Berdasarkan keterangan dari beberapa
rasa/karsa, olah pikir, dan olah raga dengan
ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga,
penelitian deskriptif kualitatif yaitu rangkaian
dan masyarakat. Penguatan Pendidikan Karakter
kegiatan untuk memperoleh data yang bersifat
bertujuan untuk membangun dan membekali
apa adanya tanpa ada dalam kondisi tertentu
peserta didik sebagai generasi penerus guna
yang hasilnya lebih menekankan makna.
menghadapi dinamika perubahan di masa depan.
Namun jauh sebelum Peraturan Presiden
HASIL DAN PEMBAHASAN
(perpres) dikeluarkan, banyak sekolah yang
Pendidikan terus mengalami perubahan sudah menerapkan pembelajaran budi pekerti
dari waktu ke waktu seiring perkembangan untuk menunjang pendidikan karakter pada
zaman. Memasuki era digital seperti saat ini, siswanya. Banyak instansi pendidikan yang
perkembangan anak didik sangat berbeda hadir dengan membawa visi dan misi yang
dengan zaman dulu. Misalnya saja dari segi mengarah pada penguatan karakter, baik di
permainan. Jika anak-anak pada zaman dulu sekolah umum, sekolah berbasis agama, maupun
masih banyak yang memainkan permainan lainnya. Masing-masing sekolah pun memiliki
tradisional, anak-anak zaman sekarang sangat gaya tersendiri dalam mewujudkan visi dan misi
jarang yang pernah atau bisa memainkannya. yang mengarah pada pengembangan karakter.
Justru mereka lebih akrab dengan permainan Sekolah tentu ingin melahirkan anak-anak
dalam aplikasi sebuah gadget. Tidak bisa berkualitas yang berkarakter baik.
dipungkiri bahwa internet sendiri bukan lagi Psikolog dan Pendiri Yayasan Kita dan Buah
barang langka bagi generasi masa kini. Bahkan Hati Elly Risman berbagi tujuh cara mengasuh
internet menjadi makanan sehari-hari mereka. anak di era digital yang bisa dipraktikkan agar
Perkembangan sekarang ke era digital, internet hubungan antara orangtua dan anak tetap
di gadget sudah gampang banget, jadi bukan terjaga.
suatu hal yang mewah lagi, tabu lagi.
Anak-anak sekarang umur 3 atau 4 1. Tanggung Jawab Penuh
tahun sudah mengerti youtube, mau apa tinggal Ketika bicara mengenai pola asuh anak,
pakai jempol sudah dapat banyak informasi.. peran seorang ibu seringkali dianggap hal paling
Bahkan sejak lahir saja teknologi sudah ada di utama. Padahal menurut Elly, sosok ayah dalam
lingkungan mereka. Orang tua mendidik anak tak kalah penting. Di era digital
ISBN: 9786029997903 2 Seminar Nasional 2019
Proceedings of the National Seminar on Women's Gait in sports towards a healthy lifestyle
27 April 2019 Universitas Tunas Pembangunan Surakarta - Indonesia

seperti sekarang ini, ayah dan ibu harus melakukan, tapi jika suka, ada atau tidak ada
memiliki pandangan yang sama, yaitu sama- orangtua dia akan tetap baik.
sama bertanggungjawab atas jiwa, tubuh, 6. Persiapkan Anak Masuk Pubertas
pikiran, keimanan, kesejahteraan anak secara Kebanyakan orangtua malu
utuh. Masih banyak orangtua muda masa kini membicarakan masalah seks dengan anak dan
yang melepaskan anak-anaknya secara total di cenderung menghindarinya. Menurut Elly,
tangan orang ketiga, entah mertua atau pembicaraan justru perlu dimulai sejak dini
pembantu. Namun jika hal ini terpaksa dengan bahasa yang mengikuti usianya.
dilakukan, maka perlu dicek kembali bagaimana Kalau sudah keluar air mani, sudah menstruasi,
sejarah dari orang yang Anda rekrut untuk itu artinya mereka sudah aktif secara seksual
menjaga buah hati. dan sudah telat untuk menanamkan tentang
Anak-anak yang kurang sosok ayah, dan pemahaman seks. Ya jadi suka-sukanya anak,
dia punya anak laki dia nakal, agresif, narkoba, dia bebas melakukan berbagai macam hal.
seks bebas. Anak perempuan biasanya depresi,
seks bebas. Jadi ayah harus selalu ada, pulang 7. Persiapkan Anak Masuk Era Digital
kerumah di era digital. Bukan berarti Anda harus
2. Kedekatan memberikannya gadget sejak bayi. Namun
Perlu adanya kedekatan antara ayah dan mengajarkan anak jika penggunaan gadget ada
anak, juga ibu ke anak. Kedekatan ini bukan waktunya dan memiliki batasan untuk itu. Akses
hanya berarti melekat dari kulit ke kulit, internet pun perlu dibatasi untuk mencegah anak
melainkan jiwa ke jiwa. Artinya, Anda dan melihat situs yang tidak diinginkan.
pasangan tak bisa hanya sering memeluk sang Ajarkan mereka untuk menahan pandangan,
anak namun juga harus dekat secara emosional. menjaga kemaluan. Karena jika otakmu rusak,
Banyak anak yang tidak dapat hal itu dari kecil kemaluanmu tidak bisa dikendalikan. Jika kita
sehingga jiwanya hampa. tidak membicarakan, anak tidak tahu bagaimana
3. Harus Jelas Tujuan Pengasuhan akan bersikap.
Dari riset yang saya lakukan untuk ibu Kedepankan komunikasi sebagai
25-45 tahun, bekerja tak bekerja, ekonomi pengganti gadget. Sebagai contoh, ajak anak
menengah ke atas dan menengah ke bawah. bicara tiap kali pulang sekolah. Hal-hal di
Mereka tidak punya tujuan pengasuhan. Mereka sekolah seperti tugas menumpuk, teman jahil
tidak tahu anak ini mau di bawa ke mana?" atau guru menyebalkan sudah menjadi hal berat
Elly menyarankan agar orangtua mulai untuknya. Oleh karena itu, Elly menyarankan
merumuskan tujuan pengasuhan sejak anak untuk berkomunikasi tentang perasaannya.
dilahirkan. Perlu membuat kesepakatan bersama Misalnya tanya perasaannya di hari itu, apa yang
suami, prioritas apa saja yang diberikan kepada membuatnya bahagia dan apa yang membuatnya
anak dan bagaimana cara pendekatannya. sedih. Dengan begitu, secara otomatis anak akan
dengan mudah bercerita pada Anda tiap kali ia
4. Berbicara Baik-baik merasakan sesuatu.
Orangtua harus belajar berbicara baik- Ketika anak dibatasi dia pegang gadget,
baik dengan anak. Tidak boleh membohongi, orangtua perlu beri alternatif lain. Tidak bisa
lupa membahas keunikan anak, dan juga perlu kalau ibu atau ayahnya tidak di rumah.
membaca bahasa tubuh, serta mau mendengar Contohnya ikuti les berenang, main basket,
perasaan anak. Menyalahkan, memerintah, futsal, gitar atau apa yang disukai anak.
mencap, membandingkan, komunikasi seperti Pendidikan memang harus mampu
ini akan membuat anak merasa tak berharga, tak menghadapi tantangan Zaman, karena itu peran
terbiasa memilih dan tak bisa mengambil sekolah dalam membina karakter anak-anak
keputusan. menjadi sangat penting. Pengetahuan,
keterampilan, dan oralitas yang tinggi menjadi
5. Mengajarkan Agama pondasi yang kuat bagi setiap anak dalam
Menjadi kewajiban orangtua untuk menjalani kehidupannya. Dengan pendampingan
mengajarkan anak-anaknya tentang agama. dan pendidikan yang tepat maka mereka akan
Pendidikan tentang agama perlu ditanam sejak mampu beradaptasi dengan lingkungan dan
sedini mungkin. Dalam hal ini, mengajarkan zamannya.
agama tak hanya terbatas ia bisa membaca Al-
Qur'an misalnya, bisa berpuasa atau pergi ke Menjadi orang tua pada zaman sekarang
gereja. Orangtua perlu menanamkan secara terbilang lebih sulit daripada orang tua generasi
emosional agar anak menyukai aktivitas itu. sebelumnya. Kritik dari generasi baby boomers
dan generasi X serta hasil studi terbaru terhadap
Jangan kosong dan lalu dimasukkan ke sekolah para orang tua yang masuk dalam
agama. Tidak ada dasarnya jika begitu. Bisa dan generasi millennial (yang lahir tahun 1981-
suka itu berbeda. Bisa hanya sekadar 1995) menjadi perdebatan yang tidak pernah
usai. Apalagi, orang tua modern tidak lagi
ISBN: 9786029997903 3 Seminar Nasional 2019
Proceedings of the National Seminar on Women's Gait in sports towards a healthy lifestyle
27 April 2019 Universitas Tunas Pembangunan Surakarta - Indonesia

berpikir berpikir rumit atau kompleks dalam Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif
mendidik anak. Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Disiplin tentunya menjadi tanggung
jawab orang tua kepada anak-anaknya karena ini
adalah salah satu cara untuk memberitahu apa
yang benar dan salah serta memberikan batasan
pada anak. Pada beberapa orang, disiplin pada
anak bisa diartikan berbeda; mulai dari
merapikan mainannya sendiri sampai
memberikan hukuman bila anaknya
mengganggu kaka/adiknya. Setiap generasi
memiliki teknik dan tren yang berbeda.
Penelitian membuktikan bahwa cara
orang tua millennial mendidik anak-anaknya
terbilang lebih longgar dalam urusan disiplin--
meski sebagian besar orang masih ada yang
mendukung metode disiplin sama seperti pada
generasi sebelumnya. Studi lain dari Pew
Research Center menemukan bila orang
tua millennial lebih overprotective dalam
menjaga anak-anak mereka ketimbang generasi
sebelumnya. Sebaliknya, orang
tua millennial juga terkenal lebih sering memuji
anak mereka ketimbang generasi sebelumnya.
Orang tua millennial juga cenderung
menciptakan lingkungan yang lebih santai dan
tidak terlalu terstruktur untuk anak-anak mereka.
Cara ini ternyata lebih membuat mereka santai
dan bahagia sebagai orang tua. Selain itu,
mereka menolak untuk memberikan tekanan
saat membesarkan anak-anak mereka, dalam
artian mereka cenderung lebih membebaskan
apa yang ingin dilakukan oleh anak-anak. Tidak
hanya itu, mereka memperkuat hubungan antara
orang tua dan anak dengan memberikan perilaku
positif bila anak melakukan kesalahan.
Mendisiplinkan anak-anak--dari saat balita
sampai remaja--merupakan masa-masa yang
paling frustasi. Bagaimana cara orang
tua mendidik anaknya tergantung dari keyakinan
mereka dalam melihat seperti apa didikan yang
baik bagi anak. Apakah menggunakan metode
tradisional atau lebih memilih alternatif yang
fleksibel seperti kaum millennial.

KESIMPULAN
Pendidikan memang harus mampu
menghadapi tantangan Zaman, karena itu peran
sekolah dalam membina karakter anak-anak
menjadi sangat penting. Pengetahuan,
keterampilan, dan moralitas yang tinggi menjadi
pondasi yang kuat bagi setiap anak dalam
menjalani kehidupannya. Dengan pendampingan
dan pendidikan yang tepat maka mereka akan
mampu beradaptasi dengan lingkungan dan
zamannya.

DAFTAR PUSTAKA
Djam’an Satori, 2011, Metode Penelitian
Kualitatif, Bandung, Alfabeta

ISBN: 9786029997903 4 Seminar Nasional 2019

Anda mungkin juga menyukai