Anda di halaman 1dari 2

Protease merupakan enzim yang mengkatalis pemecahan protein, dengan memecah ikatan peptida

pada protein sehingga terbentuk asam amino. Saat ini protease dibutuhkan dalam skala tinggi yaitu
meliputi dua per tiga dari enzim pasar. Protease banyak dimanfaatkan pada industri makanan
maupun non makanan. Kegunaan protease dalam industri berbeda-beda. Dalam industri pembuatan
roti, protease digunakan untuk menurunkan kadar protein dalam tepung. Pada industri pembuatan
bir, enzim ini digunakan untuk menghilangkan kekeruhan yang terjadi selama penyimpanan bir
sedang pada industri tekstil digunakan untuk menghilangkan serabut pada benang kain untuk
mencegah kerusakan saat pemintalan (Smith 1995).

Sumber enzim bisa berasal dari hewan, tanaman dan mikroorganisme, dan untuk keperluan industri
biasanya enzim diperoleh dari mikroorganisme. Enzim protease adalah enzim ekstraselular maka
produksi enzim protease untuk keperluan isolasinya dilakukan dengan cara mikroba yang telah
diketahui menghasilkan protease ditumbuhkan pada media cair (media produksi). Protease yang
dihasilkan dari mikroorganisme mempunyai beberapa keunggulan bila dibanding protease dari
sumber lainnya, karena dapat diproduksi dalam jumlah besar, produktivitasnya mudah ditingkatkan,
mutu lebih seragam, harga lebih murah, dapat ditumbuhkan dengan cepat, pertumbuhannya mudah
diatur, enzim yang dihasilkan mudah diisolasi. Keunggulan lainnya adalah mikroorganisme dapat
hidup dan berkembang biak dalam media limbah pertanian yang relatif lebih murah. Adanya
mikroorganisme unggul merupakan salah satu faktor penting dalam usaha produksi enzim (Stanbury
and Whitaker, 1984).

Umumnya sebelum dilakukan isolasi enzim dilakukan penentuan waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan enzim dengan jumlah optimum terlebih dahulu. Pada percobaan ini akan digunakan
Pseudomonas sp. yang telah diketahui akan menghasilkan protease dalam jumlah optimum 48 jam
setelah penambahan biakan stater pada media produksi. Biakan stater (preculture) gunanya untuk
memperpendek fase adaptasi mikroba. Biakan stater diperoleh dengan menumbuhkan biakan murni
dalam media stater (umumnya sama dengan media produksi) selama semalam. Isolasi enzim dari
media produksi menghasilkan ekstrak kasar enzim yaitu campuran dari berbagai protein (enzim).
Salah satu cara untuk mengetahui apakah ekstrak kasar enzim tersebut mengandung enzim yang kita
inginkan melalui penentuan nilai aktivitas enzim.

Pada penelitian enzim juga dikenal istilah aktivitas spesifik. Nilai aktivitas spesifik sangat diperlukan
untuk menentukan tingkat kemurnian enzim. Semakin tinggi nilainya maka kemungkinan semakin
tinggi pula kemurnian enzim tersebut. Aktivitas spesifik merupakan perbandingan nilai aktivitas
enzim per mg protein. Jumlah protein dapat dihitung jika kita mengetahui kadar atau konsentrasi
protein dalam larutan enzim tersebut. Salah satu metoda penentuan kadar protein yang digunakan
adalah metoda Lowry.

Metode lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Prinsip metode ini adalah kompleks
Cu(II) dalam suasana alkalis akan tereduksi menjadi Cu (I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen
Folin-Ciocalteu dan kompleks phospholibdat-phosphotungstat (phosphomolybdotungstate),
menghasilkan hetero-polymolybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping
asam amino) terkatalis oleh Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara
kolorimetri (Sudarmanto, 2008). Metode Lowry menggunakan dua reagen yaitu reagen A yang
terdiri dari campuran Folin-ciocalteu dengan Aquadest (1:1) dan reagen B terdiri dari campuran 50
ml larutan (2% Na2CO3 + 0,1 N NaOH) + 1 ml larutan (1% CuSO4 + 1% Sodium Pottasium Tartrat)
dalam air (Goretti dan Purwanto, 2014).

Pada metode Lowry menggunakan spektrofotometer untuk mengukur nilai absorbansi dari larutan.
Neldawati (2013) mengatakan bahwa nilai absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi zat
yang terkandung didalam suatu sampel. Hal ini menandakan bahwa besarnya kadar protein
dipengaruhi oleh hasil absorbansi. Nilai absorbansi yang didapatkan dipengaruhi oleh ikatan peptida
pada protein yang berinteraksi dengan Cu2+ , dimana semakin banyak Cu2+ yang dihasilkan akan
berpengaruh pada semakin banyaknya reaksi reduksi antara reagen folin ciocalteau dengan Cu2+ .

Baehaki, A., Rinto dan A. Budiman. 2011. Isolasi dan karakterisasi protease dari bakteri tanah rawa
Indralaya, Sumatera Selatan. J. Teknol. dan Industri Pangan, 22(1): 37-42.

Goretti, M dan Purwanto, M. 2014. Perbandingan Analisa Kadar Protein Terlarut Dengan Berbagai
Metode Spektroskopi UV-Visible. Jurnal Ilmiah Sains & Teknologi, 7, pp.1-71.
Novita, W., Arief, K., Nisa, F. C., & Murdiyatmo, U. (2006). Karakterisasi parsial ekstrak kasar enzim
protease dari Bacillus amyloliquefaciens NRRL B-14369. Jurnal Teknologi Pertanian, 7(2): 96-105.

Nurhayati, T., Nugraha, R., & Lihuana, D. N. (2020). Karakterisasi Fraksi Amonium Sulfat Tripsin yang
Diisolasi dari Usus Ikan Tongkol (Euthynnus affinis). JPHPI, 2(23): 372-382.
Utarti, E., Nurita, L., & Arimurti, S. (2009). Karakterisasi Protease Ekstrak Kasar Bacillus sp.
31. Jurnal Ilmu Dasar, 10(1): 102-108.

Anda mungkin juga menyukai